Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Mulustrasi bakal diupdate kalau udah nemu yang cocok dan mirip. moon maap!!

PART 6

PATAH HATI YANG MERUBAH GUE
“Nova”

Gue tersadar dari tidur gue karena perut yang terasa mual. Entah ini tidur atau hilang kesadaran gue gak tau. Kepala gue pusing dan sakit. Sisa-sisa minuman masih terasa di tubuh gue. Gue bangkit duduk dan melihat di sebelah kanan gue ada Okta yang tidur kayak udah gak bernyawa mengkerutkan tubuhnya membelakangi gue dengan muntah yang banyak berserakan di dekat kepalanya. Gue lihat disebelah gue ada Nova yang juga tertidur membelakangi gue dengan kaki terlipat dan tangannya yang disatukan didepannya.
“Ocha sama Retno mana?” Tanya gue dalam hati.
Oh iya Retno kan semalam lagi ngentot ama eko, trus Ocha? Gue lihat lagi sekeliling dan sadar bahwa Ali juga hilang.
“Ah mungkin mereka lagi eksekusi juga di kamar satu lagi” pikir gue sambil memutar-mutarkan kepala dan meregangkan leher berusaha untuk mengontrol penuh kesadaran gue.

“Eh bentar, kayaknya gue melihat sesuatu deh!!”

Gue yakin beberapa saat yang lalu gue melihat sesuatu yang indah. Gue lihat lagi kearah Nova dan guepun tersadar. Dalam posisi Nova yang tidur membelakangi gue dan tangannya yang bersedekap berada di depannya, membuat payudaranya yang mulus terekspos dari bagian samping. Gue perhatiin sideboob-nya dari lengan tanktop abu-abunya yang terlihat bulat begitu sempurna, mulus dan bikin gue ngaceng. Pikiran gue yang udah memudar mulai mendekatkan kepala gue ke arah toketnya demi mendapatkan ‘view’ yang lebih mantap. Benar-benar indah ciptaan yang satu ini. Gue meliuk-liukkan kepala gue mencari ‘possibility’ untuk melihat bagaimana bentuk puting payudara cewek yang berkulit seputih susu ini. Pasti merah merekah ini, pikir gue.
“ah bangsat, dia kan make sempak doang sekarang!!” gue tersadar.
Dengan cekatan gue langsung berpindah ke bagian bawah tubuhnya dan mengabadikan moment-momen mesum ini di otak gue, dimana gue memandang tepat ke arah mekinya Nova yang tercetak menantang dibalik cd nya yang berwarna coklat crem kulit tersebut. Gue makin memajukan kepala gue mencoba memetakan bagaimana bentuk vaginanya. Gue coba lihat lagi lebih teliti apakah memeknya memiliki bulu atau tidak. Dari sela-sela selangkangan cd-nya gue gak bisa menemukan satu bulu jembutpun yang menjulur keluar.
“pasti mulus banget nih memek” pikir gue yang udah mulai gelap mata.
Sekitaran bagian selangkangannya tepat didekat vaginanya juga berwarna merah seakan habis digigit nyamuk membuat gue makin gak tahan. Gue yang sudah mulai menggosok-gosok kontol gue dari balik celana mulai curi-curi kesempatan untuk melakukan hal tidak senonoh kepada Nova. Gue perhatiin sekeliling ruangan memastikan kondisi aman. Beruntung, kondisi pun mendukung gue untuk berbuat hal yang tak sepatutnya ini. Gue mulai mendekati dan mengendus-ngendus memek Nova yang tembem namun bau alkohol dari mulut gue sendiri lebih tajam daripada bau memek Nova ditambah gue yang kayaknya malam itu udah mulai pilek sehingga indra penciuman gue tidak berfungsi maksimal. Gue perlahan berbaring di belakang Nova dalam posisi menyamping mengikuti posisinya dan mulai mengeluarkan penis gue yang udah mengeras layaknya terong masak. Gue mendekatkan palkon gue ke vaginanya dengan maksud ingin menggosok-gosokan kontol gue di belahan memek tembemnya yang masih dibalut cd tersebut.

“gue harus hati-hati nih jangan sampai dia bangun!”

Gue mulai mengatur siasat dan alibi, gue coba dorong-dorong bahunya dan manggil namanya memastikan doi gak sadar. Namun tak ada respon darinya.

Doi gak sadar bro!!!

“Ini kesempatan gue satu-satunya buat merasakan memek sebagus ini, kalau gue gak lakuin sekarang, gue gak bakal dapat kesempatan seperti ini lagi” pikir gue dalam hati.
Tapii, kalau ntar dia bangun gimana? Dia gak terima gimana? Gue bisa kena pasal nih, keluarga gue bisa malu. Gue bakal dijauhi oleh mereka..... ah bodo amat, yang penting coba dulu, masalah resiko gak usah dipikirin. Gue laki, laki minum ekstrajos, eh, gue laki gue harus berani... tapi apa gue sanggup dengan resikonya nanti jika dia gak terima? Apakah resikonya sepadan dengan perasaan nikmat yang sesaat ini? Iblis dan malaikat kayaknya lagi bertarung dipikiran gue, mereka adu fakta, data dan opini agar gue mampu memilih buat nentuin bakal ngelakuin hal mesum ini atau nggak. Yah seperti biasa, kebajikan selalu menang guys. Gue yang awalnya gelap mata akhirnya sadar, dan mulai memasukan penis gue yang membengkak kembali ke dalam celana dengan perasaan sedikit menyesal lalu menjauhi tubuh Nova yang tak berdaya.

Rokok marlboro merah yang gue hisap udah tinggal setengah. Gue mencoba menghilangkan efek miras yang masih bersarang di saraf otak gue. Berjongkok di pintu vila sambil menikmati rokok dan pemandangan laut di tengah malam benar-benar membuat gue rileks. Cahaya lampu kapal yang kecil diujung laut membuat gue berasumsi kalau sekarang sekiranya pukul empat pagi.
“hhaahhh, coba dari dulu gue gak menolak ajakan ngumpul dari Okta dan Ali, mungkin gue bakal menikmati hal-hal seperti ini setiap hari” pikir gue.

Asik menikmati suasana, gue tersentak dari lamunan dikarenakan mendengar suara muntahan dari dalam vila. Sontak gue menoleh kebelakang dan melihat Nova yang sudah tertunduk di atas lututnya memuntahkan sisa alkohol dari dalam perut rampingnya. Melihat hal itu naluri gentleman gue berdetak. Gue bergegas menghampiri Nova dan mulai mengusap-ngusap punggungnya yang mulus. Sambil menikmati mulus punggung bagian tengkuknya nova yang halus gue juga melihat sisi samping payudaranya yang bergoyang-goyang akibat usapan gue.
“kan, gue sange lagi” gerutu gue dalam hati.
”Uueeeeekkkkk... hooookkk hooooooeeeeekkk...”
Nova muntah begitu banyak dan mulai merengek rengek. Doi mengangkat tangannya dan meletakannya di bahu gue sambil merengek setengah menangis. Gue bisa lihat dengan jelas matanya yang setengah terbuka, memerah dan mengeluarkan sedikit air mata. Dari hidungnya juga terlihat ada ingus yang keluar.
“gue harus ngapain nih?”
Gue panik gak tau harus berbuat apa. Pelan-pelan gue angkat dan pikul Nova yang masih merengek gak jelas dan menuntunnya ke arah pintu yang berada dekat dari tempat dia tidur dan muntah. Pintu ini menuju ke area belakang vila dimana diarea belakang tersebut terdapat kamar mandi yang berjarak sekitar sepuluh meter dari vila ini. Gue yang udah membuka pintu tersebut bertambah panik ketika melihat anak tangga yang berjejer setinggi satu meter.
“Gimana caranya nih gue ngebawa ni anak ke wc? Apa gue jorokin aja?” pikir gue.
Rengekan Nova semakin menjadi dan gue makin panik. Bodo amat, gue gendong aja nih anak.

Sampai di kamar mandi gue langsung nurunin Nova dan nyuruh dia muntahin semuanya namun Nova yang dalam keadaan lemah tak berdaya langsung roboh ketika tubuhnya gue sandarin di dinding kamar mandi yang terbuat dari seng tersebut.
“nov...? Novaaa...?” panggil gue saat menampar-nampar pelan pipi Nova yang memerah agar dia bangun.
“nnnggg Oktaaa....taaa” ucapnya pelan.
“Eh bangke, gue capek capek nolongin, lu malah manggil orang lain!” kutuk gue dalam hati.
Gue mengambil air yang ada di ember dan mulai membasuh mukanya pelan-pelan sehingga dia membuka matanya yang memerah sedikit demi sedikit.
“Okta mana...?” tanyanya ke gue yang membuat gue bengong.
“lu nanyain Okta muluuu, lu udah kayak mo mati nih, udah cuci mulut lu dulu nih” bentak gue sambil menyodorkan gayung yang berisi air ke mulutnya.
Nova pun kumur-kumur dan membuang air tersebut dari mulutnya tanpa tenaga sehingga basahlah tanktopnya dari kerah hingga ke pusar.
”hhuuaaaa aaaa a.... ttttaaaa huuu huuu” pekiknya seperti bayi yang nangis ngambek karena gak dapat mimik.
“mabok nih wati” pikir gue dalam hati.
Gue angkat lagi tubuhnya yang masih lemah gak berdaya itu menuju ke vila. Namun kali ini gak gue gendong. Gue meluk tubuhnya dari depan dengan sedikit mengangkat dan sambil berjalan mundur gue seret dia. Gue lakuin hal seperti itu bukan karna gue pengen berbuat mesum, hanya saja waktu gue gendong dia kerap menggelinjangkan badannya sehingga membuat gue kesusahan. Udah gak ada lagi pikiran mesum tertanam di benak gue melihat Nova yang udah kayak orang ayan itu walaupun kontol gue ngaceng ngerasain toketnya nempel di badan gue.

Sampai di vila gue langsung membuka kamar bagian kanan vila yang ternyata terkunci.
“bangke, nih si Ali, ngentot pakai ngunci pintu segala”
Gue lanjut menuju ke kamar bagian kiri yang berjarak sekitar satu meter lebih dari kamar kanan sambil tetap memeluk dan menyeret Nova.
“alahhh anjing nih anak bogel gak ngunci pintu” kutuk gue dalam hati ketika membuka pintu dan menemukan Retno dan eko yang kayaknya habis bertempur.
Retno tidur telanjang di atas kasur gulung berwarna biru dengan posisi tubuh terlentang dan tangan kiri yang megangin memeknya yang berbulu lebat. Gak jauh beda dengan eko yang juga telanjang bulat tertidur agak jauh dari Retno dan disampingnya dihiasi muntah. Melihat kondisi eko yang seperti itu membuat gue geli jijay anjay dan membawa Nova keruang tamu. Gue baringkan Nova yang masih lemah dan merengek-rengek diatas kursi bambu panjang yang ada di ruang tamu tersebut. Gue masuk lagi kedalam kamar Retno untuk mengambil selimut tipis yang ada di sampingnya sambil berusaha menjauhkan pandangan gue dari Eko.
“Mantap banget nih body si Retno” pikir gue dalam hati sambil megangin kontol gue yang emang daritadi udah ngaceng sejak menyeret-nyeret Nova. Iblispun menang kali ini, gue nunduk dan ngeliatin toket brutalnya dan langsung meremas-remas toket kanannya dengan tangan kanan gue. Retno yang udah kayak mayat gak berespon sama sekali. Gue singkirin tangan kirinya yang lagi megangin memeknya dan terlihatlah gumpalan bulu jembut yang menutupi vaginanya.
“colok nggak ya?” dilema gue melihat meki tersebut “ah gak usahlah, dia temen gue, gue harus hormatin dia juga kali walaupun dia dalam kondisi seperti ini” pikir gue mencoba untuk stay positif.
Gue lalu menarik selimut yang berada di atas kasur tersebut dan walllaaaaa..... muntah laggeee. Ini orang kenapa kok pada muntah-muntah gini ya? Padahal yang kami konsumsi bukanlah minuman oplosan abal-abal lho. Gue menarik selimut itu dan bergegas keluar kamar. Gue lipatin selimut itu guna menyembunyikan bagian yang terkena muntah hingga membentuk alas lalu gue alasin di bawah tubuh Nova yang masih merengek namun gak sekeras sebelumnya. Kayaknya Nova udah tenang deh, gue lanjut cabut ah pengen tidur dulu.
Ketika gue hendak menjauh, Nova megangin baju gue dan narik ke dekat dia.
“siinii aja....huuu huu” ucapnya pelan sambil merengek.
“iya iya gue disini, bentar kok bentar”
“NGGAKK!!” rengeknya dengan nada yang keras dan menarik baju gue.
“iya iya iya udah, udah kamu jangan nangis lagi” jawab gue patuh.

Rengekan Nova yang udah mereda membuat gue sedikit tenang namun tangannya ini masih nempel mencengkram baju gue. Gue berjongkok di sebelah Nova yang tiduran berbaring menghadap gue. Gue perhatiin lagi tubuhnya yang langsing dengan toket yang bagus dan memek yang tercetak jelas di cd-nya.
“dientot enak nih” pikir gue yang langsung cepat-cepat gue hilangkan.
Tubuh Nova menggigil dan cengkramannya ke baju gue makin kuat.
“dingiinn....” rengeknya pelan hampir tak terdengar oleh telinga gue.
Maksudnya apaan coba bilang dingin kek gitu? Pengen dihangatin dengan cara dientot gitu? Tapi kalau minta dihangatin dengan dientot, badannya gak mungkin menggigil kayak ini juga kali. Gue panik lagi, takut dia kenapa-kenapa di hadapan mata gue. Sumpah, gue belum siap melihat orang ‘dicabut’.
“dinggiinnn nto......” ucapnya lirih.
Gue kebingungan celingak-celinguk bertanya dalam hati kenapa dia kedinginan tapi gue nggak. Oh, mungkin karna tanktopnya basah kali. Tapi gak mungkin jugalah gue copotin tanktopnya dan gantiin dengan baju gue. Gue mencoba mencari alternatif lain dan baru gue sadar, pintu vila belum gue tutup, pantesan dia kedinginan karena udara subuh yang masuk. Dengan sedikit bujukan, Nova akhirnya mau ngelepasin tangannnya dari baju gue. Guepun menutup pintu vila dan lanjut ngambil celananya yang dicopotnya saat bermain ‘truth or dare’. Dengan penuh kasih sayang gue pasangin celananya dan memakaikan baju kaos berwarna abu-abu tai gue ke dia. Dan atas request Nova, paha gue dijadiin bantal ama dia dan dia minta gue megangin leher dan pipinya biar hangat di tubuh gue berpindah ke dia. Dan gue akhirnya ketiduran juga selagi cewek cantik ini tidur di pangkuan gue.

Siang hari kira-kira pukul sepuluh, gue yang udah tidur berbaring di kursi panjang dibangunkan oleh Ocha yang udah dandan cantik.
“eh, siap siap gih, kita pulang” ucapnya ke gue.
pulang? Kok bisa? Bukannya liburannya sampe besok? Ada pa ini? Tanya gue dalam hati.
“kok cepetan?” tanya gue yang baru bangun.
”iya, si Nova demam, panas banget makanya kita pulang. Kasihan kan...” jawabnya.
Yaudah, gue pun bersiap siap ngambil baju di tas gue dan berangkatlah kami menaiki perahu yang udah datang menjemput. Di atas perahu menuju pulang Nova hanya melamun diam senderan di bahu Retno yang duduk disampingnya. Sempat terjadi percakapan kecil yang nyeleneh antara gue dan Ocha.
“eh, lu semalam ngentotin Nova gimana sih? Sampe dia demam gitu?” Candanya ke gue bisik bisik.
“wih, mana ada gue entotin dia. Ngasal lo” jawab gue.
“yang bener lu?”
“serius”
“ trus kok bisa Nova make baju lu?”
“oooh, semalam dia kedinginan makanya gue pasangin aja baju gue ke dia”
“iiiiii so swit anjing” ucap Ocha pelan kegelian mendengar jawaban gue.
“ah biasa aja sih” balas gue sook cool.
“emang beneran lu belum pernah ML, nto?” Tanya Ocha penasaran.
“beneran, gak percaya amit sih lu”
“hhhmmm lu mau?”
“sama lu? Mau!!” canda gue ke Ocha yang juga sedikit bercampur niat.
“yeee, bukan ntot... gue comblangin lu ya... sama Nova”
“ah, becanda aja lu. Udah ah... daritadi!”
“eee serius ******, dia pasti mau sama lu ntar, kalau gue yang comblangin”
“ah lu gimana sih, dia kan naksir Okta!”
“naksir apaan? Pdkt ajha kagak chatingan juga kagak kenal juga baru”
“lho masa?”
“iya beneran, sama dia aja, Via pasti panas kalo pacar lo secakep Nova”
“udah ah, becanda mulu lu njing!”
Percakapan kecil gue dan Ocha hanya sampai disitu. Tak ada hal spesial yang terjadi antara gue dan Nova selama perjalanan pulang. Kejadian semalam dimana gue bantuin dia gak terbahas sama sekali. Kami bersikap biasa-biasa aja dan gue, emang gak pernah berharap apa-apa dari cewek secantik Nova. Tapii... kalau dipikir lagi, Nova ini emang cantik banget orangnya. Pasti banggalah punya cewek secantik dia. Apalagi cowok kayak gue bisa pacaran sama Nova, wuiihhh gak kebayang gue gimana reaksi orang-orang sok oke yang ngeliatin kami.

Dua minggu telah berlalu semenjak kami pergi liburan di pulau. Gue dan Ocha makin akrab dan sering chattingan lewat aplikasi BBM, padahal sewaktu SMA gue cuma tegur sapa doang sama ni anak. Namun keakraban gue dengan dia bukanlah dalam hal PDKT, melainkan membahas Nova. Ocha selalu berusaha memaksa gue buat mulai mendekati Nova yang saat itu juga terkadang menjadi partner chat gue sat dia lagi ngerasa boring. Ocha juga bilang kalau Nova sering nanya-nanya tentang gue. Sebagai orang yang berakal sehat, wajar kalau gue gak percaya dengan apa yang dikatakan Ocha. Omongannya terdengar seperti gurauan dan gue ngaca juga kali. Menurut gue, pembahasan kami tentang Nova hanyalah akal-akalan Ocha semata aja biar bisa chattingan ama gue (GR). Gue yang mulai sedikit naksir lagi dengan Ocha pun mulai merasa kalau Ocha juga mulai naksir sama gue dilihat dari seringnya kami chattingan selama dua minggu ini. Namun otak gue memberikan sugesti yang berbeda. Saraf logis gue menyadarkan gue dari khayalan kalau ada cewek secantik Ocha yang naksir ama gue.

Sore hari, hujan turun lebat banget. Gue membungkus seluruh tubuh gue dengan kain sarung beraroma ‘terapi’ karna kedinginan sambil nonton sebuah film action di laptop kentang kesayangan gue. Selagi menonton, gue merasa dari tadi ada yang aneh dari hape gue. Layarnya ngedip mulu. Ada apakah gerangan? Lantas gue menggerakan tubuh dan menjangkau hape tersebut. Wuiihh betapa kagetnya gue saat melihat ada empat panggilan masuk datang dari nomor yang gak gue kenal. Panggilan kelima pun masuk lagi, gue mikir, siapa sih yang gigih banget nelfon gue? mungkinkah Via yang lagi kangen sama gue? gak mungkin!! Atau Ocha? Gak mungkin juga, soalnya gue nyimpen nomor dia. Emak? Durhaka gue kalau gak nyimpen nomor emak. Ah mending angkat aja, siapa tahu penipu undian berhadiah.

“ini anto ya?”

Terdengar suara cewek ketika telfon gue angkat. Gue diam sebentar mencoba mengingat-ingat suara siapa itu. Tapi ternyata gue gak ingat dan gak kenal sama sekali.
“hmm iya, ini siapa?” Tanya gue penasaran
“ini gue, Nova. lu lagi dimana?”
“oh iya Nova, ngapain?”
gue grogi dan ke-ge’eran mengetahui kalau Nova nelfon gue. ah, sadar anto sadar... lu masih punya cermin kan? Sadar anto!
“luuu dimaaannaaa??” pekiknya dari telfon yang terdengar kayak lagi kesel.
“di kos. Kenapa emang?”
“gue lagi di ‘z-mart’ deket ‘sukasehat’ (nama RS yang disamarkan) nih”
“trus?”
“jemputin gue dong...” pintanya terdengar pelan.
“jemput? Ngapain? Lu gak liat hari ujan lebat gini?”
“karna hujan lebat gue minta jemput, dodol!!”
“jemput pake apa? gue cuma punya motor!!”
“jalan kaki!! Yapake motorlah...”
“ntar basah dong guenya. Gimana?”
“ihhh banyak tanya, jemput gak nih? Kalau gak gue nangis nih”
“ah iya iya tunggu bentar gue cari mantel. Ribet lu”
“cepet, gue tunggu!!”

tut...

Gue mulai nanyain semua anak kos di tempat tersebut siapa yang punya mantel hujan namun gak ada satupun yang punya. Gue ambil aja jaket kulit yang tergantung dibelakang pintu kamar kos gue dan langsung berangkat dengan kecepatan tinggi ke tempat Nova yang berada kira kira satu atau dua kilometer dari kos gue. Sesampainya di lokasi gue langsung nyamperin Nova yang lagi berdiri sambil ngelihatin hapenya. Melihat gue yang udah datang basah-basah, Nova menghampiri gue dan langsung mukulin lengan gue dengan sebuah plastik bening yang berisi kain merah bermotif bunga berwarna putih dan coklat.
“lama amat sih!” bentaknya sambil menghentakan kakinya ke lantai.
“Baru datang udah di timpuk, yaudah gue balik aja!” ancam gue bercanda.
“eeeee aaaAAA!!” teriak Nova yang membuat rakyat miskin yang juga lagi berteduh disana memandangi kami.
“lu ngapain disini sih?”
“jemputin ini” jawabnya tersenyum sambil mengangkat plastik yang berisi kain tadi.
“sendirian?”
“iyaaaa, Retno ama Ocha gak tau kemana...” jawabnya lagi dengan ekspresi sedih. Ekspresif nih cecan.
“kok gak bawa mobil?”
“gue mana punya mobil...”
“oo...”
eh bentar.... kalau gak salah, Ocha pernah bilang ke gue saat chat, kalau Nova ini anak orang kaya banget. ‘Kaya banget’ kok gak punya mobil?
“ke kos lu aja yukk gue basah nih!”
“basah apaan?”
“baaajoouuuu!!!” teriaknya saat nyubit lengan gue.
“adaaww hehehe, yaudah naiklah. Pake nih” perintah gue sambil nyodorin jaket kulit gue.
“lu gimana?”
“gue mah banyak di kos ntar”
“eh, lu aja yang pake. Gue juga udah basah gapapa”
“basah apaan?” Canda mesum gue lagi.
Plaakkk!! Tamparan Nova yang gak kerasa sakit mendarat di punggung gue. Motorpun langsung gue gas penuh menuju kos gue.

Sesampainya di kos, gue langsung markirin motor di depan jendela kamar kos gue, Nova berlari menjinjit menuju kamar mandi yang langsung terlihat begitu gue membuka pintu kamar kos. Suara kucuran airpun terdengar seperti orang lagi mandi. Dengan kecepatan cahaya gue langsung mengganti celana pendek gue yang juga ikutan basah karna menjemput Nova. Lanjut gue menghidupkan termos dan masak air biar mateng (cakep) untuk membuat kopi dan teh.

“eh boleh minjam baju lu nggak?” tanya Nova yang waktu itu keluar dari kamar mandi sudah menggunakan handuk hijau dekil gue menutupi payudara dan tubuh bagian bawahnya.
Gue melotot melihat betapa seksi dan menggairahkan dia saat itu. Nova tersenyum biasa melihat ekspresi gue tanpa menutup dadanya yang putih bersih.
“uuhhmmm liat aja di lemari” jawab gue berusaha bertindak normal.
Tetap memegangi handuknya yang nggak terpasang sempurna, dengan tangan kirinya, dia mulai memilih-milih baju yang ada di lemari gue. Melihat pahanya yang bersih dan putih membuat gue berharap handuknya tiba-tiba jatuh biar kayak di ‘film-film’ gitu.
“baju yang panjangan ada gak?” tanya Nova ke gue yang lagi jongkok ngeliatin dia dengan kondisi kontol yang udah ngaceng.
“hmmmm yang hitam abu-abu coba”
Nova kemudian mengambil baju tersebut dan membawanya ke kamar mandi. Air pun matang dan gue langsung membuat kopi tubruk ala anak kos dan secangkir teh manis buat Nova. Nova mucul lagi dari balik kamar mandi dengan baju gue sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk gue yang gak bakalan gue cuci-cuci lagi. Gerakannya mengeringkan rambut membuat baju yang hanya pas untuk menutupi badannya sedikit terangkat di bagian kanan pahanya sehingga cdnya yang berwarna pink bisa terlihat sedikit dari posisi gue yang jongkok. Gue makin ngaceng dan mulai mikir macem-macem. Gimana nggak, cewek cantik berpakaian minim di dalam kos-kosan saat cuaca lagi hujan lebat dan dingin bro.

Beberapa saat berlalu, Nova sekarang sudah sandaran di bahu gue diatas kasur lipat yang berpulau-pulau dikala kami menonton film yang berjudul ‘About Time’. Gak sedikitpun dia merasa ilfeel melihat kamar kos gue yang horor, jorok, berantakan dan mengeluarkan aroma ‘terapi’ khas mahasiswa. Gue aja ilfeel. Dia malah keliatan nyaman banget berada di kos gue. Sambil ngehisap rokok, gue memperhatikan paha beningnya yang padat berisi. Terlihat sedikit saluran darah dikarenakan kulitnya yang amat bening itu. Namun fokus gue ketubuhnya terletak pada bagian payudaranya. Baju gue yang dia pakai berbahan kasar dengan dasar yang jatuh dan jahitan yang jarang seperti rajutan sehingga membuat payudaranya yang saat itu tidak memakai bra tercetak jelas membulat lengkap dengan putingnya yang sedikit menonjol. Gue makin sange dan mulai berpikir untuk mengeksekusi si cantik ini. Namun nyali gue masih ciut saat itu karna gue belum pernah sekalipun melakukan hubungan badan dengan wanita.

BRAK... BRAK... BRAK...

”BUKA OII BUKAAA!!! NGAPAIN KALIAN WOIII BUKAAA!!!”

Suara teriakan dan gedoran pintu membuat gue dan Nova terkejut. Dengan cemas Nova memandang gue sambil mencengkram kuat lengan gue dan melotot. Gue yang saat itu udah tau siapa yang menggedor pintu kos gue ikutan pura-pura panik.
“jangan dibuka jangan dibuka” Bisik Nova panik ke gue.
Dengan panik, Nova menarik-narik lengan gue yang hendak berdiri. Wajar doi panik, orang dia bawahannya cuma sempak doang. Gue memberi aba-aba pada Nova yang masih memakai cd saat itu untuk tetap tenang. Perlahan gue berdiri dan berjalan menuju jendela. Gue intip, dan ternyata benar, mereka adalah ‘warga kos’ yang meminta gue untuk menjalankan tradisi kos. Gue pun mengacungkan jempol gue ke arah mereka sambil menaik-naikan alis gue sebagai isyarat ‘oke sip’ dan mereka bubar seketika. Nova bengong dan senyum-senyum keheranan aja melihat tindakan gue. Akhirnya gue menceritakan tradisi kos kepada Nova.

Setiap anggota kos yang membawa cewek ke dalam kamar ataupun menyembunyikan, wajib mengunci pintu dan menutup tirai jendela serta menghidupkan musik dangdut koplo atau remix dengan volume keras saat melakukan eksekusi agar tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan anggota lainnya yang tidak membawa cewek atau jomblo. Tradisi yang sudah turun-termurun di kos berlantai dua dengan dua puluh kamar ini harus tetap dijaga dan dilestarikan. Gue juga menceritakan kepada Nova tentang banyaknya kejadian unik dan aneh di kosan yang horor ini. Nova tertawa lebar setiap kali gue bercerita hingga kami sudah mulai duduk saling berhadapan diatas kasur busuk gue dan lupa bahwa kami lagi nonton film.

“ngomong ngomong, waktu di pulau, lu gak mabuk ya? Bisa ngejagain gue gitu” tanya Nova mencoba merubah topik pembicaraan.
“ah? Uhhmm... ya mabok lah, gue minumnya banyak” jawab gue yang kini udah mulai fokus pada mata Nova.
“tapi kok bisa gitu lu ngangkatin gue keliling-keliling vila?”
“emang lu ingat?”
“dikit dikit sih hihi, kok bisa sih?”
“yaah gue udah terbiasa mabok sih. Noh, liat, botol botol pada numpuk” jawab gue sambil menunjuk ke tumpukan botol miras yang udah kelewat banyak di sudut kamar kos gue.
“tapi kok gue bisa make baju lu ya?”
“ya baju lu basah makanya gue pakein baju gue”
“hhmmm... lu pasti megang-megangkan?” lanjut introgasinya menunjuk muka gue dengan jarinya yang sebelumnya memegangi dagunya.
“wih sembarangan lu nuduh gue... gini-gini juga gue gak gitu-gitu amat kali!”
“hhihi beneran?”
“iya!”
“sumpah?”
“sumpah!”
“demi apa?”
“demi tuhan!”
“masa ada kesempatan lu gak mau? Gue gak sadar lho...”
“yaaelaahh, beneraaan...”
“lu gak normal yaa? Homo lu ya? hehe” candanya menggoda gue yang terlihat sudah mulai merasa awkward di interogasi.
“ya normal lah, mau cobain luu?” jawab gue menyodorkan badan gue ke doi yang kemudian didorong balik.
“iiiih lu bau jigong, gosok gigi dulu gih” ucap Nova yang saat itu tangannya menahan dada gue.
Walau malu dibilangin bau jigong, gue coba bersikap biasa aja saat berjalan menuju kamar mandi. Perasaan gue ngerokok dan minum kopi deh... gak mungkinlah mulut gue bisa bau jigong, pikir gue dalam hati. Namun gak apalah asal doi betah aja main di kos gue, gue rela dikata katain.

Sehabis cuci mulut, gue kembali duduk di kasur gue dan hendak menyalakan rokok gue lagi.
“eehhh janganlah...”
Nova menjauhkan tangan gue yang saat itu udah megangin kotak rokok.
“udah sakit nih mata dari tadi ngerokok mulu” sambungnya.
Guepun dengan patuh meletakan lagi kotak rokok tersebut dan gak disangka-sangka...

Nova nyosor dan mencium bibir gue!!

“Apakah ini yang dinamakan surga? Bibir lembut ini, apakah ini nyata?”

Gue serasa lagi bermimpi.

Hanya sebentar saja Nova langsung melepaskan ciumannya dan melihat ke arah gue dengan senyum pepsodentnya. Gue bengong. Jantung gue berdebar kencang kayak hampir copot. Nafas gue serasa berhenti. Gue coba tarik dalam-dalam nafas gue guna mengatur kembali oksigen yang ada di paru-paru gue.
“ih malah bengong....” seru Nova saat mendorong tubuh gue yang menyadarkan gue.
“lho, ciuman barusan mimpi atau nggak sih? Kok kayak gak nyata gitu ya” pikir gue dalam hati.
“pertama kali kan?” tanyanya.
“hah?” respon gue kayak orang bego.
Nova yang lagi senyum mencium lagi bibir gue lalu menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh gue dan ciuman kami pun terjadi lagi saat tubuh kami sudah terjatuh bersama di atas kasur gembel gue. Nova melumat bibir atas gue sambil tangan kanannya menggosok kepala gue. Gue mencoba menggerakan bibir gue agar ciuman pertama gue ini lebih terasa namun gue yang masih amatir malah membuat momen tersebut jadi aneh sehingga Nova melepaskan lagi ciumannya dan bangun dari posisi sebelumnya.
“beneran ya, lu belum pernah...” serunya lalu mengulek-ngulek dada gue.
Gue cuma senyam-senyum kesenangan masih nggak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
“hhmm maaf ya, gue... nnggg gue nggak... anu, gue...” ucapan gue terbata bata, pikiran gue kacau, gue bener-bener masih nggak percaya dengan apa yang barusan terjadi.
“biasa aja ih... Kamu gak marah kan?” tanya nya.
”hah?”
Marah? Cuma orang ****** bin bego yang marah dicium sama cewek kayak lu wati! Nova kembali merebahkan tubuhnya diatas gue. Kepalanya saat ini berada tepat di dada kiri gue dengan tangan kirinya mengelus-ngelus dada kanan gue.
“makasih ya lu udah baik sama gue”
kata katanya membuat gue makin bingung. Baik gimana sih? Kitakan baru kenal?!

Malam itu gue dan Nova jadi semakin akrab banget. Habis ciuman ya wajar jadi akrab. Gue cerita-cerita kepadanya tentang diri gue dan diapun begitu. Sesekali gue cium pipinya hanya buat memastiin kalau kejadian ciuman kami bukan lah delusi semata. Dan malam itu bener-bener malam yang terasa romantis seumur hidup gue pada saat itu hingga akhirnya gue nganterin dia pulang dia meluk tubuh gue eraattt banget. Gila, toketnya nempel terasa banget. Waktu gue pacaran dulu aja gak pernah kayak gini, ini belum pacaran udah ciuman. Gilak.

Sesampainya dirumah Nova yang ternyata emang gede, Nova nawarin gue buat ke dalam. Katanya cuma ada bibinya doang. Gue yang saat itu udah sange berat menolak baik-baik tawarannya dan lanjut pulang menuju kos gue buat menuntaskan rasa sange yang menggila ini. Gue coli sejadi-jadinya malam itu sambil mengingat kembali ciuman gue dengan Nova dan menghayal gue lagi bersetubuh dengannya. Lah? Udah ada kesempatan buat ngewe kok malah coli? Kan bego namanya itu. Namun saat itu gue memang masih belum berani buat ngewe karna sugesti-sugesti yang gue terima saat kecil dan saat pacaran sama Via. Juga kebiasaan coli gue yang parah banget semenjak berstatus jomblo nggak laku.

Benar, coli udah menjadi kebiasaan gue sejak dicampakkan oleh Via. Awalnya gue cuma coli buat ngelupain dia doang dan kini akhirnya menjadi rutinitas gue hingga pernah gue coli lima kali dalam sehari. Kebiasaan itulah yang membuat gue jadi sulit berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Serius lho guys, kebiasaan coli ternyata nggak baik buat tubuh dan psikologi kita. Jadi buat guys-guys yang keseringan coli, sebaiknya dikurangi dari sekarang.

Bersambung...
 
Tanks hu atas up-nya mantab hu semoga sehat selalu dan lancar RLnya biar lancar juga update nya amin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd