Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (Kisah Nyata) Bumbu Kehidupan

pendekarguolowo

Adik Semprot
Daftar
28 Sep 2014
Post
136
Like diterima
5.492
Lokasi
Padepokan Guo Lowo
Bimabet
Kisah nyata. Tentang Aku dan Dia. Nama tokoh dan tempat disamarkan

Bumbu Kehidupan
by PGL


Aku, Ian, 32 tahun, karyawan di institusi pemerintah daerah. Karier mapan dan pendapatan lebih dari cukup. Keluarga harmonis nyaris tanpa konflik. Menikah sejak sembilan tahun yang lalu, saat ini telah dianugerahi dua anak. Mungkin justru karena kehidupan yang terlalu baik-baik saja, jadinya malah hambar, kurang dinamis, kurang bumbu. Dua tahun pasca menikah, jalur karierku masuk dalam zona nyaman. Aku pegang kendali dalam kebijakan kantor, aspek keuangan hingga soal rekrutmen karyawan. Terlebih, pimpinan percaya dengan pilihan dan ritme organisasi yang kubuat. Singkat kata, kuasa penuh organisasi ada di tanganku.

Delapan tahun silam, atas upayaku, kantor kami mendapat bantuan operasional dari Pemerintah Pusat. Perlengkapan , anggaran, dan karyawan tambahan. Khusus untuk karyawan, kami mendapatkan seorang tenaga bantu, wanita muda, enerjik, berhijab, Ais namanya. Empat tahun lebih tua dariku. Pertama, tidak ada hal spesial yang kurasa. Anak ini cukup religius, etos kerja baik, mau kerja keras, berdedikasi, bahkan sering overtime. Tak lama aku tahu bahwa dia telah menikah, namun sekarang tengah tinggal sendiri. Tentu sebagai karyawan baru, banyak hal yang belum ia paham. Jadilah aku yang disasarnya sebagai tempat konsultasi. Aku pula yang ia mintai tolong atas berbagai masalah yang tengah ia hadapi. Semua tampak normal. tampak profesional.

Bersambung gan...

Indeks Cerita:




 
Terakhir diubah:
Sebagaimana kantor pemerintah daerah pada umumnya, karyawan kami sebagian besar adalah kaum tidak produktif yang hanya menunggu tibanya masa pensiun. Lebih dari 80 persen adalah om dan tante usia di atas 45 tahun. Anak mudanya akan memilih berkarier di bidang yang lebih menjanjikan, jika ada kesempatan pastinya memilih pindah ke kantor pusat. Seiring waktu, aku tahu kehidupan kantor tidaklah semanis apa yang ditawarkan saat pengumuman lowongan. Banyak aksi berebut kuasa, banyak permainan anggaran, banyak pula permainan cinta terlarang. Mbak Ais, seorang wanita muda yang tengah tinggal sendiri, jauh dari suami, tentu adalah mangsa empuk bagi para pemburu kehangatan.

Akan kucoba menjelaskan kesan fisik Mbak Ais yang kutangkap waktu itu. Tinggi sekitar 160. Badan cukup padat berisi sekitar 60-70 kg, bentuk dada dan pantat menggoda. Belakangan aku tahu dia cukup rajin fitness. Wajah putih, cukup terawat (banyak waktu luang untuk perawatan, tidak perlu mengurus suami). Cara berpakaian di atas rata-rata karyawan pemerintah. Sisi penampilan, menarik. Tidak luar biasa, tidak mengecewakan, yang jelas gak malu-maluin kalau diajak jalan. Semua itu dibungkus karakter yang ceria dan mudah bergaul. Dari itu semua semoga pembaca dapat menangkap kesan ini: Dia layak dijadikan pujaan.

Enam bulan berlalu sejak kami dipertemukan. Desas-desus mulai beredar. Satu, dua, tiga pengakuan mulai terkuak. Banyak para karyawan yang menaruh hati. Ada yang diam-diam, sekedar jeprat jepret kamera hape. Ada yang terbuka memampang foto mbak Ais di desktop dan dinding kubikal. Ada yang lewat pesan pendek mengajak ketemuan, bahkan menembak untuk dijadikan istri bayangan. Ada pula, pejabat, yang secara terbuka mengajak jalan, menjanjikan banyak kemewahan, kedudukan dan jaminan kehidupan layak.

Dalam satu kesempatan aku melihat langsung, betapa marahnya Mbak Ais saat seorang karyawan senior mencubit pantat semoknya. Kemarahan yang membuatnya bahkan tidak keluar ruang kerja seharian. Aku paham, tentu tidak menyenangkan dilecehkan seperti itu. Sore sebelum pulang, kutengok ruang kerjanya. Ia, masih dengan kacamatanya, serius menatap layar laptop, jarinya lincah mengetik.

"Yok opo, mbak.....", Sapaku. Dilengkapi senyum tanggung. Tampak kaget dia.
"Loh, belum pulang mas", balasnya.
"Ini sudah ready, tinggal presensi, terus capcus. Pulang aja sih, udah jam lima ini"
"Bentar lagi. Wong gak ada yang dikerjain di rumah" Mbak Ais berkata, sambil memalingkan wajahnya kembali ke lap.......top ( hiya...hiya....hiya.....).

Aku melirik jam tangan. Masih cukup waktu untuk perjalanan pulang, pikirku. Segera kuambil kursi kosong. Tas ransel kuletakkan di lantai. Duduk aku di depan meja kerjanya.

"Sorry tadi aku diam saja. Pak J**** emang suka kurang ajar sih" kataku. Entah apa yang mendorongku berkata begitu. Mungkin sekadar ingin menghiburnya. Atau menguatkan. Menegaskan bahwa aku dan Mbak Ais di satu posisi. Berbeda. terpisah dari kawan-kawan bejatku yang lain.

"Gak papa lah, biasa aja. Cowok kan emang gitu to"

Lega karena uluran tangan persahabatanku disambutnya. Kami mulai bertukar kata. Sore itu aku tahu dia cukup cerdas. Berpikiran terbuka. Perspektifnya luas. Senyumnya manis. Dan yang terpenting, sorot matanya misterius, sulit pula aku menjelaskan. Bola mata besar, namun tatapannya tajam, menyetrum, teduh, sekaligus membius. Tatapan yang pastinya menggoda hati semua pria.

Bersambung lagi gan. Musti segera pulang...

:Peace:
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd