Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ketika Birahi Berdesir update Part 08

Part 06



T
erus terang, aku sendiri kaget pada kenyataan yang kualami ini. Bahwa untuk menunggu bossnya Tante Icha yang 2 jam lagi akan merapat ke lokasi tanah yang akan dibelinya itu, aku teringat pepatah para petualang cinta : Kalau tikus sudah masuk ke kandang kucing, terkam secepat mungkin. Jangan biarkan dia lari dan tiada kesempatan kedua.

Tante Icha kuanggap seorang wanita yang sangat membutuhkan sentuhan lelaki. Karena dari sikapnya yang begitu agresif, seolah membutuhkan lelaki yang agresif juga. Ini kesempatan yang tak boleh disia – siakan. Karena belum tentu ada kesempatan kedua kalau tidak secepatnya kumulai.

Aku pun ingat bahwa sebenarnya Mama yang terobsesi, ingin merasakan kugauli di dalam mobil. Tapi sebelum Mama merasakannya, adik bungsu Mama ini yang duluan akan merasakan fantastisnya ewean di dalam mobil.

Ya, Tante Icha sudah celentang di sebelah kiri setir mobil. Kepalanya rebah ke seat belakang kiri, sementara kedua pahanya dikangkangkan di seat depan.

Setelah cukup lama menjilati memeknya sambil mengalirkan air liur sebanyak mungkin (karena liang memeknya kecil sekali), kuletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek Tante Icha. Sambil membungkuk di atas tubuh adik bungsu Mama itu. Tante Icha pun membantu memegangi leher kontolku, agar tepat sasaran. Lalu ia memberi isyarat agar aku mendorong kontolku,

Itulah yang kulakukan. Kudorong kontolku sekuat mungkin, sambil menahan tubuhku agar jangan dulu ambruk ke atas dada Tante Icha. Kontolku mulai melesak masuk sedikit demi sedikit, tapi masih tetap dipegang oleh Tante Icha. Mungkin agar masuknya sesuai dengan “tempat” yang ada. Setelah kontolku membenam separohnya, barulah Tante Icha melepaskannya sambil tersenyum dan berkata perlahan, “Kontolmu gede banget ... hhhhhhhhh ... tante pasti bakal ketagihan nanti Do ... hhhhhhhhhhh ... “

Aku tak menanggapinya, karena mulai “sibuk” mengayun kontolku di dalam liang memek yang super sempit ini.

Kami tidak telanjang. Tante Icha hanya menyingkapkan gaunnya sampai di atas perut. Aku pun hanya menurunkan celana jeansku sampai lutut. Tapi aku mulai merasakan lezatnya memek bibi tiriku ini. Luar biasa sempitnya. Namun mulai beradaptasi dengan ukuran kontolku yang kebetulan di atas rata – rata ini. Sehingga dalam tempo singkat aku mulai lancar mengentotnya, meski membuat mobilku bergoyang – goyang mengikuti irama entotanku.

Tante Icha pun mulai mendesah dan merintih. “Edddddooo ... ooooooo .... oooooooooo ... ooooooohhhh ... kok bersama Edo bisa enak gini Doooo .... ooooooooooooohhhhhhh ... kalau tau segini enaknya, sejak dulu – dulu tante ngajak beginian sama Edo ... ooooo ... ooooohhhh ... Edooooo .... ini terasa sekali gesekannya Doooooo ... “

Di antara dengus – dengus nafas tak beraturan ini aku pun menyahut, “Uuuughhhhhhhh ... soalnya ... liang memek Tante kecil sekali ... uuuuugggghhhhh ... makanya aku juga merasakan bedanya ... po ... pokoknya memek Tante paling enak di dunia .... aku juga bakal ketagihan Tanteeee .... uuuughhhhhh .... ughhhhhhhh ... “

Namun ketika sedang enak – enaknya aku mengentot Tante Icha ... kulihat sebuah minibus tua berhenti di sebelah kananku. Di jalan buntu yang biasa dipakai macam – macam ini. Yang mengejutkan adalah, moibil itu sudah sangat kuhafal. Punya Deni, rekan bisnisku yang minta dicarikan tanah untuk pabrik air mineral itu. Iya ... ! Aku melihat Deni di belakang setir minibus tua itu. Tapi entah siapa wanita di sampingnya itu. Wanita yang kelihatan STW itu.

Tapi biarlah. Aku takkan mengganggunya. Karena aku sendiri tak mau diganggu.

Aku tahu bahwa jalan buntu di tengah kerimbunan pohon – pohon rindang ini memang biasa dipakai macam – macam oleh muda – mudi. Dan dijamin takkan ada yang mengganggu. Tapi pada waktu mau pulang nanti, pasti ada anak muda yang minta uang keamanan. Biasanya setiap mobil yang parkir di sini akan dimintai uang dari 20ribu sampai 50ribu. Dan anak muda itu akan menjaga keamanan di jalan buntu yang tidak terlihat dari jalan raya ini.

Maka aku tetap asyik mengentot Tante Icha, tanpa mempedulikan Deni dan wanita STW itu. Aku memang bisa melihat dia, karena minibus tua itu tidak gelap kacanya. Sedangkan kaca – kaca mobilku gelap semua. Jadi Deni takkan bisa melihatku, sementara aku bisa melihatnya dengan jelas. Deni juga belum tahu kalau aku sudah punya mobil. Karena itu Deni takkan sadar, bahwa mobil hitam yang berada di sebelah kiri mobilnya itu adalah mobilku.

Sementara itu Tante Icha tampak sangat menikmati genjotan kontolku. Bahkan saking menikmatinya, hanya belasan menit setelah kontolku memompa liang memeknya, Tante Icha pun menggelepar – gelepar. Lalu mengejang tegang seperti ayam disembelih dan sedang melepaskan nyawanya. Lalu ... liang memeknya mengedut – ngedut kencang. Dan ... terasa lendir kewanitaannya menyelimuti kontolku.

Sesaat kemudian Tante Icha berkata lirih, “Oooooohhhh ... aku sudah lepas Do. Terima kasih ya. Nikmat sekali rasanya. “

Aku mengangguk sambil melepaskan kontolku dari liang memek Tante Icha.

“Lho ... kok dicabut ? Emangnya Edo udah ngecrot ?” tanya Tante Icha.

“Belum, “ sahutku sambil membetulkan letak celana jeans dan celana dalamku.

“Nanti aja lanjutin di rumah tante ya. Biar lebih bebas melakukannya, “ katanya.

“Iya Tante, “ sahutku sambil melirik ke arah mibus tua di samping kanan mobilku itu. Hmmm ... tampak jelas Deni sudah mulai ngentot wanita STW itu. Sehingga aku pengen iseng menghubunginya lewat ponselku.

Lalu :

Deni : “Hallo Do. Gimana tanah yang ada mata airnya itu sudah dapat ?”

Aku : “Sudah. Lanjutin aja dulu ngewenya. Hihihiiiiii .... “

Deni : “Haaaaa ?! Lu di mana Do ?”

Aku : “Di samping mobilmu. “

Deni : “Mobil hitam itu ?”

Aku : “Iya. Siapa yang lagi diembat itu ?”

Deni : “Nanti aja gue jelasin. Sorry ... nanti kita lanjutkan lagi, setelah gue selesai. “

Aku : “Siiip deh. Lanjutin aja bro. Selamat bersenang – senang yaaa ... “

Setelah hubungan dengan Deni ditutup, Tante Icha menepuk lututku dan berkata, “Liat mobil di sebelah kanan itu Do. Mereka lagi wikwik. Hihihihiii ... “

“Iya, “ sahutku, “Kita bisa lihat mereka, tapi mereka gak bisa lihat kita. “

“Ya iyalah. Kaca mobilmu kan gelap. Sedangkan mobil itu kacanya bening. “

“Tapi di sini aman Tante. Ada anak – anak muda yang jagain di pinggir jalan raya. Mau wikwik di hutan kayu itu juga bisa. “

“Ogitu ya. Emangnya Edo sering ke sini ?”

“Baru sekali ini Tante. Tapi berita tentang jalan buntu ini sudah lama kudengar dari teman – teman. Terkadang bisa belasan mobil parkir di sini. Untuk wikwik di dalam mobil masing – masing. “

Sandaran seat depan kiri sudah ditegakkan lagi. Lalu Tante Icha berkata, “Nanti di rumah tante, Edo boleh gaulin tante sepuasnya. “

“Iya Tante, “ sahutku sambil mendekatkan mulutku ke mulut Tante Icha.

Tante Icha pun memagut bibirku ke dalam lumatan lahapnya. Sementara tanganku sudah merayapi belahan dada gaun Tante Icha. Karena ingin tahu seperti apa toket adik ibu tiriku ini.

Ternyata kutemukan toket berukuran sedang, namun masih padat dan kencang. Tak beda dengan toket gadis yang masih perawan. Lalu aku tenggelam dalam keasyikan baru. Saling lumat bibir sambil meremas – remas toket Tante Icha.

Namun diam – diam Tante Icha menoleh ke arah minibus tua yang sedang dipakai ewean oleh Deni dan wanita STW itu.

“Masih agak lama boss tante datang. Ini baru setengah jam kita di sini. Berarti sejam setengah lagi boss baru tiba di lokasi, “ kata Tante Icha.

“Lalu mau kita lanjutkan di sini aja, seperti mereka ?”

“Iya. Mereka main di jok belakang tuh. “

“Tante mau main di seat belakang juga ?” tanyaku.

“Ayo. Tapi jangan keluar dari mobil. Takut kalau wanita di mobil itu kenal sama tante. “

“Oke. Tapi mobil ini beda dengan mobil itu Tante. Mobil itu seat belakangnya hanya satu tapi memanjang. Sedangkan mobil ini terpisah seat belakang kanan dan belakang kirinya. Jadi paling juga kita main sambil duduk. Gimana ?”

“Iya deh, “ sahut Tante Icha sambil melangkah ke belakang, lewat ruang antara seat depan yang sebelah kiri dengan seat driver. Aku pun mengikutinya. Lalu duduk di seat belakang sebelah kanan, supaya bisa semakin jelas menyaksikan Deni sedang ewean sama wanita STW itu.

“Edo mau tante telanjang ?” tanya Tante Icha.

“Ya iya dong. Biar aku bisa sambil ngemut toket Tante. Heheheee ... “

“Edo juga harus telanjang, “ kata Tante Icha sambil melepaskan gaun kuning mudanya. Lalu juga menanggalkan beha dan celana dalamnya. Lalu Tante Icha letakkan semua busananya itu di seat belakang sebelah kiri.

Aku pun melepaskan seluruh busanaku. Lalu menumpukkan semuanya di seat belakang sebelah kiri. Kemudian aku duduk lagi di seat belakang sebelah kanan.

Lalu Tante Icha duduk di atas sepasang pahaku, sambil mengarahkan kepala kontolku ke mulut memeknya. Lalu bokongnya diturunkan sedikit demi sedikit. Maka step by step kontolku pun melesak ke dalam liang memek adik Mama itu. Liang memek yang sudah orgasme beberapa menit yang lalu, sehingga tak sulit baginya untuk “mencengkram” kontolku dengan liang memeknya.

Aku menyambutnya dengan jilatan dan gigitan – gigitan kecil di leher Tante Icha, sambil mendekap pinggangnya erat – erat, agar dia tidak terjengkang ke belakang.

Tubuh Tante Icha tidak sebohai Mama. Segalanya serba medium, juga bokong dan sepasang toketnya. Sehingga dengan lincah ia bisa mengayun bokongnya, membuat liang memeknya mulai membesot – besot kontolku.

Ketika Tante Icha memagut bibirku lagi ke dalam ciuman dan lumatannya, aku pun menyambutnya dengan lumatan lahap pula.

Dalam posisi duduk ini dengan sendirinya Tante Icha yang aktif mengayun pantatnya, naik turun dan naik turun terus. Sehingga liang memeknya membesot – besot kontolku terus. Sementara aku mulai asyik memainkan sepasang toket Tante Icha yang masih kencang padat, seolah belum pernah dijamah tangan lelaki. Padahal dia sudah janda. Tapi sekujur tubuhnya masih fresh, seolah masih gadis.

Belasan menit kubiarkan Tante Icha beraksi sekehendak hatinya. Sampai akhirnya ia memekik lirih, “Edooooo ... tante udah mau lepas lagiiii ... “

Kali ini Tante Icha seperti histeris. Ia menikmati orgasmenya sambil menjambak dan meremas – remas rambutku ... ! Mulutnya menyeringai ... matanya terpejam ... lalu ia terlunglai – lunglai dalam dekapanku.

Kubiarkan Tante Icha terkulai paska orgasmenya dalam dekapanku.

Sampai ia membuka kelopak matanya. Menatapku dengan sorot cantiknya wanita setelah orgasme. “Edo belum ngecrot juga ?” tanyanya.

“Belum, “ sahutku, “Nanti aja kumuntahin di rumah Tante. “

“Edo hebat. Tante udah dua kali orgasme, tapi Edo belum apa – apa. “

Aku sendiri tidak tahu kenapa belakangan ini aku jadi sangat tangguh di atas ranjang. Mungkin kulit kontolku lebih tebal daripada kulit kontol pada umumnya, atau mungkin juga syaraf kontolku yang kurang peka. Entahlah. Yang jelas, kalau aku mau, aku bisa bertahan lebih dari sejam waktu ewean dengan siapa pun. Dan aku kurang mengerti, apakah hal ini kelebihanku atau kekuranganku.

Sementara ketika kulihat ke sebelah kanan, Deni sudah “menyelesaikan” wikwiknya. Kalau aku bisa cepat ejakulasi, mungkin aku juga sudah “selesai” dengan Tante Icha.

Tiba – tiba kulihat Deni turun dari minibus tuanya. Membuatku kaget dan berkata kepada Tante Icha, “Tante ... ternyata yang di minibus itu temanku. Keliatannya dia mau ke sini. Cepat berpakaian dulu Tante. “

“Haaa ?! “ Tante Icha kaget. Buru – buru mengangkat bokongnya, sehingga kontol ngacengku terlepas dari liang memeknya. Lalu buru – buru mengenakan gaunnya kembali, tanpa mengenakan beha maui pun celana dalam, mungkin karena takut Deni akan masuk ke dalam mobilku.

“Edo sebaiknya keluar dari mobil. Supaya temanmu itu tidak mengenaliku, “ kata Tante Icha.

“Iya, “ sahutku yang sudah mengenakan celana jeans dan baju kausku. Lalu turun dari mobilku, menghampiri Deni yang sudah keluar juga dari mobilku.

“Lu sama siapa Den ? “ tanyaku.

“Di sana ngobrolnya yuk, “ sahut Deni sambil menunjuk ke arah hutan kayu rasamala.

Aku mengangguk. Lalu kami melangkah ke arah hutan.

“Ini rahasia. Tapi lu kan senasib sama gue. Sama – sama punya nyokap tiri, “ kata Deni setelah agak jauh dari mobilku dan mobilnya.

“O, itu nyokap tiri lu ?” tanyaku.

“Iya. Tapi ingat, ini rahasia Do, “ kata Deni, “ Lantas siapa yang ada di dalam mobil lu ?”

“Adeknya nyokap tiri gue, “ sahutku jujur.

“Berarti kapan – kapan kita bisa bikin acara swap dong. Tapi yang paling enak, kita threesome nyokap gue, lalu di lain waktu threesome sama tante tiri lu. Biar mereka puas, “ kata Deni.

“Usul gila tapi menarik juga, “ sahutku, “Tapi sekarang kita bahas masalah bisnis dulu. “

“Ohya ... udah dapet tanah yang ada mata airnya itu ? “

“Ada. Mata airnya kuat sekali. Sehingga rumah penduduk di sekitarnya jadi kebanjiran terus. Jadi kalau tanah itu dijadikan lokasi pabrik air mineral, pasti penduduk di sekitarnya bakal mendukung. “

“Posisinya di mana ?”

“Gue belum survey dulu ke lokasi. Nanti gue kabarin kalau udah jelas posisi dan harganya. “

“Pokoknya kalau sudah jelas datanya, gue serahin ke elu aja. Supaya jangan kelihatan banyak mediator. Maklum yang mau beli tanah itu orang Arab. Dia bisa mundur kalau kelihatan banyak calo. “

“Oke, “ sahutku, “ Pokoknya soal fee, kita bagi tiga nanti. Untuk lu, gua dan yang punya surat kuasa untuk menjual tanah itu. “

“Atur – atur aja deh. Soal fee, gue percayain sama lu aja, “ kata Deni, “Terus acara esek – esek gimana ?”

“Tar dulu ... emangnya nyokap tiri lu mau di-threesome sama kita ?”

“Justru dia yang minta. Dia belum pernah ngerasain threesome, lantas pengen nyobain katanya. ”

“Kalau tante tiri gue gak tau. Soalnya baru sekarang gue ekse dia. Harus pelan – pelan ngajaknya. Memang acaranya mau seperti apa ?”

“Ya itu tadi. Pertama, lu sama gue eksekusi nyokap tiri gue. Lantas, kalau tante tiri lu udah mau di-threesome, kita eksekusi dia. Kalau tante tiri lu belum mau, gak usah dipaksa. Yang penting nyokap tiri gue tuh yang udah pengen ngerasain dientot sama dua kontol. Dia sampai nyuruh gue nyari teman, biar seru katanya. “

“Terus bokap lu gimana ?”

“Bokap gue kan cuma setahun sekali pulangnya. Maklum bokap kerjanya di kapal, sebagai juru mesin. “

“Owh ... jadi kalau kita eksekusi dia di rumah lu gak apa – apa ?” tanyaku.

“Jangan. Di rumah kan ada adik bokap. Makanya gue tiap kali mau wikwik sama nyokap tiri gue, ya bawa ke sini aja. “

Tiba – tiba aku teringat tanah yang sudah kubeli dari Mama itu. Maka lalu kataku, “Kalau nyokap tiri lu mau outdoor, gue punya tanah yang sangat aman. Sekelilingnya dipagar sama pohon bambu pring. Tanahnya luas sekali. Banyak pohon – pohon rindang di tengahnya. Pokoknya kita bisa bikin pesta outdoor bertiga nanti. “

“Wah bagus itu. Nanti gue ceritain sama nyokap tiri gue. Pasti dia senang kalau kita ajak outdoor di tanah pribadi gitu. “

“Tapi di tanah itu belum ada rumah. Tanahnya juga baru gue beli dari nyokap tiri gue. “

“By the way, tante tiri lu udah diembat. Terus nyokap tiri lu udah diembat juga ?”

“Gak berani sama nyokap tiri gue sih, “ sahutku berbohong. Soalnya Mama itu punya Papa. Dan aku tidak mau seperti Deni yang mau men-threesome ibu tirinya. Karena aku harus tetap menghormati Mama. Kalau aku mengajak Mama macem – macem, berarti aku tidak menghormati Papa dan miliknya yang paling berharga itu (Mama).

“Oke deh, gue mau pulang dulu ya Do, “ kata Deni.

“Oke. Nanti kita rundingkan by phone aja ya. “

“Oke. Termasuk masalah tanah yang ada mata airnya itu, “ sahut Deni.

Beberapa saat kemudian, minibus Deni sudah meninggalkan jalan buntu itu. Aku pun masuk ke dalam mobilku.

“Ngobrolin apa sama temannya tadi ?” tanya Tante Icha yang sudah duduk di seat depan sebelah kiri.

“Cuma ngobrol masalah bisnis. Dia juga lagi nyari tanah yang ada mata airnya. Untuk pabrik air mineral, “ sahutku.

“Edo banyak ya cabang bisnisnya. Bisa cepet kaya nanti. “

“Amiiiin ... “ sahutku sambil menjalankan mobilku yang sejak tadi tidak dimatikan mesin dan ACnya. Aku pun menyiapkan selembar uang 50 ribuan, untuk anak – anak muda yang pasti mencegatku di mulut jalan buntu ini. Memang benar, setibanya di mulut jalan buntu itu, 2 orang anak yang lebih muda dariku datang menghampiri. Setelah menerima uang dariku, mereka mengangguk sopan sambil berkata, “Terima kasih Boss. “

Lalu aku belokan mobil ke jalan raya/

“Besar sekali uang parkirnya, “ kata Tante Icha.

“Itu untuk uang keamanan kita. Bukan uang parkir, “ sahutku, “Kalau gak ada mereka, kita takkan bisa tenang tadi. “

Tiba – tiba Tante Icha menanyakan soal lain, “Dalam sehari, Edo kuat berapa kali begituan ?”

Aku menyahut, “ Kayaknya sih enam atau tujuh kali juga kuat Tante. Mau dibuktikan di rumah Tante nanti ?”

“Waduuuuh .... bisa jebol memek tante nanti. Sekarang aja tante udah dua kali orgasme. Tapi Edo belum apa – apa. “

Aku cuma tersenyum di belakang setir SUV hitamku.

“Nanti kalau boss udah datang, Edo aja yang hadapi dia. Sendirian aja. Jangan rame – rame, “ kata Tante Icha ketika mobilku sudah tiba di lokasi kembali.

“Boss tante itu cantik lho. “

“Ohya ?! Boss tante itu perempuan ?”

“Iya. Orang Taiwan yang lahir besar di Indonesia. “

“Orang Taiwan itu tajir – tajir Tante. “

“Tapi dia sudah jadi WNI, karena menikah dengan orang Indonesia yang tajir melilit. Sekarang dia sudah menjadi janda, seperti tante. Karena suaminya meninggal setelah menderita sakit beberapa bulan. “

“Sudah tua boss itu ?”

“Belum. Paling juga lima tahunan lebih tua dari tante. Nah ... itu dia boss datang, “ kata Tante Icha sambil menunjuk ke sebuah sedan Eropa berwarna merah hati. Gila, aku tahu sedan itu mahal sekali harganya. Tapi aku gak ngiler melihat sedan mahal itu. Buatku sih yang penting kendaraan itu bisa jalan dengan lancar, dan tidak mogok – mogokan. Itu saja.

Tante Icha duluan menyongsong kedatangan bossnya. Lalu menunjuk ke arahku. Maka aku pun menghampiri wanita yang kutaksir usianya belum 30 tahun. Memang cantik wajahnya, dengan perawakan tinggi langsing namun tidak kurus.

“Vivi, “ ucapnya ketika berjabatan tangan denganku.

Aku pun menyebutkan nama lengkapku.

“Edo ini keponakanku Boss, “ kata Tante Icha.

“Ohya ?! Memang sudah lama jadi broker tanah ?” tanyanya padaku.

“Baru setahunan Boss, “ sahutku ikut – ikutan menyebut Boss pada wanita Taiwan yang cantik itu.

Kemudian Tante Icha menjauh. Menghampiri Mang Ucup yang sudah muncul. Mungkin Tante Icha meminta agar Mang Ucup jangan mendekati aku dan bossnya Tante Icha itu.

Namun ketika meninjau ke lahan yang mau dibeli oleh Bu Vivi itu, Mang Ucup ikut mengantar dan menunjuk batas – batas tanah yang sudah dikuasakan padanya untuk dijual itu.



Bisnis dengan wanita cantik bernama Vivi itu sukses, meski agak alot tawar – menawarnya. Lalu bossnya Tante Icha itu memberikan DP 10 juta kepada Mang Ucup. Selebihnya akan dilunasi di depan notaris besok.

Sebelum berpisah, Bu Vivi masih sempat memberikan kartu namanya padaku. Di situ tertera nama Vivianne dan nama Taiwannya. Bu Vivi juga minta nomor ponselku, karena masih banyak lahan yang dibutuhkan untuk keperluan lain. Aku mengangguk sopan sambil memberikan nomor ponselku.

Setelah Bu Vivi berlalu, aku menghampiri Mang Ucup dan membisikinya, “Jatahku biasa kan Mang ?”

“Oh, iya Den. Besok ada satu setengah persen buat Den Edo, setelah transaksi selesai. Jadi besok Den Edo harus hadir juga di kantor notaris, “ sahut Mang Ucup.

“Sip deh. Kalau gitu aku mau pulang dulu ya Mang. “

“Iya Den. “

“Oh iya ... tadi boss bilang masih banyak lahan yang dibutuhkannya untuk keperluan yang lain. Jadi Mang Ucup siap – siap aja untuk mencarikan tanah untuknya. “

“Siap Den. Kebutuhan tanah di mana juga akan mamang sediakan. Asal masih di daerah Jabar aja. “

Kemudian aku Tante Icha meninggalkan lokasi lahan yang akan dijadikan gudang oleh Bu Vivi itu.

“Bu Vivi itu dipanggil boss sama Tante, emangnya Tante kerja di perusahaan dia ?” tanyaku di belakang setir mobilku.

“Nggak. Tante cuma meladeni dia kalau sedang ada yang dicarinya aja. Tante udah berkali – kali cair bisnis dengan dia sebagai buyernya. Jadi pantes aja kalau tante manggil boss sama dia kan ?”

“Owh ... kirain Tante bekerja di perusahaan Bu Vivi. Tapi di zaman sekarang memang sudah terbiasa memanggil boss yang di atas kita keadaannya. Seperti anak muda yang jagain jalan buntu itu tadi, pada manggil boss kan sama aku. Hanya gara – gara duit limapuluh ribu. “

“Iya sih. “

“Terus ... dalam transaksi besok, Tante akan mendapatkan fee dari mana ?” tanyaku.

“Ya dari Bu Vivi lah. Tante selalu jujur padanya, gak pernah mark up harga. Makanya Bu Vivi selalu ngasih fee sama tante. Edo sendiri gimana ? ”



“Aku akan mendapatkan fee dari Mang Ucup. Gak banyak sih, cuma satu setengah persen dari nominal transaksi. “

“Satu setengah persen dari sekian milyar kan gede Do. “

“Lumayanlah. Aku bakal dapat seratusduapuluh juta. Cukup buat sumbangan pembangunan kampus yang bakal kumasuki tiga bulan lagi. “

“Edo mau kuliah ?”

“Iya Tante. Aku sibuk bisnis gini, untuk biaya kuliah nanti. Sudah setahun aku gak dapat pendidikan sama sekali. Makanya nekad aja daftar ke universitas pilihanku. Untuk biayanya aku cari sendiri. “

“Baguslah. Kalau ngandelin papamu yang udah pensiun, mana bisa. Makanya harus nyari sendiri buat biaya kuliahnya ya. “

“Iya Tante. “



Sejam kemudian SUV hitamku sudah memasuki gerbang sebuah perumahan, tempat di mana rumah Tante Icha berada. Meski perumahan ini bukan perumahan elit, namun suasananya lumayan nyaman. Minimal tidak ada yang saling nyari kutu di beranda. Hahahaaaaa ...

Tante Icha langsung turun duluan begitu mobil kuparkir di depan rumahnya. “Tante udah gak tahan pengen pipis. Edo langsung masuk aja ke dalam yaaa, “ kata Tante Icha sambil bergegas membuka kunci pintu depan, lalu bergegas masuk ke dalam rumahnya.

Setelah mematikan mesin mobil, aku pun turun dari mobil. Dan langsung masuk ke dalam rumah Tante Icha yang tertata apik dan artistik. Aku duduk menunggu Tante Icha yang katanya udah kebelet pengen pipis.

Tak lama kemudian Tante Icha muncul. Sudah ganti pakaian. Gaun kuning mudanya sudah berganti dengan baju seperti singlet berwarna merah, dengan celana panjang putih bercorak icon love bertebaran dan berwarna warni.

Tante Icha duduk disamping kiriku dengan sikap mesranya. Melingkarkan lengan kanannya di pinggangku sambil berkata, “Selama tante masih menjanda, Edo harus sering ke sini ya. Jujur aja tante membutuhkan Edo, yang tante harapkan bisa memadamkan hasrat birahi tante. Terus terang Do, tante sih ingin berpuas – puas diri dulu selama masih menjadi janda ini. Biar hilang segala rassa penasaran nantinya. “

“Siap Tante. Untuk memuasi tante, kalau perlu aku akan bawa temen ke sini nanti. Biar Tante benar – benar puas. “

“Ngapain bawa teman segala ?”

“Kata orang, tugas yang dikerjakan oleh dua orang, pasti hasilnya lebih bagus daripada dikerjakan oleh seorang. “

“Eeeee ... jangan gila ah. Edo mau men-threesome tante ? Jangan gitu ah. Tante sih dipuasi sama Edo sendiri juga cukup. “

“Katanya ingin berpuas – puas dulu. Apa salahnya Tante nyobain gimana rasanya digenjot sama dua macam konti yang berbeda. Pasti jauh lebih asyik daripada digenjot sama satu konti. “

“Gila ah. Gak mau. Tante hanya ingin disetubuhi sama Edo aja seorang. Tapi Edo harus sering datang ke sini. Tante mah bahkan ingin tiap hari disetubuhi sama Edo. Karena tante ini wanita bernafsu besar Do. Kalau gak digaulin dua hari aja, pasti tante mainin dildo, untuk meredakan hasrat seks tante. “

Aku mau menjawab, tapi Tante Icha keburu berdiri sambil menarik tanganku. “Biar bebas dan leluasa, mending di kamar tante aja yok. “

Kuikuti langkah Tante Icha masuk ke dalam kamarnya. Di dalam kamarnya, Tante Icha melepaskan celana panjangnya. Sehingga bagian di bawah perutnya terbuka penuh, karena dia tak mengenakan celana dalam. Lalu bagian atasnya yang mirip kaus singlet merah itu disingkapkan, sampai sepasang toketnya terpamerkan padaku. Tante Icha pun memberi isyarat dengan telunjuknya, seakan ucapan “terjanglah aku”.

Tanpa banyak bicara lagi, kulepaskan segala yang melekat di tubuhku. Lalu aku naik ke atas bed dan menerkam Tante Icha dengan gairah nafsu yang semakin menggebu – gebu.

Tante Icha menyambut terkamanku dengan pelukan dan remasan di bahuku, belikatku dan juga bokongku. Lalu kami bergumul dengan hangatnya. Terkadang aku di atas, di saat lain Tante Icha yang di atas.

Kami saling remas, saling lumat dan terkadang saling gigit. Tapi tentu saja bukan gigitan yang menyakitkan.

Dan pada suatu saat, ketika Tante Icha sedang berada di bawah, aku berhasil membenamkan kembali kontolku ke dalam liang memek Tante Icha yang super sempit ini.

Lalu sepasang paha putih mulus itu merenggang, seolah memberi jalan padaku untuk mulai mengayun kontolku ... bermaju mundur di dalam liang memek Tante Icha yang terasa licin dan legit menjepit ini.

Aku pun berusaha melengkapi aksiku dengan mengikuti teori yang pernah diajarkan oleh Teh Nining. Bahwa ketika aku mengayun kontolku, mulut dan tanganku pun ikut beraksi. Bahwa aku menjilati leher jenjang Tante Icha, disertai dengan gigitan – gigitan kecil. Sementara tangan kiriku meremas – remas toket kanan Tante Icha yang masih super padat kencang ini.

Maka rengekan dan rintihan Tante Icha pun mulai berkumandang di dalam kamar ini.

“Eddddooooo ... oooooohhhhh ... Eddddddooooooo .... kamu memang luar biasa Dooo ... setiap bagian tubuhku yang Edo sentuh, selalu saja mendatangkan nikmat tersendiri bagiku Edoooo ... tante jadi sayang sekali padamu Doooo ... oooohhh ... Eddddoooooo ...entot terus memekku sepuasmu Edo Sayaaaaang ... ooooohhhhhhh ... ini enak sekali Doooooo ... enaaaaaaaaaak sayaaaaaang .... Edddoooooooo .... “



Makasih apdetnya bro @Otta
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd