Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI KUTUK!

Status
Please reply by conversation.

Gee13

Pendekar Semprot
Daftar
10 Apr 2016
Post
1.562
Like diterima
3.872
Bimabet


Prolog

Feri (15 Tahun) adalah seorang remaja baik-baik. Awalnya Ia hidup dalam keluarga berkecukupan. Akan tetapi berubah nahas saat guncangan krisis menerpa ekonomi keluarganya. Feri menduga hal ini karena orang tuanya kurang murah hati kepada orang lain. Ketika ia bertemu neneknya terkuaklah penyebab keluarganya terpuruk, karena KUTUKAN. Feri berusaha mengangkat kembali derajat keluarganya. Namun apakah Feri bisa? Apalagi Ia akan berhadapan kutukan itu. Lalu kiranya KUTUKAN macam apa yang menimpa keluarga Feri?

EPISODE 1
EPISODE 2

EPISODE 3
EPISODE 4 UPDATE


Mutia (Mamanya Feri)


Lena (Tantenya Feri)

PERTAMA

"Ayo paah..."
"Ahhhhh"

"Huuhh..."
"Papa kewalahan Maaah..."

"Jaangann duluu...."
"Mmmhh, lagi enakk..."

"Arghhh, papa gak kuat lagg..giih..."
"Arrhhhhhh"

"Ahhhh"

Itu bukan pertama kali Feri menyaksikan orang tuanya bergumul, berpelukan dan mendesah di tengah malam ketika Feri larut bermain HP. Matanya mengintip, melirik tajam nan awas takut-takut orang tuanya menyadari apa yang dikerjakannya. Aksi semacam itu sudah berulang kali Feri lakukan semenjak ia menemukan sebuah lubang terkuak dari tambalan tembok berupa triplek kayu yang rumpang. Lubang itu sedikit diperlebar Feri diam-diam ketika orang tuanya tidak ada di rumah. Lalu ditutup lakban agar jejaknya tak ketahuan. Feri mengusap matanya, silih berganti mata kanan dan kiri beristirahat, mendapat giliran mengintip. Sesekali ia berhenti untuk pergi mengambil minum atau ke kamar mandi, namun tetap saja buru-buru mengejar adegan LIVE perseteruan birahi orang tuanya.

Feri di mata kedua orang tuanya adalah anak baik-baik dan penurut. Tidak ada jejak hitam ditorehkannya selama bersekolah. Sebaliknya, di rumah, Feri mengamati pergerakan seks orang tuanya. Aksi mengintip sudah berlangsung setahun dan berjalan aman terkendali. Orang tua Feri tergolong orang tua yang terbuka soal seks. Mereka tidak menganggap seks tabu untuk anak mereka. Justru Feri dibimbing pelan-pelan, terutama mengenai organ reproduksi.

Setahun lebih Feri sembunyi-sembunyi menyaksikan orang tuanya berhubungan badan, dia tak bosan-bosan.

"Agh, gue gak mau keluarga gue diterpa azab!!!"
"Sial!"

Walau lagi asyik, tiba-tiba pikiran Feri jatuh teringat kondisi ekonomi keluarganya yang goyang akibat pandemi COVID-19. Sudah sebulan Papanya kehilangan pekerjaan. Pikir Feri, mereka bisa bertahan karena sisa uang tabungan. Bau menipisnya keuangan terendus Feri ketika menguping pembicaraan kedua orang tuanya pada malam setelah persenggamaan beberapa minggu lalu. Keluarganya yang jauh dari mengerti agama perlahan mendekati jurang kebatilan. Ketika Papanya berdiskusi dengan Mamanya, terucap kalimat hendak ke 'orang pintar' untuk mengatasi problem ekonomi keluarga, terpintas kata PESUGIHAN! Tersambarlah batin Feri kala itu.

Feri yang kerap disuguhi film azab di televisi dan mencerna betul pelajaran agama dari gurunya kendati akhir akhir ini berjalan daring, tak mau sampai kedua orang tuanya mengambil jalan pintas.

CCROOTT!!!

"Mmmh, udah keluar aja..."
"Mama belum..."

"Huh, huh, maaf Maaa..."
"bener-bener gak bisa nahan kali ini"

"Ck, ngeselin...",

"Maaf..."

"Ah tau ah"

"Kamu jangan kesel dong"

"Bodok"

"Lain kali aku janji lebih kuat"

"Alaaah ngomong doang"

Feri segera berpaling, tontonan selesai tak ada lagi tindih-tindihan antara papa dan mamanya. Ia segera melakban kembali lubang tempat mengintip dengan hati-hati sebelum salah satu dari papa dan mamanya ancang-ancang keluar kamar. Dalam hatinya, kurang seru dan bergeliat permainan seks orang tuanya. Malahan, ia menduga dirinya saja yang menganggap demikian, atau apakah karena diserbu pikiran mengenai rencana pesugihan orang tuanya sehingga kurang menggairahkan adegan seks yang dilihatnya barusan. Feri meyakini betul. Ia justru penasaran jalan pintas macam apa yang akan ditempuh orang tuanya.

Kembali ke kamar, sampai depan pintu, Feri mendadak mencium aroma kembang. Sesuatu yang tidak pernah terjadi di rumahnya. Feri menyadari hal itu. Ia mencari tahu darimana asal sumber baunya, ternyata dari kamar tamu yang berada di dekat dapur. Feri bergidik ngeri. Lagipula kamar itu kosong dan gelap, hanya ada tempat tidur dan sebuah lemari. Letaknya pun berdekatan dengan halaman belakang yang ditumbuhi pepohonan rindang. Mengapa bisa ada timbul aroma kembang yang meruap begitu kuat di sana. Pelan-pelan ia mendengar gladak gluduk dari dalam kamar itu. Suara lemari yang bergerak sendiri. Bunyinya semakin keras, menciutkan nyali Feri sehingga tanpa pikir panjang, Ia lari cepat masuk ke kamar. Tentunya, ja mengira aroma kembang mengindikasikan ada makhluk halus di sekitarnya. Melompatlah ia ke kasur, menutup kepala dengan bantal, berharap tak melihat atau mendengar apapun. Lupalah ia dengan ihwal azab malam itu.

=O=​

Menyongsong pagi hari, Mutia (37 Tahun) sudah kedatangan tamu. Ia adalah adik iparnya, Lena (30 tahun) bersama supirnya, Wongso (48 tahun). Mutia tidak mengetahui maksud kunjungan Lena pagi-pagi begini saat pandemi. Padahal, Mutia saja sedang berkemas, ia hendak pergi bekerja. Mutia ialah seorang guru sekolah swasta yang hari ini musti ke sekolah. Pribadinya mudah bergaul dan orang-orang banyak mengenalinya. Bukan sekadar mengenali, tetapi juga diajak berkenalan, terutama oleh kaum laki-laki.

Siapa yang tidak terpukau oleh Mutia yang dahulu diketahui mengenakan hijab lalu berbalik melepasnya. Mutia mengaku ia belum siap secara mental. Tampaknya banyak perempuan yang tidak setuju, sedangkan yang pria senang bukan main karena Mutia mempertahankan imejnya yang seksi dan menyulut birahi. Andai hanya Lena saja yang datang, mungkin tak perlu repot-repot Mutia mengganti daster semalam yang digunakan sehabis bercinta dengan suaminya. Daster yang pantasnya disebut Lingerie itu menerawang dengan bagian dadanya membikin kedua payudara Mutia tampak meluap, sementara selangkangannya terpaut celana dalam merah mini, dari bentukannya jelas sengaja untuk merangsang laki-laki. Sedikit kendor dan mudah dilucuti, memberi akses gampang bagi 'rudal' kaum pria yang tak sabar bercinta.
Kalau supir si Lena melihatnya, bukan tak mungkin Mutia dianggap perempuan nakal.

"Duh repot-repot banget Mba"

"Gak apa-apa, kamu dari Jakarta mampir ke depok jam segini pasti haus kan?"

"Hehehe, iya sih", jawab Lena malu-malu. Ia tak berani melepas maskernya.

"Jaka, sehat? Kok kamu gak sama Jaka ke sininya?"

"Itu dia yang aku mau ceritain ke Mba", ucap Lena seraya melirik ke Pak Wongso. Menangkap pandangan Lena, Pak Wongso bergegas keluar dengan alasan hendak merokok.

"Bentar ya, Mba mau bangunin Mas dulu".

"Iya silakan Mba"
"Gak ada hilang-hilangnya ya kebiasaan Mas Gatot kalau pagi musti dibangunin terus", tertawa kecil Lena mengetahui kakaknya yang masih suka bangun siang.

"Wah ada Tante Lena"

"Hhmmm baru bangun tidur ya?"
"Cuci muka dulu sana"

" Ini aku sebenernya mau ke kamar mandi, cuman sama Mama suruh nemuin Tante Lena dulu"

"Iya yaudah sekarang kamu cuci muka dulu, Fer"
"Kelihatan banget masih ada beleknya tuh"

"Iya nih"

Lalu dalam suasana yang sedikit malas, Gatot mendatangi Lena usai dibangunkan paksa istrinya. Berbeda dengan Mutia, Gatot sudah bisa menebak maksud kedatangan Lena, adik kandungnya.

"Jaka kumat lagi ya?"

"Si Mas, bukannya nanya kabar aku dulu, basa basi bagaimana kek, udah langsung tembak aja"

"Mending kalau begini terus, kamu cerai aja deh"

"Asal aja ngomongnya!"

"Lalu kamu mau bagaimana lagi?"

Lena dibikin diam oleh Gatot. Mutia yang mendengar percakapan itu memahami yang dimaksud suaminya. Konon, suami Lena punya penyakit kelainan jiwa yang suka kumat ketika sedang digencet masalah besar. Mutia sudah menyarankan Gatot agar sebaiknya suami Lena dibawa ke rumah sakit jiwa untuk diberi obat. Akan tetapi, Lena bersikeras suaminya tidak sakit jiwa karena hanya gara gara kadang marah marah tak jelas dan omongannya tiba tiba sukar dimengerti.

"Kamu masih yakin suami kamu kena guna-guna? Iya?"
"Kalau pikiran kamu ke situ terus, yang ada aku makin kasian sama dia"
"Kamunya juga kalau dia kumat pasti larinya ke mas, minta solusi"
"Solusinya udah beberapa kali Mas kasih tahu, dan tetep begitu-begitu aja kamunya"

"Intinya aku boleh di sini dulu kan?", Lena mau tak mau menerima untuk ke sekian kali kekesalan kakaknya.

"Boleh boleh aja, Mas gak ngelarang, cuman dipikir-pikir juga mau sampai kapan kamu begini terus"
"..."
"Mas mau mandi dulu, kamu kalau mau istirahat, istirahat aja"

Kamar kosong dekat dapur senantiasa tak sabar menyambut Lena yang hadir kemari dalam rangka pelarian. Lena perlu istirahat, maka ja beranjak dari ruang tamu, membiarkan Pak Wongso di luar dengan asap yang masih mengepul.

=O=​

"Haduh males banget kalau daring terus ini", Feri kegerahan di dalam kamarnya kendati baling-baling kipas angin sudah berputar kencang.
"Gimana mau beli AC, posisi lagi kepepet"
"Amit-amit jangan sampai mama dan papa ikut yang begituan".

Pembelajaran daring masih berlangsung. Ia pamit sebentar ke gurunya, hendak mendinginkan badan menuju halaman belakang yang teduh. Sejujurnya Ia ragu untuk ke sana apalagi teringat peristiwa semalam. Namun, hal itu berubah ketika dia mengetahui ada yang tidak beres setibanya di dapur. Papa dan Mamanya tidak ada di rumah, dan hanya ada Tante Lena, lalu siapa yang sedang mengaduh-ngaduh di kamar kosong itu. Tentunya Tante Lena karena apabila Tantenya kemari pastinya singgah di kamar yang lemarinya terkunci.

"Aahhh... Aahhh...."

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd