Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Bimabet
Chapter 2 :



"Apa itu, Bu?" tanyaku penasaran. Ibu pasti akan memberikan sesuatu yang bisa membuat Satria bertekuk lutut dan mengemis padaku.

"Nanti kamu akan tahu, ini rahasia terbesar yang sudah ibu simpan sejak masih gadis. Duduk, ibu mau bercerita..!" aku duduk dengan perasaan heran, kalau sekedar bercerita kenapa harus di dalam kamar, di ruang depan rasanya lebih nyaman.

Cerita Pun dimulai :

"Rani, Rini ada yang ayah mau bicarakan dengan kalian, duduklah." aku memandang ayahku heran, wajahnya terlihat sangat tegang dan ketakutan.

"Ada apa, Yah?" tanya kami berbarengan

"Ayah ingin mengatakan sesuatu yang teramat penting, sebuah rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain karena kalau sampai rahasia ini diketahui, kita semua akan mati." Ayah mengusap wajah bopengnya yang basah oleh keringat, padahal ruangan ini ber AC.

"Apa itu, Yah?" aku bertanya ngeri, ini seperti cerita dalam film. Sebuah rahasia dapat menyebabkan kami semua mati, rahasia yang pasti sangat penting.

"Dulu Ayah melakukan perampokan di sebuah rumah Bos Kartel narkoba, hasil dari rampokan itu perhiasan emas, emas batangan dan intan yang sangat banyak. Awalnya kami tidak tahu sudah merampok harta karun Bos Kartel Narkoba, karena yang kami merampok sebuah toko emas besar. Ternyata Toko Emas itu hanya sebuah kamuflase, secara tidak sengaja kami menemukan sebuah ruangan tersembunyi yang berisi emas batangan berjumlah 100, perhiasan emas yang sangat banyak dan butiran intan." Ayah kembali mengusap keringat dingin yang membasahi wajahnya.

"Dengan siapa ayah melakukan perampokan, tidak mungkin ayah melakukannya sendiri.?" aku mulai tertarik dengan cerita Ayah.

"Lima orang, dua orang diantara kami sudah terbunuh. Satu satunya orang yang tahu di mana harta itu berada, adalah ayah karena yang bertugas membawa harta rampokan itu ayah. Sekarang ayah ingin mentato tubuh kalian, bukan sembarang tato. Tapi sebuah peta atau petunjuk di mana harta itu tersimpan." ayah menerangkan maksudnya.

"Kenapa harus mentato tubuh kami dengan petunjuk di mana harta itu tersimpan, bukankah ada cara lain?" aku merasa keberatan harus mengotori tubuhku dengan tato, mendengarnya saja sudah mengerikan. Membayangkan kulitku yang halus ditusuk puluhan kali oleh jarum kecil, rasanya pasti sangat menyakitkan.

"Ayah punya alasan kenapa harus mentato tubuh kalian, alasan pertama, petunjuk ini tidak akan hilang ataupun rusak. Ayah berharap, suatu saat kelak kalian akan mendapatkan harta tersebut. Alasan kedua, tidak akan pernah ada yang menyangka, di tubuh kalian ada petunjuk tentang harta karun. Alasan ketiga, tato di tubuh kalian masing masing hanya menyimpan setengah bagian, jadi kalian tidak akan bisa mendapatkan harta tersebut kalau hanya melihat tato satu diantara kalian." ayahku menerangkan alasan mengapa akan mentato tubuh kami. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya aku bersedia di tato di bagian paling tersembunyi di tubuh kami.


"Maksud Ibu, apa?" aku belum paham dengan maksud ibu menceritakan masa lalunya. Ibu pernah bercerita bahwa kakek mati dibunuh orang, hanya itu yang aku ketahui tentang kakekku.

"Ibu akan memperlihatkan tato di tubuh Ibu. Kamu catat baik baik..,!"

"Untuk apa, Bu?" tanyaku memotong kalimat ibuku yang belum selesai.

"Karena Satria menanyakan tato yang ada di tubuh, Ibu." jawaban Ibu membuatku sangat terkejut, dari mana Satria tahu tentang tato ibu. Aku saja sama sekali tidak tahu ibu mempunyai sebuah tato.

"Dari mana Satria tahu tentang tato di tubuh, ibu?" aku mulai curiga, ibu sudah berselingkuh dengan Satria.

"Karena Satria adalah anak Pak Jalu yang sudah lama mengincar harta yang petunjuknya ada di tato ibu, dia ditugaskan untuk mendapatkan petunjuk dari tato ibu. Kamu bisa menggunakan tato ibu untuk terus bersama dengan Satria mendapatkan harta ini, sambil kita menyusun rencana menyingkirkan Wulan dan Lilis." jawaban dari ibu sudah cukup membuatku mengerti apa yang harus aku lakukan, rencana harus dijalankan secepatnya.

"Bukankah tato di tubuh ibu tidak sempurna tanpa melihat tato di tubuh adik ibu, lalu apa gunanya tato itu sekarang?" tanyaku heran.

"Adik ibu sekarang di rumah Pak Jalu, begini ceritanya, istri ke tiga Pak Jalu adalah adik bungsu Ibu yang beda ibu."

"Berarti tato satunya ada di tubuh istri Pak Jalu, makanya Pak Jalu menyuruh Satria untuk melihat tato di tubuh ibu agar bisa menemukan harta yang disembunyikan oleh Kakek?" tanyaku memotong kalimat Ibu, aku sudah bisa menebak arah perkataan ibu.

"Bukan, adik ibu yang satunya lagi tinggal di Karawang. Ibu tidak ingin bertemu dengan adik ibu yang bernama Rini dan sudah mengganti namanya menjadi Hajjah Ijah karena dia sudah menghianati ibu." wajah ibuku terlihat pilu, aku melihat matanya berkaca kaca.

"Kenapa Ibu menangis, ibu bisa cerita ke Syifa apa yang sudah terjadi sebenarnya." aku memeluk ibu, menciumi wajahnya yang halus.

"Aku sudah dikhianati oleh adikku sendiri dan sejak itu aku bersumpah tidak pernah lagi mau bertemu dengan adik adikku, mereka sudah kuanggap mati." jawab ibu terdengar sangat menyayat hati, sepedih itukah hidupnya dan dia berhasil menyembunyikannya dariku. Aktris yang luar biasa, ibu bisa tersenyum menutupi semuanya.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan, sedang ibu tidak mau bertemu dengan adik ibu?" tanyaku bingung harus melakukan apa.

"Aku yakin, Satria sudah ditugaskan untuk mendapatkan tato yang ada di tubuh Rini, yang harus kamu lakukan adalah mengajak Satria bekerja sama mendapatkan harta itu berada." jawab Ibu tenang.

============

Aku melihat photo tato ibu di HP, tekadku sudah bulat untuk mendapatkan harta yang tersimpan agar aku bisa memiliki Satria. Niat utamaku adalah mendapatkan Satria dan memilikinya seutuhnya, kalau aku bisa bekerja sama dengan Satria untuk mendapatkan emas maka aku akan dengan mudah menyingkirkan Wulan dari kehidupan Satria.

Sepertinya aku sudah mulai gila, gila karena cinta. Walau aku merasa semua yang kulakukan adalah hal yang wajar, karena aku melakukannya demi cinta yang kumiliki. Cinta sebagai seorang wanita kepada pria dan cinta kepada anak yang sedang aku kandung, "Aku berjanji kepadamu, Nak. Kamu akan mendapatkan hakmu untuk memiliki ayahmu, ibu akan melakukan apa saja untukmu." aku mengelus perutku yang masih rata, tapi setiap hari akan semakin membesar karena pertumbuhan janin yang sedang aku kandung.

Aku membuka kontak WA dan mulai mengetik pesan singkat yang ditujukan ke Satria, pesan yang akan menarik perhatian Satria.

====Aku sudah mendapatkan tato yang ada di tubuh ibuku apa kamu mau melihatnya?====

Aku menunggu balasan dari Satria sambil meneliti tato ibuku, tato yang tidak mungkin ditemukan tanpa menelanjangi ibuku hingga tidak ada selembar benangpun yang menempel pada tubuhnya.

Apa Satria sudah berhasil melihat tato di tubuh adik ibu? Bajingan, Satria selalu beruntung bisa menikmati tubuh wanita dengan mudah. Dimulai dari sahabatku, aku dan dia benar benar beruntung mendapatkan seorang istri yang cantik dan bertubuh sexy, tapi keberuntungannya akan segera berhenti saat Satria sudah menjadi milikku, aku akan menjaganya sehingga tidak ada seorang wanita pun yang bisa mendekatinya.


Kenapa pikiranku selalu tertuju ke Satria, seolah waktu yang kulalui hanya untuknya. Aku melihat photo tato di hp, tempat yang sangat tidak wajar untuk sebuah tato dan tulisan di tato Itu sangatlah aneh.

2nsnp5i.jpg


Tepat di bawah payudara ibu, tertulis : 71º5' - 7º30' LS, 110º45' 111º10' BT, aku yakin ini adalah koordinat dalam peta. Untuk mengetahui tempat itu, aku bisa melihatnya di google. Semuanya terasa mudah karena adanya teknologi yang semakin maju, pantas saja harta itu sulit ditemukan.

14xs9y.jpg


Pada tato ke dua, tempatnya sungguh tidak masuk akal. Hanya ada 4 angka yang tertulis, aku tidak tahu artinya, nanti bisa aku pikirkan pelan pelan. Ini angka apa? Bisa kode area telepon atau mungkin juga nomer rumah atau kemungkinan lainnya.


===Aku mau lihat, kamu punya fotonya?==== chat balasan dari Satria, aku tersenyum sudah bisa menarik perhatiannya.

===Ada syaratnya..! ===

Aku yakin Satria akan mengabulkan syaratku, buktinya dia mau bersusah payah merayu ibuku, dasar pria mata keranjang dia masih juga merayu ibuku setelah berhasil mendapatkan tubuhku. Makiku jengkel, aku tidak bisa memungkiri aku sangat cemburu mendengar Satria merayu ibu agar mau menunjukkan tatonya di bagian tubuh ibu yang paling tersembunyi.

===Aku ikut mencari emas, itu!====

Jawabku singkat. Aku menunggu sekian lama, Satria tidak membalasnya. Hampir saja aku tertidur saat sebuah chat masuk, aku mengambil HP dan membukanya.

===Aku setuju, besok kita bicarakan langkah selanjutnya.===

Balasan chat dari Satria, sudah cukup membuatku bahagia, tinggal bagaimana melakukan langkah selanjutnya, aku sudah menyusun rencana dibantu ibuku.

===============

"Teh Sri, sehat?" aku menyapa Teh Sri yang sedang asik menyusun stok barang yang mulai berkurang di rak, dia begitu terampil mengerjakan tugasnya. Wajar, karena dia orang pertama yang kerja di sini, sehingga dia sangat tahu apa yang harus dilakukannya tanpa disuruh.

"Syifa, kamu dipanggil Teh Wulan." Teh Sri menghentikan pekerjaannya, dia menoleh ke arahku dengan tatapan yang kurasa aneh.

"Ada urusan apa, Teh?" tanyaku tegang, padahal aku belum tahu maksud Wulan memanggilku. Setiap kali Wulan memanggilku dan saat berhadapan dengannya aku merasa terintimidasi dan selalu ketakutan, takut dia mengetahui semua rencana dan pikiranku terhadapnya.

Ternyata benar apa kata Aa Gym, setiap kali kita mempunyai niat buruk pada seseorang maka hati kita tidak akan pernah tenang. Hatiku menjadi tidak tenang, aku menarik nafas panjang membulatkan tekad dan keberanianku untuk menemui Wulan. Langkah kakiku terasa berat melalui satu demi satu anak tangga yang jumlahnya tidak terlalu banyak, setelah perjuangan berat, akhirnya aku sampai di pintu kamar Wulan yang terbuka.

"Masuk Syifa, sorry aku masih berpakaian seperti ini. Maklum, orang ngidam bawaannya males." kata Wulan mengelus perutnya membuatku membuang muka untuk menyembunyikan perubahan raut wajahku, tanpa sadar aku ikut mengelus perutku. Aku melihat Satria tidur nyenyak tidak terganggu oleh kehadiranku, dia hanya memakai celana pendek sehingga tonjolan kontolnya yang sedang tegang terlihat jelas membuatku iri karena hanya bisa menikmati tanpa memiliki.

sgsao9.jpg


"Ada apa Teh Wulan manggil, aku?" aku menatap Wulan setelah berhasil mengendalikan diri, sehingga ekspresi wajahku sudah kembali normal. Rasanya aku tidak kalah cantik dibandingkan Wulan, kenapa Satria bisa memilih Wulan padahal setahuku Satria sangat tergila gila padaku, pasti karena harta yang dimilikinya.

"Sayang, ada Syifa..!" Wulan tidak menjawab pertanyaanku, dia malah membangunkan Satria dengan cara yang membuatku sangat muak, Wulan menciumi Satria dan tangannya masuk ke dalam celana boxer Satria.

"Iya, sayang..! Hei, Syifa..?" Satria sama sekali tidak mencegah Wulan yang sedang mengocok kontolnya, seolah opah aku dianggapnya angin yang lewat tanpa meninggalkan bekas. Bajingan, lihat suatu saat kelak kamu akan menderita kehilangan Satria, aku hanya bisa memaki dalam hati melihat perbuatan gila Wulan.

"Kamu nggak mau ikutan, Syifa? Sorry, kamu pasti tahu keinginan orang ngidam itu aneh aneh." kembali Wulan menggunakan kehamilannya sebagai senta, dia mengeluarkan kontol Satria dari balik celana boxernya sambil memandangku yang berusaha keras menahan marah.

"Wulan, ada Syifa..!" Satria memandangku, seolah dia berharap aku bisa memaklumi perbuatan Wulan yang sedang mengandung, hampir saja aku menangis melihat mata Satria. Bukan hanya Wulan yang sedang mengandung benihnya, aku juga sedang mengandung benihnya.

"Nggak apa apa, Say. Kita pernah 3some, apa salahnya sebelum beraktivitas kita mengulanginya lagi." jawaban Wulan sudah sangat keterlaluan, bahkan dia mulai menjilati kontol Satria seolah ingin menunjukkan betapa nikmat kontol yang sudah menjadi miliknya.

"Ayolah, kita bersenang senang dulu sebelum memulai aktifitas..!" seru Wulan menatapku dengan senyum khasnya. Aku tidak bisa berpaling dari kontol Satria yang berada dalam genggaman Wulan, anggap saja aku melakukannya demi Satria bukan demi wanita sundal yang sebentar lagi akan aku singkirkan.

Aku meraih kontol Satria yang berada dalam genggaman Wulan, tanpa meminta ijin aku melumatnya dengan sepenuh kontol yang sudah membuahi rahimku. Aku sudah semakin mahir menjilati dan menghisap kontol Satria, aku tahu apa yang disukai oleh Satria.

"Syifaaa, terussss...!" rintihan Satria membuatku semakin bersemangat memberikan blowjob terbaik, bahkan aku berusaha mengalahkan Wulan dalam memberi kenikmatan.

"Ennak, Sayang?" Wulan meninggalkanku yang sedang memberikan service terbaik, dia menghampiri Satria membuatku cemburu, rasa cemburu membuatku berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik. Aku berubah menjadi wanita binal yang rakus menjilati setiap bagian kontol Satria, menyusuri biji pelirnya bahkan aku rela menjilati bagian atas anusnya.

"Enak banget, aku bisa muncrat duluan. Sudah Syifa, aku pengen memekmu...!" seruan Satria membuatku berhenti memberikan service terbaik, aku merasa senang sudah membuatnya merasakan kenikmatan maksimal. Terlebih aku juga tidak bisa menolak permintaannya, memekku hanya miliknya.

"Syifa, kasian Satria pengen memekmu..!" seru Wulan membuat suasana semakin panas, wanita ini sudah menjadi gila dengan obsesinya.

"Iya, Sayang. Untuk kamu, apapun akan kulakukan." jawabku berdiri untuk membuka celana dalamku, untung aku memakai rok lebar sehingga semuanya menjadi lebih mudah.

Aku mengangkang tepat di atas kontol Satria yang dipegang Wulan, perlahan aku menurunkan pinggul menelan kontol Satria yang terasa mengganjal di dalam memekku, kontol yang sudah merobek selaput daraku beberapa bulan lalu.

"Sat, ganjel banget..!" gumamku menikmati penetrasi kontol Satria yang menggesek dinding memekku, inci demi inci yang terasa sangat luar biasa.

"Ennak memeknya Syifa, Sayang?" tanya Wulan, matanya tidak berkedip melihat kontol Satria yang terbenam seluruhnya dalam memekku.

"Dahsyat banget, ngentot dilihat kamu..!" jawaban Satria berhasil memprovokasi kugerakkan pinggulku semakin liar memompa kontol Satria. Aku ingin menunjukkan ke Wulan, memekku lebih enak dibandingkan memeknya yang aku yakin sudah tidak perawan saat menikah dengan Satria.

"Ennak banget, ohhhh memekku rasanya...!" aku semakin cepat memompa kontol Satria, berlagak binal untuk memanasi Wulan, walau aku tahu justru itu yang diinginkan Wulan. Tapi ada rencana lain yang akan membuat Wulan lengah dan menganggap aku sudah terjebak dalam permainannya sehingga Wulan akan menjadi lengah, itu yang aku cari.

"Sayang, jilatin memekku..!" entah sejak kapan Wulan sudah membuka celana dalamnya, dia berjongkok di atas wajah Satria yang tidak keberatan menjilati memeknya, membuatku marah dan bergoyang semakin cepat membuatku meringis menahan sakit pada memekku akibat goyanganku yang terlalu keras.

"Iyyya gituuuu jilat memekku...!" Wulan terlihat kelimpungan oleh gerakkan liar lidah Satria yang bermain di memeknya.

Aku menurunkan ritme gerakan kontolku, semakin cepat aku memompa justru aku semakin merasa tidak nyaman karena ukuran kontol Satria yang abnormal, sehingga aku harus berkompromi dengan kemarahanku. Lagi pula Wulan membelakangiku, sehingga dia tidak akan tahu aku menurunkan ritme goyanganku. Setelah ritme goyanganku semakin pelan seperti yang biasa aku lakukan, rasa nikmat itu kembali bisa aku rasakan.

"Iyyya gituu, lebbbih ennnak...!" Satria sepertinya merasakan hal yang sama, dia tidak terlalu suka dengan goyangan yang berlebihan.

"Iya, Sayyyang... Ochhhh ennnnak bangettttt...!" aku memejamkan mata, rasa nikmat yang kurasakan semakin memuncak, sepertinya badai orgasme akan segera menghampiriku. Aku benar benar sudah tidak mampu bertahan lebih lama, seluruh urat syaraf di sekujur tubuhku mulai berkontraksi hingga akhirnya badai kenikmatan mencengkeram jiwa dan tubuhku. Satu satunya yang aku lakukan adalah tidak menjerit agar Wulan tidak mengetahuinya.

"Sayyang, akkku kelllluar...!" Wulan menjerit kencang saat orgasme diraihnya, dia sama sekali tidak berusaha menahan suaranya, membuatku iri.

Kenapa aku tidak bisa mengekspresikan orgasme yang kuraih, aku merasa masih terlalu tabu harus berteriak lepas apa lagi ada Wulan, aku tidak mau dia mengetahui apa yang sedang kurasakan.

"Syifaaaaa, akkku kelllluar...!" Satria berteriak tertahan saat meraih orgasme, aku merasakan semburan pejuh Satria membanjiri memekku.

"Akkku jugaaaa...!" semburan pejuh Satria membuatku kembali meraih orgasme dahsyat yang sangat sulit dilukiskan oleh kata kata.

ooooOoooo

Pov Kokom.



mhdemv.jpg


"Kok cuma begitu doang, Teh Aisyah langsung pingsan?" tanyaku tidak puas dengan ending cerita Ustadzah Aisyah yang menurutku sangat menggantung. Kehilangan perawan, hal yang juga pernah aku alami bahkan aku bisa mendapatkan orgasme saat keperawananku hilang. Mang Jalu yang sudah beruntung mendapatkan keperawananku, padahal aku berharap Satria yang mendapatkannya.

"Kan Teh Aisyah belum selesai ceritanya." kata Teh Aisyah tersenyum mencubit pipiku yang chubby, membuatku cemberut. Cerita seasyik itu harus tertunda oleh godaan Ustadzah Aisyah.

"Lanjutin ceritanya." kataku penasaran dengan sambungan cerita Ustadzah Aisyah, apa yang terjadi setelah Ustadzah Aisyah sadar dari pingsannya. Harapanku untuk mendengar sambungan cerita Ustadzah Aisyah hilang, saat Emak masuk tanpa mengetuk pintu. Selalu saja ada yang datang mengganggu.

"Kom, kamu dipanggil Mang Jalu." kata Emak membuat jantungku berdegup kencang mendengar nama Mang Jalu. Kenapa waktunya sangat tepat dengan cerita Ustadzah Aisyah yang kehilangan perawan dan kini orang yang sudah mengambil keperawananku datang memanggilku, sebuah kebetulan yang tidak direncanakan.

"Mang Jalu ada perlu apa, Mak?" tanyaku penuh harap, cerita Ustadzah Aisyah membuatku terangsang dan semakin terangsang mendengar Mang Jalu mencariku. Apakah dia menginginkan kehangatan tubuhku. Sinting, tidak mungkin Mang Jalu menginginkan tubuhku di rumahnya sendiri, lain persoalannya kalau kami berada di tempat lain. Buyarlah harapanku, aku ingin secepatnya keluar dari rumah ini, aku butuh kehangatan seorang pria jantan yang mampu membuatku mampu meraih orgasme berkali kali.

"Mak nggak tahu, kamu tanya langsung ke Mang Jalu, ada perlu apa dia memanggilmu." jawaban dari Mak membuatku semakin jengkel, kenapa aku terperangkap di rumah ini.

Aku mengikuti Mak ke ruang keluarga, Mang Jalu dan Bi Ratna sudah menungguku. Melihat Mang Jalu, membuat lututku gemetar tidak karuan, gairahku sedang panas panasnya karen cerita Ustadzah Aisyah.

"Duduk, Kom..!" Mang Jalu menyuruhku duduk, membuatku semakin gelisah. Nafasku agak tersengal sengal karena gairahku yang semakin meninggi membayangkan kontol Mang Jalu.

"Kamu, betah di sini? " tanya Mang Jalu, suaranya begitu berwibawa membuatku tidak berani terang terangan memandang wajahnya, aku mengarahkan pandanganku ke selangkangannya yang sangat menggairahkan.

"Aku ingin, pulang..!" jawabku spontan. Melihat kemesraan Bi Ratna dan Mang Jalu membuatku merasa iri, aku sangat ingin merasakan hal yang sama.

"Kenapa? Kamu ada masalah dengan, Dina?" tanya Mang Jalu, sepertinya dia tahu aku sedang jengkel dengan Dina karena sudah membuatku jadi kambing congek di mall, dasar saudara sepupu nggak sopan.

==========

Akhirnya setelah tinggal selama sepuluh hari di rumah Bi Ratna, hari ini kami akan pulang. Aku menarik nafas lega, membayangkan kamar yang sudah kutinggalkan cukup lama.

"Mak, ayo kita pulang sekarang..!" aku menghampiri emak yang terlihat asik mengobrol dengan Bi Ratna di ruang keluarga.

"Sebentar sayang, kita sedang menunggu seseorang yang akan mengantar kita pulang." jawaban Emak membuatku heran, siapa orang yang akan mengantar kami pulang? Aku sudah ingin secepatnya sampai rumah dan bertemu dengan para sahabatku.

"Siapa yang akan mengantar kita pulang, Mak?" tanyaku penasaran, apa orang suruhan Mang Jalu yang akan mengantar kami pulang.

"Nanti juga kamu tahu, siapa yang akan mengantar kita pulang." jawab Emak membuatku merajuk manja, kenapa harus main rahasia.

"Mak, siapa?" aku terus memaksa Emak untuk mengatakan siapa yang akan mengantar kami pulang.

"Nanti dulu, sebentar lagi juga datang." jawab Mak, dia tidak terpengaruh dengan rengekanku yang biasanya tidak pernah gagal. Mungkin karena ada Bi Ratna sehingga Mak sengaja menjaga image sebagai orang tua yang berwibawa.

"Bu, ada tamu ingin bertemu..!" kata ART yang datang memotong percakapan kami.

"Siapa, Bi?" tanya Bi Ratna, suaranya selalu lembut, membuat kami yang mendengarnya merasa nyaman.

"Katanya dia anak Bu Rani, ingin bertemu Bu Ratna dan Bu Hajjah." jawab ART, dia tetap berdiri menunggu perintah.

Bu Rani, bukankah itu Kakak Emak, ada apa lagi ini? Sepertinya rencana pulang ke Karawang akan tertunda, huff. Aku mengomel dalam hati.

"Su suruh masuk Bi..!" Bi Ratna menyuruh ART untuk mempersilahkan tamu untuk masuk.

Bersambung
 
Tet tot.. apakah anda penasaran? Tunggu saja kelanjutan ceritanya.. jangan kemana" tetap di...?
 
Serasa de javu... Tp ga apa2 walau diulang ttp menarik supaya nyambung...... Thanks telah kembali melanjutkan ceritanya.... :ampun:
 
Bakal ada apdetan ga hu ? Cerita bagus kyk gini sayang nih klo gada apdetan :((
 
Dri karma masa lalu

Dipindah ke karma masa lalu 2

Sekarang pindah lagi ke sini

Pusing juga.....

Tapi g papa suhu... Lanjutkan petuangan kang gobang dan para keturunany

Ceritanya asik
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd