Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Kyai Walang Sungsang

Status
Please reply by conversation.
Baru slese ngebut baca dari pejwan ampe sini, goro goro kepincut karo judule + misterine, eh kok ketrusan malah kepincut karo critane + bu dini.
Ijin stalking Subes @Roo238 , iki lagi ngimpi ketiban ndaru wae dapet warisan bondo + bojo denok "dini" demplon, kalo mimpi kebrukan ndaru trus dapet apa ya? Kok jadi pengin mimpi kebrukan ndaru....
Ijin silo nunggu esok hari di mari Subes @Roo238 nggeh...

Makasih suhu sudah jatuh cinta ke kyai walang sungsang atau ke dini

Selamat datang dan bergabung suhu
 
Kiai Walang Sungsang

Part 10: Takdir Andini




Dra Andini Murtiningsih, M.Pd

Pov: Andini


“Itulah romo sejarah perjuang saya setelah bermimpi ketiban ndaru justru keterpurukan yang saya dapatkan“ kata Rangga menutup ceritanya


“Ketahuilah nak Rangga itu bukan keterpurukan tetapi ujian dari manusia terpilih seperti kamu dan keluargamu, ujian untuk masa depanmu dan kamu sudah berhasil menempuh ujian dari takdirmu sendiri“ kata ki Sudibyo Andini yang menyimak cerita Rangga tak kuasa menahan tetesan air matanya karena haru dan bangga arena Rangga cukup ulet utuk menghadapi problema kehidupan


“Ya itulah takdirmu, bahwa nak Rangga sudah terpilih menjadi penerus dan pemegang pusaka yang di namakan Kyai Walang Sunsang, pusaka tersebut ada padaku dan sebentar lagi akan ku serahkan kepadamu sebagai pewaris yang sah pusaka Kyai Walang Sungsang dan pewaris semua yang harta kekayaanku termasuk juga istriku Andini” kata ki Sudibyo


Degh ….


Andini terkejut atas penjelasan ki Sudubyo suaminya, dengan tersenyum malu dan rona wajahnya kemerahan sambil mengucap “Apa sih romo, aku kan jadi malu“


“Kok malu sih Dini ini sudah menjadi takdirmu juga dan untuk menjadi istri dari nak Rangga kekasihmu“ kata ki Sudibyo


Rangga yang ada di samping Andini menarik tangan Andini maksudnya memberi kekuatan tapi malah di salah artikan oleh Andini dan dengan cepat tangan Rangga di kipaskan sehingga terlepas


“Ya udah kalau ngak mau aku pegang, aku tak pegangan ke tangan romo aja” kata Rangga sambil sedikit menggeser kearah romo, Andini menjadi gemes dan mencubit pinggang Rangga


“Aduuuuh, Andini sakit“ jerit Rangga kesakitan sambil mengelus pinggangnya bekas cubitan Andini


“Biarin, wek“ balas Andini sambil meleletkan lidahnya


Ki Sudibyo hanya tersenyum saja melihat tingkah Andini dan Rangga di depannya


“Nah sekarang ke kamu Dini, romo mau bertanya jawab dengan jujur“ kata ki Sudibyo


“Dini ketahuilah sebenarnya kamu juga punya takdir sebagai pewaris kyai Walang Sungsang walau secara tidak lanssung, sebab di mana kyai Walang sungsang berada selalu dikelilingi 3 cahanya merah kuning dan biru ketiga cahaya merupaka wadah dari kyai Walang Sungsang, selaku warongko (tempat pusaka di simpan) selalu melekat pada diri pusakanya


Ibarat Rangga adalah pusakanya Dini sebagai tempat untuk bersemayam pusaka terebut, tapi tidak hanya kamu seorang yang menjadi warangka pusaka tapi masih ada 2 wanita lagi yang akan menjadi pendamping Rangga, kalau warangka warangka itu dapat hidup dalam waktu yang besamaan akan menjadikan kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan nya nanti, apa kamu mau dimadu Dini“ kata ki Sudibyo


“Sebagai wanita yang sangat normal aku sebenarnya sangat keberatan tapi aku juga ngak mau egois kok kalau saya sudah yakin atas wanita itu yang menjadi warongko pusaka kyai Walang Sungsang ngak ada alasan untuk menolaknya sebab menolak takdir sama saya bunuh diri romo” kata Andini


“Tepat benar jawabanmu Dini menolak Takdir itu berarti bunuh diri dan ketahuilah nanti kamu adan mendapat mimpi atau wisik suatu keadaan yang memberi tau bahwa orang itu yang akan menjadi warongko dari pusaka tersebut“ kata ki Sudibyo


“Apakah masih ada ganjalan di hati mu Dini“ kata ki Sudiyo


“ Masih ada romo yang selama ini Dini pendam di dalam hati tapi kalau Dini ditanyakan selalu romo bilang sebentar lagi waktu nya akan tiba bersabarlah, itu yang membuat penasaran pasti ada yang disembunyikan romo ke Andini walau Dini selalu berusa jujur dan berterus terang ke romo“ kata Andini sambil terisek tangis tertahan


“Ya itu juga Dini ketahuilah sebenarnya saya sudah lama merasa badan ini tidak kuat menahan semua penyakit yang di derita romo, lever, jantung , ginjal dan diabetis mellitus hanya Dr Moh Yusup yang tau keadaan romo yang sebenarnya, tapi mengapa romo kelihatan tegar untuk menghadapi semua derita ini, karena kyai Walang Sungsang yang memaksa romo supaya bertahan sampai kedatangan penerus dari pemegang kyai Walang Sungsang, nanti kalau pewaris sudah menerima hak nya romo akan segera meninggal dunia karena romo sudah tidak kuat lagi menaggung semua ini” kata ki Sudibyo setelah mengambil nafas agak dalam


“Satu lagi Dini tentang hubungan ku sebagai suami dan meminta kamu supaya pisah ranjang karena romo sudah bau tanah udah ngak perkasa seperti dulu dan supaya kamu bisa melepas kepergian romo dengan iklas sebab ini juga menyangkut kembalinya roh ke pangkuan Ilahi dan berhubungan dengan peristiwa yang kemarin malam itu romo minta palilah dari kyai Walang Sungsang untuk memberi kekuatan nya kembali hanya untuk terakhir kalinya untuk mengakhiri tugas romo memberi nafkaf batin ke Andini” kata ki Sudibyo kemudian


“Kamu mengerti Andini“ kata ki Sudibyo


“Mengerti dan paham sekarang romo“ jawab Andini dengan wajah menunduk


Tidak terasa waktu sudah menunjukan jam 5 sore


“Nah nak Rangga dan kamu Andini pertemuan kita skor dulu ya untuk sholat mahrib, I’sa dan makan malam, nanti kita lanjutkan lagi masih ada sedikit informasi yang harus aku berikan kepadamu dan Andini supaya tidak terjadi kesalah pahaman di kelak kemudian hari“ kata ki Sudibyo


“Ya romo “ kata Andini dan Rangga bersamaan.


----skip----


Pov: Rangga


Setelah pamitan Andini dan Rangga meninggakan ruang semedi dan membali ke rumah induk dengan bergandengan tangga mereka sudah tidak ada rasa sungkan lagi menunjukan kemesraan di lingkungan rumah Andini selalu tersenyum dan muka yang ceria dan Rangga pun begitu wajah wajah ceria mereka sehingga semua penghuni rumah itu menjadi heran di buatnya


Sesampainya di dalam rumah induk Andini berkata


“Kangmas mandi dulu ya di dalam kamar Andini saja ada kamar mandinya kok, sementara kangmas mandi Andini siapkan ganti untuk dipakai sore hari ini“ kata Andini


“Kok jadi kangmas sih” tanya Rangga


“Ngak boleh ya Andini panggil Kangmas, lalu apa dong kan tadi pernyataan romo sudah jelas bahwa kangmas bukan lagi menjadi pacar tapi sudah menjadi tunangan Andini calon suami Andini“ kata Andini


Rangga melongo mendengar agrumentasi Andini yang begitu mengesankan, lalu menjawab ”Terserah lah Andini, kalau begitu aku panggil apa coba“ tanya Rangga


Andini tampak berpikir sesaat lalu mengucap “Diajeng aja kangmas biar lebih romantis“ kata Andini sambil tersenyum


“Satu lagi diajeng, kapan diajeng punya baju baju kangmas kan baju baju kangmas ada di rumah yang satu“ kata Rangga


“Ah, kangmas kemarin tu diajeng mampir ke toko baju lagi sepulang rapat dan membeli beberapa baju baju untuk kangmas” kata Andini


“Ya udah, tunjukin dong kamar madi nya“ kata Rangga


Andini menggandeng tangan Rangga masuk ke kamar pribadinya, dan mempersilahkan Rangga untuk mandi tapi Rangga malah memegang tangan Andini dan menariknya dan mencium ke dua belah tanggan Andini sambil berkata


“Kayak mimpi saja baru kemarin kangmas menebak jadi pacar malah sore ini diajeng menjadi tunangan kangmas” kata Rangga seakan tak percaya akan peristiwa tadi


“Diajeng juga merasakan kok kangmas, baru kemarin diajeng mengharap kangmas menjadi pacar diajeng malah diberi tunagan dengan orang yang diajeng harapkan aneh ya tapi nyata kok ini bukan mimpi kan kangmas” kata Andini


“Ngak lah diajeng ini nyata kok” kata Rangga sambil mencoba mencium pipi Andini


“Sana mandi dulu, bau asem“ kata Andini sambil mendorong tubuh Rangga sebelum ciuman mendarat di pipinya dan Andini terus mendorongnya memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamar Andini


“Iya, ya ini mau mandi“ kata Rangga, dengan gerakan kilat Rangga berhasil mencium pipi Andini dan berlari masuk kamar mandi


“Awas ya, nanti aku balas“ kata Andini


“Hahaha“ suara Rangga dari dalam kamar mandi


Andini membuka almari dikeluarkan kaus berlengan warna biru dan celana dalam dan celana pendek selutut dan segera mengetuk pintu kamar mandi sambil berkata “Kangmas ini baju gantinya”


“Ya Diajeng taruh di situ aja sebentar lagi selesai kok“ jawab Rangga


Selesai sudah ritual mandi Rangga keluar dengan membelitkan handuk di pinggang dan membuka pintu kamar mandi


“Eh, diajeng masih disini“ kata Rangga terkejut


Andini melihat tubuh Rangga yang atlitik dengan dada yang bidang dan purut kencang penuh tonjolan otot yang menghiasi tubuh Rangga dan segera Rangga mengambil baju yang disiapkan Andini dan masuk kembali ke dalam kamar mandi dan lima menit kemudian Rangga keluar dari dalam kamar mandi terebut


“Ada sarung ngak” kata Rangga


“Ada kangmas aku ambilin dikamar romo ya, sekalian menyiapkan keperluan romo“ kata Andini bergegas keluar kamar dan memenuju ke kamar romo untuk menyiapkan keperluan romo untuk dipakai sore hari ini


Andini kembali ke kamarnya untuk memberikan sarung yang di minta Rangga


“Kangmas duduk di teras dulu dan diajeng mau mandi biar cantik dan wamgi“ kata Andini sambil mendorong Rangga keluar dari kamarnya Ranggapun menurut apa kata Andini dan melangkah ke teras depan sambil menanti adhan mahrib


Setelah duduk di teras rumah tersebut datang seorang PRT membawa nampan berisi secangkir kopi dan pisang goreng sebagai camilan sore hari.


“Silahkan Den“ kata PRT tersebut


“Ya terima kasih ya, tapi janan panggil aku dengan den ah, risi aku“ kata Rangga


“Ngak berani den nanti saya di marai, ndoro putri“ kata PRT tersebut


“Ngak papa, panggil nama aja ya“ kata Rangga


“Ngak berani den“ kata PRT


“Ya terserah lah pokoknya jangan den kedengaran nya asing di telingku“ kata Rangga, lanjutnya “Mas saja ya, kelihatannya lebih familier gitu“


“Baiklah mas” jawab PRT tersebut


Selang beberapa lama ki Sudibyo menyusul menghampiri Rangga dengan bayu koko dan memakai sarung yang corak dan motif dan juga warnanya sama dengan yang dipakai Rangga


Rangga berdiri dan menyilahkan romo duduk dan Ranggapun duduk kembali, PRT tadi keluarlagi membawa secangkir kopi sama seperti yang Rangga minum


“Silahkan ndoro“ ucap PRT tadi


“Ya terima kasih ya“ kata ki Sudibyo


Rangga dan ki Sudibyo berbincamg bincang yang ringan ringan diselingi dengan senyum dan tawa yang selama ini ki Sudubyo jarang tersenyum apa lagi tertawa tapi beda sekarang duduk dengan Rangga senyum dan tawa ki Sudubyo menggema kembali yang sudah lama di lupakan


Sementara adhan mahrib mulai terdengar dari kejauhan ki Sudibyo dan Rangga bersiap menuju ruang doa yang ada di sebelah kamar Bagas


Andini keluar dari kamarnya sudah mengenakan mukena warna merah muda cantik, menghampiri ki Sudibyo dan Rangga dan mencium tangan baik tangan ki Sudibyo dan tanggan Rangga dan Rangga agak terkejut diperlakukan demikian oleh Andini sambil terucap


“Suamiku kan sekarang dua orang romo dan kangmas walaupun masih calon, betul kan romo“ kata Andini


“Ya“ jawab ki Sudubyo sambil tersenyum


“Ayo ke ruang doa“ kata ki Sudibyo


Ki Sudibyo melangkah mendahului dan diikuti oleh Rangga dan Andini berdampingan, dalam perjalanan menaiki tangga Rangga berguman di dekat telingga Andini “Cantik“ hanya satu kata yang membuat Andini melotot ke arah Rangga tapi dengan tersenyum dan membalas “Terima kasih“


Bagas pun keluar dari dalam kamar dan menghampiri ke tiga orang itu ki Sidibyo, Rangga dan Andini dan mengangkat tangannya dan mencium biku biku tangan mereka


“Monggo romo“ Rangga mempersilahkan romo untuk menjadi imam tapi romo menolak nya


“Nak Rangga aja ya, sambil latihan jadi imam dalam arti sebenarnya, aku yang tua akan tut wuri handayani“ kata ki Sudibyo


“Nyuwun sewu, romo“ kata Rangga dan menempatkan diri ke barisan paling depan baris ke dua ada ki Sudibyo dan Bagas berdampingan dan baris yang terakhir baru Andini berdiri sendiri


Setelah sholat magrib Andini berdiri mengambil kitab Al Qur’an dan Rangga, ki Sudibyo dan Bagas duduk saling melingkar untuk mendengarkan alunan ayat suci yang ada di dalam kitab suci Al Qur’an mereka saling diam mendengarkan suara Andini yang sedang berqoriah tersebut Sampai terdengar suara adhan Is’a dan langsung mereka melakukan sholat is’a berjemaah kembali


Andini langsung ke dapur mempersiapkan makan malam setelah melepas mukena yang Andini pakai Ki Sudibyo, Rangga dan Bagas kembali ke teras melanjutkan minum kopi yang sudah dingin tak beberapa lama Andini keluar dan ngajak mereka makam malam bersama sama


Setelah makan malam selesai ki Sudibyo mengajak Rangga dan Andini masuk ke ruang semedi lagi posisi duduk sama seperti tadi


“Nak Rangga, saya akan jelaskan mengenai syarat dan laku untuk menerima warisan leluhur kyai Walang Sungsang, tapi sebelumnya akan saya perlihatkan pusaka yang bernama kyai Walang Sungsang tersebut” kata ki Sudibyo


Kemudian ki Sudibyo mengheningkan cipta membaca mantra dan mengacungkan tanggan kanan ke atas, tiba tiba dalam telapak tangan ki Sudibyo ada sebuah pusaka yang bentuknya aneh mirip keris dengan 3 lengkuan, tapi bulat tidak pipih seperti gada dengan kepala besar dan berujung lancip dan tajam


Memang bentuk pusaka kyai Walang Sungsang ini bentuknya mirip keris gada dan pucuk panah atau tombak di rangkum menjadi satu wujud karena itu kyai Walang Sungsang mempunyai 3 wadah atau 3 tempat yang menyatu pula


“Nah nak Rangga, inilah bentuk dari kyai Walang Sungsang dia sendiri yang mencari siapa penerus dan pewaris pemegang dirinya dan siapa saja yang menjadi warongko semuanya atas dasar kodrat dari atas” kata ki Sudibyo, lanjutnya


“Akupun tidak pernah bermimpi untuk menjadi pewaris pemegang pusaka tersebut dan siapapun orang yang terpilih juga tidak banyak dan harus menempa diri sendiri dalam situasi yang bagai manapun


Dan kamu nak Rangga sudah terpilih menjadi penerus dan pewaris yang ke sepuluh dan sudah dinyakan lulus dan Andini pun tidak mengerti kalau dia akan menjadi warangka pusaka tersebut hanya kodrat yang menuntukannya.


Sekarang boleh aku bertanya kepadamu nak Rangga dan Andini dalam waktu yang sesingkat singkatnya semenjak kalian bertemu apakah pernah terbayang sebelumnya sangat fantastis sekali dalam tiga hari kalian bertemu dan berjodoh semuanya sudah diatur dari atas mau tidak mau, suka tidak suka harus dijalani sesuai kodrat kalian akan menjadi satu garis nasip dan kodrat adalah milik Ilahi semata manusia hanya bisa melaksakan rencana Ilahi tanpa bisa membantah seperti kelahiran jodoh dan kematian ada di tangan yang kuasa“ kata ki Sudibyo


“Mengertikah maksudku ini nak Rangga dan Andini” tanya ki Sudibyo


“Ya romo Andini sudah mengerti dengan penjelasan romo tadi“ kata Andini


“Saya pun juga sudah mengerti walau semua itu tidak masuk akal manusia“ kata Rangga


“Memang semuanya nalar manusia tidak akan sampai ke sana sebab nalar selalu berhubungan dengan nafsu sehingga manusia menjadi tak mengerti kehendak Ilahi” kata ki Sudibyo kemudian


“Nak Rangga cobalah dulu kamu pegang ini hanya mencoba nanti setelah ritual dan kamu sanggup melewatinya maka pusaka ini akan menjadi milikmu“ kata ki Sudibyo sambil menyerahkan pusaka tersebut dan di terima Rangga dengan penuh hikmah


“Coba sekarang kamu rasakan getarannya kyia Walang Sungsang“ kata ki Sudibyo


“Ya romo saya merasa ada aliran hangat menuju ke dada“ kata Rangga


“Sekarang konsentrasi sejenak merasakan aliran itu“ ki Sudibyo berhenti sejenak dan melanjutkan perintahnya “Apa yang kau rasakan“ kata ki Sudibyo


“Romo saya merasakan aliran tambah besar dan menghangatkan di dada saya“ kata Ranga


“Coba dorong hawa hangat itu menuju ke kepalamu“ ki Sudibyo berhenti sejenak melihat reaksi pada diri Rangga, lanjutnya “Apa yang kamu rasakan“ lanjut ki Sudinyo


“Saya merasakan kepala saya menjadi ringan, mata saya menjadi terang, penciuan saya menjadi sangat tajam, mulut saya lebih enak, sariwan saya dan tenggorokan saya yang sakit menjadi hilang, romo” kata Rangga


“Kamu tau, karena aliran darahmu menjadi lancar semua gangguan lenyap karena itu kepalamu menjadi ringan“ kata ki Sudibyo


“Ya romo saya mengerti“ kata Rangga


“Dorong kebali aliran itu kembali ke dadamu“ lanjut ki Sudibyo


“Sudah romo” kata Rangga


“Sekarang arahkan aliran gelombang hangat tersebut ke arah kedua lenganmu“ perintah ki Sudibyo dan berhenti sebentar melihat reaksi Rangga


“Sudah romo“ kata Rangga


“Apa yang kamu rasakan“ kata ki Sudibyo


“Tangan saya terasa lebih ringan dan otot otot saya yang kaku menjadi lemas, romo“ kata Rangga


“Kembaikan ke dadamu sekarang“ kata ki Sudibyo


“Sudah romo“ kata Rangga


“Dorong ke bawah kearah pusar“ kata ki Sudibyo, lanjutnya“Apa yang kamu rasakan“


“Perut saya menjadi ringan romo” kata Rangga


“Dorong ke bawah lagi ke pinggul dan pusatkan pada penismu“ kata ki Sudibyo


“Sudah romo“ kata Rangga


“Apa yang kau rasakan“ kata ki Sudibyo


“Malu romo“ kata Rangga


“lho kok malu sih, disini hanya ada aku dan Andini calon istrimu“ kata ki Sudibyo


“Kemaluan saya sangat tegang dan pinggul saya kejang kejang seperti mau muntah“ kata Rangga


“Tahan nak, jangan kamu muntahkan, alirkan ke arah ke dua kakimu nak“ kata ki Sudibyo, lanjutnya “Kakimu yang kesemuten menjadi hilang to“


“Ia romo” jawab Rangga


Bersambung ….
Part 11
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd