Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Chapter 31 : Cinta dan Noda

"Kamu hamil? tanya Satria sambil menciumi leher Wulan yang membelakanginya. Tidak, dia tidak akan pernah meninggalkan Wulan untuk wanita lain. Apa lagi setelah Wulan hamil, Satria tidak akan membiarkan anaknya tumbuh tanpa seorang ayah.

"Iya, aku hamil." kata Wulan. Matanya terpejam menikmati kehangatan pelukan Satria dan ciuman di lehernya yang jenjang dan putih.

********

"Syifa...!" seseorang memanggilnya. Irfan tetangga yang memergokinya di penginapan dengan Satria. Apa yang ditakutkannya mulai terjadi.

"Ada apa?" tanya Syifa tidak berani menatap wajah pemuda itu yang tersenyum licik.

"Aku antar, yuk..!" ajak Irfan mengulurkan helm ke Syifa.

"Aku bisa naik angkot." Syifa menolak dengan halus.

"Ehm, semalam kamu habis check in sama Satria ya? Hati hati nanti ayah kamu tahu.!" kata Irfan masih tetap mengulurkan helmnya.

Sebuah ancaman halu dan Syifa mengerti akan hal itu. Dengan terpaksa Syifa mengambil helm dari tangan Irfan lalu naek ke atas boncengan motor Irfan. Bencana sudah mulai memperlihatkan tanda tandanya. Pikir Syifa. Ini semua akibat kebodohannya.

"Nanti sore aku jemput lagi ya, aku mau kasih lihat sesuatu ke kamu...!" Syifa tidak menjawab, dia langsung masuk ke tempat kerjanya. Memeknya masih terasa perih akibat semalam selaput daranya sobek oleh kontol Satria.

Seharian selama bekerja Syifa gelisah memikirkan apa yang diinginkan Irfan, cowok yang pernah ditolak cintanya. Pasti ada apa apanya di balik semua kebaikannya. Mustahil tidak, apa lagi setelah memergoki dia dan Satria keluar kamar hotel. Ini benar benar gila. Apa yang dilakukannya benar benar menjadi bencana.

Sebuah chat masuk dari Irfan.

Irfan. : "ingat, nanti sore kita jalan jalan." disusul kiriman video yang memutar adedan dia di taman berciuman dengan Satria dan dia sedang keluar penginapan dalam rangkulan Satria membuat Zyifa benar benar shock. Kalau sampai video ini sampai ke ayahnya, Syifa tidak berani membayangkan apa yang terjadi padanya. Ini benar benar musibah.

Syifa teringat kejadian 2 tahun yang lalu, Irfan hampir saja memperkosanya, kalau waktu itu Satria datang tepat pada waktunya dan menolongnya. Itulah awal pertemuannya dengan Satria. Dan sejak itu benih benih cinta subur dalam hatinya.

Syifa membalas chat dari Irfan dengan hati yang mendongkol. "Mau kamu apa?"

Irfan :"Sama seperti Satria. Kamu gak maukan videonya dilihat oleh ayah kamu?" balasan dari irfan membuatnya shock dan lututku lemas. Tanpa dapat ditahan aku jatuh terduduk.

"Syifa, kamu sakit?" tanya temannya langsung menghampiri. Terlihat jelas kehatiran dari wajahnya.

Syifa hanya menggeleng lemah. Berusaha bangun dengan dibantu temannya.

"Aku gak apa apa, cuma lagi PMS." jawab Syifa berusaha tersenyum dan meneruskan perkerjaanya kembali.

Kalau sampai video itu sampai ke tangan ayah, kemurkaan seperti apa yang akan terjadi pada ayahnya. Dua kali Syifa ditampar oleh ayahnya dan saat ibunya berusaha untuk menolong, ibunya malah dianiaya oleh ayahnya seheingga wajahnya lebam lebam terkena beberapa kali bogem mentah dari ayahnya yang ringan tangan. Setelah itu seharian mereka dikeram dalam kamar berdua tanpa makan dan minum dan yang paling menyiksa menahan keinginan untuk buang air kecil.

Syifa bisa menolak keinginan Irfan, juga bisa menahan tamparan ayahnya. Tapi nasib ibunya akan lebih parah, siksaan demi siksaan akan dialami ibunya yang sudh mulai sakit sakitan. Syifa menggigit bibir agar tidak menangis.

"Jangan lupa, pulang kerja aku pengen merasakan kehangatan tubuh kamu..!" chat dari Irfan, kata katanya semakin berani dan terang terangan.

Dengan tangan gemetar dan beberapa kali salah ketik, Syifa membalas satu kata. "Iya." Kehormatan dan harga dirinya sudah hancur tidak berbekas. Dia sudah terjerumus ke lembah nista dan tidak mungkin kembali lagi.

*********

Syifa berdiri gelisah menunggu kedtangan Irfan. Sesekali dia membuka tasnya untuk memastikan KONDOM yang diambil diam diam dari gudang masih aman tersimpan. Kalaupum harus melayani nafsu bejad Irfan, Syifa tidak mau hamil oleh benih manusia bejad itu. Kalaupun harus hamil, hanua benih Satria yang harus membuahi rahimnya tidak boleh pria lain.

Sesekali Syifa mengusap dahinya yang berkeringat dingin. Tangan dan kakinya terasa dingin. Hanya keteguhan hatinya untuk menyelamatkan ibunya dari penganiayaan ayahnya yang membuat Syifa mampu tetap berdiri.

"Ayo naek..!" kata Irfan yang tiba tiba sudah berdiri di depannya tanpa disadari.

Syifa mengambil helm dari tangan Irfan dan memakainya. Syifa naik bocengan dengan perasaan tidak menentu. Inilah pengorbanan terbesar dalam hidupnya.

"Ke mana kita?" tanya Irfan berbasa basi dengan senyum liciknya. Senyum penuh kemenangan.

"Terserah." jawah Syifa tidak yerdengar oleh Irfan dan itu bukan persoalan untuk Irfan.

Motor melesat kencang berusaha menyalip setiap kendaraan yang berada di depannya. Sepertinya Irfan sudah tidak sabar untuk menikmati kemolekan tubuh Syifa yang membuatnya tergila gila. Mau tidak mau Syifa memeluk pinggang Irfan karena takut terjatuh dari motor. Syifa menarik nafas lega saat mereka tiba di penginapan. Syifa segera turun dan memakai masker agat tidak mengenalinya seperti semalam.

Sampai kamar Irfan memeluknya dan menciumi wajahnya. Syifa berusaha meronta namun dia kalah tenaga dibandingkan Irfan, ahirnya dia menyerah saat Irfan menciumi wajahnya dengan kasar. Bahkan saat Erfan mengulum bibirnya, Syifa hanya bisa merapatkam mulutnya sambil menangis. Apalah artinya tangisan gadus lemah seperti dirinya di mana seorang pria yang sedang diamuk birahi.

"Buka bajumu...!" seru Irfan sambi melepaskan Syifa dan tergesa gesa dua membuka seluruh pakaiaannya hingga bugil.

"Gak usah buka baju, buka celana dalam saja, ya..!" Syifa berusaha menawar, toch saat ini dia memakai rok lwbar yang bisa diangkat, cukup dengan membuka celana dalam Irfan bisa memasukkan kontolnya ke memeknya. Sehinnga dua tudak perlu menanggung penderitaan yang lebih menyakitkan.

"Buka baju, kamu gak maukan videonya dilihat ayah kamu?" kembali Irfan mengancamnya. Ingin sekali Syifa membunuh Irfan agar rahasianya terjamin. Tapi dia tidak punya keberanian sebesar itu.

Dengan menggigit bibirnya yang tipis hingga berdarah, Syifa membuka seluruh pakaiaannya dan menyisakan jilbabnya. Syifa tidak mau membukanya, setidaknya ada bagian tubuhnya yang tetap tertutup. Syifa berusaha menutupi payudaranya yang cukup besat dengan tangan dan tangan satunya lagi menutupi memeknya.

"Kenapa harus ditutupi? Tubuh kamu benar benar indah..!" kata Irfan terpesona dengan keindahan tubuh polos Syifa, dia bisa dengan bebasnya melihat tiap bagian tubuh Syifa yang putih mulus ranpa cacat. Kecuali leher dan rambut Syifa yang masih tertutup jilbab.

"Kamu harus pakai kondom..!"kata Syifa saat Irfan berjalan mendekatinya setelah menggantung pakaiannya.

"Aku gak bawa Kondom." jawab Irfan cengengesan, kontolnya sudah ngaceng sempurna.

Syifa menarik nafas lega melihat kontol Irfan tidak sebesar kontol Satria. Memeknya masih terasa perih akibat selaput daranya sobek oleh kontol Satria yang terlalu besar.

"Aku bawa..!" kata Syifa lega, untung dia berpikir untuk membawa kondom. Bisa dibayangkan kalau dia tidak bawa kondom, pejuh Irfan keluar di memeknya. Syifa tidak mau mengandung anak bajingan ini. Syifa mengambil kondom dari dalam tasnya dan memberikannya ke Irfan yang langsung menerimanya sambil meremas payudara Syifa dengan tangan kiri.

"Jangan kurang ajar..!" bentak Syifa menepiskan tangan Irfan yang meremas payudaranya. Syifa merasa sangat dilecehkan oleh bajingan yang sebentar lagi akan membenamkan kontolnya ke lobang memeknya yang nikmat.

Tanpa memperdulikan bentakan Syifa, Irfan mendorongnya jatuh terlentang di spring bed. Belum hilang kagetnya, Irfan menindihnya dan meremas payudara Syifa dengan kasar sambil menciuminya dengan bernafsu. Syifa ingin berteriak menerima paerlakuan kasar Irfan, tapi percuma saja. Bajingan ini sudah terlampau bernafsu mempermainkan payudaranya yang besar dengan puting berwarna coklat muda.

"Fan, langsung aja entot aku...!" Syifa memohon agar Irfan segera melakukan penetrasi sehingga penderitaannya tidak berlarut larut. Syifa ingin segera pergi dari neraka ini. Secepatnya pulang dan shalat taubat atas semua dosa yang dilakukannya.

Tapi harapan Syifa untuk segera mengahiri penderutaanya terasa sia sia. Irfan begitu asik bermain dengan payudaranya yang indah. Menghisap putingnya seperti bayi yang sedang haus. Syifa berusaha sekuat tenaga mengingkari rasa nikmat yang pelan pelan muncul berusia menguasai dirinya. Perlawanan yang sia sia, rasa nikmat mengalahkan egonya. Syifa memejamkan mata berusaha membayangkan Satria yang sedang mempermainkan payudaranya dengan rakus.

"Udah...jangan terusin..!" Syifa merintih, memohon agar Irfan segera menghentikan aksinya menghisap puting payudaranya yang semakin sensitif. Ini harus segera diahiri sebelum rasa nikmat membuatnya takluk.

Irfan bukannya menghentikan aksinya, bajingan itu malah berpindah ke selangkangannya. Dengan kasar pahanya direnggangkan hingga mengangkang memperlihatkan bentuk memeknya yang indah dan tidak pernah ditumbuhi bulu. Memek yang baru sekali merasakan sodokan kontol, kontol Satria yang telab merobek selaput daranya semalam.

"Jangannnnn....!" sekali lagi Syifa berusaha melarang Irfan menjilati belahan memeknya. Menyiksanya dengan rasa nikmat yang tidak bisa dipungkirinya. Tidak, Syifa berusaha untuk tidak menikmatinya. Dia melakukannya karena terpaksa.

Semakin Syifa berusaha menolak rasa nikmat saat lidah Irfan bermain di memeknya, minjilati lobang memeknya, rasa nikmat yang dirasakannya justru semakin dahsyat. Memeknya mengeluarkan cairan kental yang menggambarkan rasa nikmat yang sedang dirasakannya.

"Satria...!"Syifa merintih memanggil Satria, berharap bahwa yang sedang menjilati memeknya adalah Satria bukan Irfan dan pada saat bayang bayang Satria semakin nyata, Syifa mendapatkan orgasme pertamanya. Syifa merasa sekujur tubuhnya lemas tidak bertenaga setelah orgasme yang dialaminya berlalu.

"Enakkan...!" bisik Irfan sambil mencium bibir tipis Syifa yang tidak membuka matanya.

Yang berada diatas tubuhnya bukanlah Irfan, ini Satria. Harus Satria. Tiba tiba Syifa ingat tentang kondom, reflek tangannya mendorong Irfan agar menjauh darinya.

"Kamu pake kondom dulu..!" bentak Syifa jengkel saat melihat kontol Irfan ternyata belum terbungkis kondom seperti yang disyaratkannya tadi.

"Sorry, aku lupa..!" jawab Irfan cengengesan sambil memberikan bungkusan kondom ke Syifa. "Pakein..!" Irfan mengangsurkan kontolnya ke hadapan Syifa.

Syifa dengan yerpaksa mengambil kondom dari tangan Irfan dan membuka segel karsus pembungkusnya. Lalu diambilnya sebuah kondim daru dalamnya dan saat akan menyobek bungkus Irfan memegang tangannya mencegah Syifa menyobek bhngkus kondom.

"Sepongin dulu...!" kata Irfan mengarahkan kontolnya me bibir Syifa.

"Gak mau, jijik...!" seru Syifa membuang mukanya dengan perasaan marah. Bajingan ini sudah dikasih hati masih minta jantung.

"Kamu gak maukan kalau vudeonya..!" Irfan tidak meneruskan kalimatnya karena bentakan Syifa.

"Tutup bacot lu, bajingan..!" kata Syifa. Kemarahannya nyaris tidak terbendung. Diraihnya kontol Irfan dan dengan kasar mengulumnya. Tidak perduli giginya msngenai kontol Irfan. Bahkan kalau saja dia tidak takut masuk penjara dan aibnya semakin tersebar, Syifa ungin menggigit kontol Irfan hingga putus.

"Udah udah, sepongan lu gak enak." Irfan mengomel karena bukan rasa nikmat yang dirakannya. Tapi gigi Syifa yang mengenai kontolnya.

Untuk pertama kali sejak bersama Irfan, Syifa tersenyum geli mendengar Irfan ngomel. Syifa segera merobek bungkusan kondam, dengan kasar Syifa memakaikan kondom ke kontol Irfan yang langsung memegang tangan Syifa, mencegah Syifa meneruskan pekerjaannya.

"Gue aja yang pake kondom sendiri, bisa patah kontol gue kalau elu yang makein." kembali Syifa tersenyum geli msndengar gerutuan Irfan.

Syifa segera merebahkan tubuhnya dan membuka kakinya lebar lebar siap menerima hujaman kontol Irfan, dia ingin secepatnya selesai dan keluar dari neraka ini.

Syifa kembali memejamkan matanya saat Irfan merangkak di atas tubuhnya. Dengan tidak sabar Syifa meraih kontol Irfan dan mengarahkan pada lobang memeknya. Inilah kontol kedua yang akan masuk lobang memeknya yang masih terasa ngilu oleh sodokan kontol Satria.

"Aduhhh, pelan pelan bego. Sakit..!" maki Syifa saat kontol Irfan menusuk memeknya dengan kasar.

"Maaf..!" Syifa merasa heran dengan permintaan maaf Irfan, ternyata bajingan ini bisa minta maaf. Irfan mulai memompa memeknya dengan pelan seperti permintaanya. Syifa menarik nafas lega. Yernyata bajingan ini masih punya hati. Pikir Syifa.

Syifa memejamkan matanya, tidak bisa dipungkiri ternyata rasanya nikmat saat kontol Irfan bergesekan dengan dinding memeknya yang sensitif. Rasa nikmat yang aneh berbeda saat pertama kali Satria menebol memeknya, merobek selaput daranya. Sakit sekali. Sekarangpun masih terasa ngilu, tapi karena ukuran kontol Irfan yang standar asia, rasa ngilunya berpadu dengan rasa nikmat yang aneh.

"Terusss Satria, ennnak...!" tanpa sadar Syifa merintih memanggil nama Satria. Ya, dia berharap orang sedang memompa memeknya adalah Satria.

"Yang lagi ngentotin kamu aku, Irfan. Bukan Satria..!" seru Irfan jengkel. Kocokannya dipercepat melampiaskan kejengkelannya.

Hal itu justru menambah sensasi nikmat yang dirasakan Syifa, memeknya sudah terbiasa dengan kehadiran kontol Irfan sehingga dia bisa menikmatinya. Apa lagi rasa ngilu dan perih di memeknya sama sekali sudah hilang tidak bersisa.

"Iyaaa terusssss, Sat.... Memek Syifa enak kamu entot...!" Syifa semakin gencar menyebut nama Satria untuk menghilangkan kehadiran Irfan yang semakin ganas mengocok memeknya.

"Aku Irfan, aku Irfan, aku Irfan...!" Irfan semakin kalap memompa memek Syifa, kecemburuannya dilampiaskan ke memek Syifa. Semaki cepat dan semakin cepat sehingga dia tidak mampu mengontrol ejakulasinya dan tanpa dapat dicegah dia menyemburkan pejuhnya ke dalam kondom yang dipakainya.

"Satriaaaaaaa, Syifa kelllluar....!" teriak Syifa menyambut orgasme keduanya yang begitu dahsyat. Dipeluknya Irfan yang tergolek lemah diatas tubuhnya.

"Makasih, Sat... Syifa mencintaimu Satria...!" kata Syifa setelah badai orgasmenya berlalu.

********

"Kamu gila, kenapa kamu tenang saja suami kamu selingkuh dan jelas jelas keluar dari penginapan kalau bukan ngentot, ngapain coba?" berondong Dina begitu masuk kamar Wulan yang sedang rebahan.

Beberapa hari yerahir ini tubuhnya lemas, mual dan muntah muntah. Apa lagi kalau mencium parfum murahan yang baunya menyengat. Mungkin bawaan bayi yang dikandungnya. Wulan mengusap perutnya sambil memandang saudara sepupunya yang tiba tiba datang tanpa mengetuk pintu. Cerocosan Dina tidak begitu diperhatikannya sehingga dia tidak tahu apa yang dikatakan sepupunya itu.

"Gila, aku sudah ngomong panjang lebar gak kamu dengar !" gerutu Dina. Mulutnya langsung terkatup begitu melihat wajah Wulan yang pucat dan terlihat lemas.

"Kamu sakit?" tanya Dina cemas. Biar bagaimanapun Wulan adalah saudara sepupunya dan sahabatnya sejak kecil.

"Aku agak pusing, dari tadi mual tapi gak bisa muntah..!" kata Wulan sambil memejamkan matanya berusaha menghilangkan rasa pusingnya.

"Sudah minum obat, belum? Aku antar kamu ke dokter, y?" Dina menawari budi baiknya. Sudah tentu merwka saling bantu dalam hal apapun.

"Udah ke dokter kemaren. Aku cuma disuruh banyak istirahat." jawab Wulan belum berani mengabarkan kehamilannya ke Dina. Situasinya belum memungkinkan. Wulan tahu diam diam Dina masih mencintai Satria dan belum rela melepas Satria begitu saja. Situasinya akan bertambah rumit kalau Dina tahu dia sedang mengandung anak Satria.

"Satria ke mana?" tanya Dina karena menurut Mbak Sri dari sejak toko buka Satria tidak kelihatan batang hidungnya. Dasar kelewatan, istri sakit malah ditinggal, pikir Dina menjadi sebuah gumaman yang tidak jelaa

"Tadi shubuh di jemput Pakdhe." kata Wulan menerangkan.

"Ke mana? Emang ayah gak tahu kamu lagi sakit?" tanya Dina jengkel. Satria bisa ketularan sifat ayahnya yang doyan naen cewek.

"Katanya ada urusan kerjaan." jawab Wulan tidak mau mengatakan ke mana tujuan mereka.

Sebuah chat masuk ke hpnya. Wulan segera membukanya, sebuah photo sepasang muda mudi yang bertelanjang dada, dibawahnya tertulis "Misi sudah berhasil dijalankan. Kirim uang yang kamu janjikan ke nomer rekeningku. Xxxxxxxxxxxx" Wulan tersenyum.

"Kenapa kamu senyum senyum sendiri? Chat dari Satria ya?" tanya Dina jengkel. Rencanya untuk memisah Satria dan Wulan sepertinya gagal total.

Wulan hanya tersenyum ke arah Dina, maranya kwmbali ke layar hp, melihat sepasang imsan berlainan jenis bertelanjang dada di sebuah kamar hotel. Wanita yang sudah berani bermain api dengan suaminya.

Bersambung...
 
Wah si Wulan kejam juga ya...bahaya nih Sat.....bakal gak ada acara belah duren lagi dah.... wkwkwkwk...

Btw makasih updatenya hu...biarkan semuanya mengalir....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd