Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Diana bikin kentang ngentotnya
Kasihan satria yg baru dibimbing utk masuk ke lobang kenikmatan
 
Bakar petasan aah biar Rame nih jadi om satria bisa segera kasih update hahaha
:papi:
 
Ayo om @satria73 dilanjut ceritanya satria dapat pelajaran sex dari 2 wanita yg wild Wulan dan Dina biar amat berkesan selamanya hehehe selanjutnya bisa foursome sama syifa
 
Terakhir diubah:
Chapter 4 : Perjaka Terahir

Lama juga menunggu Wulan membukakan pintu Ruko untuknya. Terlalu, buka pintu saja pake lama. Padahal jarak kamar atas sampai pintu tidak menghabiskan waktu sampai sepuluh menit lebih. Sudah jelas Wulan pasti sedang berbuat mesum dengan Satria. Pikiran seperti itu membuat Dina semakin cemburu. Ingin rasanya dia menampar Satria karena mau saja berbuat mesum dengan Wulan.

Saat hatinya semakin panas, pintu ruko terbuka dengan suara keras mengagetkan Dina yang hanyut oleh pikirannya.

"Kalo mau ngenep ngabarin dari siang, jangan mendadak seperti ini." Wulan berkata jengkel karena merasa terganggu dengan kehadiran Dina yang mendadak.

"Kamu lagi ngentot sama Satria, ya?" tanya Dina penuh selidik memperhatikan rambut Wulan yang terlihat acak acakan dan hanya memakai gaun tidur yang tipis sehingga lekuk tubuhnya terbayang jelas terutama gundukan payudaranya yang selalu membuat iri Dina.

"Sembarangan loe kalo ngomong. Gue gak level ngentot sama Satria..!" Wulan menggerutu mendengar tuduhan Dina yang semena mena.

"Itu buktinya ada motor, Satria.!" Dina menunjuk motor Satria yang bersebelahan dengan motor Wulan. Dina sudah hafal dengan motor Satria bahkan nomer serinya juga dia hafal di luar kepala. Seperti inikah orang yang sedang jatuh cinta? Hal yang berbau Satria tidak luput dari pengamatannya.

"Tuh liat sendiri Satria lagi di gudang, gara gara kamu pukulin mukanya, seharian dia tidur. Baru mulai kerja sore. Kerjanya jadi belom beres." Wulan menjawab tidak mau kalah.

Mendengar keterangan Wulan, perasaan bersalah Djna semakin besar. Seharusnya dia tidak segegabah seperti tadi pagi. Sampai sampai pukulannya membuat Satria cedera dan tidur cukup lama untuk memulihkan kondisinya. Tapi yang lebih keterlaluan adalah Wulan, sudah tahu kondisi Satria seperti itu masih saja dipaksa kerja. Dasar kompeni.

Dina mengikuti langkah Wulan menuju gudang. Benar saja Satria sedang sibuk membereskan gudang dan sepertinya dia sudah selesai.

*****

Satria buru buru memakai pakaiannya yang berserakan dan langsung berlari ke gudang. Jangan sampai Dina tau perbuatannya dengan Wulan. Tadi saja dia babak belur dipukulin apa lagi kalau Dina tahu perbuatan mesumnya dengan Wulan urusannya pasti akan menjadi lebih panjang.

Satria lega sudah berada di dalam gudang, tapi tidak ada yang dikerjakan di sini. Semuanya sudah beres dikerjakannya. Tapi untuk berjaga jaga kalau Dina masuk gudang, Satria terpaksa menurunkan beberapa kardus yang sudah pada tempatnya. Lalu Satria kembali menempakka kardus kardus itu kembali pada tempatnya. Bertepatan dengan kardus terahir Wulan masuk berdua dengan Dina.

Keringatnya membasahi bajunya bukan karena tenaganya yang terkuras melainkan karena tegang dan takut. Pengalaman tadi waktu dipukuli Dina masih membekas. Pengalaman pertama seumur hidupnya dipukuli seorang wanita. Bahkan setahu Satria ibunya tidak pernah memukulnya.

"Sudah selesai, Teh. Saya pamit pulang dulu." Satria segera berpamitan. Secepatnya harus mengambil langkah seribu sebelum skandal mesum yang baru saja terjadi terbongkar.

Wulan hanya mengangguk sebagai tanda mengijinkannya pergi. Satria segera berjalan ke ruang toko di mana motornya terparkir. Satria mengeluarkan motornya dan tanpa disuruh dia memasukkan motor Dina, tapi terkunci stang. Satria menoleh ke arah Dina yang tanpa diminta menyerahkan kunci motor padanya. Satria memasukkan motor Dina ke dalam.

"Kamu bisa bawa motor sendiri? Muka kamu bengkak begitu, kalau ada apa apa di jalan, bagaiman?" tanya Dina penuh kehatwatiran melihan wajah Satria yang lebam karena kena pukulannya tadi pagi. Kalau terjadi apa apa tentu dia akan merasa sangat bersalah. Gara gara dia Satria terluka.

"Dina benar, lebih baik kamu nginep aja di sini. Besok kita " Wulan sangat antusias dengan ide Dina.

Kenapa gak dari tadi ngelarang pulang, bukan setelah motor aku keluarkan. Kan nambah pekerjaanku aja. Belom sempat aku menolak, Dina keluar menuntun motorku kembali masuk Ruko. Reflek aku ikut mendorong motorku. Janggal rasanya melihat kelakuan Dina yang tadi pagi begitu beringas dan sekarang tiba tiba begitu perhatian. Apa semua cewek begitu, sulit untuk dimengerti. Hanya ibuku yang berbeda.

"Trus aku tidur di mana?" tanyaku bingung melihat sekeliling toko mencari ruang kosong untuk tidur. Terpaksa aku harus membongkar kardus yang sudah terikat untuk alas tidur.

"Tidur di gudang. !" kata Wulan mendelik melihatku yang sedang kebingungan memilih tempat tidur.

"Jangan di gudang, Mbak. Di sini kan bisa." kataku menunjuk lantai yang cukup untuk tidur.

"Di sofa, biar aku tidur di kamar Wulan. Awas, jangan berani masuk kamar kalau gak mau hidung kamu patah." dengan seenaknya Dina mengatur di mana Satria tidur.

"Ya udah, kamu tidur di sofa." Wulan berkata acuh tak acuh. Wulan berjalan menduhului.

Dina segera mengikuti Wulan dan Satria menyusul mereka. Satria heran kenapa dia terjebak di tempat ini? Seorang Perjaka ting ting terjebak di Sarang Bidadari.

*****

Wulan gelisah, kembali birahinya tidak tersalurkan karena kedatangan Dina yang tiba tiba. Dilihatnya Dina yang tertidur di sampingnya. Dengan hati hati Wulan bangun menuju pintu yang dibukanya pelan pelan agar tidak membangunkan Dina.

Satria terlihat tertidur nyenyak di sofa. Ketampanannya tidak berkurang dalam keadaan tidur dan wajah yang lebam karena pukulan Dina. Perlahan Wulan duduk di sofa tempat Satria tertidur nyenyak. Wulan ragu membangunkan pemuda yang sudah mencuri hatinya.

Wulan berharap pemuda itu bangun menyambut kehadirannya. Berharap pemuda itu memeluk dan mencumbu gairahnya yang terbakar. Perlahan Wulan meraba bibir Satria yang terkatup rapat. Bibir yang mencerminkan kekerasan hatinya. Atau mungkin karena hidupnya yang keras.

Pemuda yang sudah delapan bulan bekerja di Tokonya. Wulan ingat pertama kali pemuda itu datang meminta pekerjaan kepadanya karena melihat info lowongan kerja yang tertempel di depan Toko, hatinya langsung tertarik.

"Kamu punya ijazah SMA?" tanya Wulan yang membutuhkan seorang karyawan minimal berijazah SMA. Kriteria yang dianggapnya cukup untuk bisa .melayani pembeli dengan baik.

"Saya pernah sekolah SMA cuma sampe kelas 2. Tapi saya bisa mngerjakan apa saja sebagai tenaga serabutan." kata Satria, berharap diterima.

Wulan ahirnya menerima pemuda itu bekerja di Tokony. Penuda yang rajin dan tidak pernah mengeluh. Senua pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan baik.

"Teh Wulan?" Satria kaget melihat Wulan duduk disampingnya, asik memandabgi wajahnya. Satria segera duduk.

"Ssst, jangan berisik. Nanti Dina denger." Wulan menempelkan jari telunjuk di bibir Satria yang masih tidak percaya dengan kehadiran bosnya.

Belum lagi kesadarannya pulih 100%, Wulan mencium bibir Satria dengan bernafsu. Rasa malunya sudah hilang tidak berbekas setelah kejadian tadi. Tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Wulan sudah bertekad untuk menuntaskan hasratnya yang lama terpendam. Untuk apa harus malu, sekarang jaman emansipasi, sudah waktunya wanita mengambil alih kendali.

Respon Satria tidak sperti tadi, bibir pemuda itu mulai berani menyambut ciumannya walau masih terasa kaku. Tapi itu sebuah kemajuan yang membuat Wulan merasa senang.

Dengan tergesa gesa Wulan membuka celana panjang dan juga CD Satria. Semuanya dilakukan dengan tergesa gesa. Wulan merasa sedang dikejar waktu sebelum Dina bangun dan memergoki perbuatan mesumnya dengan Satria.

"Gila, kontol kamu udah bgaceng aja, Sat..! Gede banget..!" Wulan menatap takjub kontol Satria yang berdiri gagah seperti prajurit yang akan maju ke medan perang. Kontol terbesar yang pernah dilihatnya. Apa mungkin memeknya mampu menampung kontol sebesar itu? Tentu saja mampu, bayi saja bisa keluar dari dalam memek. Masa kontol yang ukurannya lebih kecil gak muat. Pikirnya. Tapi kata orang dientot kontol gede sakit. Wulan semakin penasaran ingin mencobanya.

Wulan berjongkok di atas muka Satria yang melotot melihat memeknya yang hanya beberapa senti di hadapannya. Wulan hanya mengangkat dasternya ke atas, sudah kebiasannya tidur tanpa daleman.

"Jang, jilatin memek Wulan...!" perintah sang bos yang tidak akan berani dibantah pegawainya yang sangat patuh.

Wulan langsung melahap kontol Satria dengan bernafsu sementara memeknya semakin mendekati wajah Satria yang dengan ragu ragu mencium memeknya yang sudah sangat basah. Posisi 69 memang pisisi favorite Wulan, mereka bisa saling memberi kenikmatan tanpa ada yang dirugikan.

********

Memek Wulan tepat dihadapan Satria yang terpesona oleh keindahannya. Belom pernah melihat bentuk memek sedekat ini. Begutu indah memanjang dengan itilnya yang terlihat mungil. Warnanya pink dan semakin pink bagian dalamnya, berkilat oleh cairan yang membasahinya. Agak ke atas terlihat lobang anus yang mengkerut. Anehnya Satria tidak merasa jijik oleh lobang anus yang terlihat jelas.

Dengan tangan gemetar Satria membuka belahan memek Wulan ingin melihat bagian dalamnya lebih jelas lagi. Indah, Satria tergoda untuk menjulurkan lidahnya mempraktekan adegan di film film bokep kegemarannya. Di hpnya terdapat ratusan film bokep. Rasanya terasa aneh, namun nikmat.

"Ahhh...!" Satria merintih nikmat disela sela keasikannya menjilati memek Wulan. Kontolnya terasa geli geli nikmat karena hisapan dan jilatan lidah Wulan. Mungkin ini sebabnya banyak orang yang suka gaya 69 karena bisa saling memberi kenikmatqn.

Tiba tiba Wulan bangkit dari posisinya membuat Satria kecewa, tapi apa daya Satria tidak bisa proyes karena bosnya adalah Wulan. Ditengah kekecewaanya, Wulan menariknya agar duduk tegak bersandar di sofa. Satria pasrah mengikuti kemauan Wulan, kontolnya terlihat basah oleh ludah.

Wulan berjongkok di pangkuan Satria, tangannya menuntun kontol Satria tepat di lobang memeknya. Wulan menekan pinggulnya sehingga kontol Satria terbenam hingga dasar memeknya. Wulan kemudian membuka gaun tidurnya sehingga payudara jumbonya terbebas dan merdeka.

Satria terpejam merasakan kontolnya menerobos masuk lobang sempit yang hangat dan licin. Och, beginiikah rasanya kontol masuk memek. Dahsat sekali rasanya.

"Enak, Sat?" tanya Wulan menggoda Satria yang terlihat sangat menikmati keperjakaan hilang. Wulan meraih tangan Satria agar meremas payudaranya.

"En...nak, Teh!" Satria terpesona oleh rasa nikmat yang pertama kali dialaminya. Tidak ada kalimat yang mampu mengungkapkannya saat ini. Karena ini hanya bisa dinikmati tanpa kata kata. Tangan Satria mulai meremas payudara Wulan yang bergerak seirama dengan gerak tubuh Wulan yang sedang memompa kontolnya.

"Gilaaaa, enak banget kontol kamu sampe mentok memekku,.." Satria takjub melihat wajah Wulan yang semakin cantik saat dilanda kenikmatan. Dengus nafasbya terdengar kasar seperti yang sering dilihatnya di film film porno.

Ini adalah pengalaman pertama, maka tidak heran Satria tidak mampu menahan.orgasmenya lebih lama.

"Teh, akku mau kelllluarrrrr..!" Satria mengeram berusaha menahan pejuhnya keluar di memek Wulan. Jangan sampai Wulan hamil gara gara pejuhnya.

"Kelllluarin aja. Aku juga kelllluarrrrr..!" Wulan mengeram nikmat saat kontol Satria menembakan pejuhnya yang sangat banyak ke dalam memeknya.

*****

Jam 6 Satria dibangunkan oleh Wulan yang menyuruhnya pulang sebelum pegawai lain datang dan curiga.

"Hari ini kamu gak usah kerja, Sat. Sampe muka kamu sembuh. Ini uang buat biaya berobat." perintah Wulan.

Satria heran kenapa harus libur, lebam di mukanya sudah jauh berkurang dan tidak terasa sakit. Tapi melihat uang di tangab Wulan yang berwarna merah membuat Satria menuruti keinginan Wulan. Libur dan dapat uang dari bosnya. Jangan sampai bosnya berubah pikiran, Satria segera mengambil uang di tangan Satria.

"Iya Teh, saya pulang dulu." pamit Satria. Hatinya agak berdesir mengingat kejadian semalam. Ingin rasanya memeluk Wulan sekedar mencium pipinya yang halus. Tapi niat itu tidak berani dilakukannya. Satria masih ingin bekerja di tempat ini.

"Mau ke mana, Sat?" tanya Dina yang tiba tiba muncul.

"Mau pulang Teh, disuruh libur sama Teh Wulan." kata Satria yang tidak berani menatap wajah Dina. Gadis cantik yang kejam, harus menjauh darinya sebelum masalahnya bertambah.

"Tunggu sebentar.!" Dina kembali masuk kamar, tidak lama sudah keluar lagi dengan menggenggam sesuatu di tangannya.

"Ini buat kamu berobat." kata Dina memasukkan sesuatu ke dalam kantong celana Satria. Satria menoleh ke arah Wulan.

"Ambil saja, Sat.." Wulan tersenyum.

"Yerimakasuh, Teh..!" Satria segera berjalan ke bawah diikuti Wulan.

"Sat, jangan bilang siapa siapa yang semalam, y!" Wulan berbisik saat Satria akan membuka pintu. Satria tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Sebuah ciuman hinggap dipipinya disertai remasan lembut pada kontolnya.

Seperti mendapatkan keberanian yang datang entah dari mana, Satria meraba selangkangan Wulan yang masih memakai daster mini. Satria yakin Wulan belum memakai celana dalam.

*****

Asysyifa berharap pagi ini Satria sudah menunggunya di depan gang untuk mengajaknya berangkat kerja bareng. Tapi ternyata Satria belum datang. Syifa agak kecewa. Syifa menggelengkan kepala saat sebuah Angkot berhenti di depannya. Mungkin Satria masih dalam perjalanan, tidak ada salahnya menunggu beberapa menit. Toch masih pagi, masih banyak waktu.

Hampir 15 menit orang yang ditunggunya belum juga datang. Syifa putus asa, sepertinya Satria tidak akan datang menjemputnya. Sebuah motor berhenti tepat di depannya. Ternyata Randy teman kerjanya.

"Bareng, yuk?" ajak Randy berusaha memberikan senyum yang paling menawan kepada Syifa yang diam diam ditaksirnya.

Tidak ada pilihan, sepertinya Satria tidak akan datang atau mungkin sudah berangkat lebih dulu. Dengan.perasaan kecewa, Syifa naek membinceng Randy. Baru saja berjalan beberapa meter, terdengar bunyi klakson yang di0encet berulang ulang membuat Syifa menoleh ke belakang ke arah asal bunyi klakson. Syifa melihat Satria berusaha menyusul motor yang dinaikinya.

Bersambung...
 
Bimabet
maaf om @satria73, kayaknya ada typo dikit.


"Jang, jilatin memek Wulan...!" perintah sang bos yang tidak akan berani dibantah pegawainya yang sangat patuh.



*seharusnya kan satria om, bukan Ujang.
Ujang kan lagi Siaga buat kelahiran anaknya dari Ningsih Istri sah nya Ujang, juga dari Lilis calon Istri Ujang.
mohon maaf atas ketidak nyamanannya, om. maklum suka ketuker nama. untung gak ketuker nama . hehehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd