ampe segitunya... kalo udah rapi kirimin ke aku ya: [email protected]Lanjut lagi hu....
Ceritamu keren ini dari Judul ke Judul yang gw baca, terus gw copy deh ke Word....
Buat baca2 lagi....
ampe segitunya... kalo udah rapi kirimin ke aku ya: [email protected]Lanjut lagi hu....
Ceritamu keren ini dari Judul ke Judul yang gw baca, terus gw copy deh ke Word....
Buat baca2 lagi....
makasi makasi makasiinterracial........kereeeennnnn, hu. Semoga diberkahi imajinasi yg tinggi shg karya nya seperti pipa merk wavin........mengalir sampai jaaauuuuuhhhhhh
ampe segitunya... kalo udah rapi kirimin ke aku ya: [email protected]
makasi makasi makasiOke, malah ada yang aku edit sedikit, biar ada paragraf nya....
Gundul e ......tiwas mikir iki update lg, njeketek ........stand up comedyLama banget nunggu apdet, ya udah ini ada INTERMEZZO dulu.
Sore itu Suradi dan beberapa pria lainnya (@Sumandono @kebo_nderum @bapergan @Basu @Gothe @tukangbantaimember @Udin_gembok @batel @kepitinq @w13r @gzoel @AnJessTi , yang enggak ke absen jangan marah) sedang menunggu giliran mandi air panas di ruang loker Health Man Gym, di Jalan Sudirman, Bandung. Gym yang terkenal mewah dan mahal itu, dikenal hanya dikunjungi oleh pria-pria kaya dan kalangan eksekutif kelas atas. Sangat jarang dikunjungi oleh pria biasa, apalagi yang berpenghasilan pas-pasan.
Ketika para pria itu berriuh rendah saling berkelakar, tiba-tiba ada suara HP berbunyi sangat nyaring. Para pria itu saling berpandangan. Seorang pria berambut gondrong yang tampak berwajah miskin, dengan sejumlah uban bertebaran di kepalanya, memakai kaos singlet dan celana kolor, melangkah melewati para pria itu. Pria gondrong itu meraih HP tersebut.
Seketika suara riuh rendah canda menjadi hening.
"Haloo Papiii..." Suara speaker HP yang dikeraskan terdengar jelas. "Papi lagi di gym, Kan?"
"I ya..." Pria gondrong itu kelihatan gemetar.
"Papi nanti malam enggak ada meeting, kan?"
"Enggak..."
"Mami kangeeeen banget, udah lama enggak threesome sama Melan. Papi mau kan memuaskan dua meki yang lagi gatel?"
"Mau..."
"Ini kebetulan Mami lagi sama Melan di Cireundeu Mall." Katanya. "Piii, biar lebih hot, Mami sama Melan, mau pake daster mini warna pink. Harganya murah Pi, cuma 500 ribu perak. Jadi kami beli dua buah, pake kartu Kredit Papi. Enggak pa pa, kan, Pi?"
"Ga pa pa."
"Terus, begini Pi, pas udah beli daster, tidak jauh dari situ, ada gerai Handphone yang sedang melakukan diskon gila-gilaan. Coba Papi bayangin, HP seharga 25 juta, didiskon jadi 17 juta. Akhirnya Mami beli satu. Tapi karena Melan juga pengen, akhirnya Mami beli dua. Mami pilih warna putih dan Melan yang warna pink. Papi enggak keberatan, kan?"
"Enggak, enggak keberatan...."
"Sebetulnya Pi, Mami sama Melan mau langsung pulang, tapi mata Mami yang tajam melihat sebuah tas kullit warna coklat yang baguuuuuusssssss.... sekali, Pi. Itu loh tas yang suka dipake para artis dan ibu-ibu pejabat. Ternyata tas itu edisinya terbatas Pi, cuma dua lagi. Wah, akhirnya Mami langsung saja membelinya satu. Untung, Kartu Kredit Papi Unlimited, jadi waktu Melan diam saja dan merasa sedih, Mami bisa membuatnya senang dengan membelikannya tas coklat yang satu lagi. Semuanya jadi 115 juta, memang agak mahal sih. Tapi, Papi enggak marah kan?"
"Mmm... enggak. Beli aja. Ga pa pa."
"Makasih ya, Pi. Papi baik deh. Pokoknya awas nanti malam, kita bikin Papi lemes deh." Katanya. "Eh, tapi Pi, pas di luar Mall, ada promo mobil sedan... Honda Accord yang Papi impi-impikan itu ternyata ada promonya. Padahal waktu kemarin Papi ke dealer katanya belum tersedia. Mami akhirnya memberanikan diri, tanpa izin Papi, membeli mobil sedan itu pake kartu kredit. Tadinya, mau beli satu, tapi karena Mami juga pengen, jadi Mami pesen dua. Untuk Mami warna putih, untuk Papi warna merah. Harga on the road 700 juta, Pi. Jadi kartu kredit Papi langsung didebet 1,4 M. Besok katanya akan langsung dikirim ke rumah kita. Pi... Papi enggak marah, kan?"
"Enggak, enggak marah. Cuma warnanya enggak suka, ganti aja merah jadi Hitam."
"I ya, Pi. Siap. Udah dulu ya Pi, mmuach... mmuach... mmuach." Klik. Telpon ditutup.
Pria gondrong berwajah miskin itu, memandang satu per satu para pria di sekelilingnya, yang dengan sangat tajam namun penuh kekaguman, juga tengah memperhatikan dan memandangi pria gondrong itu.
"Maaf bapak-bapak, permisi." Katanya menerebos kerumunan pria-pria itu sambil bersiul-siul. Di depan sebuah nomor loker, dia tampaknya kebingungan.
"Nomor 11 atau 12 ya?" Gumamnya. "Atau nomor 15?"
Pria gondrong itu kemudian berbalik kepada para-pria yang masih memandangnya dengan penuh kekaguman itu.
"Maaf bapak-bapak, saya lupa HP ini berasal dari loker nomor 11 atau 12 atau bahkan nomor 15. Barangkali bapak-bapak ada yang tahu pemiliknya?" Katanya sambil mengacungkan HP tersebut. Pria gondrong itu lalu menyimpan HP tersebut di dekat meja loker nomor 11, dengan enteng dia mengambil tongkat pembersih lantai dan meneruskan pekerjaannya dengan tekun.***
Silakan komeng sesukanya, gaes.
Haaaa.... Urang nya nu ngangkat tlp na..Lama banget nunggu apdet, ya udah ini ada INTERMEZZO dulu.
Sore itu Suradi dan beberapa pria lainnya (@Sumandono @kebo_nderum @bapergan @Basu @Gothe @tukangbantaimember @Udin_gembok @batel @kepitinq @w13r @gzoel @AnJessTi , yang enggak ke absen jangan marah) sedang menunggu giliran mandi air panas di ruang loker Health Man Gym, di Jalan Sudirman, Bandung. Gym yang terkenal mewah dan mahal itu, dikenal hanya dikunjungi oleh pria-pria kaya dan kalangan eksekutif kelas atas. Sangat jarang dikunjungi oleh pria biasa, apalagi yang berpenghasilan pas-pasan.
Ketika para pria itu berriuh rendah saling berkelakar, tiba-tiba ada suara HP berbunyi sangat nyaring. Para pria itu saling berpandangan. Seorang pria berambut gondrong yang tampak berwajah miskin, dengan sejumlah uban bertebaran di kepalanya, memakai kaos singlet dan celana kolor, melangkah melewati para pria itu. Pria gondrong itu meraih HP tersebut.
Seketika suara riuh rendah canda menjadi hening.
"Haloo Papiii..." Suara speaker HP yang dikeraskan terdengar jelas. "Papi lagi di gym, Kan?"
"I ya..." Pria gondrong itu kelihatan gemetar.
"Papi nanti malam enggak ada meeting, kan?"
"Enggak..."
"Mami kangeeeen banget, udah lama enggak threesome sama Melan. Papi mau kan memuaskan dua meki yang lagi gatel?"
"Mau..."
"Ini kebetulan Mami lagi sama Melan di Cireundeu Mall." Katanya. "Piii, biar lebih hot, Mami sama Melan, mau pake daster mini warna pink. Harganya murah Pi, cuma 500 ribu perak. Jadi kami beli dua buah, pake kartu Kredit Papi. Enggak pa pa, kan, Pi?"
"Ga pa pa."
"Terus, begini Pi, pas udah beli daster, tidak jauh dari situ, ada gerai Handphone yang sedang melakukan diskon gila-gilaan. Coba Papi bayangin, HP seharga 25 juta, didiskon jadi 17 juta. Akhirnya Mami beli satu. Tapi karena Melan juga pengen, akhirnya Mami beli dua. Mami pilih warna putih dan Melan yang warna pink. Papi enggak keberatan, kan?"
"Enggak, enggak keberatan...."
"Sebetulnya Pi, Mami sama Melan mau langsung pulang, tapi mata Mami yang tajam melihat sebuah tas kullit warna coklat yang baguuuuuusssssss.... sekali, Pi. Itu loh tas yang suka dipake para artis dan ibu-ibu pejabat. Ternyata tas itu edisinya terbatas Pi, cuma dua lagi. Wah, akhirnya Mami langsung saja membelinya satu. Untung, Kartu Kredit Papi Unlimited, jadi waktu Melan diam saja dan merasa sedih, Mami bisa membuatnya senang dengan membelikannya tas coklat yang satu lagi. Semuanya jadi 115 juta, memang agak mahal sih. Tapi, Papi enggak marah kan?"
"Mmm... enggak. Beli aja. Ga pa pa."
"Makasih ya, Pi. Papi baik deh. Pokoknya awas nanti malam, kita bikin Papi lemes deh." Katanya. "Eh, tapi Pi, pas di luar Mall, ada promo mobil sedan... Honda Accord yang Papi impi-impikan itu ternyata ada promonya. Padahal waktu kemarin Papi ke dealer katanya belum tersedia. Mami akhirnya memberanikan diri, tanpa izin Papi, membeli mobil sedan itu pake kartu kredit. Tadinya, mau beli satu, tapi karena Mami juga pengen, jadi Mami pesen dua. Untuk Mami warna putih, untuk Papi warna merah. Harga on the road 700 juta, Pi. Jadi kartu kredit Papi langsung didebet 1,4 M. Besok katanya akan langsung dikirim ke rumah kita. Pi... Papi enggak marah, kan?"
"Enggak, enggak marah. Cuma warnanya enggak suka, ganti aja merah jadi Hitam."
"I ya, Pi. Siap. Udah dulu ya Pi, mmuach... mmuach... mmuach." Klik. Telpon ditutup.
Pria gondrong berwajah miskin itu, memandang satu per satu para pria di sekelilingnya, yang dengan sangat tajam namun penuh kekaguman, juga tengah memperhatikan dan memandangi pria gondrong itu.
"Maaf bapak-bapak, permisi." Katanya menerebos kerumunan pria-pria itu sambil bersiul-siul. Di depan sebuah nomor loker, dia tampaknya kebingungan.
"Nomor 11 atau 12 ya?" Gumamnya. "Atau nomor 15?"
Pria gondrong itu kemudian berbalik kepada para-pria yang masih memandangnya dengan penuh kekaguman itu.
"Maaf bapak-bapak, saya lupa HP ini berasal dari loker nomor 11 atau 12 atau bahkan nomor 15. Barangkali bapak-bapak ada yang tahu pemiliknya?" Katanya sambil mengacungkan HP tersebut. Pria gondrong itu lalu menyimpan HP tersebut di dekat meja loker nomor 11, dengan enteng dia mengambil tongkat pembersih lantai dan meneruskan pekerjaannya dengan tekun.***
Silakan komeng sesukanya, gaes.