Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ketika Birahi Berdesir update Part 08

kasian si edo belom ewean lagi hu... :|
 
Part 07



M
enyetubuhi Tante Icha, ternyata sangat mengesankan, Dia dalam tempo singkat bisa orgasme. Namun setelah orgasme, ia hanya membutuhkan rehat 5 detik, lalu bangkit lagi dan mengajak mencoba posisi lain. Termasuk posisi rebah di atas meja makan dan aku mengentotnya habis – habisan. Lalu Tante Icha orgasme lagi.

Namun hanya beberapa detik dia terdiam. Lalu mengajakku ganti posisi, jadi posisi doggy. Dalam posisi ini pun Tante Icha orgasme lagi.

Kemudian Tante Icha mengajak posisi WOT. Posisi ini bahkan membuatnya lebih cepat mengalami orgasme. Sampai akhirnya dia mengajak posisi missionary lagi.

Dalam posisi inilah aku berhasil menciptakan “bucat bareng” (meletus bersama). Ya, ketika Tante Icha sedang orgasme, kontolku pun mengejut – ngejut sambil memuntahkan lendir surgawiku.

Raut wajah Tante Icha memperlihatkan puasnya seorang wanita yang baru menikmati orgasmenya. Sambil disemprot – semprot oleh air maniku pula.

Kami sama – sama terkapar lunglai. Lemas, seolah tak punya daya lagi.

Menjelang malam, aku pamitan pada Tante Icha. Karena hari sudah mulai malam.

“Bukannya mau bobo di sini ?” tanya Tante Icha seperti berat melepaskan kepergianku.

“Takut nanti Mama curiga Tante, “ sahutku, “ Lagian kita kan mau transaksi di notaris besok pagi. “

“Oh iya ya. Besok Edo aja sendiri yang datang ke notaris ya. Tante gak usah ikut, “ kata Tante Icha.

“Lho kenapa begitu ?” tanyaku heran.

“Tante gak enak kalau ikut hadir juga. Seolah mau minta fee sama Bu Vivi. “

“Tapi msebagai mediator, Tante berhak mendapatkan fee. “

“Santai aja Edo. Meski tidak diminta, Bu Vivi pasti mentransfer fee itu kde rekening tabungan tante. Dia selalu begitu kok. “

“Jadi beneran Tante takkan ikut hadir di notaris besok ?”

“Beneran. Pokoknya tante serahkan semuanya sama Edo. Gak usah ditanyain juga jatah fee tante. Bu Vivi pasti mentransfer fee itu ke rekening tabungan tante. “



Esok paginya, sebelum jam 8 aku sudah nongkrong di depan kantor notaris yang sudah dipilih oleh Bu Vivi.

Tante Icha takkan hadir dalam pelaksanaan transaksi itu seperti yang dikatakannya waktu aku mau pamitan pulang dari rumah Tante Icha tadi malam.

Karena itu hanya aku dan Mang Ucup yang hadir bersama Bu Vivi di kantor notaris. Sempat juga Bu Vivi nanya, “Mana Icha ?” Yang kujawab, “Dia sudah memasrahkan semuanya padaku Boss. “

“Owh gitu. Icha itu beneran tantemu Do ?” tanya Bu Vivi.

“Betul Boss. Tante Icha itu adek bungsu mamaku. “

Ketika notaris sedang mengetik surat – surat jual beli tanah untuk gudang itu, Bu Vivi membisikiku, “Nanti sore datang ke alamar yang tertera di kartu namaku. Bisa ?”

“Siap, bisa Boss. “

“Setelah selesai transaksi gak ada acara lain ?” tanyanya lagi.

“Nggak ada Boss. Hari ini urusanku hanya untuk menghadiri transaksi ini aja. “

“Kalau gitu, nanti setelah selesai transaksi, ikuti aja mobilku ya. Ada yang penting untuk dibicarakan denganmu. “

“Siap Boss. “



Transaksi itu berjalan dengan lancar. Mang Ucup memperlihatkan layar handphonenya, sebagai bukti bahwa fee untukku sudah ditransfer ke rekening tabunganku.

“Terima kasih Mang, “ ucapku, “Tentang tanah yang ada mata airnya tolong diseriuskan ya. Calon buyernya sudah nanyain. “

“Iya Den. Besok juga bakal ada berita, “ dshut Mang Ucup.

Kemudian Bu Vivi menjabat tangan notaris dan Mang Ucup. Lalu mengedipkan matanya padaku sebagai isyarat bahwa aku harus mengikuti langkahnya. Di dekar sedannya Bu Vivi melambaikan tangannya padaku. Aku pun bergegas menghampiri wanita cantik itu.

Bu Vivi memberikan sehelai chek padaku sambil berkata, “Ini fee buat Edo. Kalau untuk tantemu, sudah kutransfer ke rekeningnya. “

Tadinya aku tidak mengharapkan fee dari Bu Vivi. Karena sudah mendapatkan fee dari Mang Ucup. Tentu aku kaget juga dibuatnya. Terutama setelah melihat nominal yang tercantum di chek itu. Malah lebih besar daripada fee yang dari Mang Ucup.

Namun aku berusaha untuk bersikap tenang. “Terima kasih Boss, “ ucapku sambil membungkuk sopan.

Bu Vivi mengangguk sambil tersenyum. Lalu bertanya, “Edo ada turunan bule ?”

“Mmm ... ibuku blasteran Turki dengan Lebanon Boss. “

“Pantesan. Orang Turki kan bule juga. Karena negaranya menginjak Asia sebagian dan Eropa sebagian. Ayo ikutin mobilku aja ya, “ Bu Vivi membuka pintu mobilnya lalu masuk ke dalamnya.

“Siap Boss, “ sahutku sebelum dia masuk ke dalam mobilnya, yang ternyata dia kemudikan sendiri.

Sesaat kemudian aku sudah berada di dalam mobilku untuk mengikuti sedan mewah berwarna merah hati itu.

Dibutuhkan waktu lebih dari sejam untuk mengikuti mobil Bu Vivi itu.

Sampai akhirnya sedan berwarna merah hati itu membelok ke sebuah bangunan besar dengan pekarangan yang luas pula. Sedan itu berhenti di depan pintu garasi yang sedang terbuka sendiri. Lalu masuk ke dalam garasi itu.

Awalnya aku ragu, apakah aku harus ikut – ikutan memasukkan mobilku ke dalam garasi itu atau menunggu di luar saja. Tapi kulihat Bu Vivi sudah keluar dari mobilnya dan menggerak – gerakkan tangannya sebagai isyarat bahwa mobilku pun harus dimasukkan ke dalam garasi itu.

Kuikuti saja perintah wanita cantik bertubuh tinggi langsing tapi tidak kurus itu. Kumasukkan mobilku ke dalam garasi yang luas itu. Lalu kuparkir mobilku di samping sedan merah hati itu.

Kemudian Bu Vivi memberi isyarat lagi, agar aku mengikutinya. Masuk ke dalam lift.

Di dalam lift yang mulai bergerak, harum parfum mahal pun tersiar ke penciumanku. Aku tidak berani bicara di dalam lift itu, karena dia pun tidak bicara. Padahal saat itu hanya kami berdua di dalam lift.

Setelah pintu lift terbuka di lantai 3, aku mengikuti langkah Bu Vivi menuju barisan pintu yang bentuknya seperti pintu hotel. Bu Vivi membuka pintu bernomor 8 dan masuk ke dalamnya, diikuti olehku.

Aku dibawa ke dalam ruangan yang mirip ruang keluarga. Ada 1 set sofa dan kitchen modern, lengkap dengan meja bar yang tampak bersih sekali.

Di salah satu sofa itu aku dipersilakan duduk. Lalu ia pun duduk di samping kiriku. Dan mulai bicara, “Sebenarnya banyak bisnis yang kutekuni. Dan selama ini aku hanya menjadi single fighter. Sampai driver pun aku tidak punya, karena aku merasa lebih nyaman kalau nyetir sendiri. “

“Iya Boss. “

“Tapi aku pun sadar bahwa aku tidak bisa terus – terusan menjadi single fighter begini. Aku harus punya tangan kanan yang bisa kupercaya. “

“Siap Boss. “

“Entah kenapa, begitu melihatmu kemaren, aku langsung merasa suka padamu. Aku yakin kamu itu jujur dan terpercaya. So ... apakah kamu mau bekerja padaku ?”

“Siap Boss. Tapi ijazahku cuma SMA. Memang aku sedang mendaftar ke sebuah universitas. Mungkin dua bulan lagi aku baru akan kuliah di universitas itu, “ sahutku.

“Bekerja padaku tidak perlu ijazah tinggi – tinggi. Yang penting, ikuti perintahku saja. Meski ijazahmu cuma SMA, aku yakin kamu akan bisa beradaptasi di sini. Usiamu berapa tahun Edo ?”

“Delapanbelas tahun Boss. “

“Hmmm ... usia yang sedang – sedangnya powerful dalam segala bidang, “ Bu Vivi menepuk – nepuk lututku. Membuatku salah tingkah.

Kemudian Bu Vivi menyebutkan nominal gaji yang akan kuterima tiap bulan. Nominal yang mengejutkan, karena besar sekali. Dia juga berkata bahwa aku berhak mendapat penghasilan tambahan, terutama kalau misi yang kujalankan sukses.

Meski aku belum tahu misi apa saja yang harus kujalankan, aku mengangguk saja, lalu menunduk lagi, tidak berani memandang wajah cantik Bu Vivi.

Hal itu justru di-complain oleh Bu Vivi. “Di Eropa, Amerika dan sebagainya, kalau sedang berbicara dengan seseorang, harus menatap lawan bicaranya. Jangan menunduk atau buang muka seperti itu. Nah ... tataplah wajahku ... jangan kaku dan canggung begitu. “

Aku pun memberanikan diri memandang wajah wanita itu. Wanita yang sedang tersenyum manis itu. Aku malah degdegan dibuatnya.

“Menurut Edo, aku ini seperti apa ? “ tanyanya sambil memegang tanganku.

Aku masih salah tingkah. Lalu menjawab sekenanya, “Boss ... cantik sekali. Laksana bidadari baru turun dari langit. “

Bu Vivi tampak senang dengan jawaban itu. “Lalu ... kalau aku membutuhkan sesuatu darimu, apakah kamu bersedia memberikannya ?”

“Maaf ... membutuhkan apa Boss ?” tanyaku dalam kebingungan.

“Aku sudah bertahun – tahun tidak mendapatkan sentuhan lelaki. Karena aku sendiri memang tidak mempedulikan setiap lelaki yang berusaha mendekatiku. Tapi sejak melihatmu kemaren, rasanya aku menemukan type yang kucari selama ini. Jadi, sebelum kita bicara bisnis lebih jauh, bisakah Edo meredakan desir birahiku ?” tanya Bu Vivi sambil memijat mijat celana jeansku, tepat pada bagian yang menutupi si dede.

Karuan saja kontolku langsung ngaceng berat. Tapi aku belum berani melakukan apa pun, karena semua ini laksana dalam mimpi saja.

“Aku masih merasa bermimpi Boss, “ ucapku jujur, “Karena Boss luar biasa cantiknya di mataku. Status sosial Boss pun tinggi sekali. Makanya aku gak nyangka kalau Boss ... “

“Jangan banyak basa basi Edo. Kalau Edo bersedia meredakan desir birahiku, peluk dan ciumlah aku sekarang ... “ kata Bu Vivi sambil merapatkan duduknya ke sisi kiriku.

Meski merasa seperti sedang bermimpi, aku memberanikan diri untuk memeluk dan mencium bibir Bu Vivi, sesuai dengan permintaannya. Bu Vivi pun menyambut ciumanku dengan melumat bibirku, kemudian dia menjulurkan lidahnya ... aku pun menyedot lidahnya ke dalam mulutku ... kemudian ketika lidahku terjulur, dia pun menyedot lidahku ke dalam mulutnya. Sementara suhu badan Bu Vivi menghangat.

Setelah ciuman dan lumatan kami terlepas, Bu Vivi berdiri sambil melepaskan gaun putihnya. Sehingga tinggal bra dan CD putih yang masih melekat di tubuhnya. Tubuh yang putih mulus, tiada noda setitik pun.

Tak cuma itu. Bu Vivi pun menanggalkan bra dan celana dalamnya. Sehingga jadi telanjang bulat. Lalu ia duduk di sofa yang berada di depan sofa yang tengah kududuki. Dan besikap seperti seorang wanita yang exhibitionist, Bu Vivi memperagakan pose – pose yang sangat merangsang bagiku. Bahkan memeknya yang sangat bersih dari bulu itu pun dipamerkan di depan mataku. Membuat nafsu birahiku mulai sulit dikendalikan.

















Bu Vivi pun berdiri lagi. Memungut semua busana yang berserakan di lantai. Lalu berkata, “Di dalam kamarku yok. “

Aku mengangguk dan mengikuti langkah Bu Vivi masuk ke dalam bedroom yang tentu saja bersih dan serba modern.

Bu Vivi merebahkan diri di atas bednya yang lebar, sambil berkata, “Edo juga harus telanjang, please. “

Aku mengangguk sambil tersenyum canggung. Lalu kutanggalkan segala yang melekat di tubuhku, sampai benar – benar telanjang seperti Bu Vivi.

Ketika aku naik ke atas bed, Bu Vivi langsung duduk untuk memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini. “O my God ... kontolmu ini gede sekali ... sudah ngaceng pula ... wah ... bakalan seru nih. “

Lalu Bu Vivi merebahkan diri lagi sambil berkata, “Edo ... harus agresif ya ... jangan kaku. Pokoknya aku ingin disetubuhi olehmu sekarang ... supaya desir birahiku mereda. Dan kalau kita sedang berdua begini, Edo jangan manggil boss padaku. Panggil aja Sis. Supaya kecanggunganmu mencair. “

“Iya Boss ... eeeh ... Sis ... “ sahutku sambil mengumpulkan konsentrasiku, agar bisa agresif seperti yang Bu Vivi inginkan.

Tanpa basa – basi lagi aku merayap ke atas perut dan dada Bu Vivi, yang disambut dengan pelukan dan ciuman hangat. Setelah ciuman kami terurai, aku melorot turun, untuk mencelucupi pentil toket wanita berdarah Taiwan itu. Sepasang toketnya berukuran sedang, tapi tidak kalah kencang jika dibandingkan dengan toket Tante Icha.

Suhu badan Bu Vivi pun makin menghangat. Namun ia berkata, “Vaginaku harus dijilati dulu Do. Karena kontolmu gede sekali. Biar lancar pada waktu dimasukkan nanti. “

“Iya Sis, “ sahutku dengan bersemangat. Karena aku paling suka menjilati memek. Apalagi memek yang bersih dari bulu seperti memek Bu Vivi ini.

Maka dengan gairah menggelegak, aku pun melorot turun, sampai wajahku berhadapan dengan memek Bu Vivi yang sangat bersih dari bulu itu. Aku pun menyelidik sejenak. Ingin tahu di mana letak kelentit dan sebagainya.

“Seperti belum pernah melahirkan, “ gumamku.

“Aku memang belum pernah hamil Do, “ sahut Bu Vivi, “Sama seperti tantemu. Dia juga belum pernah hamil kan ?! ”

Mendengar pengakuannya itu aku makin bergairah dibuatnya. Karena membayangkan bakal menikmati liang memek super sempit seperti memek Tante Icha. Maka mulailah aku menciumi memek Bu Vivi yang menyiarkan harum yang membuat gairahku semakin menggebu – gebu. Lalu ujung lidahku mulai menyapu – nyapu celah memek Bu Vivi dengan lincahnya.

Bu Vivi mulai menggeliat – geliat sambil meremas – remas rambutku. Desahan nafasnya pun mulai terdengar. Terlebih setelah aku fokus untuk menjilati kelentitnya, disertai dengan isapan – isapan kuat. Sehingga kelentit Bu Vivi mulai “mancung” dibuatnya.

Tubuh Bu Vivi pun mulai mengejang – ngejang. Terlebih di saat aku sedang menyedot – nyedot kelentitnya, desahannya pun mulai berubah menjadi rengekan manja yang terdengar erotis di telingaku. “Eeedooooo ... eeeeee ... eeeeee ... Eeeedoooooo ... hhhhhhhhhh ... Eeeeeedoooooooo .... ooooooooohhhhh ... Dooooooooo .... ternyata Edo bisa mendapatkan sasaran yang tepat .... oooooohhhh .... sudah cukup Do ... masukin aja kontolmu ... jangan menunggu vaginaku keburu becek nanti ... “

Tanpa membantah, kuletakkan “topi baja” ku di ambang mulut memek Bu Vivi yang memang sudah basah oleh air liurku. Lalu kudorong kntolku sekuat mungkin. Dan melesak masuk sedikit demi sedikit ke dalam liang memek Bu Vivi.

Setelah kontolku masuk lebih dari separohnya, Bu Vivi merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Dan terdengar suaranya, “Setelah bertahun – tahun tidak menikmati sentuhan lelaki, baru sekaranglah aku bisa merasakannya kembali. Ooooh ... puasilah gejolak birahiku Do ... anggaplah aku ini kekasih tercintamu. “

“Iya Sis ... “ sahutku sambil mulai mengayun kontolku di dalam liang memek Bu Vivi yang tak kalah sempit jika dibandingkan dengan liang memek Tante Icha.

Mengacu pada permintaan Bu Vivi, bahwa ia ingin kupuasi nafsu birahinya, aku pun mulai mempraktekkan hasil latihanku dengan Teh Nining tempo hari. Bahwa ketika kontolku memompa liang memek Bu Vivi, tangan dan mulutku pun ikut beraksi.

Leher jenjang Bu Vivi yang harum parfum, kujilati dengan lahap, disertai gigitan – gigitan lembut. Sementara tangan kiriku mulai meremas – remas toket kanannya yang padat kencang tak ubahnya toket gadis belasan tahun.

Tak kusangka Bu Vivi menyambutku dengan geolan bokong yang memutar – mutar dan meliuk – liuk seolah membentuk angka 8. Mungkin dahulu Bu Vivi sudah dilatih oleh almarhum suaminya yang orang Indonesia, tentang cara menggeolkan bokong. Hingga meski pun dia berdarah Taiwan, dia pandai bergoyang karawang ... !

Dengan sendirinya kontolku jadi terombang – ambing laksana perahu layar yang sedang diterpa badai. Namun kontolku malah semakin gencar mengentot liang memek Bu Vivi yang sudah beradaptgasi dengan jukuran kontolku ini.

Sementara itu meski bokongnya tengah bergeal – geol, rintihan – rintihan histeris Bu Vivi tetap berkumandang di dalam kamar yang perabotannya serba modern ini. “Ooooo ... oooooooohhhhhhh .... Eddddoooooo ... ra ... rasanya aku seperti dilahirkan kembali ... berkat dirimu Edoooooooo ... semuanya ini terasa nikmaaaaaaat ... come on Doooo ... fuck me all you want ... fuck meeee ... fcuk fuck fuck ... iya ... iyaaaaa ... iyaaaaaaaaa ... oooooohhhh ... Edddoooooooo ... puasilah aku sepuasmu ... Edddooooooooooooo ... Eddddoooooo ... kehadiranmu membuatku jadi bergairah lagi ... kamu sangat cocok dengan keinginanku Dooooooo ... kamu bolerh memiliki ditiku seumur hidupmuuuuuuuu ... Edddooooo .... oooooohhhhhhh ... Edooooooo ... “

Aku sendiri merasakan sesuatu yang lain dari biasanya. Bahwa menyetubuhi Bu Vivi ini terasa paling fantastis di antara sekian banyak wanita yang pernah kusetubuhi. Karena selain cantik, Bu Vivi punya liang memek yang begini menjepitnya, sehingga tiap kali kontolku bergerak, terasa sekali gesekan antara dinding liang memeknya dengan batang kejantananku ini. Dan ketika aku memperhatikan wajah wanita berdarah Taiwan ini dari jarak yang sangat dekat, hmmmm ... dia memang cantik sekali.

Keringat pu n mulai berjatuhan dari tubuhku ke dada dan leher Bu Vivi. Bercampur aduk dengan keringatnya sendiri.

Dan pada suatu saat, ketika Bu Vivi memperlihatkan gejala – gejala mau orgasme, aku pun mempercepat entotanku. Makin lama makin cepat. Sampai akhirnya dia mengejang tegang, dengan perut sedikit terangkat, dengan nafas tertahan ... dan ... kutancapkan kontolku sedalam mungkin ... lalu kubiarkan tertanam di dalam liang memek Bu Vivi. Sampai akhirnya kurasakan liang memek wanita jelita itu mengedut – ngedut ... lalu bergerak memutar seperti spiral ... seperti ular kecil melilit mangsanya.

“Oooooohhhh ... aku sudah sampai Do .... terima kasih ya ... aku gak nyangka hari ini bisa menikmatinya lagi ... setelah sekian tahun tak pernah disentuh lelaki ... “ ucap Bu Vivi dengan suara lirih.

Aku hanya mengusap – usap rambut Bu Vivi yang basah oleh keringat. Lalu mencium bibir sensualnya dengan mesra. Dan berkata, “Banyak wanita yang cantik kalau dilihat dari kejauhan. Setelah dilihat dari dekat tidak cantik lagi. Tapi Sis Vivi ini sebaliknya. Setelah diperhatikan dari dekat, wajah Sis malah kelihatan lebih cantik. “

“Edo juga ganteng ... dan typeku benar. Badan yang tinggi kekar. Hidung yang mancung, mata yang bundar bening dan bibir yang seksi, mwuaaaaahhhh ... “ sahut Bu Vivi yang dilanjutkan dengan ciuman di bibirku. “Ohya ... Edo belum ejakulasi ya ?”

“Belum Sis. “

“Sebentar ... aku mau pipis dulu, “ katanya sambil mendorong dadaku yang masih menghimpit dadanya.

Lalu kucabut sekalian kontolku dari liang memek wanita berdarah 100% Taiwan itu.

Bu Vivi pun turun dari bed dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi.

Tak lama kemudian dia muncul lagi dari kamar mandi dan naik lagi ke atas bed sambil berkata, “Usia Edo sepuluh tahun lebih muda dariku. Apakah Edo takkan malu kalau berjalan berduaan denganku di tempat ramai ?”

“Nggak. Soal Sis Vivi tampak jauh lebih muda dari usia yang sebenarnya. Kalau Sis mengaku berumur duapuluh tahun juga, orang pasti percaya, “ sahutku.

“Terima kasih Edo Sayang, emwuaaaaaah ... “ sahutnya diakhiri dengan ciuman mesra lagi di bibirku. “Tapi kalau akhirnya aku mencintaimu kelak, bagaimana ?”

“Cinta tidak mengenal usia, derajat dan sebagainya. Apalagi di zaman sekarang. Bukan hal aneh lagi kalau seorang lelaki tua menikahi cewek remaja, tidak aneh pula cowok remaja menikahi wanita yang jauh lebih tua. “

Bu Vivi memeluk dan mencium sepasang pipiku, lalu berkata setengah berbisik, “Terima kasih Edo Sayang ... kata – katamu membesarkan hati dan membangkitkan semangat hidupku. Ayo lanjutin lagi ... Edo kan belum ejakulasi. “

Lalu dia menungging sambil berkata, “Cobain posisi doggy ya. “

“Iya Sis, “ sahutku sambil berlutut di depan sepasang pantat gede Bu Vivi, sambil meraba – raba memeknya yang tampil full karena dia sedang menungging.

Terasa memeknya masih licin, masih merekah pula lubangnya, karena sudah orgasme tadi.

Sambil berlutut kubenamkan kontolku ke dalam liang memek Bu Vivi. Meski liang memek Bu Vivi terasa seret lagi, mungkin karena barusan dicucinya di dalam kamar mandi, namun aku bisa mengayun kontolku sambil berpegangan pada sepasang pantat semok wanita berdarah Taiwan itu.

Aku sangat enjoy mengentot Bu Vivi dalam posisi doggy ini. Karena aku bisa meremas bokong semok Bu Vivi.

Namun bukan hanya posisi dogy yang kami lakukan. Atas permintaan Bu Vivi, kami lanjutkan persetubuhan kami dalam posisi WOT. Tapi dalam posisi wanita di atas ini, Bu Vivi malah orgasme lagi, untuk kedua kalinya.

Maka akhirnya kami lanjutkan dalam posisi missionary lagi. Semua ini mirip dengan pengalamanku bersama Tante Icha kemaren. Dan kelihatannya aku akan mengalami hal yang sama kini. Bahwa dalam posisi dia di bawah dan aku di atas ini, aku menggencarkan entotanku, karena ingin secepatnya ejakulasi.

Tapi ketika aku sedang gawat – gawatnya (sudah dekat ngecrot) justru Bu Vivi yang duluan mengejang tegang dan ... orgasme lagi. Tapi aku sendiri pun sudah hampir ngecrot. Maka aku pun bertanya, “Aku harus ejakulasi di mana Sis ? Di luar apa di dalam ?”

“Kalau Edo mencintaiku, lepaskanlah di dalam, “ sahut Bu Vivi lirih, “Tapi kalau Edo tidak mencintaiku, lepaskanlah di luar. “

Dalam keadaan mau ejakulasi, aku tak bisa memikirkan dua pilihan itu. Aku bahkan seolah mendengar “kalau mau nikmat lepaskanlah di dalam, kalau tidak mau nikmat lepaskanlah di luar”

Karena itu aku tancapkan kontolku yang sudah dalam detik – detik puncak dari 1001 kenikmatan ini. Maka kontolku pun menghentak – hentak di dalam liang memek Bu Vivi, sambil memuntahkan lendir surgawiku.

Zrettttt ... zrooooooooooooooooooooooootttttttt ... zrooooooooooooooooooooottttttttttt ... zrettttttttttzrettttttttttt ... zrooooooooooooooooottttttt ... zroooooooooooooooottttttttt ... !

Pada saat yang sama bokong semok Bu Vivi menyambut letusan air maniku dengan geolan – geolan yang gila – gilaan. Sehingga kenikmatanku pun terasa edan – edanan juga.

Lalu aku mengelojot dan terkapar di dalam pelukan Bu Vivi yang erat sekali ini. Disusul dengan terdengarnya suara bisikan wanita cantik itu, “Aku bahagia sekali, karena ternyata Edo pun mencintaiku ... “

Batinku terhenyak. Dan baru menyadari arti dilepasin di dalam memek wanita cantik itu. Tapi sebagai seorang lelaki, aku harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatanku secara jantan. Lagian, apa ruginya saling mencintai dengan wanita secantik dan setajir Bu Vivi ini ?

Maka ketika Bu Vivi memagut bibirku, aku pun menyambutnya dengan lumatan mesra. Sambil memeluk leher jenjangnya yang sudah basah oleh keringat.

Biarlah, whatever will be, will be. Apa yang mau terjadi, terjadilah.........
melipir dulu biar asik
 
Part 08



A
ku pernah membaca buku tentang perilaku seksual manusia. Antara lain ada kalimat yang pernah kubaca : Wanita baik – baik takkan menyerahkan tubuhnya pada lelaki yang tidak dicintainya. Dengan kata lain, wanita baik – baik hanya akan menyerahkan tubuhnya pada lelaki yang dicintainya.

Berbeda dengan lelaki, yang bisa menyetubuhi wanita hanya untuk kebutuhan biologis semata. Bahkan seorang lelaki bisa saja terangsang oleh seorang wanita yang tidak disukainya, juga sekadar untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Bukan untuk cinta.

Sebagai seorang wanita baik – baik, Bu Vivi telah menyerahkan tubuhnya padaku berdasarkan rasa cintanya padaku. Bahkan berkali – kali dia menyatakan bahwa aku ini cowok typenya benar. Bahkan sebelum aku meninggalkan bangunan besar yang ternyata kantor perusahaannya itu, masih sempat ia membisiki telingaku, “I love you so much honey. “

“I love you too sweetheart, “ sahutku yang disambut dengan ciuman mesra wanita cantik itu.

Sebelum itu, aku sudah merundingkan banyak hal dengan Bu Vivi. Setelah aku bekerja padanya, aku diperbolehkan kuliah seperti yang sudah kurencanakan. Aku hanya harus “ngantor” seminggu 2 kali saja (selama aku masih kuliah). Atau bisa juga menikmati weekend saja dengannya.

Tugasku memang ringan. Hanya diwajibkan memeriksa setiap proyek punya Bu Vivi yang tersebar di sana – sini. Dan yang lebih penting lagi, aku harus selalu siap meredakan hasrat birahi wanita berdarah Taiwan yang ternyata sudah lama menjadi mualaf itu (sejak menikah dengan almarhum suaminya dahulu).

Setelah dikasih alamat rumah Bu Vivi, aku pun meninggalkan kantor perusahaannya. Dengan janji bahwa di hari Sabtu pagi mendatang, aku akan mengunjungi rumahnya. Untuk menikmati weekend bersamanya.

Lalu aku mencairkan chek pemberian Bu Vivi di bank. Kuambil dalam bentuk fisik. Tidak sekadar memindahkan ke rekening tabunganku. Karena transfer dari Mang Ucup sudah cukup banyak. Hasil perjuanganku di kota X bersama Teh Nining, juga masih sangat banyak yang kuendapkan di tabunganku. Cukup untuk membangun wisma kos segede hotel di atas tanah yang kubeli dari Mama itu. Tapi rencana untuk membuat wisma kos itu berubah. Karena aku akan mengikuti saran Teh Nining. Untuk membuat rumah kos kecil – kecil saja, tapi jumlahnya banyak dan tersebar di sana – sini.

Untuk itu aku akan membeli beberapa rumah yang letaknya berjauh – jauhan. Lalu dirombak sampai layak dijadikan rumah kos.

Setelah mencairkan chek di bank, aku mampir ke sebuah café, karena sudah lama aku tidak minum kopi di café langgananku ini.

Ketika aku sedang minum kopi Aceh Gayo pilihanku itu, tiba – tiba bahuku dipijat dari belakang. Dan terdengar suara wanita dari belakangku, “Edo makin ganteng aja ya. “

Aku kaget dan menoleh ke belakang dan langsung berdiri setelah tahu yang memijat bahuku itu Bu Tika, mantan guru SMAku.

“Bu Tika ... apa kabar Bu ?” tanyaku setelah menjabat dan mencium tangannya.

Bu Tika menjawab, “Baik – baik aja. Edo juga sehat kan ?”

“Owh ... silakan duduk Bu. Mau minum apa ?”

Bu Tika duduk di sofa yang sedang kududuki. “Coffee flute aja, “ sahutnya.

Aku pun duduk di samping kanan mantan guruku itu sambil melambaikan tangan ke arah waiter. Setelah waiter itu menghampiriku, kupesan coffe flute dan tambahan snack lagi.

“Edo melanjutkan ke mana ?” tanya Bu Tika.

“Belum Bu. Mungkin dua bulan lagi baru akan kuliah, “ sahutku.

“Di mana ?” tanyanya.

Kusebutkan nama universitas yang akan kutuju itu.

“Wow ... itu sih universitas borju Do, “ kata Bu Tika.

“Iya Bu. Tapi kualitasnya pendidikannya memang terkenal bagus Bu. “

“Iya sih, kalau kualitasnya memang tidak diragukan. Cuma biayanya itu yang gak murah. Ibu sih gak sanggup kuliah di situ. “

“Memangnya Ibu mau ambil es-dua ?”

“Iya. Lagi ngumpulin duit dulu untuk biayanya. “

“Kan tinggal minta aja sama suami Ibu. “

“Suami apa ? “ cetusnya yang lalu melanjutkannya dengan bisik – bisik di dekat telingaku, “Sekarang ibu janda Do. “

Mungkin aku ini termasuk cowok yang telat nakal. Sebelum merasaskan enaknya perempuan, aku ini termasuk cowok baik dan pendiam. Tapi setelah merasakan nikmatnya menyetubuhi perempuan, aku menanggapi ucapan Bu Tika itu dengan, “Wah boleh dong ... hehehee ... “

“Boleh apa ?” tanya Bu Tika sambil memegang tangan kiriku.

“Mmm ... boleh mengisi masa kesepian Ibu selama belum nikah lagi. “

“Memangnya Edo mau mengisi kesepian ibu ?”

“Kalau Ibu tidak keberatan, aku siap mengisi kesepian Ibu. Gimana ?”

“Sapa takut ?! “ sahut Bu Tika sambil menepuk lutut kiriku.

“Sip deh. Berarti khayalan masa SMAku bakal terwujud dalam kenyataan, “ kataku.

“Memangnya apa yang menarik di diri ibu sampai membuat Edo bisa mengkhayalkan ibu waktu masih di SMA dahulu ?” tanya Bu Tika

“Masa Ibu gak nyadar kalau Ibu ini cantik dan ... seksi. “

Bu Tika tersenyum manis, lalu membisiki telingaku lagi, “Apalagi kalau udah ngelihat ibu telanjang ya. “

Aku terkesiap mendengar bisikan yang tak terduga itu. Lalu menyahut, “Pasti bakal seperti melihat bidadari turun dari langit. “

Bu Tika merapatkan pipi kanannya ke pipi kiriku. Membuatku semakin bergairah untuk mewujudkan khayalan masa SMAku. Karena menurutku Bu Tika adalah guru termuda dan tercantik di SMAku. Wajar kalau aku punya penilaian istimewa padanya. Tapi pada saat itu aku pun tahu kalau Bu Tika selalu diantar jemput oleh seorang lelaki dan mobil tuanya. Setelah selidik sana sini, aku mendapat berita bahwa lelaki itu adalah suami Bu Tika.

Seorang waiter mengantarkan pesanan untuk Bu Tika. Kemudian ia kembali ke belakang meja bar.

“Ibu pake apa ke sini tadi ? “ tanyaku.

“Pake angkot, “ sahut Bu Tika sambil meneguk coffee flute-nya.

“Ya udah, nanti pulangnya kuanterin Ibu sampai rumah. “

“Edo bawa motor ?”

“Yang rodanya empat Bu. “

“Owh ... kirain pake motor. Iya deh, nanti mau numpang di mobil Edo aja. “

Lalu Bu Tika menyantap snack yang sudah terhidang di depannya. “Jadi Edo nganggur selama setahun ya, “ ucapnya.

“Iya Bu. Berjuang nyari duit dulu, untuk kuliah, “ sahutku.

“Sekarang udah dapat duitnya ?”

“Alhamdulillah sudah cukup untuk biaya kuliah dan segala tetek bengeknya. “

“Tapi nyari duitnya harus jalan terus, untuk masa depan Edo. “

“Tentu aja Bu. Hidup di dunia ini takkan nyaman kalau gak punya duit. “

“Terus nyari duitnya lewat jalan apa ?”

“Ah, bisnis serabutan aja Bu. Yang penting ada income untuk kebutuhan sehari – hari. Maklum ayah saya kan udah pensiun. Sudah tak bisa menghamburkan uang untuk kebutuhan anak – istrinya. “

“Mamanya gak kerja ?”

“Nggak. Jadi IRT aja Bu. Itupun ibu tiri, karena ibu kandungku udah lama meninggal. “

“Owh gitu ya latar belakang kehidupan Edo. Rada mirip dengan latar belakang kehidupan ibu. “

“Miripnya seperti apa Bu ?” tanyaku penasaran.

“Nanti aka diceritain di rumah ibu. Edo mau nganterin ibu pulang kan ?”

“Iya Bu, siap. “

“Bukan sekadar nganterin kan ? “ tanya Bu Tika setengah berbisik, sambil merapatkan lagi pipi kanannya ke pipi kiriku.

Aku celingukan memperhatikan keadaan di dalam café ini. Ternyata hanya aku dan Bu Tika tamu café ini. Maka aku pun menyahut setengah berbisik juga, “Kalau Ibu mau ditemenin bobo juga aku siap. “

“Hmmm ... kebayang ditemenin bobo sama anak muda yang sedeng – sedengnya fresh gini ... pasti hangat dan seru, “ kata Bu Tika sambil meremas – remas tangan kiriku.



Beberapa saat kemudian Bu Tika sudah berada di seat kiri depan mobilku. Sementara aku pun sudah berada di belakang setir SUV hitamku.

“Ternyata Edo sudah punya mobil mahal gini. Berarti sudah sukses ya bisnisnya, “ kata Bu Tika ketika aku baru menghidupkan mesin mobilku.

“Kebetulan bintangku lagi terang Bu. Mobil ini hasil kerja keras selama dua minggu di kota lain, “ sahutku.

“Dua minggu dapet mobil mahal. Waaah ... berarti transaksinya juga gede – gedean. Aih ... kok seatbeltnya susah dipasang Do. “

Kulihat Bu Tika kesulitan memasangkan seatbeltnya. Maka kubantu dengan menarik seatbelt di sebelah kiri Bu Tika. Dan tanpa disengaja, aku menyentuh perut mantan guruku itu. Karena mantel panjang yang dikenakannya terbuka. Sekalian saja aku mergusap – usap perut Bu Tika yang terbuka dari belahan rompi putih belang – belang hitam itu. Bahkan pusar perutnya sengaja kugelitik dengan ujung jariku.

Bu Tika malah ketawa cekikikan. Lalu menarik tanganku ke arah toket di balik rompi belang hitam putih itu. “Yang ini nih kalau mau megang sih, “ katanya ketika telapak tanganku sudah memegang toketnya yang ternyata tidak berbeha.

Lagi – lagi aku menemukan toket berukuran sedang yang padat kencang.

Pada saat itu mobilku diparkir menghadap ke dinding. Sehingga Bu Tika leluasa untuk memagut bibirku ke dalam ciuman hangatnya, sementara mobilku belum dijalankan, meski mesin dan ACnya sudah dihidupkan.

Aku pun membalas ciuman Bu Tika dengan lumatan, sementara tanganku asyik meremas toket kirinya. Tapi semua itu hanya berlangsung beberapa detik. Lalu Bu Tika melepaskan ciumannya, juga mengeluarkan tanganku dari balik rompinya, kemudian ia menutupkan ritsleting mantel panjang hitamnya. “Nanti di rumah ibu, kita lanjutkan ya, “ ucapnya yang diiyakan olehku.

Lalu kumundurkan mobilku, kemudian memutar dan akhirnya berada di jalan ramai, menuju rumah Bu Tika yang sudah disebutkan alamatnya.

“Tadi yang disebut mirip dengan latar belakang kehidupanku itu apa Bu ?” tanyaku gak sabar, ingin segera mendengar jawaban Bu Tika.

“Singkatnya aja ya, “ kata Bu Tika, “Ibu juga punya mama tiri. Terus mama tiriku kepergok sedang selingkuh dengan suami ibu. Makanya ibu langsung menggugat cerai. Nah ... itu aja singkat ceritanya. “

“Jadi Ibu bercerai dengan suami, gara – gara dia selingkuh sama mama tiri Ibu ?” tanyaku.

“Iya. Terlalu kan ? “

“Mama tiri Ibu usia berapa ?”

“Memang agak muda sih. Cuma beda lima tahun sama ibu. Sekarang usia mama tiri ibu tigapuluhtujuh tahun. “

“Berarti sekarang usia Bu Tika tigapuluhdua tahun ?”

“Iya. Kenapa ?”

“Bu Tika kelihatan seperti masih di bawah duapuluhlima tahun. “

“Mmmm ... terimakasih. Masih seksi kan ?”

“Masih seperti waktu aku masih di SMA. “

“Terakhir Edo ninggalin SMA kan setahun yang lalu. Belum lama. “

“Bu Tika bercerai sama suami kapan ?”

“Dua tahun yang lalu. “

“Duh ... padahal saat itu aku masih jadi murid Ibu. Tapi aku belum pernah dengar kalau Ibu sudah menjanda. Kalau tau sih ... “

“Ah, saat itu Edo baru tujuhbelas tahun kan ? Secara hukum ibu bakal disalahkan, bisa dianggap memanipulasi anak di bawah umur. “

Rumah Bu Tika di luar kota. Aku mengambil jalan pintas, mengikuti anjuran mantan guruku itu. Jalan pintas yang melewati hutan pinus di kanan kirinya.

“Ibu sudah punya anak berapa ?” tanyaku ketika masih berada di antara hutan pinus di kanan – kiri mobilku.

“Belum punya, “ sahutnya.

“Wow ... berarti itunya ... masih seperti gadis ya. “

“Ya iyalah. Kan belum pernah turun mesin. Nanti Edo akan membuktikannya, “ sahut Bu Tika sambil meraba – raba ritsleting celana jeansku. Lalu berusaha menariknya ke bawah.

Aku mengerti apa yang diinginkannya. Karena itu kubuka kancing logam celana jeansku, lalu menurunkan ritsletingnya. Bu Tika tampak senang. Tangannya langsung menyelinap ke balik celana dalamku dan memegang kontolku yang sudah agak tegang. Lalu memekik tertahan, “Edooo ... ! Punya Edo ini ... gede banget ... ! Diapain bisa jadi gede gini ?”

“Gak diapa – apain Bu. Sudah dari sononya begini. “

“Ntar dulu ... Edo punya darah bule juga ya. “

“Ibu kandungku blasteran Turki dengan Lebanon Bu. “

“Turki itu kan bule juga. Orang Lebanon juga banyak yang bule. Hmmm ... pantesan punyamu gagah begini, “ ucapnya sambil menggoyang – goyangkan kontolku yang sudah ngaceng full, gegara dipegang oleh telapak tangan halus Bu Tika.



Ternyata rumah Bu Tika lumayan besar dan megah. Pagar tembok tinggi mengelilingi rumah besar itu. Bentuknya sudah minimalis tropikal yang modern dan artistik.

“Ibu tinggal sendirian di rumah sebesar ini ? Dengan suasana sepi di sekitarnya ?” tanyaku sambil membantu Bu Tika turun dari SUV hitamku yang agak tinggi.

“Iya, “ sahutnya, “di sini sih aman. Tapi dua hari sekali ada pembantu yang datang untuk bersih – bersih dan masak. Rumah ini pemberian ayah. Kalau beli sendiri sih gak mampu. Gaji guru kan gak banyak Do. “

Hari sudah remang – remang ketika aku dan Bu Tika masuk ke dalam rumahnya.

“Silakan duduk dulu, “ kata Bu Tika sambil menunjuk ke sofa ruang tamu, “ibu mau ganti pakaian dulu ya. “

“Iya Bu, “ sahutku sambil duduk di sofa ruang tamu.

Lalu Bu Tika masuk ke dalam kamarnya. Sementara aku mengeluarkan ponselku karena ada tone WA yang masuk. Ternyata dari Shinta ... !

Shinta : – Katanya mau datang. Kok gak muncul – muncul ?

Aku : – Aku mendadak sibuk sekali Sayang. Mungkin besok atau paling lambat lusa baru bisa datang. Sabar ya Cantik. –

Shinta : – Oke deh, aku mau sabar. Jaga kesehatan ya. –

Aku : – Thanks buat pengertiannya. I love you. –

Shinta : – Love you too

Handphone kumatikan, lalu kumasukkan ke dalam saku celana jeansku kembali.

Bu Tika pun muncul dalam pakaian yang aduhai ... mengenakan semacam bikini yang terbuat dari kain putih jarang, seperti kain puring atau kain tirai yang tembus pandang. Sehingga aku bisa melihat dengan jelas bentuk sepasang toketnya yang indah dan bagian menghitam di bawah perutnya. Jelas bahwa yang menghitam itu jembut ... !

Bu Tika menghampiri sofa yang sedang kududuki. Tapi bukannya duduk di samping kiriku. Bu Tika merebahkan diri, dengan kepala berada di atas sepasang pahaku.

Aku pun langsung menyambutnya dengan menyelinapkan tangan kiriku ke balik bikini transparan itu pada bagian dadanya. Dan meremas toket kirinya yang masih seperti toket gadis 20 tahunan. Masih sangat enak untuk diremas. Sementara tangan kananku menyelinap ke bagian yang menutupi memeknya yang memang berjembut lebat tapi mungkin sering digunting, agar tidak berantakan tumbuhnya.

Ketika tangan kiriku memainkan pentil toket mantan guruku yang cantik ini, jemari tangan kananku sudah menemukan celah memeknya yang mulai membasah. Bahkan aku telah berhasil menemukan kelentitnya yang nyempil kecil di atas mulut memeknya.

Bu Tika mulai menggeliat dan mengejang – ngejang. Suhu badannya pun mulai hangat.

Lalu ia menatapku sambil berkata, “Di kamar ibu aja yuk. Biar lebih leluasa. “

Aku mengangguk sambil mengeluarkan tangan dari bikini transparan itu.

Bu Tika bangkit, lalu berdiri sambil memegang pergelangan tangan kiriku. Lalu melangkah ke dalam kamarnya sambil menuntunku.

Kulihat kamar mantan guruku itu tertata dengan apik dan modern. Menimbulkan rasa nyaman di hatiku. Lalu ia melepaskan bikini transparan itu, sehingga tubuh putih mulusnya jadi telanjang bulat. “Edo juga harus telanjang dong. Masa mau pakaian lengkap terus, “ kata Bu Tika sambil naik ke atas bednya. Lalu ia merebahkan diri di atas bed yang modern bentuknya itu.

Sayup – sayup kudengar musik. Aku tahu benar, itu koleksi musik Juan dari Spanyol. Lagunya banyak yang instrumental, banyak juga yang ada vocal, tapi hampir semua musik koleksi Juan itu slow dan menenangkan hati. Lagu yang tengah diputar itu pun termasuk kusukai. Lagu Take me to the sea.

Kulepaskan seluruh busanaku, sampai telanjang seperti bu Tika. Lalu naik ke atas bed yang bentuknya sangat artistik dan modern ini.












Bu Tika langsung duduk, hanya untuk memegang kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Dan berkata, “Pasti penis Edo ini menurun dari Turki. Makanya bisa panjang gede gini. “

Lalu Bu Tika mendorong dadaku, sampai aku celentang. Dan Bu Tika tengkurap di atas dadaku. Sambil memagut bibirku ke dalam lumatan hangatnya. Aku pun mendekap pinggangnya sambil balas melumat bibirnya.

Terasa sekali bahwa Bu Tika sedang hot – hotnya. Sedang sangat merindukan sentuhan lelaki. Ketika ia melumat bibirku ini, terasa tubuh putih mulusnya bergetar – getar dan semakin menghangat.

Dan manakala Bu Tika menelentang, aku pun langsung menelungkup di antara kedua belah paha putih mulusnya yang direnggangkan selebar mungkin. Sambil mengusap – usap jembut lebatnya, namun hanya tumbuh di luar mulut memeknya. Sehingga aku leluasa untuk menciumi dan menjilati mulut memek mantan guru yang dahulu sering menjadi obsesiku itu.

Bu Tika mulai menggeliat – geliat ketika aku sudah gencar menjilati labia mayora dan labia minoranya, sementara ujung jempol kiriku mulai menggesek – gesek kelentitnya. Tentu saja air liur pun kualirkan sedikit demi sedikit ke dalam mulut memek Bu Tika.

Dan setelah mulut memek Bu Tika basah kuyup, aku pun bangkit. Meletakkan moncong kontolku di ambang mulut Bu Tika.

Bu Tika pun memegang kontol ngacengku dengan jempol dan telunjuknya. Mungkin agar sasarannya tepat, jangan sampai meleset. Lalu dia memberi isyarat dengan matanya. Pertanda bahwa letak kepala kontolku sudah tepat arahnya.

Aku pun mendesakkan kontolku sekuat mungkin. Dan ... sedikit demi sedikit melesak masuk ke dalam liang memek Bu Tika yang ... lagi – lagi aku menemukan liang memek super sempit, seperti liang memek Bu Vivi dan Tante Icha.

Maka ketika kontolku sudah masuk lebih dari separohnya, aku pun mulai mengayun kontolku sambil berpegangan pada sepasang toket Bu Tika yang masih sangat enak buat diremas ini.

Desahan dan rintihan Bu Tika pun mulai berkumandang di dalam kamar yang tertata apik dan modern ini. “Hhhhhhhhhh .... hahhhhhhhhhhhh ... hehhhhhhhhhhh ... Edooooo ... gak nyangka kita bakal beginian ya .... aaaaaaaaaaahhhhh ... penismu memang luar biasa gedenya Doooo .... sampai terasa benar menggaruk – garuk liang memek ibuuuu ... ooooooohhhhh ... Edddddooooo ... kalau sama Edo sih ditidurin tiap hari juga ibu mau Doooooo ... “

“Uuuuughhhhhh ...aaaa ... aaaku juga ... ba ... bakal ketagihan ngentot memek Ibu yang sempit sekali ini ... uuuughhhh ... nikmat seklai rasanya Buuuu .... uuuuughhhh ... “ sahutku di antara dengus – dengus nafasku yang tidak beraturan.

“Aaaaaaaa .... aaaaaaaahhhhh ... kita ini lagi ngapain Do ?” tanyanya terengah.

“Ugggghhhh ... nuju ewean Buuuu .... “

“Aduh, sampai ewean bener istilahnya ... “

“Lantas apa istilah yang paling tepat ?”

“Bilang aja lagi ngemplud ... hihihihiiii ... “

“Ada juga yang bilang ble’e ... lagi ble’e Bu ... “

“Ada lagi yang bilang lagi ngencus ... hihihiiiii ... ayo lanjutin ... jangan direndem lama – lama. Nanti keburu jadi ager – ager. “

Liang memek Bu Tika memang sudah beradaptasi dengan ukuran kontolku. Sehingga aku bisa menggencarkan entotanku sampai batas kecepatan standard.

Persetubuhanku dengan mantan guruku ini sebenarnya ronde kedua bagiku. Karena tadi siang cukup lama aku menyetubuhi Bu Vivi. Namun aku hanya sekali ngecrot saja di dalam memek wanita berdarah 100% Taiwan itu.

Menurut prediksiku, persetubuhan dengan Bu Tika ini akan berlangsung lebih lama lagi. Karena durasi dalam ronde kedua biasanya lebih lama daripada ronde pertama. Hal ini membuatku pede. Begitu juga ketika Bu Tika mulai menggual – geolkan bokong semoknya, aku tetap pede. Dan tetap menyodok – nyodok liang memek mantan guruku dengan gairah yang berkobar - kobar.

Latihan dan petunjuk dari Teh Nining, tentang cara memuaskan wanita, kupraktekkan lagi. Bahwa ketika kontolku sedang gencar mengentot liang sempit ini, ketika Bu Tika makin binal menggeol – geolkan bokong semoknya, tangan dan mulutku pun mulai beraksi. Tangan kiriku asyik meremas – remas toket kanan Bu Tika, sementara mulutku mulai asyik menjilati leher jenjangnya, disertai dengan gigitan – gigitan kecil yang tidak menyakitkan.

Rintihan Bu Tika pun berkumandang lagi di dalam kamar ini. Dengan kata – kata vulgar yang konon dibutuhkan juga pada waktu sedang melakukan hubungan seks.

“Oooooo ... oooooooooohhhhh ... Edoooooo ... kontol Edo ini ... memang luar biasa enaknyaaaa ... terasa sekali menggaruk – garuk memek ibuuuuu ... antot terus Doooo ... janganb brenti – brenti ... entooooooottttt ... entooooooooooootttttt ... oooooohhhhhhh ... iyaaaaa ... iyaaaaaaaa ... iyaaaaa ... nikmaaaaaat Dooooo ... heunceut ibu sampai denyat – denyut gini saking enaknyaaaa ... entoootttt teruuuusssss ... entoooooooootttt ... Edooooo ... entoooooooooootttttttt ... iyaaaaa ... iyaaaaaaaaaaaaaa ... “

Aku semakin bersemangat mengentot mantan guruku ini. Sehingga terasa tubuhku mulai keringatan. Bu Tika pun sudah mulai keringatan di sana – sini. Namun aku semakin bersemangat menjilati lehernya yang sudah basah oleh keringat ini. Bahkan pada suatu saat, ketika tangan kiri Bu Tika sedang berada di dekat kepalanya, kuserudukkan mulutku ke ketiak kirinya yang juga sudah basah oleh keringat, namun hanya harum deodoran yang tersiar ke penciumanku. Sehingga meski keringat Bu Tika tertelan olehku pun, aku tidak merasa jijik sedikit pun.

Namun ketika aku sedang mengentot dengan gencar sambil menjilati ketiak kiri Bu Tika, sedang asyik juga meremas – remas toket kanannya ... Bu Tika mulai klepek – klepek. Mulai berkelojotan ... lalu sekujur tubuhnya mengejang tegang, dengan perut sedikit terangkat, dengan mulut ternganga dan menahan nafasnya.

Pada saat itulah kudesakkan kontolku sedalam mungkin. Lalu tidak kugerakkan lagi, karena ingin menikmati indahnya liang memek wanita yang sedang orgasme.

Ya ... liang memek Bu Tika mengedut – ngedut kencang. Disusul dengan terbitnya lendir kewanitaannya. Kira – kira seperti kontol yang sedang ngecrot. Namun lendir kewanitaan Bu Tika hanya terasa menghangatkan dan membasahi kontolku. Tidak tersembur keluar seperti ejakulasi pria.

Bu Tika terpejam beberapa saat, dengan pelukan yang sudah mengendur. Dan ketika mata beningnya terbuka lagi, ia menatapku dengan senyum manis di bibirnya. “Terima kasih Edo ... Edo sudah memberikan yang terbaik pada ibu, yang tak mungkin ibu rasakan dari lelaki lain. Tapi Edo belum ejakulasi kan ?” tanyanya.

“Belum Bu. Santai aja. Soalnya aku sie suka lama ngecrotnya, “ sahutku.

Bu Tika mencium bibirku dengan mesra sekali. Lalu berkata, “Edo ini ... punya penis luar biasa panjang gedenya ... mainnya juga bagus sekali ... gak gampang ngecrot pula. Hmmm ... ibu sih kalau Edo mau, digenjot tiap hari juga mau. “

Lalu aku seperti mengalami déjà vu. Bahwa seperti Tante Icha dan Bu Vivi, demikian pula halnya dengan Bu Tika. Bahwa sesaat kemudian ia minta min di atas, minta woman on top alias WOT.

Aku mengiyakan saja. Meski aku yakin Bu Tika takkan bertahan lama kalau main di atas. Konon, dalam posisi WOT itu “onderdil” kewanitaan turun semua. Sehingga mudah tersentuh dan mudah orgasme.

Biarlah, aku akan membuktikannya. Apakah Bu Tika bisa bertahan lama main di atas atau tidak.

Setelah liang memeknya “mencengkram” kontolku, Bu Tika mulai mengayun bokong semoknya sambil berlutut. Maka terasalah nkontolku dibesot – besot oleh liang memeknya yang tidak sesempit tadi lagi (karena sudah orgasme tadi). Sehingga dengan mudah Bu Tika bisa menaik – turunkan liang memeknya. Sementara selangkangannya yang “menepuk – nepuk” selangkanganku, menimbulkan bunyi unik. Bunyi plak pluk plak pluk dan plak puk terus.









Seperti yang telah dijanjikan, setelah Ketika Birahi Berdesir ini sudah terupdate sampai part 08, maka saya akan melanjutkan Pejantan Perkasa dulu. Dan nanti para pembaca akan tahu, bahwa sebenarnya kisah nyata ini ada hubungannya dengan Gigolo dan Pejantan Perkasa.

Mohon para suhu maklum adanya.

Otta. -
lanjutkan hu jng kasih kendor
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd