Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------------------------

Cerita 33 – Akibat Salah Pijat

Riris

Cerita ini berawal ketika kantorku mengadakan workshop..
–jalan-jalan tahunan..– dan saat itu tujuan kami adalah hotel Novus.. Puncak.


Nah.. ada salahsatu teman kantorku bernama Tari Rismayati.. –panggilan Riris..–
yang bersatus masih singel juga sama seperti aku.
Dia berumur satu tahun di bawahku dan belum berkeluarga juga.

Terus terang aku heran melihat dia. Secara fisik Riris orangnya tergolong cantik..
Rambut panjang sebahu.. wajah oval.. kulit kuning langsat cenderung putih mulus..
Ditambah lagi dengan buah dada yang besar menantang.

Dan yang paling membuatku berdehem dalam hati.. kalau melihat pinggul plus pantatnya yang besar..
Hingga membulat mencetak celana dalam ukuran mini.. yang selalu dia pakai jika di kantor.

Itu selalu aku perhatikan setiap hari..
bahwa ukuran roknya selalu kekecilan dengan pinggul yang indah jika sedang berjalan. hehe..

Satu minggu sebelum berangkat Workshop..
Kami sempat makan siang bersama di sebuah restoran dalam gedung kantor kami.

Setelah ngobrol ke sana ke mari akhirnya subjek pembicaraan mengarah ke workshop.
Aku bertanya.. “‘Ntar workshop gimana kamu..?”

Riris menjawab dengan wajah yang lesu..
“Ach.. nggak tau juga Di. Aku lagi bete nich.. kayaknya ke sana lumayan buat nyegerin pikiran aku..”

“Lho emangnya ada apa..” tanyaku menyelidik.. berusaha memancing informasi.
“Hhh.. ngga papa sih. Aku abis putus ama cowok ku soalnya dia selingkuh, maen belakang, trus ketauan ama aku..”
Katanya dengan muka sedikit memerah menahan marah.

“Ya udah..” sambungku.. “Ntar saya temenin kamu di sana biar ngelupain dia..” kataku sok belagak pahlawan.. hehe..
Dia tersenyum sambil bilang.. “Tapi aku lagi mo sendiri, Ardi..”

Aku tak kalah gesit menjawab ucapannya.. “Iya Ris.. aku juga lagi mo sendiri aja..
‘en rencana ntar aku mo sewa kamar sendiri aja. Kalau kamu mau.. gabung aja.
Kita bisa ngobrol ampe malem.. keluarin semua unek-unek yang ada di kepala kita masing-masing..”

Aku terus menjelaskan rencanaku minggu depan di hotel tersebut. Dan tak diduga respon dari Riris..
“Boleh juga tuh, Di. Aku emang butuh itu enak kali yah ngobrol-ngobrol kita berdua sampe malem..”

“Iya.. sekalian kalau kamu mau.. aku juga nggak keberatan ngelonin kamu tidur..” candaku kepadanya.
“Ha.. gila kamu..!” Katanya. Namun mata Riris memancarkan arti yang tidak dapat kucerna.

Satu hari sebelum berangkat kami didata ulang oleh panitia menyangkut pembagian kamar tidur.
Sudah menjadi tradisi kantor kami.. bahwa satu kamar berdua.. dan diatur oleh nomor-nomor kamar yang ada.
Aku berdua dengan temanku Hendra.. sementara Riris waktu itu terdata satu kamar bersama Wina.

Dan tibalah waktunya.. bahwa kami satu kantor berangkat..
Menuju hotel Novus pada hari Sabtu bersama-sama dengan menggunakan satu bis besar.

Kantor kami hanya berjumlah total 50 orang.. bersama orang asing juga.
Rupanya dalam batas akhir sebelum naik ke bis.. ada dua orang yang batal ikut karena alasan keluarga.
Mereka adalah Tiara.. dan Wina.

Wina..? Eh.. bukannya Wina satu kamar dengan Riris..? Dan berarti nanti Riris sendirian dong di kamar.
Tuink.. tuink..! Pendulumku langsung bereaksi mendengar kabar tersebut.
oOo

Sambil mengisi waktu.. kami banyak bersenda gurau dalam perjalanan hingga akhirnya tiba tepat makan siang di hotel.
Setelah kami makan dengan lahap..
kami diberikan kunci kamar oleh panitia dan langsung check-in ke dalam kamar masing-masing.

Sore harinya kami memanfaatkan kolam renang yang ada di hotel untuk bermain main.
Saat itu dapat kulihat Riris yang sudah memakai pakaian renang yang seksi.

Uhh.. bukan main indahnya. Aku betul-betul terangsang melihat keadaan Riris seperti itu.
Otak kotorku mulai bekerja.. berpikir keras bagaimana caranya dapat tidur dengannya malam ini.

Dalam kumpulan laki-laki ada Pak Kardi.. yang nyeletuk kepada teman laki-laki lainnya. .
“Waduh.. si Riris kalo abis berenang gue mau tuh mandiin dia..”
Sambil matanya juga tak lepas dari gerakan pantat Riris yang berlenggang lengok ke kiri ke kanan.. mengikuti irama langkahnya.

Ketika Riris sudah selesai bermain di kolam renang dan akan kembali ke kamarnya..
aku lantas mengikutinya.. seakan-akan aku pun sudah selesai dan ingin mandi.

Sambil berjalan di belakangnya.. kulihat celana dalam mini berenda yang dipakai Riris tercetak jelas..
oleh baju renang tipis yang berwarna ungu yang dikenakannya.

“Waduh.. kok cepet selesainya Ris..?” Sapaku sambil berjalan di sampingnya.
Riris menjawab.. “Habis.. aku nggak tahan airnya terlalu dingin..”
katanya sambil dia menyilangkan tangannya di kedua belah dadanya yang padat montok tersebut.

“Trus kamu ngapain juga selesai..?” Tanya dia lanjut.
“Ah.. aku udah bosen. Mendingan mandi air hangat.. terus nunggu makan malam, khan enak tuh..”

Lalu pembicaraan kami terhenti ketika Riris harus mengambil arah ke kiri dan saya ke kanan.
“Sampai nanti.. Dagg..!” Ujar Riris berbelok menuju ke kamarnya.

Waktu menunjukkan pukul delapan, setelah perut kuisi.. dan kenyang sekali rasanya.
Makan malam di hotel ini terasa nikmat sekali. Di satu sudut kulihat beberapakali Riris menguap..
Tak lama kemudian ia terlihat berpamitan dari kerumunan anak-anak untuk pamit ke kamar.

Dalam perjalanan ke kamarnya.. dia sekilas melihatku kemudian mengerdipkan mata.. seperti memberi tanda padaku.
Hmm.. dengan sedikit tegang aku lantas berpura-pura seolah sudah capek juga..
setelah bermain seharian dengan teman kantor dan ingin tidur.

Pada sore harinya aku sudah memberitahu ke Hendra.. –teman sekamarku..–
bahwa mungkin aku akan begadang ke luar hotel.. jadi nanti dia tidak khawatir atau curiga padaku.

Dalam perjalanan dari restoran ke cottage agak jauh..
Riris berjalan kecil sendiri dan aku dengan cepat mengejarnya.. lalu menyapanya..
“Ris.. udah ngantuk ya sayang..? Udah mau tidur, nih..?”

Riris menyahut.. “Iya nih.. nggak tau kenapa nich badan semua jadi pegel semua.. mungkin tadi renangnya kebanyakan kali..”
Sambil berkata begitu dia mengusap-usap belakang lehernya.. kepalanya digelengkan ke kiri lalu ke kanan.

“Makanya kamu juga sih terlalu over berenangnya.
Kamu kebanyakan diliat ama temen-temen cowok lagi pas kamu berenang..” sahutku.

“Hm.. aku tau. Justru karena mereka aku jadi lebih semangat..?”
Balas Riris sambil masih tetap mengusap leher belakangnya.

“Kamu mau kupijit-pijit kecil, Ris..?” Kataku sedikit memberanikan diri.
“Hhh.. boleh juga. Tapi cuman di leher sama sekitar pundak yah..?” Sahutnya sedikit lemah.

Tak lama kami sudah tiba di depan pintu kamar Riris. Setelah dia membuka pintu kami berdua langsung masuk..
Aku sempat melihat pada sudut mata Riris ketika dia tutup pintu.. matanya seperti melihat kiri kanan..
Mungkin takut kalau ada orang di sekitar yang melihat kami.

Dalam kamar Riris menyilakanku duduk.. dia kemudian permisi sebentar ke toilet.
Sambil menunggu Riris saya menonton TV yang ada di kamar.

Tidak begitu lama, Riris sudah keluar dan telah berganti baju tidur daster.
Daster yang dipakai berwarna kuning.. dengan ukuran yang dapat saya katakan mini.

Kenapa demikian..? Daster tersebut hanya sebatas setengah pahanya saja dan berenda kuning juga.
Kemudian di pundaknya hanya mengenakan satu tali saja.

Buah dadanya yang ranum menantang sekali.. dengan dua puting yang mencuat.
Gila bukan main.. dia sudah tidak memakai BH. Tapi masih memakai celana dalam.

Celana dalam itu jelas tercetak.. menerawang tembus pandang dari daster kuning tersebut.
Celana dalam Riris juga dalam ukuran yang seksi.. mini CD warna putih. Kontras dengan daster yang dipakai.

Sebelum aku berkomentar.. Riris sudah berbicara.. “Ardi.. kamu jangan salah sangka dulu.
Aku pakai ini supaya kamu mudah memijat leher dan pundak. Lagipula aku juga nggak bawa baju tidur lain selain yang ini.
Mudah-mudahan kamu tidak keberatan, ya..” jelas Riris panjang lebar.

“Oh.. tentu tidak dong Ris. Suka-suka kamu aja.. yang penting bajunya jangan menggangu pijat memijat..”
kataku sambil menelan ludah beberapakali.

Riris tersenyum lagi dan berkata.. “Kamu pijet aku pake kaos lengan panjang.. apa tidak mengganggu tuh..?
Apalagi nanti kamu naik ke ranjang kalau perlu.. keliatannya celana panjang kamu juga ganggu.
Apa nggak lebih baik ganti yang pendek atau dilepas sekalian..?” Kata Riris ngasih ide yang sangat di luar perkiraanku.

Duerr.!! Aku terbengong atas ucapannya.. lalu kukatakan.. “Betul juga Ris. Aku buka kaos aja deh..”
Lanjutku sambil mengangkat kaos.. sehingga kini aku sudah bertelanjang dada.

Riris kemudian melihat ke celana panjangku sambil mulutnya sedikit dimonyongkan.
Oke. Dengan senang hati aku lalu membuka celana panjang.. hingga hanya tertinggal celana boxerku.
Riris tersenyum puas setelah melihatku akan mudah nanti memijitnya.

Setelah itu dia langsung naik ke ranjang dan berbaring terlungkup.. sambil memanggilku..
“Di.. ayo dong mulai. Badan Riris makin pegel nih..” Riris mengajuk.. seperti merengek.

Mendengar rengekan Riris.. aku langsung naik ke ranjang dan memulai aktivitas dengan memijit.
Wuih.. Sungguh sempurna tubuh Riris dari belakang.

Duhh.. Mimpi apa aku semalam.. sehingga Riris begitu pasrah memberikan sajian gratis seindah ini..?
Kulit yang mulus dengan pinggang ramping.. pinggul yang besar dengan buah pantat yang membulat mumbul tinggi.

Dapat kulihat dengan jelas belahan pantat Riris yang dibalut dengan CD mininya.
Sebentar saja tanganku sudah memijat bagian leher yang tegang.. dan sesekali ke bawah.. memijat pundaknya.

Riris terkadang bersuara mendesah ketika aku sedikit keras memijitnya..
“Uh.. oh.. hmm..” desahnya terputus-putus.. membuatku makin panas-dingin saja.

Adik kecil di balik celana boxerku sudah mengacung keras.. siap tempur.
Entah apa yang sedang dipikir Riris sekarang.

Kemudian setelah kurang lebih 4 menit.. Riris minta dipijit agak ke bawah.
Dengan yakin tanganku kedua-duanya merayap ke bawah.. dari arah ketiak terus turun ke bawah.

Sambil sekali-kali jari jemariku dengan nakalnya..
menyentuh dari samping kedua bukit ranum yang mengembung.. keluar ke samping karena tertindih tubuhnya.
Terus terang saat itu aku sudah tidak ada pikiran positif.. otak ngeresku terus bermain-main fantasi..

Sampai suatu ketika.. “Di.. pijatan kamu enak deh. Sekarang Riris minta dipijat bagian depan ya, sayang..?”
Sahut Riris sambil membalikkan tubuhnya ke depan.

Waduh mak.. bukan main..!! Ckk ck ck.. Saat itu aku betul-betul sudah tidak tahan.
Aku langsung meraba kedua belah susunya yang tegak menjulang.. hal yang membuat Riris langsung terkaget.

“Ardi..!? Saya minta tolong kamu untuk pijat saya.. kenapa kamu memanfaatkan itu dengan meraba tubuh saya..?” Hardiknya.
Sontak langsung aku kaget. Sebab kukira dia minta lanjut dalam permainan tersebut.
Damn..! Ternyata dia memang betul-betul minta dipijit rupanya..!? Langsung aku minta maaf kepadanya..

“Waduh maaf deh Ris.. aku kelepasan. Maklum deh tubuh kamu ranum sekali. Seksi lagi.
Apalagi dengan itu.. –sambil menunjuk kedua buah dada Riris..– yang mancung.. bikin aku jadi geregetan mau iseng..”
Aku beralasan. “Maaf ya sekali lagi Maaf..” kataku dengan penyesalan.

Riris yang melihat aku begitu.. jadi agak melunak. Tapi kemudian dia menangis sambil berkata..
“Uuhh.. hh.. hg hg hg,.. emang setiap laki-laki yang mau sama Riris cuman mau tubuh Riris aja.
Ini juga terjadi dengan cowok Riris yang dulu. Maunya making love terus sama Riris..
Dasar laki-laki.. nggak ada perasaan sama sekali..” katanya sambil sesengukan.

Aku terhenyak.. ternyata wanita di depanku ini memang sudah pernah melakukan hubungan suami istri sebelum menikah.
Tuink..! Sontak saja pendulumku kembali kontak.

Dengan gaya yang gentle kueluk dia dari belakang dalam posisi duduk. Tanganku berada di perutnya.
“Riris.. aku tuh memang udah salah. Kamu Maafin ya.. Aku janji.. pokoknya malem ini kita cuman sayang-sayangan aja deh..
Nggak sampe kelewatan..” kataku berusaha menenangkannya.

Dia menengok ke belakang.. hingga wajahnya dekat sekali denganku..
“Bener ya.. janji. Kamu cuman kelonin aku aja..!? Nggak sampe kebablasan..?” Katanya seolah menegaskan.

Aku mengiyakan dengan anggukan kepala sambil mencium kecil pipi kanannya.
Dia tersenyum.. kemudian membalas mencium kecil bibirku. Wow.. ini apa maksudnya..!? Batinku.

Mendapati hal itu.. serta merta tangan kananku mulai naik dari perut.. meraba buah dada yang menggantung tersebut.
Riris menutup mata merasakan kenikmatan tersebut.. kemudian dengan itu juga aku mencium bibirnya yang sensual..
Sambil sesekali kuisap bibir bawahnya.. lidahku menjelajah ke rongga giginya dan mengisap lidahnya.

Sepertinya Riris benar-benar menikmatinya..
Maka setelah melihat lampu hijau seperti itu.. kedua tanganku sudah berada pada dua buah dada ranumnya.

Ohh.. alangkah nikmatnya tanganku bermain di sana.
Meremas-remas sambil kupelintir kedua puting susunya dengan ibu jari dan telunjukku.

Riris terkadang bergetar tubuhnya ketika kombinasi yang kulakukan.. yaitu meremas sambil memuntir puting susunya.
“Ah.. Ardi kamu pinter bikin aku terangsang ya..? Ingat lho.. kita nggak boleh lebih jauh dari ini..?” Riris mengingatkan.
“Iya dong sayang.. aku pasti inget. Khan ada kamu juga yang ngingetin..!” Diplomatis kujawab.

Sambil berkata begitu.. aku membaringkan tubuhnya di ranjang.. lalu dari belakang aku langsung ke depan..
menindihnya.. sambil terus melanjutkan meremas dan mencium bibir sensual nan menggairahkannya.
Riris masih terus mengingatkan.. namun bahasa tubuhnya lain.

Di bawah.. alat kelamin kami sudah bersentuhan.. meski masih terhalang dua helai kain saja.
Ughh.. batang kemaluanku yang sudah keras menggesek bibir luar kemaluannya..

Gerakan-gerakan kami sudah seperti orang yang sedang bersenggama saja.
Aku mendorong ke bawah.. Riris mendorong pula pantatnya yang tembem ke atas.
Aku tarik pinggangku.. dia pun demikian.

Ketika mulutku sudah mulai menjalar ke dadanya dia mulai protes.
“Di.. kamu nggak boleh ke sana sayang.. ohh, hh..” desah Riris resah..
Tapi anehnya tangannya sama sekali tidak menutupi dadanya.

Aku menjawab dengan lembut..
“Riris sayang.. kalau petting cium atau jilatin nenen aja boleh dong..? Khan nggak kenapa-napa..?”
Aku coba tawar menawar dengannya.

“Ohh.. kamu katanya kelonin aku..? Kok sekarang kita jadi petting sih..?”
Rajuknya dengan muka bersemu merah.. menahan birahi yang terpancar keluar dari tubuhnya.

Tanpa menunggu alasan lagi dari si cantik itu.. Slrupp.. clrupp..
Langsung mulutku menjilat puting susu yang memerah muda karena birahi..
sambil kusedot putingnya bagaikan anak kecil yang sedang netek ke ibunya.

Riris menggigit bibir sendiri menahan luapan emosinya yang meletup letup kian besar.
Ohh.. nikmatnya tiada tara menjilati dan menyedot susu seorang Riris.

Kaki Riris sudah menyepak ke sana ke mari.. membuat daster yang dikenakan tidak bisa menutupi bagian bawahnya.
Terus terang sambil menjilat.. aku memperhatikan gundukan yang tembem di bawah pusar yang bagai kue apem..

Brenda itu mumbul indah.. dengan sedikit bulu-bulu kemaluannya yang menyembul keluar.
Menambah indahnya pemandangan tersebut.

Pinggulnya bergerak tak menentu.. membuat indahnya pemilik gundukan tersebut terlihat.
“Hhh.. Ardi.. hhhh.. enak sayang..” erang Riris.

Mendapat respon seperti itu.. tanganku secara refleks mulai turun menjelajah.
Dari buah dadanya ke bawah perut.. mengusap daerah pusar yang rata nan halus..

Kemudian turun lagi di bawah pusar yang ditumbuhi bulu-bulu halus..
Lalu meraba daerah selangkangan Riris yang wow.. bukan main empuknya.

Aku tekan-tekan sekali-sekali sambil kuremas secara acak benda nikmat di selangkangannya itu.
Hal ini menyebabkan gerakan pinggul Riris yang makin panas.. menggeliat-geliat resah.

Suasana alam puncak pada malam hari yang dingin.. tidak dapat membuat tubuh kami berdua kedinginan..
Malah justru sebaliknya. Aku dapat melihat butiran-butiran keringat birahi yang menetes dari dahi Riris..
Membasahi rambut panjang dan indah itu. Ohh.. aku benar benar makin terbawa emosi birahi yang menggebu.

Riris antara sadar dan tidak masih mengingatkanku..
”Di.. kamu nggak boleh buka CD aku yah..!? Kita khan udah janji cuman petting aja..?”
Katanya sambil menahan sesuatu dalam tubuh yang bergelora.

“Oke Ris.. aku buka daster kamu aja yah..?
Liat tuh.. udah nggak karuan bentuknya, sayang..” sahutku mencoba menawar.

Rayuanku ternyata berhasil. Bahkan.. Riris sendiri yang meloloskan dasternya..
Dia angkat dari bawah dan dinaikkan lewat lehernya.
Berarti keadaan kami sekarang hanya masing-masing tinggal celana dalam saja.

Kami langsung berpelukan sambil berciuman panjang..
Ooh.. nikmatnya dapat memeluk Riris dalam keadaan begini.
Kulit kami jadi langsung bersinggungan tanpa ada pemisah lagi.

Setelah pelukan plus ciuman aku rasa cukup.. tanganku mulai bermain ke arah selangkangan Riris..
sembari mengusap lembut naik-turun melewati belahan vaginanya.

Dari luar celananya bisa kurasakan bahwa di dalamnya sana sudah lembab sekali.
Tentu banyak cairan yang sudah keluar dari lubang vaginanya.

Ughhh.. Vagina Riris benar-benar tembem.. ketika kuraba dengan tangkupan telapak tangan.
Hmm.. kurasa kalau aku benamkan milikku ke dalamnya pasti nikmat sekali.

Karena Riris menggunakan CD mini yang memang kurang bahan untuk menutupi kemaluannya..
maka jariku dengan mudahnya dapat melesat masuk melalui samping selangkangan..

Lalu jariku bermain di sana.. sebentar kemudian keluar lagi.. kuulangi beberapakali..
tanpa sempat Riris protes padaku untuk tidak boleh melakukannya.

Sesekali jariku bermain pada bibir vaginanya.. agak lama setelah itu.. dia membuka suara..
“Di.. jangan..! Nanti aku keterusan.. oohh..” katanya sambil meliukkan pinggangnya bergoyang-goyang.

Aku tetap tenang mengelus.. Bahkan saat tangannya ingin mengeluarkan tanganku dari dalam celana dalamnya..
seluruh jariku langsung masuk dan meremas vagina Riris dengan lembut.

"Nghhh.. Ohhh.." Hal ini membuat Riris melenguh keras.. dan terlupa untuk melarang aksi remas-remasku.
Sambil tangan kanan meremas vagina Riris.. tangan kiriku masih terus aktif memerah susu ranumnya..

Kuremas-remas lembut.. baik yang kiri mau pun yang kanan.. memancing gairahnya lebih bergelora.
Dibantu oleh mulut untuk mengisap bibir dan salahsatu puting susu yang nganggur bergantian.

Sementara di bawah.. jari tengahku mulai memainkan aksinya dengan mengilik klitoris Riris.
Benar saja.. klitoris itu sudah membesar dan basah.

Seketika Riris menggeliat tak tentu arah sambil mendesah..
“Ohhh.. Di.. enak sekali sayang.. nghh.. kamu udah nggak boleh lebih dari itu ya..!?”
Ternyata alam sadar Riris masih ada.. dia masih ingat bahwa kita hanya boleh petting.

Aku balas berkata sambil berbisik di telinganya.. “Riris sayang.. CDnya dibuka ya..? Biar kamu nggak kegencet.
Liat tuh CD kamu kekecilan.. nggak bisa nampung pantat kamu yang bulat besar.. sama vagina kamu yang tembem.
Lagian kamu juga udah basah. Khan sayang.. ntar CDnya jadi lengket..” rayuku asal. Yang penting tujuanku berhasil.

Pada mulanya dia tidak mau.. tapi kukatakan lagi.. “Ris.. nggak kenapa-napa deh sayang..
khan aku masih pake boxerku.. jadi cuman kamu aja yang telanjang.. Kalau aku tidak, kok..” tambahku.. untuk meyakinkannya.

Akhirnya Riris setuju. Srattt.. segera saja kuloloskan CD mini putih berenda itu lepas dari tubuhnya.
Dan kali ini aku benar-benar melihat Riris dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun.. dengan keadaan birahi tinggi.

Wuihh..! Bukan main indahnya bentuk vagina Riris..
Dia mempunyai bulu vagina yang lebat denga bulu-bulu halus semua warna hitam.
Bulu-bulu tersebut nampak rapi.. karena dalam keadaan lurus.. tidak keriting seperti wanita kebanyakan.

Segera saja mulutku mulai menjalankan aksinya. Aku mulai menyusuri ke arah pusarnya..
Terus turun.. kemudian berhenti tepat di bawah vaginanya.

Riris sedikit jengah dan berkata..
“Oh.. kamu jangan liat punyaku kayak gitu dong.. aku kan malu..” sambil tangannya mencoba menutupi.

Tapi dengan cepat tanganku menahannya dan langsung bibirku mencium bibir luar vaginanya..
Tak lama kemudian kutambahi sengan aksi mengisap-isap kedua belah bibir vagina Riris.

Sontak dia kini benar-benar kelojotan..
”Ahhh.. Ardi.. gila kamu..!! Ooh.. enak banget.. hmm.. oh.. iya bener gitu sayang.. ohh..” rintihnya nikmat.

Aku makin berani.. kusapukan lidahku naik-turun..
sambil tak lupa klitoris yang sebesar kacang tanah itu aku emut-emut.. di dalam bibirku aku kedut-kedutkan.

Lidahku mulai merangsek masuk ke dalam lubang vagina Riris yang kini memang benar-benar sudah basah.
Ehmm.. Wangi semerbak yang tercipta karena napsu birahinya..
Membuat aku makin berlipat ganda untuk keinginan menyetubuhinya.

Dalam keadaan yang gamang tersebut.. kepala Riris tersentak ke kiri dan ke kanan..
Berusaha menahan luapan syahwat cinta yang tak kunjung reda mendera tubuhnya..

Perlahan.. aku diam-diam melepas celana boxerku sambil bibirku tak lepas dari mencucup vaginanya.
Cukup mudah untuk melepas celan boxerku.. karena memang tanpa celana dalam dengan kondisi longgar.

Srrttt.. Satukali tarik dengan tangan kiri.. lolos sudah.. dan aku sudah telanjang bulat bersama Riris.. tanpa dia sadari.
Beberapa saat kemudian.. aku bisa melihat dan merasakan Riris hampir sampai titik orgasme..

Aku mulai dengan menuntun batang kemaluanku yang sudah siap tempur..
dengan topi baja yang mengkilap.. menuju titik serangnya.

Kedua belah kaki Riris aku lebarkan.. sambil tangan kiriku mempermainkan klitorisnya dengan ibu jari..
Sementara tangan kananku mengarahkan batang kemaluanku ke belahan lubang vagina Riris.

Riris masih antara sadar dan tidak ketika kepala penisku bertemu dengan lubang depan yang merah menganga.
Ughhh.. Kepala penisku langsung seperti kena isap alat yang kuat oleh lubang vagina Riris.

Riris mulai merasa aneh.. karena dia merasakan lain..
ia merasa bukan jari tanganku.. juga bukan bibirku yang bermain di kemaluannya.

Dengan sedikit membuka mata dia melihatku. Aku tidak mau dia nanti memberontak menolak keadaan ini..
Segera aku peluk dia sambil sedikit aku goyangkan.. tanpa aku mendorong masuk ke dalam liangnya.

Maka.. Clebb..! Cukup kepala penis saja yang terjepit di dalam vagina Riris.
Riris melotot ke arahku dan dia berbicara dengan suara serak,
“Di.. kok kamu masukin..? Khan kita udah janji sayang.. cuman peting..! Nggak boleh begini dong..!”

Namun dalam bahasa tubuhnya pinggul dia tetap mengimbangi gerakanku yang naik-turun menggesek vaginanya.
“Ris.. aku cuman masukin kepalanya aja sayang.. kamu juga ngerasain kan..?” Tambahku.

“Itu juga udah cukup buat kita.. lagian nggak usah dimasukin semua.. kamu enak khan digini’in..?”
Kataku sambil aku goyang ke kiri dan ke kanan. Kepala penisku benar-benar dijepit erat oleh vagina Riris.

Riris merem melek keenakan.. dan tangan Riris akhirnya memelukku dan mengimbangi gerakanku.
Baru aku tau kalau dalam keadaan begini Riris benar benar dapat berkata vulgar..

Karena tiba tiba dia berkata.. “Di.. penis kamu enak banget sih.. hangat kena vagina Riris..”
“Oh.. Riris ini mah nggak seberapa sayang..” kataku.

Setelah kurang lebih tiga menit kami seperti itu.. aku merasakan pantat Riris menaik lebih tinggi.
Seakan-akan ingin merasakan lebih batangku. Ahhh.. aku makin terpancing untuk menusuk lebih ke dalam.

Slebb.. slebb.. aku pun mulai sedikit demi sedikit mendorong lebih ke dalam lipatan memeknya..
Riris seolah mengimbagi dengan mengeol-geolkan pinggul dan pantatnya.. menyambut tusukan penisku,

Terus saling bergerak menggeliat-geliat.. Ternyata makin panas gerakan kami berdua.. tiba-tiba.. Blesskk..!
Walhasil.. seluruh batang penisku terbenam di dalam liang vagina Riris.

Jelas aku rasa Riris pun mengetahui hal itu.. hingga dia mulai meracau lagi,
“Oh Ardi.. enak banget penis kamu.. Ughh.. masuk semua ke dalem vaginaku ya, sayang..? Hhhhhh..” racaunya.

“Ohh.. Di.. Dorong lagi.. biar makin dalem sayang..” akhirnya Riris meminta juga.
Bukan main.. aku makin nafsu saja mendengar erangan dan kata-kata vulgarnya.

Aku pun tidak mau kalah sambil memompa aku bertanya..
”Riris.. penis Ardi lagi ngapain vaginanya Riris sayang..?”
“Hhh.. ssskhhh.. hhhh penis kamu lagi ngentotin vagina aku, sayang..” katanya sambil meremas pantatku gemas.

Aku pura-pura tidak mendengar.. aku ingin dia mengulang lagi kata-katanya,
“Ha..? Lagi ngapain sayang..?”
“Lagi dientot sayang..! Oohh nikmatnya..” balas Riris seolah tak sadar apa yang diucapkannya.

Aku bertanya lagi.. “Emang Riris mau dientot ama Ardi..?”
”Iya sayang.. Ohh.. Riris keenakan nih mengentot sama kamu..! Ohh.. ohh.. penis kamu mantap.. nikmat.. enak rasanya..”

Sambil begitu aku benar-benar merasakan jepitan dan remasan halus dinding-dinding vagina Riris.
Ahhh.. Benar benar wanita yang tercipta sempurna untuk bersenggama.

Lubang vaginanya mempunyai jepitan dan remasan yang kuat.. berdenyut-demyut.
Ditambah dengan variasi batang kemaluanku di dalam seperti dirayapi oleh jutaan semut.

Ughhh..! Jadi seperti terkena setrum kecil.. tapi hangat..
Dengan sebentar-bentar vagina tersebut mencucup kembang kempis.. menyedot seluruh batang kemaluanku.

Setelah kurang lebih 20 menit kami bersenggama dengan ucapan ucapan vulgar.. Riris sudah hampir mendekati klimaksnya.
“Ayo Mardi.. aku udah mau keluar.. Entot terus aku.. iiyyyaaa.. tekkkeennnn.. biarrr kennnaaa itilllkkuuhhh ooohhh..!!"

"Iyyaaahh.. benar beggiitttuhhh sayannnggg.. hhhh.. Aduuhhh.. enak bener ngentot ama kamu.. ohhh.. oohh..”
Gila juga nih perempuan.. kalo dalam keadaan birahi begini omongannya jadi vulgar seperti ini. Pikirku nanar.

Aku pun merasakan intensitas kedutan vagina Riris makin tinggi..,
Dan sepertinya aku pun akan segra melepaskan kenikmatan bersama Riris sayangku.

“Ohh.. Ris.. enak banget vagina kamu.. ada empot ayamnya sayang. Rasanya legit.. rapet.. peret..
Ooh.. aku mau klimaks sayang.. gimana nih.. di dalam atau di luar..?” Tanyaku dalam keadaan yang kejang-kejang nikmat.

“D-di..dalem aja Dihh.. biarrr ennnakkkhhh.. Akkhhu juggghha mau ngerasain.. disemprottt pejjuuuhh kammuuuhhh.. ohh..
Bessokhh lusssahh mungkin aku dapet haid.. jadi aman.. hhhh.. hhhh..!”
Desah Riris yang juga menahan amukan dalam gelora birahi yang siap meledak beberapa saat lagi.

Akhirnya aku merasakan batang kemaluanku diremas kuat sekali oleh otot vaginanya.
Gerakan pinggul Riris terhenti.. sambil pantatnya ditinggikan..

Clobb-clobb-clebb-clebb-clekk-clekk.. aku mengocok sedikit memberikan nuansa lain dalam vaginanya..
Lagi Riris menggeram dan.. “Oh sayang aku klimaks.. ouh.. ahh. Nnggh ahh enak.. enak hh..”

Aku pun tak tahan.. karena penisku makin terasa diremas dan disedot oleh vagina Riris.
Lalu.. jlebb.. Jlegh..!! Dengan satu dan duakali sentakan.. penisku menyemprotkan spermaku.

Crott.. crott.. crott.. crott..! Pejuku muncrat.. menyemprot kencang..
Jauh langsung masuk ke dalam rahim Riris.. dan yang semproran kedua tak kalah nikmatnya.

Gerakan kami seperti begitu kompak.. ketika aku menyemprotkan sperma.. vagina Riris menyedot kencang..
hingga kami berdua merasakan nikmat senggama yang sangat indah.

Puas aku selesai klimaks dan begitu juga Riris. Ketika aku ingin mencabut penisku.. Riris mencegahnya.
“Biarin di dalam dulu sampe ngecil dan keluar sendiri yah..”

Akhirnya kami berbaring menyamping dengan keadaan kemaluan kami masing-masing masih menyatu.
Masih dapat kurasakan kedutan-kedutan dalam vagina Riris namun sudah melemah..
Hingga batangku mulai berangsur-angsur mengecil dan akhirnya lepas dengan sendirinya dari vagina Riris.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Setelah kami selesai mandi berdua di dalam bathup.
Ketika aku mau kembali ke kamarku.. Riris menahannya. Dia minta sekali lagi untuk bermain cinta.
Aku pun melayaninya. Katanya mumpung ada waktu.

Ronde kedua kami lakukan lebih hot lagi.. karena yang kedua dilakukan tanpa takut-takut seperti yang pertama..
Hingga kami akhiri dengan klimaks bareng dengan sempurna.
oOo

Sepulangnya dari puncak.. hubunganku dengan Riris makin hangat. Tapi kami selalu berusaha menutupi.
Di kantor kami berpura-pura bahwa antara kami tidak ada hubungan apa-apa.. hanya sebatas teman kerja.
Padahal kalau ada waktu.. di kantor pun kami pernah petting dengan hotnya.

Aku berkerja di bagian komputer, Riris bagian Settlement. Nah.. kalau salahsatu dari kami ingin dipeluk..
maka kami memberikan kode untuk menuju ruang komputer yang tidak ada orang..
kemudian kami ke tempat yang paling pojok supaya aman dan berpelukan.

Biasanya kami berpelukan sambil mengusap-usap apa yang perlu diusap.
Biasanya aku meremas gemas pantatnya dan meremas lembut buah dadanya..
sambil dibarengi dengan ciuman bibir dengan sedikit panas.

Setelah kami puas.. Riris biasanya keluar lebih dulu dari ruang komputer.. dan tidak lama kemudian baru aku.
Rasa ingin bersenggama dengan Riris demikian besar.. begitu juga Riris yang ingin sekali bercinta denganku.

Akhirnya aku berinisiatif mencari kost-kost’an yang dekat dengan kantor..
Fungsinya..? Kalau istirahat makan siang.. kami dapat mencuri waktu berdua ke kost’anku.
Jadi kami dapat dengan bebas berdua.. saling melepas hasrat terpendam..

Nah.. setelah selesai.. kami dapat dengan cepat kembali ke kantor.
Sementara untuk makan siang.. kami membiasakan ngemil di kantor.. jadi tidak begitu lapar.
oOo

Demikianlah ceritaku.. yang sekarang Riris sudah meninggalkanku.
Karena dia mendapat pekerjaan baru dan sudah menikah dengan lelaki pilihannya.

Aku masih ngekost di sana.. namun sudah tidak ada Riris yang menemani. (. ) ( .)
---------------------------------------oOo---------------------------------
 
Ini sih bukan salah pijat, justru pijat yang bener hahahahaaa....
 
---------------------------------------------------------------------------

Cerita 34 – Sekretarisku Tercinta

Rita

Aku baru saja merekrut sekretaris baru..
karena sekretarisku yang lama sudah malas-malasan dan kurang profesional.. apalagi setelah dia menikah.
Oh ya.. hampir lupa.. aku bekerja di sebuah perusahaan swasta yang sedang naik daun.. tepatnya di sebuah bank swasta.

Tak kuduga.. sekretaris baruku itu memang bukan saja masih perawan..
Tapi juga rajin.. pintar dan yang paling penting lagi adalah bodinya yang montok dan parasnya yang cantik..
dengan kulit putih bersih tanpa cela.

Dari pandangan mata pertamakali ketika kuwawancarai aku langsung terpikat..
dan dari sorot matanya serta sikapnya terhadapku.. aku juga paham jika dia suka padaku.
Wah.. cocok deh.. rasanya pada minggu pertama hari-hari di kantor begitu indah dan rasanya sangat cepat berjalan.

Namanya Indah Rita Purwati. Oh.. rasanya kerjaku semakin bersemangat.
Setiapkali dia datang ke kamar kerjaku membawa surat atau minumanku.. aku mulai menancapkan busur-busur asmaraku..

Dari mulai menggenggam tangannya.. mencium hidung dan keningnya..
tetapi masih cukup sopan.. jangan sampai dia kaget atau marah.

Tapi aku yakin dia pun ingin diperlakukan demikian.. karena ternyata dia tak menolak.
Bahkan kerjanya semakin rajin dan cekatan bahkan tak pernah bolos..
–termasuk ketika datang matahari.. eh datang bulan..–

Kupikir tak apa.. malah aku senang. Toh aku belum mau pakai.. yang penting bisa mencium bibirnya..
hidungnya.. keningnya dan dari hari ke hari kami semakin tenggelam dalam asmara.

Ketika itu.. –tahun 1982..– dia sudah punya pacar.. bahkan pacarnya terus memintanya untuk segera menikah.
Herannya.. menurut pengakuannya.. dia semakin benci dan tidak berniat kawin dengan pacarnya itu.
Weleh-weleh-weleh.. rupanya jerat cintaku telah merasuki jiwanya.

Sampai suatu hari.. –3 bulan kemudian..– aku memberanikan diri untuk mengajaknya pergi ke luar kota di hari Minggu..
karena tidak mungkin kami mencurahkan cinta kasih kami di kantor.

Dia setuju dan berjanji untuk menungguku di sebuah pasar swalayan tak jauh dari rumahnya.
Maka ketika mobil kami meluncur di toll Jagorawi menuju Bogor dan kemudian ke Pelabuhan Ratu Sukabumi.

Hati kami semakin berbunga-bunga sebab kami akan dapat mencurahkan segalanya..
tanpa takut diketahui orang atau pegawai lain di kantor..
Maklum.. kedudukanku sebagai kepala cabang bank swasta terkemuka.. disamping sudah beristeri dan beranak dua.

"Rit..” kataku pelan ketika mobilku keluar pintu tol.
"Ya.. ada apa Pak..?” Rita menjawab manis, sambil melirikku.

"Sekarang jangan panggil bapak.. panggil saja Papah.. biar nanti orang mengira kita ini suami-isteri..”
Dia mencubit pahaku sambil tersenyum manja dan tangannya kutahan untuk tetap memegang pahaku..
dia mendelik manja tapi juga setuju.

"Pah.. kamu nakal deh..” sambil mencubit sekali lagi pahaku.
Wah.. rasanya aku seperti terbang ke langit mendengar Rita mengatakan ‘Papah’ seperti yang kuminta.

Sebaliknya.. aku pun mulai saat itu memanggil Rita dengan sebutan ‘Mamah’..
dan kami saling memagut cinta sepanjang perjalanan ke Pelabuhan Ratu itu..

Laksana sepasang sejoli yang sedang mabuk cinta atau pengantin baru yang akan ‘ber-honey-moon’..
sehingga tak terasa mobilku sudah memasuki halaman Hotel Samudera Beach.

Pelabuan Ratu yang berada di tepi Samudra Hindia dengan ombaknya yang terkenal garang.
Laksana suami isteri, aku dan Rita masuk dan menuju ‘reception desk’ untuk check-in minta satu kamar yang menghadap ke laut lepas.

Petugas resepsi dengan ramah dan tanpa rewel..
–mungkin karena aku ber-Mamah-Papah dan terlihat sebagai suami isteri yang sangat serasi, sama ganteng dan cantiknya..–
segera memberikan kunci kamar.. sambil minta seorang room-boy mengantar kami ke ruangan hotel di lantai tiga kalau aku tak salah.

Segera kututup pintu kamar, di-lock sekaligus dan pesan supaya kami tidak diganggu karena mau beristirahat.
Aku dan Rita duduk berhadapan di pinggir tempat tidur sambil tersenyum mesra penuh kemenangan.

Akhirnya, angan-angan yang selalu kuimpikan untuk berdua-duaan dengan Rita ternyata terlaksana juga.
Kukecup hidungnya, keningnya, telinganya, Rita menggelinjang geli.

Kusodorkan mulutku untuk meraih mulutnya, dia terpejam manja dan ketika bibir kami bersentuhan..
kuulurkan lidahku ke bibirnya, ternyata dia langsung menyedot dan melumat lidahku dalam-dalam.

"Ooohhgghh, Paahh..” Rita mulai terangsang dan merebahkan badannya..
aku segera saja menggumulinya dan menaiki badannya.

Rita melenguh dan terpejam.. slepp.. slepp..
Kemaluanku bergesekan dengan selangkangannya dan bau harum parfumnya semakin merangsang nafsuku.

"Paahh, kita buka pakaiannya dulu, nanti lecek..”
Oh.. harum sekali mulutnya, kulumat habis wajahnya, kupingnya, jidatnya dan mulutnya.

"Paahh, bandel nih.. kita buka dulu bajunya..!”
Aku masih terengah-engah menahan nafsuku yang membara.. kemaluanku semakin menegang menggesek selangkangannya.
"OK Mahh.. yuuk dibuka dulu..”

Karena sudah sama-sama ngebet.. kami saling membukakan pakaian..
dan setelah T-Shirt-nya kulepas, terlihat sepasang gunung menyembul putih dan mulus sekali.
Kami berpandangan setelah tak selembar benang pun menempel.

Kudekap Rita yang mulus, putih, harum itu.. kujilati semuanya sambil berdiri..
sementara kemaluanku sudah tegang memerah.
Apalagi ketika Rita mulai meraba dan meremas batang kemaluanku.

Kutelentangkan dia di tempat tidur. Ohh.. betapa mulusnya badan Rita.. sempurna sekali seperti bidadari.
Pinggulnya yang montok.. buah dadanya yang putih kencang dengan puting merona merah.

Kemaluannya yang dijalari rambut kemaluan yang tidak terlalu lebat jelas.. menampakkan bentuknya yang sempurna tanpa cacat.
Kemudian kelentit yang merah.. terlihat rapi dan belum menonjol keluar.. karena memang Rita masih perawan.

Slrupp.. slrupp.. Kujilati dari ujung kaki sampai ujung jidatnya yang mulus, naik ke atas.
Lalu berhenti lama di bawah kemaluannya. Kumainkan lidahku di antara selangkangannya.

Rita melenguh.. terus kukulum-kulum kemaluannya.. klitorisnya yang merah dan beraroma harum..
tambah lama tambah merambah ke dalam lubang kemaluannya yang merah.

"Ogghh, Paahh, gelii.. teruss Pahh, ogghh, tapi jangan terlalu dalam Pahh.. saakiit..”
"Yaa, sayangg..” sambil terus lidah dan mulutku mengulum kemaluan dan kelentitnya..

Ehmm.. mulai terasa agak asin karena cairan kemaluan Rita mulai keluar.
"Ogghh, Paah.. adduuhh, Paahh, gelii, Pahh, Mamah kayaak maauu.. ogghh..”

Aku terus menjilati seluruh kemaluannya dengan membabi buta.. kuhirup seluruh cairannya yang wangi itu.
Sekali-kali lubang pantatnya kujilati dan Rita menggelinjang dan merintih setiap kali kujilat pantatnya.

Penisku semakin tegang dan keras, urat-uratnya terlihat jelas menegang, aku tahan terus supaya tidak ejakulasi duluan.
Aku ingin memuaskan Ritaku yang tentunya baru merasakan kenikmatan surga dunia ini bersama lelaki yang dicintainya.

"Paahh, eemmgghh.. teruss.. Paahh, geellii.. oogghh.. Pappaahh jaahhaatt..!” Protesnya manja.

Aku masih saja terus melumat, memamah.. menggigit-gigit kecil lubang kemaluan dan klitorisnya..
merah dan beraroma wangi dan pantat Rita semakin cepat naik turun..

Ahh.. sepertinya ia mau agar lidahku semakin masuk ke lubang kemaluannya.
"Paahh, naik Paahh, udaahh donnkk, Mamahh nggak tahaan..” sambil menarik tanganku.
Matanya terpejam ayam.. buah dadanya yang putih, mulus dan mengkel terlihat naik turun.

Aku menaiki badannya dan penisku yang sudah seperti besi terasa menggesek bulu kemaluannya..
menempel hangat di sela-sela kemaluannya yang semakin basah oleh ludahku dan cairan vaginanya.

Kuremas dan kuisap buah dadanya.. kukulum puting susunya yang merah muda..
Ughhh.. terasa sedap dan manis. Rita menggelinjang dan semakin melenguh.

"Maahh, masukin yaa, penis Papah..” dia mengangguk sambil tetap terpejam.

Kubidikkan penisku yang sudah keras itu ke lubang kemaluannya..
Clebb.. pelan kujajaki sedikit-sedikit lubangnya. Maklum.. Rita masih perawan.. aku tak ingin menyakitinya.

"PPaahh, masukkaan cepatt.. Mamah nggak tahan Paah aahh..” Pintanya.. semakin terangsang.

Slebbb.. Kutancapkan penisku lebih dalam.. Rita merintih nikmat..
Pantatku naik-turun untuk mencari lubang kemaluannya yang masih belum tertembus penis itu.

"Nggghh aahh.. paahhh.." Rita terus menggoyangkan pantatnya naik turun sambil terus merintih.
"Maahh, penis Papahh udahh masuukk.. Oogghh mahh.. vaginanya lezat, menyedot-nyedott.. penis..”

Ugghh.. aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa.. karena disamping Rita masih perawan..
ternyata vaginanya juga punya keistimewaan yang sering disebut ‘empot-empot ayam’ itu.

Semakin lama penisku tambah melesak jauh ke dalam vagina Rita.. terasa ada beberapa tetes darah..
sebagai tanda keperawanannya diberikan kepadaku, boss-nya, kekasih barunya. Oh.. betapa bahagianya hati ini.

"Paahh.. saakkiitt Paahh.. tapi enaak, oogghh.. Paahh.. terus, goyang paahh.. Ooghh, cepeetiinn paahh..”
Aku semakin mempercepat goyangan pantatku naik turun dan penisku sudah bisa masuk semuanya ke lubang kemaluan Rita.

Aku bangun dan duduk sambil kupeluk Rita untuk duduk berhadap-hadapan dengan tidak melepaskan penisku.
Rita lantas duduk di pangkuanku dengan kaki melonjor ke belakang pantatku.

Penisku terus menancap di vaginanya dan Rita mulai menaik-turunkan pantatnya.
"Paahh, ogghh.. pahh..” sambil melumat bibirku dan menggigitnya.

"Mmmaahh, oogghh, aememmhh.. maahh, goyang teruss.. Papah mau keluarr..”
Rita semakin beraksi menaik-turunkan pinggulnya yang bahenol dan putih bersih.

Aku pun meladeninya dengan menaik-turunkan pantat dan penisku semakin kencang juga.
"Pppaahh.. Papahh harus tanggungjawab yaa kalau Rita hamil..” ucapnya di sela-sela nafasnya yang semakin ngos-ngosan.

"Ritaa.. emmhhgg, sayang Pappaahh.. biarin mengandung anak Papaah..” manjanya.
Aku mengangguk saja sebab aku sangat mencintainya.

"Paahh.. oogghh.. emmgghh.. Ritaa mauu.. keluaarr.. oomhh..”
"Papahh.. jugaa.. sayangg.."jawabku sambil telentang lagi.. sedangkan Rita tetap nongkrong berada di atas badanku.
Sementara vagina serta pantatnya naik turun semakin cepat melumat habis batang penisku.

"Paahh.. Mamahh.. ooghh.. ssakitt, oogghh.. tapii.. ennaakk..” lenguh Rita keenakan..
ketika kubalikkan badannya dan kutancapkan penisku dari belakang.

Clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb.. Kugenjot terus penisku keluar-masuk lubang kemaluannya..
sambil kuremas-remas pinggulnya yang mulus dan montok seperti gitar itu.

Rita semakin merintih.. aku juga semakin tersengal-sengal menahan nafasku dan penisku yang semakin liar.
Waktu sudah berjalan sekitar 50 menit sejak kami masuk kamar.

Kuat juga.. pikirku.. mungkin berkat latihan yogaku yang cukup teratur.. sehingga bisa menahan emosi dan cukup nafas.
Aku memang rada jago juga dalam bermain asmara di ranjang.

"Terruuss.. Paahh.. eemmhh.. ogghh.. Paahh.. Paahh, gghh.. Mamahh maaoo keluaarr.. oogghh.. bareng Paahh..”

Kucabut dulu penisku dan Rita kuminta untuk telentang kembali.. lantas kutindih lagi..
sebab aku ingin menatap dan menciumi wajah kekasihku ketika kami sama-sama mencapai puncak nikmat.. orgasme.

Clebb..! Kutancapkan kembali penisku ke vaginanya yang terlihat semakin memerah..
Kujilati dulu lendir-lendir di kemaluannya sampai lumat dan kutelan dengan nikmat. Dia menggeliat,

"Cepat dong masukan lagi penisnya Pah..!” Bbblesspp..!!
Ooh.. nikmat sekali rasanya vagina perawanku tercinta ini. Aku seperti di awang-awang, saling mencintai dan dicintai.

Kugoyang terus pantatku semakin lama semakin kencang dan penisku keluar-masuk vaginanya dengan gagah.
Rita terus melenguh kenikmatan sambil tangannya memilin-milin puting susuku semakin membawa nikmat.

Rita semakin menggila goyangannya mengimbangi keluar-masuk penisku ke vaginanya..
penisku terasa disedot-sedot dan dijepit dengan daging lunak yang ngepres sekali.

Keringat kami semakin bercucuran dan semakin membangkitkan gairah cinta..
kemudian tiba pada puncak gairah cinta dan surga dunia kami yang paling indah.. paling
berkesan sekali.. disaksikan laut kidul dan kami berdua serempak berteriak dan mengejang.

"Paahh.. Maahh.. oogghh.. mauu keluuarr.. ogghh.. baarreengg.. yuu.. ooghh.. sayaang..”
Kami sama-sama mengejang, mengerang.. merengkuh apa pun yang bisa direngkuh..

Sebuah klimaks dua manusia yang saling mencintai dan baru dipertemukan..
meskipun sudah agak telat karena aku sudah berkeluarga.

Sejak itu, aku terus memadu kasih kapan dan di mana saja.. –kebanyakan di luar kota..–
Sampai Rita akhirnya menikah dan keluar dari perusahaanku.

Anak-anaknya adalah anak-anakku juga.. bahkan wajahnya mirip wajahku.
Kadang-kadang kami masih bertemu memadu kasih.. karena kami tidak bisa melupakan saat-saat indah itu.

Kapan akan berakhir perselingkuhan ini..? Kami tidak tau. Sebab cinta kami sangat mendalam.
-----oOo-----

Rita telah keluar dari kantor cabang bank yang kupimpin di bilangan Slipi..
karena dia dipaksa kawin dengan seorang laki-laki yang tidak dicintainya.

Namun sebagai anak yang patuh sama orangtua, terpaksa harus mengikuti keinginan orangtuanya..
dan ikut bersama suaminya setelah itu ke Bandung, karena suaminya bertugas di kantor pajak Jawa Barat.

Sebulan sebelum menikah dia kuajak ke Singapore untuk operasi selaput dara..
karena aku tidak ingin Ritaku bermasalah dengan suaminya pada malam pengantinnya.

Kami menginap di sebuah hotel di kawasan Orchard Road yang ramai dan penuh pertokoan selama tiga malam.
Dan satu malam lainnya aku menungguinya di Rumah Sakit Elizabeth yang terkenal.
Langsung ditangani oleh dr. Lie Tek Shih.. spesialis operasi plastik, kenalan lama saya.

Malam sebelum operasi selaput dara.. kami menumpahkan seluruh kasih sayang semalam suntuk..
di hotel bintang empat itu dan malam itu merupakan malam yang ke 24..
–karena Rita rajin mencatat setiap pertemuan kami..–

Kami memadu kasih dan terlarut dalam kebersamaan yang tiada tara sejak yang pertama di ‘Samudera Beach’ Pelabuhan Ratu.
"Papah..” Rita bersender manja di dadaku di kamar hotel itu.
"Apa sayang..?” Jawabku sambil mencium rambutnya yang harum.

"Mamah.. Mamah nggak mau kawin dan meninggalkan Papah..” rengeknya manja.
"Memangnya kenapa sayang..?” jawabku sambil mengusap sayang payudaranya yang putih ranum.

"Mamah nggak cinta sama calon suami pilihan Bapak, lagipula Mamah nggak mau meninggalkan Papah sendirian di Jakarta..”
matanya terlihat mulai berkaca-kaca..

"Mamah sangat sayaang sekali sama Papah. Mamah cintaa sekali sama Papah.
Mamah tak rela tubuh dan segala milik Mamah dijamah dan dimiliki orang lain selain Papah..
Achh.. kenapa Tuhan mempertemukan kita baru sekarang..? Setelah Papah punya isteri dan anak..?”

Rita terus bergumam sambil membelai dadaku dan sesekali mempermainkan puting susuku yang semakin keras.

"Mahh, sudahlah.. itu sudah diatur dari sananya begitu. Kalau dipikir.. Papah pun nggak rela kamu dijamah laki-laki lain.
Papah tak kuasa membayangkan bagaimana malam pengantinmu nanti.
Tapi semuanya sudah akan menjadi kenyataan yang tidak mungkin kita ubah..”

Aku menciumi seluruh mukanya dengan segenap kasing sayang.. seakan kami tidak ingin terpisahkan.
Airmata kami berlinangan campur menjadi satu dalam kesenduan dan kemesraan yang tak pernah berakhir setiapkali kami memadu kasih.

"Papaahh, nikmatilah Ritamu sepuasmu Pahh, sebelum orang lain menjamah tubuhku..”
Rita menarik tanganku ke buah dadanya dan merebahkan badannya ke kasur empuk sebuah double-bed.

Aku beringsut mendekatinya, sambil kurebahkan badanku di samping tubuhnya yang putih mulus dan seksi itu.
Kuusap-usap penuh mesra dan kasih sayang buah dadanya yang putih ranum dengan putingnya yang merona merah.

Kujulurkan mulut dan lidahku ke puting buah dada kirinya yang menurutnya cepat membuat rangsangan berahinya timbul.
"Paahh.. gellii.. sayaang.. oogghh, Paahh.. naikin Mamaahh.. Paahh..” Matanya merem ayam dan dadanya semakin turun naik.

"Iyyaa, yaanng..” aku segera menindihi badannya dan penisku mulai kembali tegang.
Tiba-tiba Rita membalikkan badannya dan mendadak merenggangkan kedua kakiku.

Tak sampai satu menit, Rita sudah mengulum penisku yang semakin mengeras dan mengkilat..
kepalanya sampai batangnya amblas semua ke dalam mulutnya.

"Oogghh, Paahh, sudah assiinn, Papah sudah ngiler nih, tapi nikmat kok, Mamah suka..?”
Aku semakin merem melek,

"Ogghh, Mmaahh, geellii, sayaang, nikmaatt, ogghh..”
Rita mengenyot biji pelirku dan menggigit-gigit sayang, hingga aku menggelinjang geli dan nikmat.

Rita memang pintar, hebat, telaten dan cantik.
Aku terkadang tak suka dan tak rela dia nanti ditiduri dan dijamah lelaki lain, walaupun itu suaminya.

Aku terpikir untuk menggodanya. "Mah, apa nanti suamimu juga dijilati begini..?”
Rita berhenti melumat dan menjilat penis dan buah pelirku sejenak.

Matanya mendelik dan mencubit pantatku keras sekali. "Jangan menyakiti hati Mamah ya Pah.
Mamah sumpah nggak akan seperti ini, seperti main sama Papah, meskipun nanti lelaki itu resmi jadi suamiku..”
Rita iseng mengusap-usap penisku penuh sayang sambil nyerocos lagi.

"Percaya dech pah, Rita cuma cinta sama Papah, paling-paling kalau main nanti sama dia sekedar karena kewajiban.
Biar saja kayak gedebong pisang..”

"Benar ya Mah, Papah nggak rela kalau kamu main sama dia dirasain, terus ikut goyang dan melenguh.
Papah pasti merasakannya..” kataku menimpali.
"Nggak bakal sayang. Mamah hanya manja dan menikmati semua kalau ngewe sama Papah, percaya dech sayang..”

Rita kembali naik di atas badanku dan penisku terus diusap-usapnya dan sesekali dikocoknya persis di bagian kepalanya..
sehingga langsung tegang dan berdiri perkasa menampakkan otot-ototnya.

Rita mengangkat sedikit pantatnya ke atas dan menyelipkan penisku yang semakin perkasa..
ke lubang kemaluannya yang mulai basah dan licin.

Penisku nggak begitu panjang memang, paling sekitar 15 sentimeter.. tapi kerasnya seperti besi.
Rita selalu menikmati klimaks dengan sangat bahagia.
Bahkan bisa berkali-kali klimaks dalam setiap kali berhubungan denganku.

Pantatnya mulai bekerja naik turun dan pantatku juga mengimbanginya dengan menekan-nekan ke atas..
sehingga Rita semakin merem melek keasyikan.

"Ppaahh, aagghh.. terus teken sayaang.. Mamaahh eennaakk adduuhh Paahh.. oogghh.. Mamaahh, cintaa.. yaangg..”
Selalu saja Rita nyerocos mulutnya kalau lagi keasyikan vaginanya melumat penisku.

Vaginanya mulai lagi menyedot-nyedot penisku dengan ‘empot ayamnya’ yang tak bisa kulupakan.
"Mmmaahh.. oogghh.. aduuhh, Maahh, nikmaat, sayaang.. teruuss Maahh, goyaanng..”
Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Kuremas-remas buah dada dan putingnya, hingga dia kegelian..
dan semakin kencang menaik-turunkan pantatnya, sampai bunyi gesekan penis dan vaginanya semakin terdengar.

Rita membalikkan badannya dan membelakangiku..
tapi dengan posisi tetap di atas tubuhku tanpa mengeluarkan penisku dari kemaluannya.

Aku paling bernafsu kalau melihat pantat Rita yang putih mulus dan bahenol turun naik di depan mataku..
sambil vaginanya terus mengisap-isap batang penisku sampai amblas semuanya ke dasar kemaluannya.

Tiba-tiba.. "Pppaahh, ogghh, Papaahh, Mamahh maoo keluaarr.. ooghh.. Papaahh..
Aaa.. aa.. aagghh aagghh, Mamaahh duluaann Pahh..”

Rita terkulai lemas sambil menyubit keras pantatku dan berbalik kembali menindih tubuhku..
sambil memegang penisku yang masih berdiri tegak dan belepotan lendirnya.

"Bandel nich.. ayo cepeten masukin lagi, Mamah yang di bawah..!”
Perintahnya manja sambil menciumi wajahku.

Kedua tubuh kami mandi keringat, rasanya puas sekali setiap bersetubuh dengan Ritaku sayang.
---oOo---

Aku tersenyum puas. Aku memang nggak egois.. biar Ritaku dulu yang terkulai lemas menikmati klimaksnya..
aku bisa menyusul kemudian dan Rita selalu melayaniku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Kubalikkan tubuhnya.. kujilati dengan kulumat lendir-lendir di vaginanya kujilat..
kugigit sayang klitoris dan vaginanya, dia menggelinjang kegelian.

Kutelan semua lendir Ritaku, sementara itu penisku masih berdiri tegak.
"Cepat masukin penisnya sayang, Mamah mau bobo nich.. lemas, ngantuk..” kicaunya.

Setelah kubersihkan vaginanya dengan handuk kecil, kumasukkan lagi penisku..
Slebb..! Aduh.. ternyata lubang vaginanya menyempit kering lagi.. menambah nikmat terasa di penisku.

"Mmaahh, eennaak.. Maahh, oogghh, sempit lagi Maahh..” sambil terus kutekan ke atas dan ke bawah penisku.

Aku sedikit mengangkat badanku tanpa mencabut penisku yang terbenam penuh di vagina Rita..
kemudian kaki kanan Rita kuangkat ke atas dan aku duduk setengah badan dengan tumpuan kedua dengkulku.

Rita memiringkan sedikit badannya dengan posisi kaki kanannya kuangkat ke atas.
Dengan posisi demikian, kusodok terus penisku ke luar dan ke dalam lubang vaginanya yang merah basah.

Rita mulai melenguh kembali dan aku semakin bernafsu menusukkan penisku sampai dasar vaginanya.
"Oogghh, Maahh, oogghh.. nikmat sekali sayang..” lenguhku sambil memejamkan mataku..
merasakan kenikmatan vagina Rita yang menyut-menyut dan menyedot-nyedot.

"Paahh.. Mamah enaak lagi, oogghh.. Paahh..” dia mulai melenguh lagi keenakan.
Aku semakin bersemangat menusukkan penisku yang semakin tegang..
Dan rasanya air maniku sudah naik ke ujung penisku untuk kusemburkan di dalam kemaluan Rita yang hangat membara.

Kubalikkan tubuhnya supaya tengkurap dan dengan bertumpu pada kedua dengkulnya..
Aku mau bersenggama dengan doggy style..
Supaya penisku bisa kutusukkan ke vaginanya dari belakang sambil melihat pinggul dan pantatnya yang putih dan indah.

Dalam posisi senggama menungging begitu.. aku dan Rita merasakan kenikmatan yang sangat sempurna dan dahsyat.
Apalagi aku merasakan lubang vaginanya semakin sempit menjepit batang penisku dan sedotannya semakin menjadi-jadi.

"Paahh.. teruuss genjoott.. Paahh..” Rita mulai mengerang lagi keenakan..
Pantatnya semakin mundur maju.. sehingga lubang vaginanya terlihat jelas melahap semua batang penisku.

Blleess, shhoott.. bleess.. sroott.. sreett crreeckk.. gesekan penisku dan vaginanya semakin asyik terdengar..
bercampur lenguhan yang semakin nyaring dari dua anak manusia yang saling dilanda cinta.

"Maahh, oogghh.. adduuhh, Yaangg.. emghh, Papah enaakk, ooghh..!”
Aku tergoncang-goncang dan dengkulku semakin lemas menahan kenikmatan dan nafsuku yang semakin menggelegak.
Sementara itu keringatku semakin bercucuran membasahi kasur meskipun AC cukup dingin di kamar hotel itu.

"Paahh, oogghh, teruuss tusuuk Paahh..” Rita merintih-rintih keasyikan.. kelihatannya akan klimaks lagi.
Rupanya Rita nggak mau tau kalau posisi persetubuhan saat itu akan berakhir 2-1 untuk kemenanganku..
Dan entah akan menghasilkan skor berapa sampai pagi hari nanti. Soalnya mumpung ketemu sebelum dia dikawinkan.

Rita memintaku untuk telentang lagi dan sementara dia berada jongkok di depanku..
sehingga vaginanya yang merah basah sampai ke bulu-bulunya terlihat jelas di depan mataku.

Aku memberi kode agar Rita mendekatkan vaginanya ke mukaku.
Sesaat kemudian vaginanya sudah ditindihkan di mulutku dan kulumat habis cairan asin bercampur manis..
yang ada di selangkangan dan mulut vagina dan bulunya.

Kujilati habis dan kutelan dalam-dalam. Rita melenguh keasyikan sambil menggoyangkan pinggulnya ke atas ke bawah
Dan membenamkan vaginanya ke mukaku.

"Paahh.. ooghh, Paahh.. nikmaatt, yaangg.. teruuss, aduuhh.. oogghh, eemmhh, gilaa.. emmhh..”
Mulai ramai lagi dia dengan lenguhannya yang semakin menambah semangatku untuk terus melumat.. menjilat..
menggigit-gigit kecil kemaluan dan klitorisnya.

Lidahku terus menggapai-gapai ke dalam kemaluannya dan sesekali menjilat lubang pantatnya..
Sehingga dia menggeliat dan melenguh keenakan.
Lenguhan Rita kalau sedang senggama itu tak bisa kulupakan sampai saat ini.

Ritaku adalah isteriku yang sesungguhnya.. meskipun secara resmi tidak dapat dilakukan karena keadaan kami masing-masing.
Terkadang kami bingung apakah cinta kasih kami akan terus tanpa akhir sampai takdir memisahkan kami berdua..?

Rita kembali kuminta celentang.. karena sudah kebiasaanku kalau aku klimaks harus melihat wajahnya..
juga mendengar lenguhannya di depan mataku.

Rasanya semua perasaan cintaku dan spermaku tumpah ruah di dalam vaginanya kalau aku ejakulasi..
sambil berada di atas tubuhnya yang mulus montok.. terkadang sambil meremas buah dadanya yang putih padat.

Slebb.. Kumasukkan lagi segera penisku yang sekeras besi dan berwarna coklat mengkilap itu ke lubang vaginanya..
Blleeskks..!! Aku sudah tak tahan lagi menahan desakan gumpalan spermaku di ujung penisku.

Jlebb.. jlebb.. jlebb..! Kugenjot penisku keluar-masuk vaginanya sampai ke ujung batang penisku..
sehingga rambut kemaluan kami terasa bergesekan membuat semakin geli dan nikmat rasanya.

Kuangkat kaki kanan Rita ke atas.. sehingga aku semakin mudah dan bernafsu memaju-mundurkan pinggulku dan penisku.
Rita meringis dan melenguh keenakan.

"Paahh.. teruuss Paahh.. oogghh, penis Papah eaakk.. oogghh, eemmhh.. emmhh.. aduuhh..”
Keringat kami semakin bercucuran membasahi sprei, masa bodoh sudah bayar mahal ini.

Aku semakin bernafsu menyodok dan menarik batang penisku dari vagina Rita yang semakin licin tapi tetap sempit seperti perawan.
"Ooogghh.. Maahh.. oogghh.. Maahh.. ikut goyang dong Sayaang.. ooghh.. Papaahh maauu keluuaarr..”

Aku semakin gila saja dibuatnya, keringat semakin bercucuran.. nikmat dan nikmat sekali setiap bersetubuh dengan Ritaku sayang.
Air maniku rasanya tinggal menunggu komando saja untuk disemprotkan habis-habisan ke lubang vagina Rita.

"Paahh, aduuhh, bareng yuu.. Paahh.. Mamah mmoo keluaarr lagi..”
Rita minta aku menindihnya dan menciumnya.

Segera kutimpa dia dari atas sambil melumat mulut.. bibir dan lidahnya.
"Ooogghh.. yuukk.. baraeeng.. Paahh.. aiiaaogghh.. aduhh.. yuu Maahh.. Paahh..”

Badan kami saling meregang.. berpelukan erat seakan tak mau lepas lagi. Crett.. crett.. crett.. crett..
Air maniku kusemprotkan dalam-dalam ke lubang vagina Rita.. rasanya nggak ada lagi tersisa.

Kami terkulai lemas dalam pelukan hangat dan puas sekali.
Sesekali penisku kutusukkan ke dalam vaginanya, Rita menggelinjang geli dan melenguh..
"Paahh.. udaahh.. Mamahh geli..” matanya terpejam puas.

Kuciumi dia.. kubersihkan lagi vaginanya dengan jilatan lidah dan mulutku, ketimbang pakai handuk.
Vaginanya tetap harum, manis dan wangi laksana melati.

Sepulang dari Singapore, aku dan Rita masih selalu bertemu di beberapa motel di Jakarta dan sekitar Botabek.
Aku seakan tidak rela melepas kekasihku untuk dikawinkan dengan lelaki lain.

Tapi memang tidak ada jalan lain, sebab meskipun Rita telah menyatakan keikhlasannya untuk menjadi isteri keduaku..
namun aku juga sangat cinta keluarga terutama anak-anakku yang masih butuh perhatian.

Rita sangat maklum hal itu. Namun dia juga tidak bisa menolak keinginan orangtuanya untuk segera menikah..
mengingat hal itu bagi seorang wanita adalah sesuatu yang harus mempunyai kepastian karena usianya yang semakin meningkat.
Waktu itu Rita sudah berusia hampir 26 tahun dan untuk wanita seusia itu pantas untuk segera berumah tangga.

Tanpa terasa hari pernikahan Rita sudah tinggal tersisa satu bulan lagi.
Bahkan undangan pesta pernikahan sudah mulai dicetak.

Dia memberitahukan aku bahwa resepsi pernikahannya akan diselenggarakan di Balai Kartini.
Hatiku semakin merasa kesepian, dari hari ke hari aku semakin sentimentil dan sering marah-marah termasuk kepada Rita.

Aku begitu tak rela dan rasanya merasa cemburu dan dikalahkan oleh seorang laki-laki lain calon suami Rita yang sebenarnya tidak dia cintai.
Tapi itulah sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan. Itulah adat ketimuran kita, adat leluhur dan moyang kita.

Barangkali kalau aku dan Rita hidup di sebuah negara berkebudayaan barat.. hal ini tidak bakalan terjadi.
Sebab Rita bisa menentukan pilihannya sendiri untuk hidup bahagia bersamaku di sebuah flat.
Tanpa bisik-bisik tetangga dan handai-taulan di sekitar kita. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------oOo---------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd