Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keadaan mengubaku menjadi seperti ini

Bab 3: Pergi Menjauh

Sarah, dengan hati yang hancur dan pikiran yang kacau, menemukan kekuatan untuk menghormati kakeknya dengan mendengarkan cerita yang akan mengungkap kebenaran tentang tragedi keluarganya. Kakeknya mulai berbicara dengan suara yang penuh kesedihan dan kekecewaan.

Kakeknya mengungkapkan bahwa ayah Sarah, yang selama ini dianggap sebagai sosok yang alim dan dermawan, sebenarnya adalah seorang penipu besar. Yayasan yang ia dirikan bukanlah yayasan untuk anak yatim sejati, melainkan sebuah kedok untuk memanfaatkan anak-anak tersebut dalam skema pengumpulan sumbangan. Seluruh uang yang didapatkan dari sumbangan itu tidak pernah digunakan untuk kesejahteraan anak-anak yatim, melainkan untuk keuntungan pribadi ayah Sarah.

Lebih tragis lagi, kakeknya mengungkapkan bahwa anak yang dikatakan diadopsi dari panti asuhan ayahnya sebenarnya dijual organ nya. Bahkan adik perempuan Sarah yang dikatakan meninggal dunia saat lahir ternyata diambil oleh ayahnya untuk dijual. Hal yang sama terjadi pada adik laki-lakinya yang baru lulus SMP dan juga dijual oleh ayahnya. Ibunya baru menyadari kebenaran mengerikan ini ketika adik laki-laki Sarah tidak kunjung pulang selama 7 hari dan ayahnya menghilang.

Beberapa hari setelah kehilangan kontak dengan suaminya, sepasang suami istri yang barusan menikan muncul di rumah mereka dengan klaim bahwa dia baru saja membeli rumah tersebut dari ayah Sarah. Dengan hati yang terluka, ibunya tidak tahu harus berbuat apa dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah kakek Sarah setelah diusir oleh wanita pembeli rumah itu.

Setibanya di rumah kakeknya, ibunya menceritakan semua yang terjadi kepada kakek Sarah. Mengetahui kekayaan keluarga, kakeknya langsung mengerahkan sumber dayanya untuk mencari informasi dan akhirnya menemukan bahwa ayah Sarah adalah seorang kriminal.

Kekecewaan ibu Sarah mencapai puncaknya, dia merasa ditipu oleh suaminya, kehilangan anak-anaknya, harta, rumah, dan keluarganya. Kesedihan itu memuncak saat ibu mengrim surat kepadamu tapi tak pernah kamu balas, sehingga ibu semakin putus asa, bahkan stres dan suka bicara sendiri.

Sarah merupakan pengingat akan semua kepalsuan yang telah diperbuat oleh suaminya, karena ibu menganggap Sarah lebih memilih pondok dari pada pulang ke rumah. Sarah mendengarkan semua ini sambil menangis, terbebani oleh rasa sakit dan pengkhianatan yang mendalam. Hari itu, dia merasa sangat lelah dan tertekan, bahkan kakeknya memintanya untuk menjauhi ibunya untuk sementara waktu, sampai tidak diketahui kapan mereka bisa berdamai kembali.

Ditinggalkan oleh kakeknya setelah bercerita, Sarah merasa benar-benar sendirian. Air matanya belum juga kering, hari itu merupakan salah satu yang terberat dalam hidupnya. Segala kenangan tentang ayahnya, seorang sosok yang dianggap bijak dan alim, kini terbantahkan oleh kenyataan pahit bahwa dia adalah seorang penipu. Ibu yang selama ini sangat lembut dan penuh kasih, yang mengajarkannya banyak tentang agama, kini mengusirnya.

Dalam keadaan putus asa, tanpa ponsel karena janji yang pernah dibuat untuk tidak menggunakannya hingga lulus dari pondok, Sarah mencoba mencari solusi. Dia teringat pada seorang sahabat lamanya dari masa SD, seseorang yang sering bermain bersamanya sebelum ia berangkat ke pesantren.Dengan tekad yang kuat, ia mencari warnet terdekat, bertanya pada orang-orang di sekitarnya karena tidak tahu persis di mana lokasinya.

Setelah beberapa kali bertanya dan berjalan kaki, akhirnya Sarah menemukan sebuah warnet. Di sana, ia membuka Facebook, sebuah aplikasi yang telah lama tidak ia gunakan, terakhir kali saat masih di kelas 6 SD sebelum berangkat ke pondok pesantren. Dengan harapan, Sarah mencoba mencari sahabat SD-nya itu. Namun, dalam riwayat pesan, ia tidak menemukannya. Yang ia temukan malah profil seseorang dengan nama "RiyaRa Chan", yang profilnya penuh dengan foto cosplay. Sarah terkejut melihat foto-foto yang sangat terbuka dan seksi, beberapa bahkan hanya memakai bikini.

Meski terkejut, saat melihat wajahnya, Sarah menyadari bahwa itu adalah sahabatnya, Rara. Dalam keadaan tanpa pilihan lain untuk tempat menginap dan waktu yang sudah sore, Sarah mengumpulkan keberaniannya untuk mengirim pesan kepada Rara. Sambil menunggu balasan, Sarah menghabiskan waktu 30 menit menelusuri foto-foto Rara yang begitu terbuka, seakan bangga dengan tubuhnya yang indah, padahal dulu Rara merupakan siswi yang pemalu dan suka di buli oleh teman di sekolahan nya, dan sarah selalu ada untuk melindunginya dari bulyan. Sarah tak menyangka sahabat SD nya dulu sudah berubah dan ia jujur mengingat selama ini ia berada di lingkungan yang sangat agamis dia tak tahu tren cosplay.

Setelah meninggalkan warnet, Sarah mencari mushola terdekat untuk menunaikan sholat. Ia memohon kepada Tuhan agar diberikan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan yang kini menderanya. Sholat memberinya sedikit ketenangan, dan dengan hati yang sedikit lebih ringan, ia berangkat menuju café tempat ia berjanji bertemu dengan Rara. Berbekal petunjuk dari Google Maps yang ia akses di warnet, Sarah berhasil menemukan lokasi tersebut.

Di saat keluar dari mushola ada anak kecil yang meminta uang kepadanya, Sarah yang dari dulu mempunya sifat yang suka menolong tersentuh hatinya, anak sekecil itu harus berjuang mencari uang, dan mengasihkan sepuluh ribu kepada anak itu, anak itupun berterimakasih pada Sarah.

Sarah bertanya kepada anak itu “kamu tinggal di mana dik?”

Adik pengemis “aku tinggal di rumah singgah”

Sarah bertanya lanjut “rumah singgah di mana dik, dan tinggal bersama siapa?,” sarah ingin mengetahuinya jika suatu saat nanti berhasil dia ingin mengunjunginya untuk membantu belajar, dari dulu bercita cita menjadi guru dan memilii yayasan sendiri seperi ayahnya yang sekarang ia ketahui penipu

Adik penegmis “di dekar rel kereta api dekat pasar rabu kak, di sana banyak anak seperi kami yang tidak punya orang tua dan hidup di jalanan”

Sarah terenyuh hatinya dan berkata “terimakasih infonya dik, nanti kalau ada wakt kakak akan ke sana mungkin kalau ada rezeki”

Adik pengemis “terimakasih sangat lho kakak, aku pergi dulu ya kak”

Lalu Sarah pergi dari sana dan menaiki len yang semakin sesak karena hari sudah malam, kini ia harus menemui sahabat kecilnya di sebuah cafe di pusat kota

Sesampainya di café, Sarah mencari sosok sahabatnya. Mata Sarah langsung tertuju pada Rara, yang penampilannya jauh berbeda dari ingatan Sarah tentangnya. Rara kini mengenakan crop top tanpa lengan serta rok pendek di atas lutut yang mengekspos lebih banyak kulit daripada yang Sarah biasa lihat. Sarah mendekat dan menyapa Rara, dan duduk di depan Rara dengan tanpa kata, karena tidak tahu memulai dari mana menjelaskan nya

Rara memecah keheningan, "Kamu sudah pesan? Ini, aku kasih uangnya. Aku traktir kamu Bayar ke kasir, ya."

Sarah menerima uang tersebut dan pergi memesan minuman, meskipun ia merasa sedikit asing dengan nama-nama minuman yang kini trend. Kembali ke tempat duduk, Rara memulai percakapan dengang bertanya kabar kepada Sarah Sarah masih terdiam karena tidak fokus karena tidak bisa menyembunyikan rasa asingnya melihat pakaian terbuka Rara, namun ia sadar bahwa di tempat itu, dirinyalah yang terlihat berbeda, karena di cafe ini Cuma dirinya wanita yang berpakaian tertutup.

Akhirnya, sarah mengumpulkan keberanian untuk menceritakan segala yang telah terjadi kepadanya.

Sarah mulai, "Rara, banyak sekali yang terjadi sejak terakhir kali kita bertemu. Ayahku...," suaranya bergetar, "dia ternyata bukan orang yang aku kira selama ini."

Rara memperhatikan dengan serius, tangannya menggenggam tangan Sarah, memberikan dukungan. "Apa yang terjadi, Sarah? Kamu bisa cerita kepadaku."

Dengan suara yang berat, Sarah menceritakan semua: tentang penipuan ayahnya, perceraian orang tuanya, penjualan rumah, hingga pengusiran dirinya oleh ibunya. Air mata mengalir deras saat ia menuturkan bagaimana ibunya salah faham tentang dirinya dan bagaimana Sarah merasa kehilangan tempat di dunia ini.

Rara, mendengarkan dengan hati yang terenyuh, menyela, "Sarah, aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Aku sangat prihatin mendengar semua ini. Tapi kamu harus tahu, kamu tidak sendirian."

Dengan mata yang masih berair, Sarah menatap Rara. "Aku benar-benar tidak tahu harus kemana, Rara. Aku merasa seperti tidak punya rumah lagi."

Rara dengan cepat menanggapi, "Dengar, Sarah. Kamu bisa tinggal di rumahku. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dalam kondisi seperti ini."

Sarah menimpali dengan berkata “Berikan waktu aku sampai kembali ke pesantren untuk tingal dua rumah mu Ra.

Rara mengangguk setuju, baginya Sarah adalah sahabat terbaiknya dulu, bahkan menjadi inspirasinya untuk selalu berani hingga ia bisa berubah menjadi seperti ini karena terispirasi dari Sarah dulu, dan kini sahabatnya masa kecilnya membutuhkan nya, ia akan membantunya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd