Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keadaan mengubaku menjadi seperti ini

Bab 6: Hari di Mall

Pagi Hari Minggu ini sangatt ramai, di jalanan penuh dengan mobil dan orang orang yang melarikan diri dari penatnya hidup, setelah senin hingga sabtu berktifitas. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah ... Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Dan menjadi simbol harapan baru setelah melalui hari yang penuh rintangan.

Selamat pagi kawan pembaca, bagaimana dengan pagi mu, hari ini aku bersama sahabat ku yang banyak membantuku kemarin bersama sama menuju ke mall, ia bilang kamu akan bisa melupakan seua masalahmu, dan bersenang senang dengan ku, meskipun sebenarnya aku meragukan nya, karena aku pernah ke mall bersama keluagaku dulu, dan itu sangat melelahkan dan membosankan, tapi aku percaya kalau dengan Rara aku dapat melihat dari sisi yang berbeda. Oh ya hari ini aku juga sangat berbeda, aku pergi ke mall tanpa dengan memakai baju yang seharusnya aku pakai, karena kotor dan di cuci sama Rara, meskipun agak berat tapi entah kenapa aku menuruti Rara. Kalau outfit yang di paka Rara hari ini sangat terbuka, Rara, dengan gaya berpakaiannya yang bebas—a crop top hitam tanpa lengan dan rok pendek—berjalan dengan percaya diri.

Tiba di mall terbesar di Surabaya, Aku merasakan campuran perasaan antara kegembiraan dan kekhawatiran, berharap tidak ada yang mengenalinya, terutama teman dari pesantren. Tapi setiba di sana entah aku merasakan nyaman , karena rata rata wanita di sini berpakaian yang seksi dan terbuka, kata Rara ini mall terbesar di Surabaya dan rata rata memenng Mall di jadikan tempat untuk pamer outfit, bukan seperti mall di pinggiran kota yang berpakaian seksi pasti akan di pelototi lelaki.

Kemudian aku di ajak Rara ke toko busana yang kelihatan nya terkenal, Rara langsung mengajak Sarah untuk memilih beberapa set pakaian. Sarah sempat menolak, apalagi Rara banyak membelikan nya pakaian yang menurutnya terbuka dan merras tidak akan terpakai olehnya dan juga merasa tidak enak hati karena Rara yang akan membayarnya. Namun, Rara bersikeras, "Kamu tidak perlu khawatir, Sarah. Ini semua untukmu. Sebagai teman, aku ingin kamu merasa nyaman di sini."

Mereka mulai memilih beberapa baju gamis, rok, baju, dan bawahan santai lainnya. Sarah merasa ini sudah lebih dari cukup, namun Rara terus menambahkan lebih banyak pilihan ke dalam keranjang dia berencana untuk membuat sarah menukai baju seksi seperti dirinya maka ia menambah juga dengan belanja—baju tidur, jeans, celana dan rok pendek, kaos santai, bahkan tank top dan crop top.

"Rara, bukankah ini terlalu banyak?" Sarah bertanya, melihat tumpukan pakaian yang mereka pilih.

Rara tersenyum, "Bagi seorang teman, tidak ada yang namanya terlalu banyak. Lagipula, ini kesempatan untukmu mencoba gaya baru."

“Entah Ra, tapi kamu mebelikan ku baju yang seksi, dan terbuka juga. Aku tak ingun memakai itu”kata Sarah

Rara kembali menarik ku “kamu berhak bahagia Sarah, maaf kalau menyinggungmu, saatnya kamu membebaskan dirimu dalam berexpresi. Lihatlah badan mu bagus bahkan payudaramu lebih besar dari punya ku, kamu pasti akan menjadi pusat perhatian Sarah, sekarang ayo kita jalan jalan lagi”

Setelah berbelanja pakaian, Rara membawa Sarah ke bagian makeup. Sarah, yang biasanya memilih tampil alami dan jarang menggunakan makeup, hanya bisa mengikuti. Rara memilihkan beberapa produk dasar untuk Sarah, mencoba meyakinkan temannya itu tentang kegembiraan bereksperimen dengan penampilan.

"Kamu akan terkejut betapa menyenangkannya bermain dengan makeup, Sarah. Ini bisa menjadi cara ekspresi diri yang baru bagimu," kata Rara sambil memilihkan beberapa makeup dan eyeshadow.

Mereka kemudian bergerak ke counter handphone. Saat Rara mengusulkan untuk membeli handphone baru, Sarah benar-benar menolak, merasa ini sudah terlalu banyak.

"Rara, ini sudah terlalu berlebihan. Aku tidak bisa menerima semua ini," kata Sarah, mencoba menegaskan batasannya.

Namun, Rara tidak mudah menyerah, "Dengan handphone, kamu bisa terhubung dengan siapa saja, Sarah. Ini penting, terutama di zaman sekarang. Aku ingin kamu merasa terhubung, tidak terisolasi."

Setelah sedikit perdebatan, Sarah akhirnya mengalah. Rara memilihkan sebuah handphone yang cukup mahal, namun menurutnya, akan sangat berguna bagi Sarah.

"Terima kasih, Rara. Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa," kata Sarah, merasa terharu namun juga kewalahan dengan semua perhatian ini.

"Katakan saja kamu senang, itu sudah cukup bagiku," jawab Rara, tersenyum tulus melihat Sarah.

Setelah handphone disiapkan dan diatur di toko, Rara memberikannya kepada Sarah. Untuk pertama kalinya, Sarah memegang sebuah handphone yang terasa sangat mahal baginya. "Terima kasih, yang sangat, sangat, sangat banyak, Rara," ucap Sarah dengan penuh rasa terima kasih.

Dengan semangat baru, Rara mengajak Sarah untuk melanjutkan petualangan hari itu dengan menonton film di bioskop. Ini merupakan pengalaman pertama bagi Sarah, termasuk merasakan popcorn dan minuman khas bioskop. Film yang diputar dengan layar besar dan suara menggelegar membuatnya terkagum-kagum, sebuah pengalaman sinematik yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Setelah film selesai, Rara membawa Sarah ke restoran ramen, menambah daftar pengalaman pertama Sarah. Biasanya, ia hanya makan mie ayam, jadi mencoba ramen merupakan sebuah petualangan rasa yang baru.

Sambil menunggu makanan datang, Sarah, dengan mata berkaca-kaca, mengucapkan terima kasih kepada Rara atas segala sesuatu yang telah diberikan kepadanya. "Kemarin, aku memang memiliki perasaan tidak terpuji kepadamu. Aku menilai orang dari pakaiannya. Di Instagrammu, banyak foto yang menampilkan dirimu seksi dan hanya berbikini saja. Tapi aku salah," akui Sarah.

Rara tersenyum lembut dan merespons, "Tidak apa-apa, Sarah. Ketika aku mendengarkan ceritamu kemarin, aku hanya ingin membantumu dan membuatmu tersenyum lagi, melupakan semua masalahmu."

Sarah merasa terharu dengan kata-kata Rara. Kemudian, ketika makanan datang, mereka berdua terkejut melihat betapa banyaknya pilihan di depan mereka, bukan hanya ramen, tetapi juga sosis, sushi, sashimi, dan minuman yang menarik.

Mereka menghabiskan makanan dengan lahap, berbagi cerita dan tawa di antara suapan. Hari itu bukan hanya tentang mengenal dunia baru bagi Sarah, tetapi juga tentang mengenal hati dan niat baik seorang teman. Dan entah mengapa sangat menyenangkan jalan jala di mall, padalah dia dulu sangat tidak menyukkai mall, karena membosankan

Pengalaman itu mengajarkan Sarah tentang pentingnya memahami dan tidak cepat menilai orang lain hanya dari apa yang terlihat di permukaan. Ia belajar bahwa kebaikan, dukungan, dan persahabatan bisa datang dari tempat yang paling tidak ia duga.

Setelah menikmati makan siang bersama, Sarah tiba-tiba menyadari bahwa hari sudah beranjak sore, dan ia telah melewatkan waktu sholat Dhuhur. Dengan kekhawatiran yang mendalam, ia bertanya pada Rara di mana letak mushola. Rara, dengan penuh pengertian, menunjukkan arah ke mushola di mall itu. Sarah bergegas menuju mushola dengan mukena dan jilbab yang ia akan pakai sehabis sholat yang baru dibelikan oleh Rara.

Di dalam mushola, Sarah merasa terharu, dia tak menyangka bahwa banyak orang yang mengingat Tuhan bahkan banyak wanita yang berpakaian terbuka masih melaksanakan ibadah, kini dia tak akan berburuk sangka lagi kepada orang yang memakai baju seksi. Setelah menunaikan sholat, Sarah merenung dalam doanya. Air mata mengalir saat ia memikirkan betapa dalam dua hari sejak pulang dari pesantren, ia telah banyak melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran agama yang ia pegang teguh. Ia merasa telah terlambat melaksanakan sholat Subuh dan Dhuhur, serta berada di luar rumah tanpa hijab, memperlihatkan rambut hitamnya yang indah kepada orang lain. Dalam doanya, Sarah meminta maaf atas dosa-dosanya dan berharap ibunya dapat menerima dirinya kembali.

Selesai sholat, Sarah merasa ada perubahan dalam dirinya. Meski telah membawa jilbab yang dibawahnya untuk dipakai setelah sholat, ia memutuskan untuk tidak memakainya. Bahkan, ia melepaskan jaketnya yang ia pakai karena malu menggunakan baju lengan pendek, sehingga kini ia kini mengenakan kaos lengan pendek dan itu membuat payudaranya terlihat menyeplak dalam kaos nya. Dalam hati, ia merenungkan kata-kata Rara tentang bagaimana manusia tidak dinilai dari pakaian yang dikenakan. Sarah mulai mempertimbangkan bahwa ada orang yang berjilbab namun melakukan korupsi atau penipuan, sementara ada juga orang yang berpakaian terbuka namun memiliki hati yang baik bahkan tetap melaksanakan ibadah tepat waktu.

"Semoga pilihan ini tidak salah," gumam Sarah dalam hati, berharap keputusannya akan membawa perubahan positif dalam hidupnya.

Saat Sarah kembali ke tempat Rara menunggu di restoran ramen, Rara terkejut melihat Sarah masih tanpa jilbab dan bahkan telah melepaskan jaketnya. Namun, kejutan itu segera berubah menjadi pujian, "Lihat, kamu cantik dengan rambutmu yang terbuka."

Sarah tersenyum, merasa lega dan diterima. Hari itu, ia belajar bahwa kecantikan dan kebaikan seseorang tidak hanya ditentukan oleh pakaian luar, tetapi lebih pada apa yang ada di dalam hati dan bagaimana mereka memperlakukan orang lain. Ini adalah langkah besar bagi Sarah dalam menjelajahi identitasnya sendiri dan belajar tentang menghargai orang lain yang berbeda.

Setelah beribadah dan memutuskan untuk tetap tak memakai jilbab nya enyah mengapa hati yang merasa lebih ringan, ia sekarang mengikuti Rara ke salon—sebuah pengalaman pertama lainnya dalam rangkaian hari penuh kejutan ini. Di salon, ketika ditanya ingin melakukan apa, Sarah, yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya, menoleh kepada Rara untuk mendapatkan saran.

“kamu potong seperti ku Sarah, pasti lucu, gaya rambut yang tren di anak muda yang menyukai jejepangan, dengan poni nya juga” kata Rara meyakinkan Sarah

Sarah pun mengikuti Rara, ia juga merasa lucu dengan gaya rambut Rara, tapi ia menginginkan perbahan yang lebih, ia memutuskan untuk memotong rambutnya lebih pendek sebagai simbol ia sudah berdamai dengan dirinya dan siap mengekspror dunia, mengikuti model rambut Rara namun dengan sentuhan yang sedikit berbeda.

Setelah selesai, melihat refleksi dirinya di cermin, Sarah merasa sangat senang dengan model rambut barunya. Ada sesuatu yang membebaskan dalam melihat dirinya dengan rambut pendek dengan gaya jepang, sebuah langkah yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Rasa bangga bercampur dengan kegembiraan dapat memamerkan rambutnya, sesuatu yang ia tutupi selama ini dengan jilbab, melingkupi hatinya. Seperinya dia sudah nyaman untuk tidak berjilbab lagi

Perubahan ini bukan hanya tentang penampilan fisik; itu lebih dalam. Itu tentang Sarah yang mengambil kendali atas kehidupannya, membuat keputusan untuk dirinya sendiri, dan mulai menapaki jalan yang dia pilih.

Setelah dari salon, mereka berdua memutuskan untuk memesan beberapa pizza untuk dibawa pulang, mengakhiri hari yang panjang dengan sesuatu yang santai dan familiar.

Di perjalanan pulang, saat lampu merah mobil tertahan beberapa lama Sarah merenung. Di koa besar banyak orang yang hidup bercukupan seperti Rara, lihatlah di luar mobil banyak anak jalanan yang berktifitas hingga malam untuk mencari pundu uang, ada yang mengemis, berdagang asongan, dan menjadi badut jalanan, dalam hatinya tak tega, dengan reflek dia mengambil pizza miliknya dan memanggil salah satu anak jalanan untuk di bagikan ke teman nya. Anak yang mendekat itu sepertinya anak perempuan yang seharusnya istrirahat di malam hari dengan keluarganya, apakah ia tak kedinginan dengan bermodal koas dan celana pendek yang lusuh.

Lihatlah kawan, anak perempuan itu tersenym bahagia dan melompot kegiaran, dari kejauan aku melihatnya memanggil teman teman nya yang ternyata banyak di jalanan itu hatiku menangis saat itu juga dan ia berjanji akan menolong anak jalanan nantnya dengan mendekati mereka dan memberinya pendidikan, walaupun dia masih SMA, tapi dari dulu ia becita cita menjadi guru, dan terjun di dunia pedidikan

Kemudian ia merenung tentang dirinya. Hanya dalam waktu singkat, begitu banyak yang telah berubah. Dari berpakaian lengkap dengan gamis dan jilbab, kini ia telah bertransformasi, mengadopsi gaya yang lebih terbuka dan berbeda. "Semoga ini pilihan terbaikku," gumam Sarah dalam hati, berharap bahwa langkah-langkah yang dia ambil ini akan membawanya pada kebahagian dan pemahaman diri yang lebih dalam bahwa manusa itu di anggap ketika bermanfaat kepada orang lain, ia dulu yang sanga tmengurung diri dengan semua paradigma yang di ajarkan sehingga ia hanyak melihat dunia dalam hitam putih saja. Lihatlah di masyrakat sosial warna itu sangat indah, bermacam macam warna manusia, dan semua itu ia baru dapatkan ketika bersaa Rara, perjalanan yang panjang akan ia mulai mulai dari malam ini

Setelah kembali ke rumah Rara, kedua sahabat itu bergantian mandi. Sarah, yang kini merasa lebih terbiasa degan kebiasaan Rara yang santai di rumah terlanjang, memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru. Ia mengenakan baju lengan pendek dan celana pendek untuk bersantai dirumah, sebuah pilihan yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan ia ambil.

Mereka berdua menikmati pizza yang telah mereka pesan. Dalam suasana yang santai, Rara mengajak Sarah untuk berkaraoke di kamar Rara, sebuah ide yang menarik bagi Sarah yang sebenarnya lebih familiar dengan lagu-lagu sholawat dari pesantren. Meski awalnya ragu, Sarah cepat menyesuaikan diri dan mulai mengikuti Rara bernyanyi. Kejutan bagi Rara, suara Sarah ternyata sangat merdu. "Dulu aku vokal utama grup banjari di pesantren, jadi sangat mudah bagiku untuk bernyanyi sekarang," ungkap Sarah dengan senyum.

Mereka berdua terus bernyanyi, larut dalam musik dan nyanyian hingga malam hari, tanpa sadar waktu terus berlalu. Malam itu, Sarah merasa sangat bahagia, berhasil melupakan sejenak segala masalah yang telah membebani pikirannya dan menikmati kebersamaan dengan seorang sahabat yang sangat baik padanya.

Meskipun ia menyadari bahwa beberapa prinsip yang selama ini ia pegang teguh mulai terkikis, Sarah merasa bahwa pengorbanan itu sepadan. Rara telah menunjukkan kebaikan yang tak terhingga padanya, dan Sarah bertekad untuk membalasnya suatu hari nanti.

Sebelum tidur, Sarah mengatur alarm di handphone barunya, memastikan bahwa ia akan bangun untuk sholat Subuh. Ini adalah salah satu cara Sarah mencoba menjaga keseimbangan antara pengalaman baru yang ia jalani dan nilai-nilai spiritual yang tetap ia pegang. Malam itu, mereka berdua tertidur dengan lelap, menutup hari yang penuh dengan tawa, musik, dan refleksi tentang kehidupan dan persahabatan.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd