Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

pas baca kalimat ini,.. .."Antar ibu kerja, Sat...!" kata ibunya berusaha menghilangkan bayang bayang buruk masa lalunya yang akan membuatnya menangis diam diam.
..pas ada lagunya rita effendi (slamat Jalan kekasih,..... wuuueeekkkks lsg baper jadi nya. bukan salah suhu satria73,.... ane aja yg baperan,... ngrasa sedih
 
waduh... kok mamah tiba2 muncul...??

kaget liat kemaluan satria yg lg tegang... atau ada penampakan makhluk alus...??
hahahaha
 
SATRIA----->>> JALU
Ada apa nih, makin penasaran n deg deg serr ibu na rina nyusul,...
 
cerita yg sangat luar biasa om.. kagum saya ma kamu... sukses selalu om
 
Chapter 6 : Setelah Ritual

"Ada apa, Teh?" Satria bertanya bingung.

"Itumu gede amat!" Rina menunjuk selangkangan Satria, menunjuk kontol Satria yang tegak berdiri dengan gagah perkasanya. Belom pernah sejak melihat kontol pria, Rina melihat yang sebesar ini. Yang sebesar ini hanya dilihatnya di film film porno.

Satria menunduk malu berusaha menutupi kontolnya, tapi percuma saja. Kontolnya terlalu besar untuk bisa disembunyikan oleh telapak tangannya. Ah sudahlah, toh Rina sendiri tidak berusaha menutupi selangkangannya yang berjembut lebat ataupun payudaranya yang cukup besar. Semua ini hanyalah kesalahan teknis, gara gara lupa membawa baju basahan untuk mandi, akibatnya mereka harus berbugil ria mempertontonkan bagian vital tubuh satu sama lainnya. Harus menahan dingin yang menusuk kulit.

Untuk menghilangkanbrasa rikuh karena keadaan tubuhnya yang bertelanjang ria, Satria berjongkok untuk memulai prosesi mandi di pancuran Cikahuripan, sialnya pada saat yang sama Rina juga berjongkok untuk mandi. Maka tubuh mereka saling bertabrakan dan tidak dapat ditahan lagi tubuh keduanya terpental ke samping dan jatuh di aliran air yang sangat dingin. Jeburrr.

"Eh, maaf Teh..!" reflek Satria bangun berusaha menolong Rina yang berteriak kaget.

Rina menyambut uluran tangan Satria. Air gunung yang sangat dingin serasa menusuk kulit dan membuat nafasnya tersengal sengal menahan dingin. Melihat kondisi Rina yang mulai kepayahan menahan dingin, Satria menyuruh wanita itu lebih dahulu sebelum mati kedinginan. Rina yang mandi dengan cepat, rasa dingin membuatnya tidak berani berlama lama.

Selesai Rina, Satria segera mandi. Air dingin serasa menusuk kulitnya. Satria mengatupkan giginya menahan dingin yang membuat sekujur tubuhnya menggigil tanpa bisa ditahannya. Satria segera menyudahi ritual mandinya secepat yang dia bisa. Tidak perduli ritual ini berjalan sempurna atau tidak. Rina terlihat sudah memakai baju yang menjadi basah. Satria segera memakai bajunya dengan susah payah. Rasa dingin yang menusuk mengakibatkan sekujur tubuhnya menggigil sulit dikendalikan. Memakai baju adalah pekerjaan mudah tapi sekarang menjadi sulit dan waktu yang diperlukan menjadi lebih lama.

Selesai sudah perjuangan memakai baju, Satria menggenggam tangan Rina menaiki undakan tangga terbuat dari tanah, anak tangga yang menjadi licin karena hujan yang tadi mengguyur daerah ini. Sehingga membuat mereka harus extra hati hati agar tidak terpeleset jatuh. Beban Satria semakin berat karena harus berjalan terlebih dahulu sambil memegang tangan Rina. Perjuangan berat terbayar lunas saat kakinya menginjak tanah datar. Satria menarik nafas lega.

"Dingin...!" merapatkan tubuhnya sepanjang perjalanan pulang. Jalan setapak yang sempit terlalu untuk bisa menampung langkah kaki dua orang yang berjalan berpelukan sehingga kaki mereka menginjak rumput liar yang tidak rata dan tiba tiba Rina tersandung membuatnya limbung dan hampir terjatuh kalau saja tidak ditahan oleh Satria.

"Aduh, kontol....!" Rina menjerit kaget mengucapkan kata yang membuatnya malu sendiri. Kata yang selalu terucap saat dirinya kaget, sebuah spontanitas yang tidak berhasil dihilangkannya.

"Hati hati teh..!" Satria hampir saja tertawa mentertawakan Rina yang mencak mencak marah. Kenapa haru menyebut kontol? Kenapa tidak menyebut memek yang jelas jelas miliknya. Sebegitu menarikkah kontol bagi setiap wanita sehingga banyak yang mengucapkan kata itu saat dirinya kaget.

Rina diam pura tidak mendengar apa yang diucapkan Satria pria yang baru dikenalnya beberapa jam lalu. Jalannya semakin cepat agar segera sampai rumah Nek Ecih yang berada di depannya terhalang oleh pohon pohon besar sehingga tidak terlihat.

Satria dan Rina menarik nafas berbarengan, lega rasanya setelah sampai pekarangan rumah Nek Ecih yang hanya mengadalkan penerangan dari teras depan rumah. Sebuah lampu LED yang mulai buram cahanya seperti matahari yang bersinar terang. Satria melepaskan rangkulan di pundak Rina. Wanita ini sudah tidak memerlukan pertolongannya lagi.

Anggapan yang salah, Rina tidak melepaskan tangannya yang memeluk pinggang Satria dengan erat. Rasa hangat dari tubuh Satria membuatnya merasa nyaman dan mampu mengusir rasa dingin.

"Assalam mj'alaikum..!" Satria mengucapkan salam di depan rumah. Ucapan yang bersifat basa basi jarena pintu rumah tidak terkunci. Satria dan Rina sudah disiapkan sebuah kasur lantai dan dua buah bantal untuk tidur setelah mereka melakukan ritual mandi di pancuran Cikahuripan yang dianggap keramat oleh semua masyarakat kampung, walau namanya tidaklah selegendaris di bandingkan tempat lain.

"Sat, madep belakang. Aku mau ganti baju." kata Rina setelah mereka berada di dalam ruang tamu. Malam ini terpaksa harus menginap dan tidur di ruang tamu berdua dengan Satria. Tidak ada pilihan lain. Ini adalah perjuangan untuk meraih cita citanya menjadi penyanyi terkenal. Usianya baru 25 tahun, tapi terlihat lebih tua seperti wanita berusia 30, itu sebabnya dia datang ke Nek Ecih agar menjadi awet muda. Dan tentu saja menjadi penyanyi terkenal.

"Kan tadi udah liat, masa masih malu!" Satria menggoda Rina. Satria membelakangi Rina memberi kesempatan wanita itu berganti pakaian. Satria sendiri terpaksa tidur dengan baju agak basah karena memang hanya baju ini yang dibawanya tanpa membawa baju ganti. Satria tidak menyangka akan menginap di tempat ini.

"Kamu gak ganti baju?" tanya Rina. Pertanyaan yang tidak perlu karena dia melihat Satria membawa tas untuk membawa baju ganti.

"Gak bawa baju, tadinya gak tau disuruh nginap." jawab Satria.

"Mau pake baju dan celana panjangku? Nanti kamu masuk angin." kata Rina berbaik hati. Entah kenapa Rina merasa tidak tega melihat Satria yang menahan dingin. Baju dan celana kering tentu akan terasa nyaman dibanding pakaian yang lembab, agak basah.

"Gak, aku sudah biasa." Satria berusaha menolak, apa lagi harus memakai pakaian wanita yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu.

**†***

Lastri gelisah, selalu saja merasa gelisah setiap kali Satria anaknya tidak pulang. Walau Satria selalu memberi kabar apa bila tidak pulang. Tetap saja hatinya merasa gelisah. Satria adalah satu satunya hal yang paling berharga dalam hidup melebihi nyawanya sendiri. Dialah satu satunya tanda cinta, kado terindah yang didapatkannya dari pria yang paling dicintainya. Sekali lagi dibacanya pesan WA dari Satria.

"Satria nginap di rumah teman, bu." pesan singkat yang dibalasnya dengan petuah panjang. Nasehat yang selalu diulang ulang hingga ratusan kali sepanjang anaknya tumbuh.

Lastri membuka sebuah buku agenda yang sudah berusia pulihan tahun, lebih tua dari usia anaknya. Diambilnya sebuah photo yang sudah mulai memudar warnanya. Photo yang selalu dipandangi saat akan tidur.

24 tahun yang lalu, kejadian itu terus membayang di ingatannya, kejadian yang merubah hidupnya 180 derajat.

Masih terbayang, ayah dari pria yang dicintainya datang menitipkan sebuah surat untuk pria yang dicintainya. Awal sebuah petaka yang hampir merenggut nyawa pria yang dicintainya.

Setelah kedatangan ayah dari pria yang dicintainya, Lastri menelpon pria yang dicintainya dan memintanya datang untuk memberikan surat yang dititipkan.


Lastri menggelengkan kepala berusaha mengusir kejadian buruk itu. Dia kembali menatap photo yang selalu dirawatnya dengan sepenuh hati. Tapi bayang bayang itu kembali datang menghantuinya.

Tidak, dia tidak pernah menghianati pria yang dicintainya. Dia hanya terjebak pada situasi yang dia sendiri tidak mengerti. Masih terbayang jelas diingatannya saat pria itu menatapnya penuh kebencian dan Lastri tidak sanggup untuk kembali bertemu dengan pria itu. Lastri untuk pergi jauh dari hadapan pria. Pergi dengan membawa benih dari pria yang dicintainya. Bahkan untuk menyebut namanyapu tidak mampu Lastri berjanji akan membesarkan anak yang dikandungnya.

"Ibu sudah tidur?" sebuah pesan WA dari Satria. Sudah jam satu malam, anak itu belum tidur. Apa yang dilakukannya jam segini belum tidur. Semoga Satria tidak berbuat macam macam yang bisa membahayakan dirinya.

"Kamu jam segini belum tidur? Memang kamu sedang apa? Kamu gak lagi macam macam, kan?" tanya Lastri yang selalu menghawatirkan anaknya.

"Enggak, Bu. Ya udah, Ibu tidur. Satria ngantuk." balas satria.

Lastri tersenyum tenang, berarti Satria baik baik saja dan tidak berbuat macam macam. Anak itu tidak pernah berbohong, sama seperti dirinya yang tidak pernah berbohong kepada anaknya. Kecuali satu, setiap kali Satria menyakan ayah selalu dijawab, ayahnya pergi meninggalkan mereka.

Perlahan rasa kantuk menghampiri, Lastri memejamkan matanya, dalam sekejab Lastri tertidur.

******

"Gak apa apa, dari pada kamu kedinginan..!" Rina mengambil sebuah kaos dan celana leging untuk dipakai Satria.

Dengan ragu Satria menerimanya. Satria melihat Rina, meminta kepastian. Wanita itu menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Satria membelakangi Rina laku membuka seluruh pakaiannya.

"CDnya juga dilepas, nanti kontol kamu jamuran kalau pake CD basah seperti itu. Kamu mau pakai CDku?" katq Rina menggoda.

Satria salah tingkah sendiri mendengar godaan Rina. Satria menurunkan CDnya lepas lewat kaki. Dengan cepat Satria memakai celana leging yang ngepres di kulitnya. Untung kaos yang dipinjamkan muat.

"Hihihih...!" Rina tertawa geli melihat Satria yang memakai celana legingnya. Satria berbali heran melihat Rina yang tertawa. Dan saat Satria berbali ke arahnya, suara tawa Rina langsung terhenti, matanya terbelalak melihat selangkangan Satria yang menonjol besar, apa lagi kontol Satria masih tegang karena pikiran kotornya.

"Kenapa Teh?" tanya Satria bingung.

"Itu kontol kamu gede banget...!" Rina menunjuk selangkangan Satria yang menonjol besar tercetak jelas di balik celana leging yang dipakainya.

"Dari sananya udah gini...!" Satria hanya tersenyum malu.

Satria merebahkan tubuhnya agak jauh dari Rina, tubuhnya miring membelakangi Rina agar tonjolan di selangkangannya tidak terlihat. Tapi itu bukan pilihan bagus, posisinya menghadap pintu kamar Nek Ecih. Bagaimana kalau Nek Ecih melihat tonjolan di selangkangannya? Bukankah itu tidak sopan dan cenderung melecehkan. Kalau celentang justru akan membuat kontolnya semakin terespos.

"Kamu tidur di sampingku menghadap bilik aja, jadi kontol kamu gak kelihatan." kata Rina memberi solusi ditengah kebingungan Satria.

Tanpa berpikir panjang Satria pindah ke belakang Rina tanpa memikirkan dampaknya. Tidur di samping Rina artinya mereka berdempetan di kasur lantai yang tidak terlalu lebar. Itu salah satu resiko yang tidak bisa dihindari.

"Pake selimut, Sat.?" kata Rina menutup tubuhnya dengan selimut lebar yang sengaja dibawa dari rumah dan memberikan sebagiannya ke Satria agar menutup tubuhnya terutama menutupi kontolnya agar tidak terlihat. Rina sudah menyiapkan semua keperluan menginap. Rina sudah tahu dari temannya yang sudah sukses jadi penyanyi bahwa untuk mendapatkan pertolongan Nek Ecih, harus menginap beberapa malam agar ilmu pengasihannya meresap.

Satria segera menutup tubuhnya sehingga dia bisa tidur celentang tanpa takut kontolnya terespos.

"Kontol kamu kok bisa segede ini? Gimana ya rasanya kalau masuk memekku?" kata Rina sambil meraba kontol Satria yang belum juga mau tidur membuat Sattersedak kaget dengan keberanian wanita yang baru dikenalnya. Tiba tiba Rina membelakanginya.

"Sat, miring ke aku!" perintah Rina. Dengan perasaan heran, Satria mengikuti kemauan Rina. Sekarang posisinya miring menghadap Rina yang membelakanginya. Tiba Satria merasa celananya di perlorotkan ke bawah sehingga kontolnya terbebas dari himpitan celana leging yang menyesakkan.

"Teh,...mau apa?" tanya Satria bingung.

"Ssst, jangan berisik...!" kata Rina agak menggeser posisi pantanya hingga pas menempel kontol Satria yang kaget karena bisa merasakan kontolnya menyentuh kulit pantat Rina yang sejak kapan membuka celananya. Rina meraih kontol Satria dan digesek gesekan ke belahan memeknya yang mulai basah.

"Masukin....!" perintah Rina sambil mendorong pantanya ke belakang berusaha memaaukkan kontol Satria ke memeknya. Saat yang sama Satria memajukan pantatnya sehingga kontolnya sukses maauk ke dalam memek wanita yang baru dikenalnya.

Naluri yang membuat Satria melakukannya. Naluri syahwat yang dimiliki oleh insan berlainan jenis. Satria perlahan memompa memek Rina dengan bernafsu. Gerakannya kaku dan tergesa gesa. Ya, inilah pengalaman ke dua kontolnya masuk ke dalam memek.

"Gila, kontol kamu gede banget, ennnak sampe mentok..." Runa berbisik menikmati setiap sodokan Satria.

Satria semakin bernafsu menyodok memek Rina yang terasa rapat menjeptt kontolnya, benar benar dahsyat rasanya. Satria berpikir untuk melakukan secepatnya sebelum ada yang mergoki perbuatan mereka.

"Cepetin , Sat. Nanti keburu ketahuan." bisik Rina yang mempunyai pikiran yang sama dengan Satria.

Satria semakin cepat memompa memek Rina, semua kosentrasinya tertuju pada gerakan kontolnya yang semakin lancar keluar masuk memek Rina hingga ahirnya Satria merasa orgasmenya semakin dekat.

"Akkku mau kelllluarrrrr...!" Satria berbisik.

"Kelllluarin aja Sat di memekku. Aku juga kelllluarrrrr...." bisik Rina.

Satria menembakkan cairan pejuhnya ke dalam memek Rina yang pada saat bersamaan mendapatkan orgasmenya.

Tiba tiba pintu kamar Nek Ecih terbuka.

Bersambung.....om....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd