Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keadaan mengubaku menjadi seperti ini

Ydgrazil

Semprot Baru
Daftar
20 Feb 2024
Post
39
Like diterima
205
Bimabet
Setelah lama cuma penghangat bangku cadangan, rasanya hamba ingin berbagi cerita, mohon koreksinya suhu untuk tread pertama saya
Bab 1 Pengenalan
Gambar Sarah
https://imgbox.com/GUyq226Y

Di sudut kota yang tenang, terhampar luas sebuah pondok pesantren yang besar dan terkenal, bukan hanya karena arsitekturnya yang megah tapi juga karena kualitas pendidikan dan kegiatan keagamaan yang dijalankan di sana. Dalam lingkungan yang penuh ketenangan dan kegiatan ibadah ini, berdiri seorang santriwati muda bernama Sarah.
Sarah adalah seorang siswi di kelas 1 Madrasah Aliyah semester 2, yang telah bergabung dengan pesantren ini sejak menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah (MTS) di tempat yang sama. Dia dikenal sebagai santriwati yang sangat pintar dan berprestasi. Sejak dini, Sarah telah menunjukkan bakatnya yang luar biasa, baik dalam bidang akademis maupun kegiatan ekstrakurikuler, khususnya dalam seni suara.
Sarah memiliki latar belakang keluarga yang sangat religius dan berdedikasi. Ayahnya adalah seorang ustad yang memiliki yayasan anak yatim, dan ibunya adalah seorang penceramah yang sering melakukan tadarus keliling. Sarah sangat bangga pada kedua orang tuanya dan selalu terinspirasi oleh dedikasi mereka dalam membantu orang lain. Selain itu, Sarah memiliki seorang adik laki-laki yang masih bersekolah di SD. Dia juga memiliki seorang adik perempuan yang telah meninggal dunia saat baru dilahirkan, sebuah kenangan yang selalu membawa kesedihan bagi keluarga mereka.
Suatu hari di awal semester, suasana di pesantren begitu hidup. Sarah, bersama sahabat dekatnya, Mawar, sedang duduk di bawah pohon rindang di halaman pesantren. Mawar, yang juga bersahabat dengan Sarah sejak kelas 1 MTS, adalah sosok yang ceria dan selalu menjadi sumber semangat bagi Sarah.
"Sarah, kamu sudah siap untuk lomba al-Banjari minggu depan?" tanya Mawar dengan antusias.
Sarah tersenyum, "Alhamdulillah, Mawar. Aku sudah berlatih setiap hari. Semoga kita bisa memberikan yang terbaik."
Tidak hanya dikenal karena prestasinya di kelas, Sarah juga memiliki suara yang merdu. Dia sering menjadi pemandu sholawat di berbagai acara pesantren dan sering memenangkan lomba al-Banjari, sebuah bentuk apresiasi terhadap seni suara dalam tradisi Islam. Keahliannya ini membuatnya sangat dikenal dan dihormati di lingkungan pesantren.
Selain itu, Sarah juga diberikan tanggung jawab sebagai pembantu di rumah salah satu ustad di pesantren. Kedisiplinan dan kerajinannya membuatnya dipercaya untuk membantu kegiatan sehari-hari di rumah ustad tersebut, dari membantu memasak hingga membersihkan. Hal ini menambah rasa hormat dan kekaguman banyak orang terhadapnya.
Di sekolah, Sarah selalu mendapatkan peringkat 1 dalam peringkat kelas, sebuah prestasi yang telah ia pertahankan dari kelas 1 MTS hingga sekarang. Wajahnya yang cantik dan sikapnya yang ramah membuatnya tidak hanya dikenal sebagai santriwati yang pintar dan berprestasi, tapi juga sebagai sosok yang dihormati dan dikagumi oleh banyak santri lainnya.
"Sarah, aku selalu kagum denganmu. Bagaimana kamu bisa seimbang dengan semua kegiatanmu?" tanya Mawar, penasaran.
Dengan senyuman yang lembut, Sarah menjawab, "Semua ini berkat dukungan dari kalian semua, Mawar. Dan tentunya, berkat rahmat Allah SWT. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan yang diberikan kepada kita."
Kedua sahabat itu kemudian melanjutkan percakapan mereka, membahas tentang rencana dan harapan untuk masa depan, sembari menikmati semilir angin sore yang menyejukkan. Di pondok pesantren yang besar ini, Sarah dan Mawar terus berjalan bersama, mengukir prestasi sekaligus memperdalam ilmu dan keimanan mereka, siap menghadapi tantangan yang akan datang.
Biasanya, pada hari Minggu awal bulan, orang tua Sarah selalu menyempatkan diri untuk menjenguknya di pondok pesantren. Namun, suatu bulan, Sarah tidak melihat kedatangan mereka. Dia mencoba untuk tidak terlalu memikirkannya, berusaha tetap fokus pada studi dan kegiatan keagamaannya, meskipun di dalam hatinya, kesedihan mulai bermunculan. Sahabatnya, Mawar, berusaha menghiburnya dengan membagikan sebagian makanan yang dibawa oleh orang tuanya saat berkunjung.
Selain dukungan dari Mawar, Sarah juga mendapatkan bantuan dari beberapa teman dan staf pesantren, terutama karena dia membantu di rumah salah satu ustad. Mereka sering memberikannya makanan dan mendukungnya dalam berbagai cara. Meskipun demikian, ketidakhadiran orang tuanya pada bulan kedua dan ketiga mulai menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar. Sarah mencoba menghubungi mereka melalui telepon pondok, tapi tidak ada kabar sama sekali. Situasi ini semakin membuatnya gelisah dan sedih.
Dalam situasi sulit ini, kehangatan dan dukungan yang diberikan oleh Mawar dan teman-teman lainnya menjadi sangat berarti bagi Sarah. Mereka sering belajar bersama, berdoa bersama, dan saling memberikan semangat. Kehadiran mereka menjadi sumber kekuatan bagi Sarah untuk tetap tegar menghadapi ketidakpastian tentang situasi keluarganya.
Selama bulan puasa, Sarah menghadapi situasi yang belum pernah ia alami sebelumnya. Sudah empat bulan ia tidak dikunjungi oleh orang tuanya, namun ia tetap bertahan berkat bantuan yang ia terima dari para ustad di pesantren, terutama dalam hal makanan selama bulan puasa. Prestasinya yang luar biasa di sekolah juga memberinya keuntungan berupa beasiswa, yang membuatnya terbebas dari kewajiban membayar SPP bulanan.
Ketika liburan puasa tiba, situasi menjadi lebih sulit bagi Sarah. Orang tuanya tidak datang untuk menjemputnya, berbeda dengan teman-temannya yang satu per satu mulai pulang ke rumah masing-masing. Mawar, dengan kebaikan hatinya, mengajak Sarah untuk menghabiskan liburan bersama di rumahnya. Namun, dengan pertimbangan yang matang, Sarah menolak tawaran tersebut dengan halus. Ia tidak ingin merepotkan Mawar dan keluarganya. Akhirnya, ia memutuskan untuk tetap tinggal di pesantren, mengabdikan waktunya untuk membantu membersihkan dan merawat pesantren selama liburan, sambil merenungkan situasi yang dihadapinya.
Setelah liburan berakhir, Mawar dan teman-teman lainnya kembali ke pesantren, membawa banyak oleh-oleh dan cerita dari rumah masing-masing. Mereka semua sangat peduli dengan Sarah dan berusaha untuk membuatnya merasa lebih baik. Meskipun tanpa kedatangan orang tuanya, Sarah tetap unggul dalam studinya, kembali meraih juara 1 sebagai siswa berprestasi di sekolah.
Dengan liburan semester kedua yang semakin mendekat, dan tanpa ada tanda-tanda kedatangan orang tuanya, Sarah mulai merencanakan untuk pulang ke rumahnya secara mandiri. Dia ingin mencari tahu penyebab mengapa orang tuanya tidak pernah mengunjunginya. Untuk itu, dia mulai menyimpan uang yang diberikan oleh ustadnya, hasil dari bantuannya di pesantren, untuk biaya pulang nanti.
Sarah merasa ini adalah langkah yang harus diambil, sebuah keputusan yang dibuat dengan perasaan campur aduk antara harapan dan kekhawatiran. Apa yang akan ia temukan di rumah? Apakah keluarganya baik-baik saja? Pertanyaan-pertanyaan ini terus menggelayuti pikirannya. Namun, tekadnya untuk mendapatkan jawaban telah bulat. Ini adalah awal dari perjalanan baru bagi Sarah.
 
Terakhir diubah:
Bab 2: Keputusasaan

https://imgbox.com/32O1Ivt3
ilustrasi Sarah membawa tas dan koper untuk pulang ke rumah

Pada hari libur, ketika liburan semester kedua telah tiba, Sarah memutuskan untuk pulang ke rumahnya yang terletak jauh dari pesantren. Meskipun Mawar kembali menawarkan diri untuk menemaninya, Sarah memilih untuk melakukan perjalanan sendiri karena berlawana arah dengan rumah sarah, sebuah bukti lain dari kemandiriannya. Dengan hati yang berat dan pikiran yang penuh pertanyaan, ia berangkat menuju Surabaya, kota tempat ia tinggal, menggunakan kereta api. Setibanya di Surabaya, ia berganti ke angkutan umum untuk menuju ke rumahnya.
Sarah telah terbiasa berpergian sendiri sejak kecil, sehingga perjalanan pulang ke rumah, meskipun jauh, tidak menjadi masalah baginya. Setelah beberapa jam perjalanan, ia tiba di depan rumahnya. Dengan perasaan campur aduk, Sarah mengetuk pintu beberapa kali, berharap dapat segera bertemu dengan orang tuanya yang telah lama tidak ia lihat.
Namun, bukan orang tuanya yang membuka pintu, melainkan seorang wanita cantik yang mengenakan tanktop hitam dengan hotpants dan pakaian yang bagi Sarah terasa terlalu terbuka. Wanita itu bertanya dengan nada heran, "Ada apa?"
Sarah, yang kaget dengan pemandangan di depannya dalam hati ia berkata, dia siapa? Kenapa ada orang asing di rumah ku? Dimana orangtuaku sekarang?, menurutnya pakaian wanita itu tidak pantas di sebut pakaian, haram hukum nya, tapi Sarah mencoba menjelaskan, "Saya mencari orang tua saya. Ini rumah saya."
Mendengar penjelasan Sarah, wanita itu terheran dan mencoba menjelaskan “maaf dek tapi suami ku sudah tinggal di rumah ini sejak enam bulan yang lalu Dan membelinya dari seseorang dengan harga yang mahal’.
Sarah bingung mendengar hal itu “maaf kalau boleh tahu siapa yang menjual rumah ini ya?, dan keluarga yang tinggal di sini kemana sekerabg” kini sarah menjadi waswas. Dengan sedikit harapan, Sarah bertanya lagi, "Saya anak pemilik rumah ini sebelumnya. Anda tahu di mana mereka tinggal sekarang?"
Wanita itu bilang kalau yang menjualnya bernama pak budi, lengkap dengan sertifikatnya. Namun, wanita itu tidak memiliki informasi tentang keberadaan orang tua Sarah dan meminta untuk bertanya kepada tetangga yang lebih lama tinggal di sini dan akhirnya menutup pintu, meninggalkan Sarah di luar dengan perasaan kebingungan dan keputusasaan yang mendalam. Sarah berdiri di depan rumah yang dulunya penuh kenangan, sekarang merasa hilang. Ia tidak tahu harus kemana dan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Keadaan ini memunculkan rasa putus asa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Sarah pergi dari rumah nya dan mencoba mencari tahu ke tetangga yang ia, namanya bu marnih usianya lebih tua dari ibu nya, dia ibu yang sangat baik, di depan rumah nya dan mengetuk rumah nya,saat seseorang wanita keluar dari rumah itu lansung berkata “lho sarah, kamu pualng juga toh, saya pikir sudah tidak peduli dengan keluargamu”
sarah kembali kebingungan, ada apa keluarganya hingga tetangga yang selalu baik kepada ku sampai berkata seperti itu “mohon maaf, kalau boleh tahu ada apa ya bu Marnih?, saya baru datang dari pesantren mencari orang tua saya, tapi rumah nya sudah menjadi milik orang lain”
Bu marnih dengan wajah agak marah menjelaskan “ayahmu yang sok alim ituloh penipu!!, dia yang menjual rumah itu, dan kabur, tapi sepertinya perkara lebih dari itu”.
Dengan wajah yang tegang Sarah tidak percaya dengan ucapan Bu Marnih, tapi karena dia sangat sopan, menunggu Bu Marnih melanjutkan ceritanya.
Bu Marnih kembali melanjutkan ceritanya “8 bulan yang lalu ada kehebohan karena ada keributan di rumahmu, pertengkaran yang menyebabkan ramai hingga tetangga ikut menengai da 1 bulan kemudia mereka bercerai, ada bisikan kalau ayahmu menipu banyak anak yatim, dan tanpa persetujuan ayahmu menjual semua aset dan rumah yang mereka tinggali, tapi sebelum itu ibumu mengirim surat padamu Sarah, tapi tidak kamu balas, sehingga mengira kalau kamu sudah tidak peduli dengan nya”
Sarah mendengarkan dengan menagis, kenapa tiba tiba menjadi begini? Padahal ayah ku menjadi inspirasiku karena suka menolong anak yatim, dan untuk surat ia merasa tidak pernah menerimanya, atau dari pihak keamanan pesantren yang lupa mengasihkan kepadaku? Nasi menjadi bubur dan kini ia entah harus melakukan apa “maaf bu marnih, sekarang ibu di manaya? Dengan nada menangis
Bu Marnih menjawab “yang aku dengr tinggal di rumah orang tuanya”
Sarah dengan masih menangis mengucapkan terimakasih kepada nya karena memberikan informasi, kini dengan langkah yang gontai ia akan mencoba untuk meluruskan kesalah pahaman kepada ibunya
Setelah menghadapi keputusasaan yang mendalam, nasib membawa Sarah kepada seorang ibu tetangga yang baik hati, yang memberinya arahan dan semangat untuk melanjutkan pencariannya. Dengan informasi yang diperoleh, Sarah memutuskan untuk pergi ke rumah kakeknya, berharap menemukan kehangatan dan perlindungan yang sangat ia butuhkan saat itu. Perjalanan ke rumah kakeknya tidak mudah, terutama dengan hati yang masih gemetar setelah mendengar kabar perceraian orang tuanya.
Keluarga ibunya, yang awalnya menentang hubungan dengan ayahnya, karena keluaga dari ibu berasal dari keluarga yang sangat agamis, sehingga orang tua ibunya mempunya standart yang sangat tinggi untuk menikahi ibunya. Namun, kebaikan hati ayahnya dan dedikasinya melalui yayasan yang ia dirikan akhirnya melembutkan hati keluarga ibunya.
Dengan berbekal pengetahuan tentang rute yang harus diambil, Sarah menggunakan transportasi umum untuk mencapai rumah kakeknya. Sesampainya di sana, dengan perasaan penuh harap, Sarah mengetuk pintu rumah kakeknya. Setelah beberapa ketukan, pintu itu akhirnya terbuka, dan Sarah terkejut melihat ibunya berdiri di depannya. Namun, ada sesuatu yang tidak biasa dengan penampilan ibunya – ia tidak mengenakan jilbab seperti biasanya, bahkan hanya memakai baju lengan pendek dan celana pendek dengan rambut yang acak acak an dan mata yang tajam.
Sebelum Sarah sempat mengucapkan apa pun, ibunya dengan kasar mendorongnya sambil berteriak agar ia pergi. Sarah terjatuh, terluka baik secara fisik maupun emosional. Air mata kesedihan mengalir di pipinya, sementara ia mencoba memahami apa yang terjadi. Teriakan ibunya juga menarik perhatian kakeknya dan beberapa tetangga, yang keluar dari rumah mereka untuk melihat apa yang terjadi.
Kakeknya, menyadari situasi yang memburuk, segera mengajak Sarah tepatnya menyeret Sarah yang masih terpaku dan menangis secara paksa menjauh dari rumah, membawanya ke sebuah warung terdekat untuk menghindari membuat ibunya semakin berteriak histeris. Di tempat yang lebih tenang, kakeknya bersiap untuk menjelaskan situasi yang sesungguhnya terjadi pada keluarga mereka, sebuah cerita yang selama ini tersembunyi dari Sarah, dan akan mengubah semua nya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd