Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Kyai Walang Sungsang

Status
Please reply by conversation.
Kiai Walang Sungsang

Part 31 : Resiko dari sebuah pilihan




Dra. Andini Murtiningsih, M.Pd

Malam hari di café xxx

Rangga dan Andini masuk di café tersebut langsung di sambut sendiri oleh manager café dan membawanya ke sebuah ruang khusus untuk menerima Rangga dan Andini, didalam ruangan yang cukup besar berukuran 5 x 6 meter hanya ada satu meja dan dua korsi yang saling berhadap hadapan di salah satu korsinya telah di duduki oleh pak Sudarmaji dan di kelilingi oleh 6 orang pengawal yang memakai pakaian serba hitam di pinggangnya terselib senjata api FN dengan 6 butir peluru terpasang

“Selamat datang ibu Andini tersayang“ kata pak Sudarnaji sambil tersenyum penuh kemenangnan setelah Rangga dan Andini masuk ke dalam ruangan itu, lanjutnya “Silahkan duduk Andini sayang ku“ sambil berdiri dari tempat duduk nya dan mengulurkan tangannya dan uluran tangan pak Sudarmaju diabeikan oleh Andini dan membalasnya dengan mengatubkan ke dua tangan di depan dadanya dan membungkuh sopan

“Terima kasih pak, saya berdiri saja“ jawab Andini

Pak Sudarmaji duduk kembali di korsinya, dengan sombongnya lalu bertanay pada Andini

“Ini yang namanya Rangga ya sayang” kata pak Sudarmaji

“Ya ini mas Rangga suami saya” kata Andini

“Terima kasih Rangga telah mengantarkan Andini calon istri saya” kata pak Sudarmaji

“Apa bapak bilang calon istri, sejak kapan bapak menganggap istri aya sebagai calon istri bapak” jawab Rangga sambil sedikit dongkol

“Ya Sejak aku melamar Andini ke suaminya dulu” kata pak Sudarmaji dengan penuh keyakinan

“Bapak jangan bermimpi di siang bolong ya” jawab Rangga dengan senyum sinis, lanjutnya “Saya heran pak kalau lamaran bapak sudah di tolak oleh romo dan romo memilih saya untuk menjadi suami diajeng Andini apakah bapak sudah kehilangan rasa malu bapak dan sudah sejak semula diajeng Andini tidak suka ke bapak dan memulih saya sebagai suaminya, apakah belum jelas semuanya” kata Rangga sambil merapatkan tubuh Andini dan mencium kening Andin dan ciuman Rangga di balas dengan senyuman

“Terima kasih sayangku” respon Andini setelah mendapat ciuman di keningnya

Perbuatan Rangga mencium kening Andini membuat pak Sudarmaji tambah emosi

“Hai Rangga, apa kamu tahu siapa aku” kata pak Sudarmaji

“Tahu pak, bapak kekendep diknas di kabupaten kan“ kata Rangga

“Apa kamu juga kamu tau, kalau semua keinginnanku harus terkabul, sedang pak Bupati sendiri pasti menyetujui semua keingnanku, bahkan pak Gupernur dan pak Kapolres dan pak Danramil, pak Kapolda bahkan pak Kapolri dan Pangkodam pun tidak berani membantah ke inginanku“ kata pak Sudarmaji

“Aku ngak percaya omong kosongmu ji” kata Rangga memanggil tampa panggilan bapak dan hanya menebutkan nama belanganga saja

“Kamu akan menghadapi pengawalku dan memaksa Andini menjadi istruku dan kamu akan mati sayangilah nyawamu yang satu itu dengan menyerahkan Andini kepadaku” kata pak Sudarmaji

“Itukah keinginanmu ji, silahkan kalau kamu berhasil melangkai mayatku” kata Rangga penuh percaya diri

“Habisi dia“ kata pak Sudarmaji sambil mengacungkan tangan ke arah Rangga

“Siap” kata pengawalan pak Sudarmaji serempak

Rangga mengacungkan tangan ke atas sambil menarik korsi yang ada di depannya dan membawanya ke pojok ruangan dan dalam hati memanggail pengawalnya julubang, jaluning dan jalubi untuk melindungi Andini istrinya hanya Rangga dan Andini yang tahu keberadaan mereka

Pak Sudarmaji sendiri berdiri dan melangkah ketepi dan para pengawalnya mengangkat korsinya dan meja yang ada di tengah ruangan tersebut sehingga ada area untuk pertarungan mereka ada 6 pengawal 4 orang menghadapi Rangga yang satu berdiri disamping Andini dan satu lagi berdiri disamping pak Sudarmaji semua sudah siap denga pistol masing masing

Rangga melangkah di tengah ruangan dengan mengabil tasbeh yang terbuat dari butiran butiran biji buah asam (klungsu = bahasa jawanya) pemberian dari kyai Zaenal dari puncak lawu dan mencium tasbeh tersebut

Rangga menyiapkan kuda kuda dan melangkah seperti menari dengan jurus sekar mawar kamboja yang indah ke 6 pengawal pak Sudarmaji bengong mau berkelai malah menari dan pak Sudarmaji mengerutkan keningnya dan berseru memberi aba aba untuk menyerang Rangga

“Serang…“ kata pak Sudarmaji

Dari arah belakang tempat Rangga berdiri seorang pengawal menyerang dengan pukukan kurus ke arah pinggang sebelah kiri dan disambutnya pululan itu dengan tendangan samping kearah dada orang yang menyerangnya dari belakang orang tadi terkejut dan tidak bisa menghindar karena kecepatan gerak yang tiba tiba dari Rangga dan terdengah suara gedebuk dan jerit kesakitan, sedang posisi Rangga sekarang miring ke depan arah kanan ini membuat peluang dari orang yang ada di kanan Rangga menyerang dengan pukukan upper cup kearah kepala Rangga tapi sebelum pukulan mengenai tubuh Rangga secara reflek dan kecepatan yang tinggi tubuh Rangga melayang dan kaki kanan Rangga berhasil masuk ke arah selangkangan orang tersebut dan terbanting keras sambil memegang penis nya yang terkena tendangan Rangga dua orang menyerang bersamaan dari arah kiri dan kanan Rangga dan Rangga menjatuhnan dirinya dan berputar membuat gerakan sapuan ke kaki kaki penyerang tadi dan tak dapat dihindarinya akibatnya kedua penyerang itu jatuh kelantai dengan patah tulang betisnya menahan sakit sambil memegangi kaki kaki nya yang patah

Tau posisi yang mengacam orang yang ada didekat Andini mengeluarkan pestolnya dan menodongnya ke arah Andini dan berteriak “Hentikan …“ Tiba tiba pistol yang di pegangnya lepas dari tangannya dan tubuhnya terdorong masuk arena pertandingan dan itu perbuatan jaluning yang dari tadi berdiri di dekat Andini dan di sambut oleh Rangga denga pukulan upper cup pas kena dagu terdengan suara teriakan kesakitan dan disusul suara gedebuk yang cukup keras ternyata orang tadi tersungkur jatuh dan pingsan

Mengetahui peristiwa itu orang yang berada di sebelah pak Sudarmaji mengambil pistolnya tapi tau tau pistolnya lepas dari genggamannya sebelum sempat menekan pelatuknya, baru terheran heran tubuh nya melayang ke tengah arena pertempuran yang di sambut dengan tendangan ke arah dada dan orang itu jatuh sambil menekan dadanya yang sesak nafas itu perbuatan jalubi yang berdiri dekat pak Sudarmaji

Pak Sudarmaji hendak bangun dan akan melarikan diri tapi Rangga dengan cepat mengambil putung rokok yang ada dilantai dan mencentiknya ke arah leher pak Sudarmaji seketika lemas dan jatuh di tempat duduknya kembali

Tiba tiba terdengan teriakan seorang wanita di balik pintu

“Buka pintu atau ku dobrak tempat in sudah terkepung kami pulisi” setelah menunggu sesaat tidak ada reaksi dari dalam ruangan “Saya hitung sampai 3…satu…dua…tiga…disusul dengan benturan keras sehingga pintu jebol…“Tahan tembakan…” peritah komandan pasukan, seorang wanita masuk dengan memakai rompi kuning bertuliskan BNN (Badan Narkoba Nasional) dan wanita itu terkejut melihat keadaan ruangan dia melihat seorang laki laki yang ia kenal berdiri di tengah ruangan dan 6 orang berpakaian serba hitam tergeletak di tanah seorang wania duduk dikorsi dan seorang lagi yang menjadi TO opeasi ini duduk kaku di korsinya

“Ahhhh…Rangga apa yang kau lakukan…“ teriak wanita itu

“Ngak tau mbak aku cuma menari kok terus mereka berjatuh sendiri“ kata Rangga

Wanita itu tau sambil tersenum dan menepuk bau Rangga sambil menganggukan kepalanya

“Barus…“ katanya, lanjutnya “Tanggakap mereka semua“ peritah komandan itu

Ke 6 orang yang tergeletak di lantai dianggat dan di bawa keluar dari ruangan itu dalan keadaan ke dua tangan di borgol, kemudian pak Sudarmaji juga ikut di bawa juga dalam keadaan terborgol ke dua tangannya

“Apa kabar adik ku“ kata komandan itu

“Baik mbak…“ jawab Rangga, lanjutnya “Kenalkan ini istri saya Andini dan ini mbak Agnes kakak seperguan kangmas diajeng” kata Rangga memperkenalkan ke dua wanita itu

“Agnes…“ kata komandan itu

“Andini, panggail Dini saja…“ kata Andini sambil ke duanya bersalaman

Setelah mengamankan tenpat kejadian perkara mbak Agnes mengajak Rangga dan Andini duduk di café tersebut di luar ruangan itu dan ruangan itu dibatasi oleh pita kuning tanda batas di larang masuk

“Ndan, semua aman terkendali…“ kata sorang pulisi berpakaian preman.

“Selidiki café ini mungkin ada petujuk yang lain, introgasi semua pegawai yang ada ambil data dan identitasnya“ kata mbak Agnes tegas

“Siap ndan“ ucap pulisi tadi dan memberi hormat

“Ehh…Rangga kapan kamu menikah, kok ngak undang undang sih…kalau ngak salah kita ketemu 2 bulan yang lalu ketika kamu wisuda ya kan…“ kata Mbak Agnes

“Betul mbak, aku sendiri ngak percaya dengan kenyataan ini dalam waktu setengah bulan aku kenal dengan jeng Dini, langsung nikah walau masih siri nanti rencana kalau udah 3 bulan atau 4 bulan mendatang baru nikah resmi secara agama dan pemeritah“ kata Rangga

“Mbak jadi pusing nih…mikirin kamu Nga…“ kata mbak Agnes

“Besok deh tak critani secara lengkap, ya jeng“ kata Rangga sambil melirik ke Andini, Andini Cuma tersenyum malu malu

“Eh…Kamu kok bisa berurusan dengan bajingan Darmaji itu“ tanya mbak Agnes

“Dia itu pinpinan kami, aku dan jeng Dini bekerja di sekolah yang sama, jeng sebagai kepala sekolah dan aku sebagai guru biasa yang baru 2 minggu ini menerima SK pengangkatan sebagai CPNS, dua bulan yang lalu pak Sudarmaji nembak jeng Dini dan di pinang untuk menjadi istrinya tapi di tolak secara halus sebab jeng Dini masih terikat perkawinan dengan ki Sudibyo sebab yang lain pada dasarnya jeng Dini ngak suka pada pak Sudarmaji, tapi pak Sudarmaji langsung melamar jeng Dini ke suami jeng saat itu romo ki Sudibyo dan di tolak mentah mentah akhirnya pak Sudarmaji ngalah ngak bisa berkutik menghadapi romo ki Sudibyo

Karena malam minggu aku menikahi jang Andini melalui restu dari romo ki Sudibyo sebelumnya romo terlebih dahulu menceraikannya, pak Sudarmaji marah kali ya pada Andini yang menurut perkiraan nya harusnya dia yang mendapatkan Andini tapi mengapa justru romo memilih aku sebagai pengganti suami jeng Andini, terjadi deh… jeng Andini dipanggil sebagai kepala sekolah menghadap kakandep dikbut sebagai atasan langsung sebenarnya tadi siang tapi jeng mengatakan ngak bisa udah janji dengan romo untuk keluar, akhirnya malam ini jeng Dini dapat menghadap dengan syarat di dampingi aku, yang juga merupakan anak buah di dinas pendidikan.

Tapi aku menentang terjadilah seperti itu aku di kroyok oleh 6 pengawal pribadinya dan akhirnya seperti yang mbak lihat” kata Rangga, lanjutnya “Sebenarnya pak Sudarmaji punya kasus apa sih kok mbak turun tanggan sendiri sebagai kepala BNN Propinsi” kata Rangga

“Dia itu belut dik, licin sekali untuk di tangkap dukungannya banyak dari pemerintahan, dari kepolisian juga ada, dari TNI juga ada dan aku sudah kehilangan jejak nya selama 3 bulan ini, Dia itu gembong Narkoba dari tiga wilayah propinsi dan dia anak buah dari taipan dari Makao jadi yang memasok narkoba, tadi siang aku medapat laporan dari telik sandi bahwa malam ini ada pertemuan dengan rekanana pak Sudarmaji di sini, saat itu aku ada di Jakarta langsung terbang kemari baru jam 6 mendaratdi bandara Adi Sumarmo dan koordinasi dengan anggota langsun setiril wilayah cafe radius 500 meter, soalnya takut ada kurban jiwa dari sipil dan aku tau mereka bersenjata semua, dan ketika aku masuk mereka semua sudah kamu KO semua dik, BNN dan kepulisian Negara sangat berterima kasih padamu dik sudah membantu polisi Negara untuk meringkus gembong Narkoba salah satunya yang terbesar di Negara ini“ kata mbak Agnes

Rangga dan Andini terbengong bengong mendengar penjelasan dari mbak Agnes ngak nyangka sama selali kalau kakandep dikbut yang membawai sekolah sekolah dan genersi muda adalah salah satu gembong Narkoba

“Mbak boleh minta sesuatu“ kata Rangga kemudian

“Apa tu dik“ kata mbak Agnes

“Aku ngak mau di publikasikan peristiwa yang sebenarnya, biarlah BNN yang menangkapnya, lagi pula aku dan pak Sudarmaji hanya urusan pribadi yang ngak ada sangkutpautnya dengan BNN dan Narkoba” kata Rangga

“Tenang dik mbak ngak akan membawa namamu kok, mbak paham soal itu ini murni keberhasilan BNN” kata mbak Agnes

“Aku kira cukup mbak aku dan jeng Dini mohon pamit” kata Rangga

“Eh…kamu sekarang tinggal disini atau di kota propinsi“ Tanya mbak Agnes

“Tinggal di sini lah mbak wong istri juga tinggal disini kok, mampir mbak kalau masih ada waktu saya tinggal di rumahnya ki Sudibyo dalang kondang itu tau kan” kata Rangga

“Tau lah…“ kata mbak Agnes

Setelah Rangga salaman dengan mbak Agnes dan Andini cipika cipiki dengan mbak Agnes Andini dan Rangga meninggalkan cafe baru saja keluar dari café banyak mobil wartawan pemburu berita baik dari Stasiun TV swasta nasional ataupun local berdatangan Rangga dan Andini tersenyum bahagia

“Bagaimama perasaanmu sekarang jeng“ kata Rangga

“Sangat senang lah mas, mas belain Dini sampai kaya gitu meringkus 6 preman dalam waktu yang singkat bikin dehg dehg gan saja, untung aku melihat tiga pengawal mas yang mbantu jadi agak tenang apa lagi mereka semua bawa pistol ngeri Dini mas“ kata Andini

“Mas juga begitu kok jeng tapi semua itu atas banuan kyai Walang Sungsang, kalau mas tadi di dor lalu klepek klepek gimana jeng” kata Rangga

“Dini lansung bunuh diri sat itu juga” kata Andini

“Dengan apa bunuh dirinya“ kata Rangga

“Tanpa sepengetahuan mas Dini bawa pisau kecil di tas ini tak tusukkan ke jantung sekaligus mati mas“ kata Andini sambil memperlihatkan pisau kecil sejengkal dari dalam tasnya

Rangga pun meminggirkan mobil dan berhenti dan menarik kepala Andini dan mengecup kening Andini dan dibalasnya dengan kecupan dibibir Rangga oleh Andini

“Mas, Dini lapar“ kata Andini

“Ayo kita makan dimana“ kata Rangga

“Dini pengen ayam penyet samping alon alon“ kata Andini

“Ayo kita kesana“ jawab Rangga

10 menit kemudian mereka sudah ampai di alon alon kota tersebut dam memarkir modilnya di dekat warong makan ayam penyet kali lima dan mereka berdua melangkah ke dalam warung dan Andini memesan 2 nasi ayam penyet dan 2 teh manis hangat.

Setengah jam kemudian Rangga dan Andimi sudah di dalam mobil menuju rumah sesampainya di rumah melihat romo masih di depan TV melihat warta beita

“Ada berita apa romo kok serius sekali” kata Andini

“Eh…udah pulang to, ini liputan peristiwa di café xxx ada keributan, menurut berita ini kakandep mu tertangkap sebagai bandar narkoba oleh BNN, lha kamu katanya ada rapat di café xxx tersebut“ kata ki Sudibyo

“Bukan rapat romo tapi pertemuan dengan pak Sudarmaji marah ke Andini karena Andini sudah nikah dengagn mas Rangga dia membawa pengawalnya 6 orang dengan bersenta api semuanya dan pak Sudarmaji meminta supaya menyerahkan Andini untuk nya, tapi mas Rangga menolak dan terjadi perkelahian romo seru banget, mas Rangga di keroyok 6 orang preman badannya gede gede dan ber senjata api semua, mas Rangga bersenjatakan tasbeh romo tu yang di kalungkan kelehernya tidak ada 10 menit mereka semua tumbang Dini ketakutan romo tapi setelah semua tumbang mbak Agnes kepala BNN propinsi datang dan menagkap pak Sudarmaji dengan mudah tanpa pertumpahan darah“ kata Andini menggebu ngebu

“Siapa mbak Agnes itu Dini“ tanya ki Sudibyo

“Kepala BNN proponsi romo, yang di tugasi untuk menagkap pak Sudarmaji, ternyata kakak seperguruan mas Rangga jadi benar deh semua di tangai oleh BNN dan mas Rangga minta pada mbak Agnes supaya tidak membuka peristiwa sebenarnya karena mas Rangga ngak mau berurusan dengan wartawan baik cetak ataupun elektronik“ cerita Andini

“Romo, mas Rangga tadi pagi sudah ketemu dengan para warongko warongkonya” kata Andini

“Kamu Sirius Dini” ucap Romo

“Coba nak Rangga kamu cerita siapa tau romo bisa membantu” kata ki Sudibyo

“He he he aku malu romo, seakan itu keinginanku” kata Rangga

“Ngapain juga coba pakai malu malu dan aku kan lebih tau kalau itu keinginan kyai Walang Sungsang tapi memang berdampak ke kamu juga” jawab ki Sudibyo, lanjutnya “Sekarang ceritakan garis besarnya saja”

“Baik romo” kata Rangga, lanjutnya “Tapi aku binggung dari mana aku mulai romo”

“Satu satu aja dulu sebaiknya yang kuning dulu” kata ki Sudibyo

“Kangmas kok pakai malu segala aku dan romo selalu mendukung kok mas sampai ke duanya mau menjadi istri istri kangmas Rangga” kata Andini, lanjutnya “Romo ke dua calon wanita wanita nya mas Rangga sungguh cantik cantik dan salah satunya masih belia”

“Ih, diajeng nih bikin mas tambah malu nih” kata Rangga

“Ya udah kalau malu di tutupin saja mukanya biar ngak malu gitu” ledek Andini

“Udah Dini romo mau dengar cerita nya nak Rangga, jangan di ledekin terus to” kata ki Sudibyo

“Iya romo, to muka nya jadi lucu” kata Dini

“Yang kuning dulu ya romo” kata Rangga

“Ya yang kuning” jawab ki Sudibyo

“Namanya Astrit Maharani, teman kuliahku dulu satu fakultas dan beda jurusan saja, kedekatan kami memang sebatas teman romo, sampai detik ini, tapi memang aku punya rasa yang sangat mendalam ke Astrit sebelum aku bertemu dengan jeng Andini tapi aku memang membatasi diri sendiri karena aku sadar keadaan keluarga sampai kemarin malam bahwa Astrit sudah bertunangan dengan dosen dari univ negeri di Yogya namanya, Dodi Suharto tapi aku tenang saja karena aku sudah mendapat gantinya orang yang sangat saya cintai melebihi apapun di dunia ini dan mau menerima aku apa adanya inilah Andini Murtiningsih romo”

“Terus kapan kamu melihat tanda yang di berikan oleh kyai Walang Sungsang” kata ki Sudibyo

“Tadi pagi sebelum upacara bendera di sekolah, aku sebenarnya ngak percaya akan pengelihatan aku sendiri romo mengingat Astrit sudah bertunangan dengan Dodi Suharto” ucap Rangga, lanjut “Aku sempat bertanya pada para pengawal aku romo dan jawabannya memang benar adanya”

“Kemudian yang biru” kata ki Sudibyo

“Kalau yang biru aku baru mengenalnya tadi pagi juga” kata Rangga, lanjut “Namanya Kartika Arumsari dipanggil Arum, dia siswi kelas XI atau kelas 2 SMA waktu dulu, kalau menurut pengamatan aku Arum adalah gadis yang sederhana cerdas dan berwibawa ini terbukti dari terpilihnya sebagai ketua osis di SMA XX itu”

“Kalau begitu apakah kamu juga tau nama orang tua dari wanita wanita yang jadi warongko kyai Walang Sungsang” kata ki Sudibyo

“Belum tau juga romo” jawab Rangga

“Coba cari tau siapa mereka mungkin romo kenal dengan orang tua mereka” jawab ki Sudibyo

“Sebentar romo” jawab Rangga, kemudian Rangga mengheningkan cipta senebtar dan taka da 10 menitan Rangga sudah mendapat jawaban dari Jalubang

“Ayah dari Astrit bernama Kromo Widakdo pensiunan dinas kesehatan Kabupaten sedang untuk Kartika Arumsari ayahnya ngak tinggal disini ia tinggal di Bandung sedang dia tinggal di sini bersama kakeknya bernama Sosro Kartono Raden mas kerabat Kasunanan Solo” kata Rangga

“Cukup Rangga informasi yang berguna untuk romo besok atau lusa romo akan datangi ke rumah beliau beliau ini mempermudah tugasmu sebagai pemegang kyai Walang Sungsa” kata ki Sudibyo

“Tetima kasih romo telah sudi turun tangan sendiri” kata Rangga

“Itu semua masih menjadi tanggung jawabku juga” kata ki Sudibyo

Dan malam harinya ketika Andini dan Rangga berada di dalam kamar dan baru saja menyelesaikan pekejaan rumah yang baru membuat tubuh Andini terkapar dengan nafas yang tersendat sendat dan Rangga masih berada di atas tubuh Andini masing masing sudah tanpa busana walaupun penis Rangga sudah mengeluarkan lahar panas ke dalam vagina Andini ronde pertama telah dilaui bersama meleguk kenikmatan kebersama sama tapi penis Rangga masih berdiri tegak seakan tugu gagah sekali menjulang menembus langit

“Mau lagi“ tantang Rangga

“Siapa takut“ jawab Andini sambil tesenyum manis, lanjutnya “Tapi aku haus mas sebentar aku ambil minum dulu“

Andini berdiri mengambil kimononya dan keluar dari kamar dan menuju dapur mengambil air putih dingan dalam botol dan gelas kosong dan kembali ke dalam kamar sesampainya dikamar

“Nih mas di minum dulu biar seger“ kata Andini sambil menuangkan air dari botol ke gelas yang di pegang dan menyerahkan ke Rangga, Rangga menerima gelas langsung meminumnya dan memberikan kembali gelas kosong ke Andini mererima gelas dan mengisinya kembali dan meminumnya dan meletakan gelas dan botol di meja rias

Rangga berdiri disampung Andini dan melepas kimononya yang dipakai Andini, tubuh telanjang Andini didepan mata Rangga, diciumnya kening Andini masih dalam keadaan berdiri, tangan Andini berada di pundah Rangga dengan sedikit berjinjit mereka segera berciunan dengan lembut, tangan kiri Andini memegang penis Rangga yang masih sangat tegang dan tangan kanan Rangga menusuk nusuk vagina Andini yang masih basah, di rabanya daging kecil ditas belahan memek Andin dan meleguhnya

“Dimasukan ya“ kata Rangga

Andini hanya menganggukkan kepala dan tersenyum manis tangan kanan Rangga menaikan kaki kiri Andini dan tanan kanan Andini menggesekkan kepala penis Rangga ke memek Andini dan memastikan sudah ada pada posisi yang benar dan Andini menganggukan kepalanya dan Rangga tau maksudnya di dorongnya penis Rangga masuk ke dalam peranakan Andini dengan sangat pelan sambil merasakan mili demi mili centi demi centi pemis Rangga masuk kedalam lubang cinta Andini dan Andini melepas tangan kanannya dan kembali ke leher Rangga untuk menjaga keseimbangan akhirnya semua penis Rangga yang panjang masuk di telan memek Andini, Rangga meleguk dan mengambil nafas dalam dalam tangan kiri Rangga berada di pantat Andini meraba dan menekan lembut dan pinggul Rangga mulai bergoyang dengan pelan pelan dan merasakan sensasi yang didapat dari pertemuan ke dua kelamin mereka, Rangga menatap Andini semakin cantik dan selalu tersungging senyuman di bibirnya dan Andidi juga menatap wajah Rangga yang makin ganteng dan manco mereka saling tatap dan saling melempar senyuman semakin lama gerakan pinggul Rangga semakin cepat dan leguan demi leguaan, erangan demi erangan terdengan dari mulut mereka membuat suasana malam itu semakin romantic 10 menit telah berlalu dalam posisi yang sama Rangga melepas tangan kirinya dan menekan pinggul Andini makin merapat Andini setengah berjinjit dan menggantung ke tubuh Rangga genjotan pinggul Rangga semakin cepat dan ini membuat Andini lepas control menggoyangkan pinggulnya semakin cepat dan akhirnya

“Aahhhhhhh…“ suara Andini panjang sebentar kemudian lemas tapi Rangga cepat menahan tubuh Andini pada posisi semula Rangga mencium bibir Andini dengan mesra dan melepas penisnya dari lubang senggama Andini sehingga cairan cinta Andini keluar membasai selangkangan bagian dalam, Rangga pun memutar tubuh Andini dan mendorong tubuhnya sehingga badan datar, Rangga merenggakan kedua kaki Andini dan membersihkan cairan cinta Andini dengan mulutnya dan dijilatinya aliran cairan cinta yang ada di bagian dalam selangkangan nya serta bagian memek yang basah di sedotnya dengan lembut dan menjilati daging tumbuh di atas memek Andini, aliran darah kenikmatan langsung ke umbun umbun Andini

Rangga bediri memposisikan tubuhnya di belakang Andini dan memegang penisnya dan menggesekkan ke lubang senggama Andini dan menekannya kedalam dengan pelan sampai mentok terasa sekali penis Rangga masuk kedalam vagina Andini terasa nengganjal besar dan Rangga juga merasakan jepitan memek Andini seakan memeras penis Rangga dengan nikmat setelah mendiamkan penisnya 15 detik dan molai memaju mundurkan pinggulnya ke pinggul Andini semakin lama semakin cepat sehingga tumbukan antara selakangan Andini dan Rangga menimbulkan suara seperti orang bertepuk tangan makin lama makin cepat dan akhir nya

“Maaaassssss…Diiiinnnniiii…keeluuuar llaaa giiiiihhh…“ teriak Andimi

“Maaaasssss juuuuugggaaaa…” kata Rangga

Rangga nenekan pinggul nya sekuat kuatnya dan ke dua tangan memegang pinggul Andini

Dan sseeeeerrrrttt… ssseeeeeerrrrrttttt…chhooooottttt…cchhooootttttt…orgasme bersama sama dan keduanya lunglai dan terjerembat di atas kasur Rangga menindih tubuh Andini dengan nafas mereka seperti dikejar pulisi cepat dan tak beraturan Rangga menggeser tubuk Andini ke tengah tempat tidur mengambil selimut dan menyelimuti tubuh telanjang Andini dan tubuh nya seling peluk dan tertidur

Bersambung ….
Part 32
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd