Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (KISAH NYATA) EXTRA TIME

BAGIAN TUJUH

Sudah dua bulan aku mengenalnya. Banyak informasi yang kudapat, dari banyak sumber, bahkan langsung dari yang bersangkutan. Sudah kubuang jauh-jauh kesan canggung yang kudapat saat pertama kali kami bertemu. Menggantinya dengan sosok perempuan mandiri yang cakap dalam pekerjaan, bertanggung jawab, ambisius, dan terakhir, pintar masak.

Namun, sore itu aku nyaris tidak mengenal wanita di depanku. Atau sebenarnya aku tak mengenal diriku sendiri?

Mungkinkah selama ini aku salah?

Siapa sebenarnya Dina?

Saat aku berharap ada dialog yang sehat, entahlah, mungkin berujung diskusi dan debat untuk mendapat solusi tentang masa depan kariernya, kenapa tiba-tiba jadi mirip sinetron.

Diwarnai tangisan lirih darinya, aku terpaku. Gantian aku yang mati gaya di sebelah. Aku bahkan tak sanggup, nggak tega, melihat perempuan itu banjir air mata. Tangisan itu tampak tulus. Ada beban berat yang rasanya tumpah. Tentu, Dina berusaha menahannya sekuat tenaga. Acap kali terdengar tangis tertahan, berbumbu isak.

Hanya lembar demi lembar tisu yang berani menyentuh air mata itu.

Aku bingung harus bagaimana.

Kubiarkan tangisan itu reda, entah berapa menit kemudian.

“Saya minta maaf, Bang,... Pak” suara Dina berat. “Saya betul-betul minta maaf, iya, ini salah, akan saya perbaiki.”

Dina segera beranjak, angkat kaki dari sofa empuk, meninggalkan aura gelap di ruang itu. Aura yang tidak juga hilang sekalipun pintu ruangan sudah kembali tertutup, hingga beberapa saat kemudian.

Aku hanya berdiri, teronggok bak pengecut. Kupandangi sofa bekas perempuan berhijab gelap itu tadi duduk, menyisakan gumpalan tisu yang berserakan di sekitarnya.

Sampah betul.



Semalaman aku tak bisa tidur, mungkin karena secangkir kopi yang kuminum jelang tengah malam tadi. Mungkin karena masih menerka-menerka apa yang sebenarnya terjadi tadi siang. Memutar ulang ingatan, merangkai bagian demi bagian yang membentuk karakter Dina. Berusaha mengenali siapa dia dari pengalaman dan kabar berita yang kudapat. Sepertinya ada bagian yang hilang, atau justru informasiku kebanyakan?

Sudah lewat dini hari.

Iseng kubuka aplikasi pesan singkat di gawai utamaku. Kudapati berbagai status dari teman dan kolega. Seperti biasa, berisi sampah dan humor receh. Keduanya berhasil memancing senyum, sampai kudapati status dari Dina. Kucek jam tayang.

00:55

Fresh. Baru sekian menit yang lalu. Aku ingat betul. Beda tipis dengan angka 00:44 yang jadi gimmick salah satu komedian terkenal.

Status itu berisi gambar dengan kata-kata motivasi.

Kuberanikan diri merespon hal itu.

[Are you okay, sista…]

Kutunggu beberapa saat, tidak ada balasan. Masih ada tulisan ‘online’ di bawah namanya. Dua centang segera berubah warna. Namun, tidak juga ada balasan.

Kutinggalkan alat itu, beranjak ke dapur, mencari cemilan malam sekenanya. Buah kalau ada sih.



Hampir setengah jam berlalu, barulah balasan itu datang.

[Baik-baik Pak, eh Bang :)]

Dia melanjutkan dengan beberapa kalimat.

[habis sholat malam, mencari ketenangan. Malah laper, jadinya bikin mie instan. Hehehe… Bang Iyan belum tidur?]

Cukup relijius ternyata, sepertinya memang butuh teman, terindikasi dari pertanyaannya yang memancing respon lanjutan.

Aku cari posisi nyaman di teras depan rumah, ada gazebo kecil di sana. Tempat nyaman untuk menyendiri, jauh dari pantauan keluarga yang tengah terlelap di dalam. Kubawa pula cemilan dan termos air hangat, bersiap menghabiskan malam ini dengan chatting.

[Maaf kalau kejadian siang tadi bikin kamu gak tenang. Jadi harus sholat malam kan *emoji peace*]

[Gak gak. Gak masalah kok. Emang lagi banyak pikiran. Nggak tau ini beberapa bulan kok banyak banget cobaan. Tapi namanya hidup kan banyak cobaan ya, kalo dikit, cobain, hehehe…]

Receh mania. Mantap.

[Sudah bisa guyon. Sudah tenang tampaknya]

[Alhamdulillah…]

[Tapi aku serius soal catatan presensimu loh]

[Iya Bang, iyaaaa…. Yang bisnis catering, serius juga bang? *emoji berharap*]

[banget… parah…]

[Ya wis. Deal. Hihihi… lagi butuh insentif tambahan ini. Gaji belum 100%]

[Info dari kepegawaian, saat ini sedang berproses untuk SK (Surat Keputusan)]

Bohong sih sebenarnya, aku sama sekali tidak tahu menahu soal SK.

[Dari dulu proses terus, kapan kelarnya sih… Jadi besok mau dimasakin apa?]

[Apa aja lah. Jangan pedes pokoknya mah, sedeng-sedeng bae. Di rumah ada stok apa emang?]

[indom1e…]

Yassalaaaammmmmm…..



bersambung
Ah si abang. Pandai betul memasukkan canda receh. Sampek bawa mie instan keaukaan bumi pertiwi. Wkwkwk
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd