Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI Kyai Walang Sungsang

Status
Please reply by conversation.
Kiai Walang Sungsang

Part 32 : Lamaran




Astrit Maharani, S,pd



Kartika Arumsari

Pov : Astrit Maharani


Seperti biasa aku berangkat ke sekolah dengan montor bebek kesayanganku dengan kecepatan sedang kota ini memang tidak begitu ramai seperti kota propinsi atau kota karesidenan tapi juga tidak sepi sekali lah layaknya kota kabupaten lainya di Indonesia memang sih kota ini dilalui jalan Negara yang menghubungkan ke dua propinsi yang cukup padat pendudunya

Setelah aku pamit pada ibu dan bapakku untuk berangkat ke sekolah dimana aku mengajar dan pagi itu memang aku harus mengajar jam pertama di kelas XII Ipa 2 dimana aku menjadi wali klas nya dan aku tiba di sekolah 10 menit sebelum bel berbunyi

Aku merasa heran karena pagi ini lain dari yang lain karena berita yang sangat menghebohkan di kalangan pendidik sebab Ka Kandep Dikbut tertangkap tangan tadi malam dalam sebuah operasi yang melibatkan polisi dari polda bukan lagi polres karena keberhasilan petugas BNN dan polisi negara dalam menangkap seorang gembong Narkoba tingkat nasional dalam hati aku bersyukur karena dengan tertangkapnya Ka Kandep Dikbut ini intuisi pendidikan bisa di tegakkan dan di bersihkan dari orang orang yang tidak bertanggung jawab

Setelah sampai di sekolah aku sempat berpapasan dengan ibu Andini dan Rangga yang kini sudah menjadi suam istri yang syah menurut hukum agama sebab mereka sudah resmi menjadi suami istri dan aku sempat bertegur sapa

“Assalamualaikum bu Dini dan Pak Rangga” kata Astrit agak kaku dalam memanggil nama Rangga yang biasanya langsung Rangga atau Nga saja

“Wallaikunsalam bu Astrit” jawab bu Andini dan Rangga hampir bersamaan

“Kok aneh kamu Trit, biasanya pangil Nga atau Rangga saja sekarang malah pakai pak lagi” kata Rangga ngodain Astrit didepan Andini

“Kan malu nih gimana sih” jawab Astrit

“Ya udah kalau malu, nanti kalau bu Astrit ngak ngajar bisa ke tempat saja” kata Andini

“Ada apa ya” kata Astrit

“Nanti aja ini urusan wanita kan masih ada pak Rangga nanti dengar” kata Andini sambil meleletkan lidahnya ke Rangga

“Ya udah kalau begitu aku ke kator dulu ya” kata Rangga

“Aku juga duluan bu Dini saya mengajar jam pertama” kata Astrit

“Ya jangan lupa ya nanti kosongnya jam berapa” tanya Andini

“Jam 5 dan 6 bu” kata Astrit

“Kalau begitu istirahat pertama aja bu Astrit ke ruangku, bisa” kata Andini

“Baik bu” kata Astrit

“Ya udah saya nanti ya” kata Andini

Aku meninggalkan bu Andini dan melangkah menuju ruang Guru menanti bel berbunyi sesampainya di ruang guru aku sampai tertegun banyak guru yang mendengarkan siaran berita Nasional dari berbagai media swasta Nasional aku sampai terbengong sendiri melihat dampak penangkapan pak Sudarmaji sebagai gembong narkoba oleh BNN

Bel pun berbunyi dan segera beberapa guru meninggalkan ruang guru masuk ruang kelas masing masing termasuk aku dan Rangga juga aku lihat sudah meninggalkan ruang guru

----skip----



Pov : Kartika Arumsari

Seperti biasa aku berangkat bersama Laras sahabatku yang tinggal sekampung dengan aku biasa naik angkot, aku lebih suka naik angkot dari pada naik montor walaupun aku sudah di belikan oleh papa sebuah sepeda montor sebagai hadiah aku naik kelas beberapa bulan yamg lalu, tapi aku lebih suka naik angkot karena banyak temannya dan bisa saling mengenal satu dengan yang lain

Dalam angkot pun yang berisi hampir teman teman sekolahanku mereka saling bercerita tentang penagkapan pak Sudarmaji Kakandep Dikbut malah aku juga mendengar gossip yang menyebutkan keterlibatan pak Rangga dengan pak Sudarmaji, hatiku sempat kacau tapi setelah sampai di sekolahan hati ini menjadi ayem tentrem lagi setelah melihat pak Rangga berjalan beriringan dengan bu Andini kepala sekolah disini walaupun dalam hati kecil ada rasa cemburu ketika melihat kedekatan bu Andini dengan pak Rangga

“Apakah aku siap untuk patah hati” kata hati ku, lanjutnya “Ngak ah…mungkinkah kedekatan nya sebagai saudara atau adik tapi menerut desas desus pak Rangga sudah nikah dengan bu Andini tapi berita ini terlihat santer sekali tapi anehnya aku merasa dekat dengan bu Andini dan pak Rangga, aneh kan”

Aku kemarin juga melihat bu Astrit juga kayaknya suka dengan pak Rangga ketika aku sedang duduk di depan kelas bersama teman teman aku melihat bu Astrit sedang memandang pak Rangga yangsedang berjalan memasuki ruang guru dari cara pandangnya aku bisa merasakan kalau bu Astrit menaruh hati dengan pak Rangga

“Apakah aku harus mati dulu sebelum pertempuran terjadi dan aku merasa sainganku bertambah satu lagi bu Andini dan bu Astrit berat juga ya biarlah apa yang terjadi terjadilah tapi cintaku perlu di perjuangkan” kata hati aku

Pada Waktu iatirahat pertama aku di panggl bu Andini ke ruang KS, hatiku berdebar ngak karuan sebab ngak pernah sekalipun yang namanya bu Andini memanggil seorang sisiwa untuk menghadapnya

Tok tok tok aku ketuk pintu ruang KS

“Masuk” jawab bu Andini

Aku masuk ternyata di sana sudah ada bu Andini, bu Astrit dan pak Rangga

“Assalamualaikun” kataku sopan

“Wallaikunsalam” jawab mereka serempak

“Ayo mbak Arum duduk sini dekat ibu” kata bu Andini

“Ya bu” jawan ku sambil melangkah dan duduk di samping bu Andini setelah itu bu Andini melanjutkan bicaranya

“Ya kita mulai aja ya” kata bu Andini, lanjutnya “Mungkin ini akan menjadi pertanyaan untuk bu Astrit, Arum dan pak Rangga juga mengapa aku panggil”

“Ada apa sih bu” kata bu Astrit

“Pada hari Kamis malam Jumat mendatang aku dan pak Rangga mau minta bantuanmu kalian berdua bu Astrit dan kamu juga Arum, sebab pak Rangga punya kerja mengumpulkan semua karyawan yang bekerja di PO “Bima Sakti” dan juga Salon dan Butik “Arimbi” serta juga para seniman dan seniwati yang bergabung dalam paguyuban seni yang di pimpin oleh romo ki Sudibyo untuk saling kenal satu dengan yang lain dan saling bersilaturahmi dan nanti acaranya di tempat tinggak ku dan tamu sekitar 100 orang” kata Andini

“Mau bu Asrit membantu saya dan juga kamu Arum” kata Andini

“Begini Trit dan juga Arum, ini memang ide ini dari bu Andini ingin di bantu dalam menyelenggarakan pertemuan dengan para karyawan PO Bima Sakti dan juga Salon dan Butik Arimbi juga semua seniman dan seniwati yang tergabung dengan paguyuban seni yang dipimpin oleh romo ki Sudibyo dan bernostagia diantara mereka, dalam rangka itulah bu Andini minta bantuanmu kalian berdua untuk menyiapkan semuanya baik dari penataan menu makanan yang akan di sajikan soalnya waktu sangat dekat sekali ini sekarang hari Selasa tinggal 2 hari lagi kalau di lakukan bu Andini sendiri kok kurang mampu jadi minta bantuan Astrit dan juga kamu Arum” kata Rangga, lanjutnya “Apakah Astrit dan Arum bisa bantu bu Andini”

“Ya bu aku siap membantu” kata Astrit

“Aku juga siap membantu bu Andini” jawab Arum

“Lega aku, dan sunggung bahagia sekali aku mendapat bantuan dari adik adik ku semuanya maukah bu Astrit dan kamu Arum mau jadi adik adik ku” kata bu Andini

“Mau bu” kata Astrit dan Arum serentak

“Namti siang pulang sekolah kita bahas di rumah ku saja ya, bu Astrit naik kendaraan ya” tanya Andini

“Ya bu aku naik kendaraan sendiri” jawab Astrit

“Dan kamu Arum” tanya bu Andini

“Aku naik angkot bu bersama temanku Laras” kata Arum

“Kalau begitu nanti Arum dan temannya biar di antar pak Rangga dan bu Astrit naik montor dulu di ikuti pak Rangga untuk mengembalikan montor nya bu Astrit kemudian bu astrit naik mobil mengantar Arum dan temanya setelah itu baru ke rumah aku” kata bu Andini

“Apa pak Rangga ngak capek bu” kata Arum

“Biar aja capek kan dia sekarang jadi supir kita bertiga” kata bu Andini dan di jawab dengan senyuman oleh Astrit dan Arum

Dan bel berbunyi tanda usai istirahat dan mereka kembali ke tempat masing masing Rangga dan Astrit kembali ke ruang guru untuk mengambil materi yang akan di ajakan di dalam kelas dan Arum langsung masuk ke dalam kelasnya

----skip----

Di tempat yang berbeda

Pov : Ki Sudibyo

Jam 08 lebih Andini terima telpun dari romo ki Sudibyo

“Assalamualaikun romo” kata Andini setelah menerina telp dari romo

“Wallaikunsalam Dini, mau tanya kunci mobil mu taruh dimana ya, romo bosan di rumah ingin ke tempat teman teman biar dia antar oleh Parjo“ kata romo ki Sudibyo

“Oh gitu ya romo, kunci ada di atas meja rias di dalam kamar Dini romo” jawab Andini, lanjutnya “Romo Dini punya usul itu pun kalau romo setuju”

“Apa itu Dini kalau usulnya masuk akal ya pasti di terima” kata ki Sudibyo

“Dini ingin sekali dekat dengan adik adik Dini yang kini sudah menjadi calon warongko ki Walang Sungsang romo, kini Dini ingin mendekati secara pribadi Astrit dan Arum, boleh” kata Andini

“Kok sama sih romo juga punya pemikiran seperti itu tapi pendekatan yang berbeda Dini, romo ingin memberitahukan kabar gembira ini kepada orang tua mereka biar nanti tidak ada penghalang lagi dan melancarkan misi dari kyai Walang Susang itu sendiri” kata ki Sudibyo

“Baiklah romo, hari Kamis malam Jumat rencananya kan akan mengadakan pertemuan dengan semua karyawan yang kini bekerja untuk PO Bima sakti dan Salon dan Butik Arimbi juga para pembantu romo dulu dalam seni pedalangan, Dini ingin mengajak Astrit dan Arum untuk sama sama mempersiapkan pertemuan itu biar kami bertiga merasa dekat dulu walau rahasia kyai Walang Sungsang masih menjadi rahasia semesta, pendekatan secara personil dan pribadi antara Dini, Astrit dan Arum” kata Dini

“Bagus sekali idemu itu romo sepenuhnya mendukung idemu tapi kalau bisa mereka tidak tahu dulu rencana kyai Walang Sungsang ya Dini kalau begitu bisa di laksanaan Dini tapi dalam waktu 2 hari ini, baik Dini semoga sukses Assalamualaikum” kata Ki Sudibyo

“Sama sama romo, Walaikumsalam” jawab Andini sambil mematikan telpun nya

“Jo, ini kunci mobil nya Dini, anteraku ke tempat teman teman aku ya” kata ki Sudibyo

“Baik ndoro, mau pergi kemana” kata Parjo supir ki Sudibyo

“Antar aku ke tempatnya Dimas Sapto Margono, setelahnya ke tempat Dimas Kromo Widakdo dan terakhike tempat Kangmas Sosro Kartono kamu masih ingat to rumah rumag beliau” kata ki Sudibyo

“Kalau beliau belum pidah alamat saya masih ingat ndoro” kata Parjo

“Ya sudah sana siap siap dulu” kata ki Sudibyo

Parjo menerima kunci mobil Andini dan memanaskan mesin dulu dan masuk ke dalam rumah bagian belanang

“Mas ini ada titipan dari den ayu Dini 200 rb untuk membeli bensin katanya” kata Lasmini istrinya

“Ya taruh situ dulu bu ne aku mau ganti baju dulu mau ngater ndoro sepuh” kata Parjo suami Lasmini (ndoro sepuh adalah panggilan untuk ki Sudibyo sehari hari)

“Mau kemana sih mas ndro sepuh” kata Lasmini

“Mau ke tempat teman teman lamanya bu ne” jawab Parjo, lanjutnya “Lho den Ayu Andini kok tau kalau ndoro sepuh mau pergi”

Ngak tau aku tadi den ayu Dini telpun aku menanyakan aku masih pegang uang belanja ngak, ya aku jawab masih makanya aku di suruh memberi kamu 200 rb untuk membeli bensin” kata Lasmini

“Ya udah bu ne aku pergi dulu ya” kata Parjo

“Sebentar mas, ini saya tambah 100 rb lagi untuk pegangan kalau di jalan ada apa apa” kata Lasmini

“Makasih ya” jawab Parjo sambil menerima uang tambahan dan meninggalkan Lasmini di dapur

Selepas Parjo keluar dari rumah bagian belakang dan menjalankan mobil Andini dan menghampiri ki Sudibyo dan keluar dari dalam mobil menyilahkan ki Sudibyo naik di korsi belakang tapi ki Sudibyo malah memilih duduk di depan dekat supir

“Ayo jalan” perintah ke Sudibyo

“Siap ndoro, kemana dulu” kata Parjo

“Yang sekat sini rumah siapa dulu” kata ki Sudibyo

“Ya rumah ki Sapto Margono ndoro” kata Parjo

Sepuluh menit mobil Andini sudah sampai di depan rumah Sapto Margono seorang dalang didikan ki Sudibyo yang sekarang di percaya untuk merawat gamelan dan membina seniman seniman pedalangan

Sesampainya di depan rumah ki Sapto Margono, ki Sudibyo turun dari mobil Andini dan melangkah masuk ke dalam pekarangan rumah ki Sapto Margono

Ki Sapto pagi itu baru menadikan burung perkutut nya dan memberi makan itu lah kegiatan ki Sapto pada pagi hari melihat sebuah mobil berkenti di depan rumah nya dan melihat siapa yang datang dengan serta merta ki Sapto menghentikan kegiatannya dan menyambut ki Sudibyo

“Wak janur gunung kangmas kok datang sendiri aku dipanggil aja pasti datang kok kangmas” kata ki Sapto, lanjutnya “Monggo monggo silahkan duduk”

“He he he ya dimas aku bosan di rumah ingin kerumah teman teman aku sebelum aku dipanggil” kata ki Sudibyo

“Apa sih kangmas kok nganeh nganehi datang datang cerita sebelum di panggil” kata ki Sapto

“Lha benat to dimas, kan sekarang ini aku tinggal menanti panggilan dari sang semesta semenjak hari minggu kemarin pusaka kyai Walang Sungsang sudah berpindah tangan ke penerusku” kata ki Sudibyo

“Lha siapa to kangmas yang beruntung mendapat mandat untuk memegang kyai Walang Sungsang itu” kata ki Sabto

“Itu teman Andini guru di SMA XX di Kabupaten ini, setelah aku yakin kalau pemuda itu sebagai penerus pemegang kyai Walang Sungsang dan pada malam minggu kemarin aku menyerahkan pusaka kyai Walang Sungsang itu dan aku menceraikan Andini dan mengawinkan mereka berdua dan kini aku sunggung bebas dari segala tanggung jawab dan satu lagi besok Kamis malam Jumat kan ada latihan karawitan to la dalam kesempatam itu aku juga akan mendatangkan semua karyawanku dari PO Bima sakti dan Salon dan Butik Arimbi sambil menyerahkan semua asset yang aku punya ke penerusku sehingga selanjutnya kalau ada apa apa kamu langsung dengan penerusku itu” kata ki Sudibyo

“Oh begitu to kangmas, siapa sih yang pemuda yang beruntung itu” kata ki Sapto

“Namanya Rangga Dipati dia sekarang guru di SMA XX di Kabupaten anak buah Andini tapi sekarang menjadi suaminya walau belum resmi masih perkawinan sirri dulu” kata ki Sudibyo

Setelah itu mereka bercerita tentang lain lainnya sehingga ngak terasa 1 jam mereka bertemu dan akhirnya ki Sudibyo pamit ke ki Sabto

Ki Sudibyo melanjutkan ke rumah pak Kromo Widakdo pansiunan mantri kesehatan di Kabupaten sebenarnya ki Sudibyo tidak begitu kenal dengan akrap tapi mereka saling sapa aja kalau bertemu

Sesampainya di rumah pak Kromo di sambut oleh ibu Kromo sedang pak Kromo baru berkebun di belakang rumah melanjutkan menanam Toga tanaman obat obat an

“Mongga den mas, kok njanur gunung kadingaren pak dalang datang ke rumah saya yang reot ini” kata bu Kromo,lanjutnya “Monggo silahkan duduk”

“Jangan di panggil den mas ah aku risi mendengarnya” jawab ki Sudibyo, lanjutnya “Suamimu ada”

“Ada kangmas baru berkebun di halaman belakang” kata bu Kromo

“Lha begitu lah lebih enak di dengar” kata ki Sudibyo

“Tunggu sebentar kangmas saya panggilkan dulu” kata bu Kromo

Sebentar kemudian bu Kromo meninggalkan ki Sudibyo seorang diri dan sekitar 15 menitan muncul pak Kromo berada di balik pintu depan

“Wah mangkanya prenjak e ganter terus mau ada tamu priyagung to” kata pak Kromo

“Ha ha ha priyagung dari hongkong” jawab ki Sudibyo, lanjutnya “Sehat dimas, setelah pensiun apa kegiatanmu masih sebagai mantri”

“Senat sehat kangmas semua berkat doa kangmas juga dan kegiatan selama ini berkebun mencari keringat lah dari pada ngangur juga sih, dan sebagai mantri masih kangmas tapi kalau ada yang membutuhkan saya ngak buka praktek juga capek kangmas” jawab pak Kromo

Sebentar kemudian bu Kromo masuk ke ruang tamu sambil membawa dua cangkit teh manis untuk suaminya dan tamu mereka dan setelah itu bu Kromo juga duduk di samping suaminya

“Mari di minum kangmas maaf hanya air aja” kata bu Kromo

“Terima kasih dimas, wah merepotkan saja” jawab ki Sudibyo

“Ada perlu apa kangmas kok ada sesuatu yang di sampaikam” kata pak Kromo

“Ya begitulah kira kira dimas sekalian, kedatanganku ini ada kaitannya dengan pusaka kyai Walang Sungsang dimas” kata ki Sudibyo

“Kalau ngak salah dengar pusaka kyai Walang Sungsang adalah milik kangmas lalu apa hubungan nya dengan keluarga ku kangmas” kata pak Kromo

“Memang benar katamu dimas kalau pusaka kyai Walang Sungsang adalah milikku tapi itu dulu sekarang sudah aku wariskan ke penerusku seorang pemuda pilih tanding bernama Rangga Dipati, seperti dimas ketahui kalau kyai Walang Sungsang pasti dimemiliki 3 warongko yang merupakan pakaian yang selalu menyertai kyai Walang Sumhsang itu sendiri dan pada kenyataanya warongko warongko itu adalah istri dari pemegang pusaka kyai Walang Sungsang sendiri lah hubungannya dengan dirimu dimas sekalian sebab salah satu warongkonya adalah putri dimas yang bernama Astrit Maharani” kata ki Sudibyo

“Aku sekarang baru dong kangmas, maksud kedatangan kangmas adalah untuk melamar Astrit anakku menjadi istri dari penerus kyai Walang Sungsang untuk Rangga Dipati to kangmas, tapi sayang kangmas datang terlambat 3 bulan yang lalu Astrit sudah dilamar dengan seorang anak sahabatku yang menjadi dosen di univ di Jogya kangmas maaf aku ngak bisa terima lamaran kang mas Sudibyo” kata pak Kromo

“Sebentar kangmas” kata bu Kromo, lanjutnya “Kalau tidak salah dengar kalau Rangga Dipati itu teman anak saya Astrit semenjak di bangku kuliahan tapi kan sekarang sudah menikah dengan bu Andini kepala sekolah SMA XX di Kabupaten benarkah”

“Ha ha ha saya akan cerita dari depan biar dimas berdua tau duduk perkaranya” kata ki Sudibyo, lanjutnya “Memang benar Andini dulu istri saya yang ke empat tapi Andini bukan jodohku Andini adalah jodoh penerus setelah saya ialah Rangga Dipati ya karena kyai Walang Sungsang ngak bisa pisah terlalu lama dengan warongkonya maka dengan segala kekuasaan kyai Walang Sungsang menjodohkan Andini dengan saya tapi hanya bersifat sementara sampai pengganti pemegang estafet kyai Walang Sungsang muncul setelah penantian hampir 15 tahun baru muncul penerus pemegang kyai Walang Sungsang secara otomatis Andini harus saya serahkan ke Rangga Dipati sebagai jodoh yang syah dari Andini, aku kemari tugasku hanya memberitahukan keberadaan nya sekarang hanya saya minta pada dimas berdua supaya merahasiakan ini sampai sang semesta memberi tanda khusus siapa sebernarnya jodoh Astrit putri dimas berdua” kata ki Sudibyo

“Lalu tanda apa yang bisa di lihat dari putriku sebenarnya adalah warongko kyai Walang Sungsang kangmas” kata pak Kromo

“Ada tanda khusus untuk menandai kalau putrimu Astrit adalah benar benar warongko Kyai Walang Sungsang sini tangan mu dimas dan kalian berdua bergandengan tangan” kata ki Sudibyo

Tangan kiri pak Kromo bergandengan dengan tangan kanan bu Kromo sedang tangan kanan pak Kromo saling berpegangangan dengan ki Sudibyo

“Coba sekarang kamu pejamkan mata sebentar aku akan minta palilah dari Kyai Walang Sungsang supaya membuka indra mu yang ke enam” kata ki Sudibyo

Pak dan ibu Kromo memejamkan mata seperti yang di minta oleh ki Sudibyo dan setelahnya memberi tanda sudah ke pak Kromo dan ibu

“Nanti kalau putrimu datang dari sekolah coba kamu pandang wajahnya dan lihatlah dengan mata hati dimas berdua akan melihat tanda itu suatu cahaya kuning ke emasan terpancar dari keningnya, itu tanda yang di berikan oleh kyai Walang Sungsang” kata ki Sudibyo

“Mrinding aku pak ne” kata bu Kromo ke suaminya pak Kromo

“Jangan takut dimas berdua itu hanya bersifat sementara nanti setelah dimas berdua bisa melihat tanda yang di berikan kyai Walang Sungsang otomatis pengaruhnya akan hilang sendiri” kata ki Sudibyo, lanjutnya “Saya hanya meminta pada dimas berdua untuk merahasiakan ini pada siapa saja terutama pada Astrit putrimu sendiri sampai Kyai Walang Sungsang membuka nya sendiri dimas dan putrimu mendapat petunjuk kebenaran dari kehendak sang semesta”

Banyak pertanyaan yang di lontarkan ke ki Sudibyo dari pasangan pak Kromo dan bu Kromo ini sampai satu jam lebih ki Sudibyo di rumah pak Kromo dan setelahmya ki Sudibyo pamitan untuk melanutkan perjalanan ke rumah pak Sosro Kartono di desa Glagah



Raden Mas Sosro Kartono adalah masih keturunan dari Kasunanan cucu dari garwo ampil (istri selir Sunan ke X yang di kebonkan = keluar dari lingkungan kraton) di berikan tanah perdikan di desa Glagah ini sebagai tuan tanah sehingga hidupnya kecukupan sawah berhektar hektar sehingga semua orang mengenal sebagai Raden Mas Sosro Kartono

Mobil Andini yang dikendarai oleh Parjo sampai di depan rumah RM Sosro Kartono yang mempunyai pendopo berupa Joglo kecil di depan rumah, di belakang nya rumah yang terbuat bata dan terkesan antik seperti rumah rumah jaman kerajaan, ketika ki Sudibyo datang ke rumah itu di sambut sendiri oleh RM Sosro Katono sendiri waktu sudah menunjukan pukul 11.15 ketika ki Sudibyo sampai di rumah itu

“Assalamualaikum kangmas Sosro” sapa ki Sudibyo

“Wallaikumsalam dimas Dibyo” kata Sosro Karton, lanjutnya “Kok sendiri mana istri dan anakmu ngak kamu bawa, mari mari silahkan duduk dulu, bu ne ada tamu dari jauh sekali saking jauhnya ngak pernah nonggol”

Dari dalam keluar seorang wanita juga sudah anjut mendapatkan suaminya

“Eh ada dimas Dibyo to he he he sampai kangen ki” kata bu Sosro

“Bagaimana kabar kangmas dan mbakyu juga sehat sehat to” kata ki Sudibyo

“Ya seperti yang kau lihat aku sehat sehat kok” jawab pak Sosro lanjutnya “Pertanyaan ku belum kamu jawab bagaimana keluargamu, istrimu, anakmu juga”

“Satu satu kangmas, saya jawab istriku dulu, aku dan Andini sudah cerai kangmas setelah Andini menemukan jodohnya, dan anakku sudah dewasa sekarang kelas 8 SMP kangmas” kata ki Sudibyo

“Lho malah sudah cerai, apa masalahnya” tanya pak Sosro

“Ceritanya panjang kangmas dan ada kaitannya denga pusaka kyai Walang Sungsang juga” Kata ki Sudibyo, lanjutnya “Saat ini kyai Walang Susang sudah berpindah tangan dari tanganku ke seorang pemuda pilihan kyai Walang sungsang sendiri pemuda itu masih muda baru lulus sarjama tahun ini dan ditempatkan di sekolah han Andini jadi juga seorang guru malah harusnya menjadi anak buah Andini, dua minggu mereka bertemu langsung kemarin hari minggu Andini saya cerai langsung saya talak 3 dan hanya terpaut hitungan menit Andini aku nikahkan dengan pemuda itu”

“Siapa nama pemuda itu dimas” kata pak Sosro

“Rangga Dipati kangmas” kata ki Sudibyo, lanjutnya “Pada hari Senin kemarin Rangga mendaptkan ke dua warongko kyai Walang Sungsang yang lain dan salah satunya putri mu yang bernama Kartika Arumsari kini masih sekolah klas XI di SMA di mana Andini menjadi kepala sekolahnya”

“Putri satu satunya aku sudah meninggal dunia 4 tahun yang lalu, kalau yang kau maksud Arum adalah cucu aku dimas” kata pak Sosro, lanjutnya “Ya ya saya ingat ini mumgkin ada kaitannya pada hari Sabtu kemarin di kampung ini ada sedikit keributan katanya rumahku ini ketiban ndaru aku sendiri ngak melihat itu yang melihat orang orang sekitar sini di saat mereka subuhan di langgar dan anehnya lagi pada saat magrib cucuku Arum menemukan sebuah batu warna biru sebesar kuku ibu jari dan kalau aku masukkan ke dalam air airnya berubah warna biru bening tidak keruh dan aku ambil airnya kembali menkadi air putih biasa”

“Bisa aku lihat kangmas” kata ki Sudibyo

“Sekarang batunya tidak ada padaku dimas saya bikin kalung dan aku belikan emas putih dan sekarang di pakai Arum” kata Pak Sosro

“Kalau begitu betul kata Rangga telah menemukan ketiga warongko kyai Walang Sungsang yang merah ada di kening Andini istriku, yang kuning terdapat di kening seorang guru juga di SMA XX di Kabupaten ini yang bernama Astrit Maharani putri pak Kromo Widakdo seorang mantri kesehatan dan yang biru seorang siswi di SMA XX juga yang bernama Kartika Arumsari yang saya kira putri kangmas ternyata cucu kangmas”

“Ya dimas aku sekarang percaya sekali kalau cucuku Kartika Arum Sari adalah Warongko kyaiWalang sungsang dengan penemuannya batu syafir biru yang kini di pakainya sebagai kalung, ha ha ha aku mengerti sekarang dimas ceritanya kamu tu melamar cucuku untuk Rangga Dipati gitu ya, wah terkabul cita cita ku besanan dengan dimas Dibyo” kata pak Sosro

“Ia kangmas aku melamar Kartika Arumsari untuk Rangga Dipati sebagai penerusku pemegang kyai Walang sungsang kangmas” kata ki Sudibyo

“Aku setuju sekali dimas, gimana bune kamu juga setuju to” kata pak Sosro ke bu Sosro

“Aku sih tergantung anaknya saja kalau Arum mau ya aku setuju kalau Arum ngak mau ya jangan di paksa to pak ne” kata bu Sosro

“Keinginanku ya begitu bu ne aku ngak akan memaksa Arum kok” kata pak Sosro, lanjutnya “Aku kok percaya 90% lah bune karena ini bukan keinginan Arun atau Rangga atau aku atau dimas tapi ini keinginan kyai Walang Sungsang sendiri bu ne”

“Amin, pak ne” kata bu Sosro

Bersambung ….
Part 33
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd