Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Kemana aja nih gue, baru liat lanjutannya disini.

Baca tiap halaman buat ngikutin tebak2an Satria dkk
 
Chapter 8 : Pertemuan

"Mau apa kamu ke sini? Mau gangguin Syifa?" tanya ayah Syifa garang. Kegarangannya seperti singa yang melihat anaknya terancam.

"Gak...Pak. Sayaa lagi nunggu teman..!" Satria menarik nafas lega setelah menyelasaikan ucapannya yang gagap.

"Say....ya per..misi, Pak...!" pamit Satria, tidak menunggu jawaban dari ayah Syifa, Satria melarikan motornya. Satria tidak memperdulikan makian seorang ibu yang hampir terserempat. Harus secepatnya meninggalkan momok paling menakutkan dalam hidupnya.

Untuk sedikit mengurangi kekesalannya, Satria berputar arah ke tempat kerja ibunya. Mudah mudahan masih sempat menjemput ibunya.

*******

"Tadi Bapak liat anak brengsek itu di depan gang. Kamu hati hati" kata ayahnya Syifa ke Rendy yang masih ngobrol dengan Syifa di ruang tamu yang merangkap sebagai ruang keluarga.

"Maksud Bapak, Satria?" Syifa tidak habis berpikir kenapa ayahnya selalu memanyebut Satria dengan sebutan anak brengsek. Sebesar itukah rasa tidak sukanya ke Satria.

Ayahnya tidak menjawab, masuk meninggalkan Syifa yang terpaksa menemani Rendy ngobrol, padahal Syifa selalu berusaha menolak setiap kali Rendy menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Selalu begini ahirnya, Rendy tidak langsung pulang, bisa berjam jam Rendy mengajaknya ngobrol. Obrolan yang membosankan.

Kenapa juga ayahnya harus bermusuhan dengan Satria. Apa kejadian dulu masih membekas di hati ayahnya sehingga tidak pernah bisa memaafkan Satria. Anak Brengsek, kata yang terasa sangat menyakitkan untuk Syifa. Dan kemarahannya dilampiaskan ke Rendy.

"Kamu pulang sana, udah mau maghrib. Aku mau ngaji." Dina menyuruh Rendy pulang. Semakin lama dekat dengan Rendy, hatinya semakin tidak nyaman.

"Ya udah, aku pulang dulu. Bapak ibu mana? Aku mau pamitan.!" kata Rendy melihat ke dalam mencari orang tua Syifa.

"Gak usah pamitan." kata Syifa jengkel melihat Rendy yang dianggapnya mengulur ngulur waktu.

Syifa tidak memperdulikan Rendy yang terlihat kecewa karena harus pulang. Bukan salahnya berbuat begitu. Rendy saja yang tidak tahu malu terus menerus mendekati dan memaksa untuk mengantarnya pulang walau sudah sering ditolak dengan berbagai macam alasan.

"Aku pulang dulu, ya!" Rendy berpamitan, tidak ada senyum yang melepas kepergiannya. Syifa langsung masuk begitu Rendy keluar menghidupkan motornya.

Syifa masuk kamar membuka jilbab dan melepas rambutnya yang disanggul. Rambutnya yang panjang dan lurus berwarna hitam legam seperti para model iklan shampo. Syifa mengambil handuk yang tergantung di balik pintu. Lalu Syifa mengambil baju dari lemari. Sudah menjadi kebiasaan Syifa berganti baju di kamar mandi.

"Bapak gak senang kalau kamu berhubungan dengan anak brengsek itu..!" kata ayahnya saat Syifa berjalan ke kamar mandi.

"Satria salah apa sama, Bapak?" tanya Syifa tidak menghentikan langkahnya ke kamar mandi.

"Kamu dibilangin orang tua ngebantah terus.!" suara ayahnya terdengar keras.

"Syifa kan cuma nanya, Pak!" kata Syifa berbalik menghadap ayahnya. Kesabarannya sudah habis menghadapi sifat arogan ayahnya yang cenderung berlebihan.

"Kan Bapak sudah sering cerita tentang anak brengsek itu. Sudah puluhan kali ayah cerita dan ayah gak mau kamu dekat dengan anak brengsek itu. Nanti kamu akan dirusaknya." nada suara ayahnya bergetar menahan marah.

"Syifa gak ada hubungan apa apa sama, Satria, kalo Syifa sering berangkat kerja bareng, itu karena kebetulan. Kebetulan tempat kerja kami satu arah. Kebetulan kami bertemu saat mau berangkat kerja. Lalu salahnya di mana?" tanya Syifa jengkel. Ya memang benar saat ini mereka tidak mempunyai hubungan apa apa, walau dalam lubuk hatinya, Syifa berharap hubungan mereka bukan hanya sekedar teman saja. Lebih dari itu.

******

"Din, Ibu boleh masuk?" tanya ibunya.

"Sebentar, Mah" jawab Dina. Dengan malas bangun membuka pintu yang terkunci. Tidak mungkin melarang ibunya masuk kamarnya.

"Kamu jangan begitu sama ayah..!" kata ibunya sambil berjalan masuk kamar anak gadisnya yang tertata rapi. Lalu duduk di pinggir ranjang.

"Biarin aja, mah. Semua lelaki kerjanya cuma menyakiti perempuan." jawab Dina sambil merebahkan kepalanya di pangkuan ibunya.

"Kamu lagi patah hati, ya?" tebak ibunya yang sangat mengenal tabiat anak semata wayangnya.

"Ich, gak mungkinlah Dina patah hati. Yang ada juga cowok cowok yang patah hati, cintanya bertepuk tangan ke Dina." Dina berusaha menutupi perasaan hatinya yang terbakar cemburu. Tapi naluri seorang ibu akan tahu kebohongan yang diucapkan anak semata wayangnya.

"Temuin ayah kamu, emang kamu gak kangen sama ayah?" tanya ibunya bijak. Tidak mungkin memaksa Dina menceritakan hal yang tidak mau diceritakannya.

"Iya, mah...!" Dina bangun dan menarik tangan ibunya dengan manja. Ibu dan anak berjalan sambil bergandengan tangan.

"Ada apa sich, yah?" tanya Dina sambil menjatuhkan pantatnya yang berisi di samping ayahnya yang terus memperhatikan penuh selidik.

"Gak biasanya ayah dateng dicuwekin..!" kata sang ayah merangkul pundaknya dengan.penuh cinta.

"Dina lagi pusing, Yah....." kata Dina manja. Perlahan kecemburuannya mulai teralihkan oleh perhatian ke dua prang tuanya.

"Pusing kenapa? Pacar kamu?" tanya sang ayah berusaha menebak atau mungkin juga sekedar menggoda Dina.

"Pusing diomelin dosen....! Udah dulu ya, Yah. Tugas kuliah numpuk banget, besok harus selesai." kata Dina pamitan kepada ayahnya.

"Iya, kalau itu ayah gak bisa bantuin kamu. !" kata ayahnya.

********

"Dina gak lagi deket sama cowok, kan?" tanya Jalu menatap wajah istrinya yang terlihat lebih nuda dari usia yang sebenarnya.

"Setau mamah, belum punya Yah..!" kata Ratna sambil duduk disamping Jalu. Kepalanya menyandar di pundak Jalu dengan manja.

"Mamah pengen ya?" bisik Jalu. Tanpa menunggu jawaban tangannya mengangkat dagu lancip Ratna. Bibirnya mencium mesra. Setelah puas berciuman, Jalu mengangkat tubuh Jalu.

"Ayah.....!"reflek tangan Ratna merangkul leher suaminya agar tidak terjatuh. Hal seperti inilah yang membuatnya semakin mencintai Jalu setelah 22 tahun mereka berumah tangga, perhatian dan kasih sayangnya tidak pernah berubah.

Perlahan Jalu meletakkan Ratna di atas spring bed besar. Kembali mereka berciuman dengan mesra menumpahkan semua kerinduan selama seminggu mereka tidak bertemu. Usia bukan penghalang untuk mereka memadu cinta, justru menjadi semakin panas karena mereka sudah saling mengerti apa yang diinginkan pasangannya.

" Mamah gak pake bh, ya?" goda Jalu sambil meremas payudara Ratna yang tetap kenyal terawan di usianya yang ke 37 tahun. Wanita yang dinikahinya saat berusia 15 tahun.

"Kan ayah mau dateng, kalo ayah pengen jadi gampang." jawab Ratna menggoda Jalu, tangannya meraba selangkangan Jalu yang sangat mudah terbangun dari tidurnya.

"Gadis kecil yang nakal" Jalu kembali mencium bibir istrinya sebentar lalu membantu Ratna membuka bajunya. Dalam sekejab, Ratna sudah bugil. Tubuhnya begitu indah terawat sehingga tidak ada lemah yang menodai keindahannya.

Masih terbayang jelas sebab musabab Jalu menikahi istrinya. Karena sebuah janji, janji yang tidak pernah diingkarinya.

"Ayyah...!" Ratna membuka seluruh kancing Jalu, jemari tangannya sudah sangat ahli. Dalam waktu singkat kemeja Jalu sudah terbuka, memperlihatkan dadanya yang bidang dan berotot. Dada yang selalu berhasil membuatnya merasa nyaman.

Ratna menyuruh Jalu berdiri agar mempermudah membuka celananya. Ratna menatap takjub kontol Jalu yang berdiri perkasa, kontol yang selalu membuatnya meraih orgasme berulang ulang. Satu satunya kontol yang mencicipi kenikmatan memeknya.

"Udah bangun aja, Yah..!" Ratna membelai kontol yang selalu dirindukannya.

Dijilatinya setiap bagian kontol Jalu tanpa ada yang terlewat. Ratna melakukannya dengan sepenuh hati. Semua kemampuannya dikerahkan untuk memberikan pelayanan terbaik untuk pria yang dicintainya.

"Mamah makin pinter aja nyepong kontol ayah...!" Jqlu melenguh nikmat, saat mulut dan lidah istrinya memanjakan kontolnya.

"Udah,Mah. Nanti keburu keluar..!" Jalu mendorong wajah istrinya agar melepaskan kontolnya. Jalu berjongkok di hadapan selangkangan Ratna yang duduk di samping springbed dengan kaki terjuntai ke lantai.

Mengerti apa yang diinginkan suaminya, Ratna membuka selangkangannya selebar mungkin, tubuhnya berbaring untuk mempermudah aktifitas suaminya menjilati memeknya yang sudah mulai basah karena terangsang.

"Ayah,, ennnak...!" Ratna mendesah saat lidah jalu menyapu belahan memeknya, memberikan rasa nikmat yang sangat disukainya. Jilatin yang membuatnya ketagihan, apa lagi saat lidah suaminya mempermainkan itilnya, mampu membuatnya mendapatkan orgasme dahsyat yang sukar dilukiskan kenikmatannya.

"Ammmpun Ayahhhh, mamah kelllluarrrrr....!" Ratna berteriak kecil. Tanpa sadar menjambak rambut suaminya. Inilah saat suaminya tidak akan tersinggung maupun marah karena rambutnya dijenggut. Setelah badai orgasmenya reda, jenggutannyapun terlepas dengan sendirinya.

Jalu bangkit dan merangkak di atas tubuh istrinya. Kontolnya mulai mengarah ke lobang memek istrinya, perlahan kontolnya menerobos masuk, menggesek setiap centi dinding memek yang mampu membawanya ke langit ke tujuh menggapai surga dunia.

"Memek mamah benar benar ennnak...!" bisik Jalu di telinga Ratna. Pantatnya bergoyang memompa memek istrinya dengan lembut dan berirama berusaha mendapatkan kenikmatan maksimal. Sementara lidahnya menggelitik belakang telinga Ratna.

"Ennnak Yah, kontol ayah bikin ketagihan." Ratna mendekap kepala Jalu yang sedang menjilati lehernya yang jenjang tanpa mengurangi ritme pinggulnya yang memompa memeknya. Ratna mendesis sebelum ahirnya kembali mendapatkan orgasme ke duanya yang sangat dasah, jiwanya seperti tersedot ke dalam pusaran kenikmatan yang hanya sesaat.

"Ayyyyah, ampun gak kuatttt....!" kembali Ratna menjenggut rambut suaminya. Tidak ada tata krama ataupun sopan santun dalam setiap persetubuhan.

Jalu tersenyum senang busa menaklukan istrinya mencapai dua kali orgasme dalam waktu singkat. Sedangkan kontolnya masih terlalu perkasa untuk dapat ditaklukan. Masih perlu waktu cukup lama untuk bisa menaklukan kontolnya yang sudah menaklukkan banyak lobang memek.

"Yah, Na pengen diatas...!" Ratna merajuk manja saat Jalu kembali memompa memeknya dengan irama yang stabil dan mampu membuatnya meraih orgasme berulang ulang.

Jalu tertawa menggoda istrinya, pinggulnya terus memompa memeknya yang sudah sangat basah sehingga menimbulkan bunyi merdu yang indah dan mampu membuat nafsunya semakin memuncak.

"Ayyyah....ampun Na kelllluarrrrr lagiiii..." Ratna tidak mampu menahan jeritannya. Untung saja kamar yang mereka tempati kedang suara sehingga tidak hawatir teriakannya terdengar ART dan anaknya Dina.

Saat yang tidak terlalu lama, Jalupun tidak mampu lagi menahan puncak kenikmatannya. Seluruh tubuhnya mengejang menggapai puncak kenikmatan disertai semburan pejuh yang sangat banyak tertumpah di memek istrinya.

"Aku jugaaaaa kelllluarrrrr...!" Jalu mengeram, menekan kontolnya hingga dasar memek Ratna....

Hp Jalu tiba tiba berbunyi bertepatan dengan Jalu mencabut kontolnya dari lobang memek istrinya. Dengan malas Jalu mengangkatnya. Suara orang kepercayaanya terdengar mengabarkan salah satu Club Malamnya digerebek Polisi.

********

"Tumben kamu ngejemput, Ibu?" tanya Lastri heran melihat Satria menjemputnya. Sejak bekerja di toko Satria tidak pernah menjemputnya pulang.

"Kan Satria lagi libur. " kata Satria mencium tangan Lastri.

"Helmnya mana?" tanya Lastri sebelum naik ke boncengan Satria. Lastri tidak melihat adanya helm yang bisa dia pakai.

"Gak bawa, Bu. Dari rumah teman, Satria langsung ke sini." jawab Satria.

"Nanti kalau ada polisi kamu kena tilang." kata Lastri.

"Kalo ada polisi, ibu turun dulu. Satria tunggu di depan." ahirnya setelah perdebatan singkat Lastri naik ke atas boncengan anak kesayangannya.

Satria menjalankan motor dengan santai, tidak perlu terburu apa lagi membonceng ibunya yang akan berteriak kalau Satria menjalankan motor dengan cepat. Ditambah jalan raya yang padat membuat Satria harus lebih berhati hati. Jangan sampai ibunya ikut celaka karena cara membawa motornya yang ugal ugalan.

Tiba tiba sebuah mobil mewah menyerempet, sehingga hampir membuat motor yang dikemudikan hampir terjatuh. Untung Satria dapat mengendalikan motornya.

"Hei....******...!" Satria memaki panjang. Satria berniat mengejar mobil yang baru saja menyerempetnya, tapi Ibunya melarang. Tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti kemauan ibunya. Satria sangat menghormati Ibunya.

Jalanan macet membuat mobil yang menyerempetnya berhenti membuat emosai Satria kembali terpancing. Reflek tangannya menggedor pintu depan mobil dengan keras mebuat ibunya terkejut.

"Satria, jangan cari masalah, Nak..!" Lastri berusaha meredakan kemarahan Satria yang kembali terusik. Terlambat, jendela mobil terbuka, Lastri tertegun melihat wajah pria yang duduk di belakang kemudi. Pria yang sangat dikenalnya yang selalu mengisi mimpi mimpinya hampir setiap malam.

"Turun lu... Axxxxx, jangan mentang mentang orang kaya." kemarahan Satria sudah tidak mampu dibendungnya. Kemarahan yang tidak sempat tersalurkan ke Rendy kini ditumpahkan ke pengemudi mobil yang hampir menyerempetnya.

"Ke pinggir dulu...!" jawab pengemudi mobil mewah itu sambil menunjuk dan meminggirkan mobilnya.

"Sabar, Sat....!" Lastri masih berusaha meredakan kemarahannya.

Terlambat, mobil itu sudah berhenti di pinggir jalan. Si pengemudi turun. Satria menghentikan motornya tepat di belakang mobil. Bujukan ibunya sudah tidak di dengarnya lagi. Satria langsung turun mendahului ibunya.

"Satria...!" teriak ibunya menyusul. Jantungnya berdegup kencang saat bertatapan mata dengan si pengemudi mobil yang tidak kalah terkejutnya melihat Lastri.

"Lastri.....!" pengemudi mobil itu terpana melihat ke arah Lastri.

Satria yang sedang dilanda kemarahan tidak mendengar pengemudi itu memanggil nama ibunya. Tanpa berbasa basi Satria memukul wajah orang itu dengan segenap kekuatannya.

Bersambung gan.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd