VanAksi
Suka Semprot
- Daftar
- 22 Dec 2011
- Post
- 4
- Like diterima
- 21
Rudi tersenyum bahagia, mengetahui kini ia punya giliran bersenang-senang. Rudi adalah anak petani sehari-harinya kadang ia gunakan untuk membantu orangtuanya, tak pelak membuat Rudi memiliki tubuh yang atletis dibandingkan yang lain. Kulitnya yang coklat serta tampangnya yang biasa saja mencium kecil bibirku dengan gemasya. Dia mulai mengelus-elus keningku selayaknya kekasih.
Lalu berkata "Sudah siap, sayang...!!!" dengan suaranya yang berat dan dewasa. Aku pun tak membalas sepatah kata pun hanya bibir manyun yang ku tunjukan. Eh, dianya langsung nyipok saja, mungkin ia kira manyun ku dianggap sebagai ajakan ciuman tapi apa boleh buat akupun melayani servisnya. Lidah kami saling beradu di dalam mulutku, lidahnya melilit lidahku lalu kemudian dia menyedotnya. Aku belum pernah merasakan ciuman seperti ini sebelumnya, rasanya aneh tapi mengasyikkan.
Dia menuntun tanganku untuk memeluknya, sementara tubuhnya ia tindihkan diatasku sesak rasanya karena ditindih dengan badan kekarnya. Aku berusaha beradaptasi kami pun terus berciuman hingga liur kami membasahi bibir dagu, dan pipi. Betul-betul ciuman buas yang membuatku merasa senang.
Setelah puas dengan permainan bibir, ia mulai bermain dengan kedua payudara ku disedot kencang-kencang hingga di kunyah-kunyah puting susu ku dengan bibirnya. Rasanya geli sekali membuatku tanpa sadar aku membuka pahaku lebar-lebar sementara ia masih di posisi menindihku membuat rudalnya menggesek vaginaku.
Setelah itu dia mulai panas dan ingin segera mengawiniku, tanpa basa-basi dia memainkan rudalnya naik turun. Aku pun segera menuntunnya untuk menemukan lubangku dan mempersilahkan rudalnya untuk masuk dan menikmati vaginaku.
"Hmmmphh..." Aku mulai merasakan nikmat ketika rudalnya perlahan mulai masuk dan maju mundur syantik.... Rupanya batanng rudal Rudi jauh lebih besar dari Toni. Ini membuat tak ada rongga tersisa didalam. Dia mulai menggenjot perlahan tapi sangat bertenaga.
Dan rudalnya seolah-olah menghujam ke dasar paling dalam vaginaku, kemudian ia menarik mundur batangnya seluruh otot-otot dinding vagina ku merasakan geli yang luar biasa tiap kali menarik turunkan pinggulnya.
Tak pernah aku bayangkan sebelumnya aku akan dikawin seperti ini. Dan tak lain adalah teman masa kecilku, yang mana semasa SD kami biasa bermain apalagi setelah pulang sekolah. Kini kami telah tumbuh dan mulai pubertas tertarik lawan jenis. Memang benar mereka bukan tipe yang Kusuka tapi genjotan ini adalah genjotan yang membuatku bahagia.
Aku cuma bisa meringis dan mengeyitkan dahi menahan semua nikmat ini.
Dok.. dok.. dok.. ranjang bale tempat kami kawin rupanya ikut bergoyang, karena genjotan Rudi. Aku mulai menggeleng-gelengkan kepalaku. Vaginaku tak kuasa menahan rasa, seolah-olah ada yang ingin aku keluarkan dalam vaginaku, selayaknya orang ingin buah air kecil aku mulai tak tahan sekali.
"Ahhh....." aku melenguh panjang betul seperti buang air kecil aku mengeluarkan cairan dalam vaginaku membasahi kami berdua yang rasanya nikmat sekali. Tapi itu justru membuat licin rahimku, semakin mudah Rudi untuk menancapkan rudalnya dalam-dalam.
Aku pun lemas setelah mengalami puncak kenikmatan. Rudi pun merasakann batangnya licin sekali karena cairan tadi. Ia ingin mengubah posisi, kemudian ia memintaku untuk duduk diatasnya sementara ia rebahan dibawah.
Aku pun menuruti nya dia menahan rudalnya dengan tangannya supaya tegak ke atas, seolah memberi tanda supaya aku mendaratkan vaginaku tepat di atasnya.
"Oh, my God..." ternyata sensasi duduk diatas batang Rudi sangat nikmat bahkan aku pun merasakan kegelian hanya dengan menggoyangkan pinggulku. Sementara Rudi menggodaku dengan menaik turunkan pinggulnya.
"Hmmmppphh..." Ia tak tau bahwa aku berusaha keras untuk menahan rasa geli yang nikmat ini. Tak cukup itu tangannya pun mencengkram pinggulku dan memaju mundurkan ya. Tanganku hanya menutup mulutku seolah tak boleh sepatah katapun keluar, supaya seolah aku tak murahan dengan mudahnya ditaklukan.
"Clok... Clok.. clokk... " suara dentuman pinggul kami saling beradu. Rupanya Rudi punya inisiatif lain ia menggendong ku di depan dengan keadaan rudalnya masih menancap.
Oh, kenikmatan macam apa ini. Aku cuma bisa memeluk erat tubuhnya supaya aku tak jatuh. Tapi pinggulnya tak mau berhenti menggenjotku. Aku melihatnya tersenyum puas sementara aku cuma bisa meringis dikawini. Entah apa yang membuatku terhanyut dalam lamunan, aku mencium Rudi, ia pun membalas ciuman ku. Saling jilat saling kenyot antar bibir dan lidah.
Aku hanya bisa terpejam pasrah, menikmati semua ini. Bahkan ketika Rudi membuahi ku pun aku rela. Aku berada di titik terendah sebagai wanita, yang hanya bisa pasrah terserah diperlakukan seperti apa pun aku akan menurut.
Aku tak tahan lagi rasanya aku ingi terkencing lagi mengeluarkan cairan dari dalam rahim ku. Aku pun cuma bisa mendongak kan kepala ke langit-langit, sampai mencapai titik itu...
Titik dimana aku bisa meluapkan rasa nikmat ini. Tau keadaanku sange berat tubuhku sedang mendongak membuat posisi susuku juga mendongak, rupanya Rudi memanfaatkan situasi ini dengan mulai menghisap susuku. Dia malah semakin membuat geli nikmat tubuh ini, dan seperti nya aku sudah akan kehilangan kesadaran ku.
"God, yesss..." Aku pun menjambak keras rambutnya sementara ia masih asyik menyusu. Aku melepaskan cairan itu, serta seluruh kenikmatannya. Tubuhku lemas dan kini pun aku bisa tersenyum puas seperti mereka.
Rudi pun menurunkan ku dilantai, aku pun berlutut di depannya dengan rudalnya dimukaku, tanpa ragu aku pun menghisap biji-bijinya yang hitam sementara tangannya sibuk mengocok. Aku pun mengulum helm rudalnya dan menyedot nya. Sontak Rudi merasakan geli, dan melepaskan seluruh peju nya. Cairan itu memenuhi mulutku rasanya asin, lalu aku menjulurkan lidahku dan meludahkan semua spermanya. Terlihat lantainya jadi putih kental rupanya banyak sekali sperma yang dimuntahkan rudal Rudi.
Aku mulai berdiri dan duduk di tepi bale merasa sangat haus. Hingga aku memohon minum. Rupanya Toni sudah memakai baju dan bersedia mencari minum untuk kami, sementara aku di sambut oleh Joko dan Anton yang sudah tak sabar dengan gilirannya.
Bersambung
Lalu berkata "Sudah siap, sayang...!!!" dengan suaranya yang berat dan dewasa. Aku pun tak membalas sepatah kata pun hanya bibir manyun yang ku tunjukan. Eh, dianya langsung nyipok saja, mungkin ia kira manyun ku dianggap sebagai ajakan ciuman tapi apa boleh buat akupun melayani servisnya. Lidah kami saling beradu di dalam mulutku, lidahnya melilit lidahku lalu kemudian dia menyedotnya. Aku belum pernah merasakan ciuman seperti ini sebelumnya, rasanya aneh tapi mengasyikkan.
Dia menuntun tanganku untuk memeluknya, sementara tubuhnya ia tindihkan diatasku sesak rasanya karena ditindih dengan badan kekarnya. Aku berusaha beradaptasi kami pun terus berciuman hingga liur kami membasahi bibir dagu, dan pipi. Betul-betul ciuman buas yang membuatku merasa senang.
Setelah puas dengan permainan bibir, ia mulai bermain dengan kedua payudara ku disedot kencang-kencang hingga di kunyah-kunyah puting susu ku dengan bibirnya. Rasanya geli sekali membuatku tanpa sadar aku membuka pahaku lebar-lebar sementara ia masih di posisi menindihku membuat rudalnya menggesek vaginaku.
Setelah itu dia mulai panas dan ingin segera mengawiniku, tanpa basa-basi dia memainkan rudalnya naik turun. Aku pun segera menuntunnya untuk menemukan lubangku dan mempersilahkan rudalnya untuk masuk dan menikmati vaginaku.
"Hmmmphh..." Aku mulai merasakan nikmat ketika rudalnya perlahan mulai masuk dan maju mundur syantik.... Rupanya batanng rudal Rudi jauh lebih besar dari Toni. Ini membuat tak ada rongga tersisa didalam. Dia mulai menggenjot perlahan tapi sangat bertenaga.
Dan rudalnya seolah-olah menghujam ke dasar paling dalam vaginaku, kemudian ia menarik mundur batangnya seluruh otot-otot dinding vagina ku merasakan geli yang luar biasa tiap kali menarik turunkan pinggulnya.
Tak pernah aku bayangkan sebelumnya aku akan dikawin seperti ini. Dan tak lain adalah teman masa kecilku, yang mana semasa SD kami biasa bermain apalagi setelah pulang sekolah. Kini kami telah tumbuh dan mulai pubertas tertarik lawan jenis. Memang benar mereka bukan tipe yang Kusuka tapi genjotan ini adalah genjotan yang membuatku bahagia.
Aku cuma bisa meringis dan mengeyitkan dahi menahan semua nikmat ini.
Dok.. dok.. dok.. ranjang bale tempat kami kawin rupanya ikut bergoyang, karena genjotan Rudi. Aku mulai menggeleng-gelengkan kepalaku. Vaginaku tak kuasa menahan rasa, seolah-olah ada yang ingin aku keluarkan dalam vaginaku, selayaknya orang ingin buah air kecil aku mulai tak tahan sekali.
"Ahhh....." aku melenguh panjang betul seperti buang air kecil aku mengeluarkan cairan dalam vaginaku membasahi kami berdua yang rasanya nikmat sekali. Tapi itu justru membuat licin rahimku, semakin mudah Rudi untuk menancapkan rudalnya dalam-dalam.
Aku pun lemas setelah mengalami puncak kenikmatan. Rudi pun merasakann batangnya licin sekali karena cairan tadi. Ia ingin mengubah posisi, kemudian ia memintaku untuk duduk diatasnya sementara ia rebahan dibawah.
Aku pun menuruti nya dia menahan rudalnya dengan tangannya supaya tegak ke atas, seolah memberi tanda supaya aku mendaratkan vaginaku tepat di atasnya.
"Oh, my God..." ternyata sensasi duduk diatas batang Rudi sangat nikmat bahkan aku pun merasakan kegelian hanya dengan menggoyangkan pinggulku. Sementara Rudi menggodaku dengan menaik turunkan pinggulnya.
"Hmmmppphh..." Ia tak tau bahwa aku berusaha keras untuk menahan rasa geli yang nikmat ini. Tak cukup itu tangannya pun mencengkram pinggulku dan memaju mundurkan ya. Tanganku hanya menutup mulutku seolah tak boleh sepatah katapun keluar, supaya seolah aku tak murahan dengan mudahnya ditaklukan.
"Clok... Clok.. clokk... " suara dentuman pinggul kami saling beradu. Rupanya Rudi punya inisiatif lain ia menggendong ku di depan dengan keadaan rudalnya masih menancap.
Oh, kenikmatan macam apa ini. Aku cuma bisa memeluk erat tubuhnya supaya aku tak jatuh. Tapi pinggulnya tak mau berhenti menggenjotku. Aku melihatnya tersenyum puas sementara aku cuma bisa meringis dikawini. Entah apa yang membuatku terhanyut dalam lamunan, aku mencium Rudi, ia pun membalas ciuman ku. Saling jilat saling kenyot antar bibir dan lidah.
Aku hanya bisa terpejam pasrah, menikmati semua ini. Bahkan ketika Rudi membuahi ku pun aku rela. Aku berada di titik terendah sebagai wanita, yang hanya bisa pasrah terserah diperlakukan seperti apa pun aku akan menurut.
Aku tak tahan lagi rasanya aku ingi terkencing lagi mengeluarkan cairan dari dalam rahim ku. Aku pun cuma bisa mendongak kan kepala ke langit-langit, sampai mencapai titik itu...
Titik dimana aku bisa meluapkan rasa nikmat ini. Tau keadaanku sange berat tubuhku sedang mendongak membuat posisi susuku juga mendongak, rupanya Rudi memanfaatkan situasi ini dengan mulai menghisap susuku. Dia malah semakin membuat geli nikmat tubuh ini, dan seperti nya aku sudah akan kehilangan kesadaran ku.
"God, yesss..." Aku pun menjambak keras rambutnya sementara ia masih asyik menyusu. Aku melepaskan cairan itu, serta seluruh kenikmatannya. Tubuhku lemas dan kini pun aku bisa tersenyum puas seperti mereka.
Rudi pun menurunkan ku dilantai, aku pun berlutut di depannya dengan rudalnya dimukaku, tanpa ragu aku pun menghisap biji-bijinya yang hitam sementara tangannya sibuk mengocok. Aku pun mengulum helm rudalnya dan menyedot nya. Sontak Rudi merasakan geli, dan melepaskan seluruh peju nya. Cairan itu memenuhi mulutku rasanya asin, lalu aku menjulurkan lidahku dan meludahkan semua spermanya. Terlihat lantainya jadi putih kental rupanya banyak sekali sperma yang dimuntahkan rudal Rudi.
Aku mulai berdiri dan duduk di tepi bale merasa sangat haus. Hingga aku memohon minum. Rupanya Toni sudah memakai baju dan bersedia mencari minum untuk kami, sementara aku di sambut oleh Joko dan Anton yang sudah tak sabar dengan gilirannya.
Bersambung