Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kenangan di Bumi Perkemahan

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Chapter 5 – Api Unggun

25557342d99aa5ec68d66b6b0e9abb24e03d890d.jpg

*hanya ilustrasi

Pernyataan Yudha tadi siang amat sangat membuatku shock. Baru saja aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya, malah mau ditikung oleh sahabat terdekatku sendiri. Tapi aku tak menyalahkan Yudha, karena dia sendiri tak tau bahwa aku juga menyukai Riri, dan juga tak tau bahwa kami pernah berciuman sebelumnya.

Aku memang masih ingin menyimpan rahasia ini sendiri, aku termasuk tipe orang yang suka memendam perasaan sendiri. Bahkan saat ada masalah, rasanya hampir tidak pernah aku bercerita kepada Yudha. Aku lebih suka menyelesaikan semua masalahku sendiri, walaupun itu justru akan membuatku semakin tertekan.

“Udah pada siap semua belum? Acaranya udah mau mulai tuh, buruan.” Tanya Kak Bayu sambil mengintip kami yang tengah bersiap-siap di dalam tenda.

Aku buru-buru mengenakan atribut pramuka ku. Malam ini akan diadakan acara api unggun yang wajib diikuti oleh seluruh peserta kemah dengan menggunakan pakaian pramuka lengkap.

“Cepetan Ray, lelet amat lu. Kita ditinggal ama Kak Bayu dan yang lain tuh.” Yudha mendesakku.

“Iya, bentar napa. Lu duluan aja gpp.”

“Masa gue ninggalin lu sendirian. Bareng aja kita.”

“Oke, gue tinggal pake sepatu nih. Eh, btw lu jadi ntar nembak Riri?” Aku bertanya sambil tetap memasang sepatu di kedua kaki ku.

“Jadi lah, lu doain gue ya.” Yudha menjawab dengan memasang tampang percaya diri.

“Iya.” Jawabku pendek.

Iya tenang aja, gue bakal doain lu ditolak, ucapku dalam hati. Aku merasa tak rela Riri harus berpacaran dengan orang lain selain aku, meskipun itu sahabatku sendiri. Apalagi dia memiliki otak mesum level dewa, aku sempat terbayang bagaimana Yudha melakukan hal-hal tak senonoh bersama Riri, dan hatiku sangat panas hanya karena membayangkannya.

Ku akui Yudha memiliki wajah yang cukup tampan, dan tubuh yang cukup tinggi sekitar 174 cm, 5 cm lebih tinggi dari ku. Dia orang yang gemar berolahraga, karena itu dia memiliki tubuh yang tinggi dan proporsional. Soal fisik aku mengaku bahwa aku sedikit kalah darinya. Tapi bukan berarti aku akan mengalah soal cinta Riri kepadanya, aku akan menyainginya dengan sportif.

Kami dan seluruh peserta kemah dan yang lainnya telah berkumpul mengelilingi sejumlah kayu yang ditumpuk menggunung, terlihat juga di dasar tumpukan terdapat beberapa ban mobil bekas.

Tak lama kemudian panitia mulai menyiramkan bensin di sekeliling tumpukan kayu tersebut dan membakarnya. Api merah besar mulai membumbung tinggi ke angkasa, memancarkan cahaya terang yang memecah kegelapan malam itu. Melihat api unggun mulai menyala seluruh peserta kontan bersorak gembira.

Pada malam api unggun diadakan acara unjuk bakat yang boleh diikuti semua peserta yang ingin menampilkan kebolehannya. Riri berencana akan menampilkan musikalisasi puisi dengan diiringi petikan gitar Kak Bayu. Tentu saja aku tak kan melewatkan penampilannya.

Setelah beberapa penampilan terlewati, kini tiba saatnya giliran Riri dan Kak Bayu untuk menampilkan kebolehan mereka.

Riri mulai membacakan puisi terkenal milik Chairil Anwar. Suaranya yang indah mengayun-ayun mebuai gendang telingaku, ekspresinya juga turut menggambarkan isi puisi yang sedang dibacakannya. Perhatianku hanya tertuju padanya saat itu, aku benar-benar terpesona melihatnya.

Tak terasa, tepuk tangan dan sorak sorai penonton mengakhiri penampilan Riri dan Kak Bayu. Terdengar juga siulan-siulan yang entah berasal dari mana. Mereka berdua tampak tersenyum lebar karena mendapat sambutan yang cukup positif dari penonton.

Saat Riri turun dari panggung pertunjukan aku melihat Yudha berlari menghampirinya. Ah, apakah Yudha akan menembaknya sekarang? Dari jauh aku melihat mereka saling berbicara, namun aku tak dapat mengetahui apa isi pembicaraan mereka. Tampaknya Yudha sedang berusaha mengajak Riri ke suatu tempat, dan tak lama kemudian aku melihat Riri mengangguk mengiyakan ajakan Yudha.

Mereka berdua pergi berjalan menjauhi api unggun. Ah, aku harus mengikuti mereka pikirku. Namun, belum sempat aku mengikuti mereka, seseorang menarik tanganku dari belakang, dan menarikku keluar dari kerumunan.

“Kak Friska?”

“Ray, lu mau kemana?” Tanya Kak Friska sambil tetap memegangi tanganku.

“Ehmm, gak ada, kenapa kak?” Tak mungkin aku mengatakan bahwa akan mengikuti Yudha dan Riri.

“Gue pengen ke toilet nih, temenin gue donk.” Ajaknya memelas.

“Tapi kak, aku kan cowok, minta temenin ama yang cewek donk kak.” Aku mencoba menolak permintaan Kak Friska, sambil mataku mencari keberadaan Yudha dan Riri.

“Tapi kan lebih aman sama cowok, ayok lah, udah malem nih, gue takut pergi sendirian.” Kak Friska memaksaku.

“Hmm ya udah deh kak, jangan lama-lama ya.” Aku mengalah, aku akan mencari mereka berdua setelah menemani Kak Friska. Tak tega juga aku membiarkan seorang wanita berjalan sendirian di dalam gelap seperti ini.

“Gak lama kok, gue cuma pipis doank.”

Kami berjalan menuju toilet meninggalkan kerumunan orang yang mengitari api unggun. Semakin jauh kami dari api unggun semakin gelap jalan yang kami lalui. Aku mengeluarkan HP ku dan menyalakan senternya untuk membantuku melihat jalan dalam kegelapan malam itu.

“Ray, gue takut.” Ucap Kak Friska dengan suara yang lirih, seraya mengapit tangan kiri ku dengan tangan kanannya.

Aku bisa merasakan siku ku menyentuh buah dadanya yang empuk itu. Entah Kak Friska sengaja atau tidak, tapi dia tetap mendekap erat tanganku. Melihat ekspresi wajahnya yang pucat, sepertinya Kak Friska benar-benar takut, sehingga aku membiarkannya meminjam satu tanganku. Aku tak menyangka kalau Kak Friska ternyata sepenakut ini.

Tak lama berjalan, kami sampai di toilet. Bumi perkemahan “Tunas Bangsa” ini memang memiliki fasilitas perkemahan yang cukup bagus dan lengkap, di sini terdapat fasilitas lapangan upacara yang memiliki rumput yang bagus, ada juga mushala, kantin, dan tentu saja toilet yang bersih.

“Kak, kita udah sampai. Kakak udah bisa lepasin tanganku sekarang.” Ucapku kepada Kak Friska.

“Eh, iya. Sorry ya Ray.” Kak Friska akhirnya melepaskan tangan kiri ku yang sedari tadi didekapnya dengan erat.

“Gpp kak. Udah sana kak, ntar keburu keluar lho pipisnya.” Canda ku untuk menenangkannya.

“Iya, lu tungguin di depan pintu ya!” Tegasnya.

“Iya kak.” Jawabku singkat.

“Inget, jangan kemana-kemana. Tungguin gue.”

“Iyaaa kakaaak.” Jawabku sedikit kesal karena sikapnya yang bawel.

Malam itu toilet terlihat sepi. Tak ada orang lain yang terlihat di sekeliling ku. Mungkin karena semua orang tengah asik berkumpul di sekeliling api unggun, dari jauh aku bisa mendengar sayup-sayup sorak sorai mereka. Dan lagi letak toilet ini cukup jauh, dan jalan menuju ke sini minim penerangan di malam hari, menjadi faktor banyak orang yang malas ke toilet ini pada malam hari, aku sendiri lebih suka kencing di balik semak-semak di sekitar lokasi perkemahan.

“Ray.. lu masih di luar kan?” Dari dalam toilet terdengar suara Kak Friska memanggilku.

“Iya kak, masih kok. Buruan kak, banyak nyamuk nih.” Aku menjawab panggilan Kak Friska.

Tak lama kemudian pintu toilet terbuka, dan alangkah kagetnya diriku Kak Friska malah menarik tanganku yang dari tadi menunggu di depan pintu. Kak Friska membawaku masuk ke dalam toilet bersama dirinya dan ia langsung mengunci pintu toilet tersebut.

Ceklek!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd