Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Leila pembantuku

Wah leila kynya kekunci di kamar mandi hotel nih lg g bs keluar, suhu lg nyari tukang kunci dulu...
 
what a good drama...
 
:mantap:
:tegang:

Patoknya dah berdiri suhu..
Nungguin pertempuran selanjutnya..
 
Lanjutan

Pagi sudah datang, pukul 5 pagi cahaya matahari sedikit memberi cahaya. Gorden kamarku dan Leila sengaja kami tutup. Agar tidak semua tidak bisa melihatnya, walaupun siapa orang akan melihat yang kami lakukan dikamar lantai 5. Kedua Tangan Leila memengang kain Gorden, kami melanjutkan permainan pada Pagi Hari. Aku langsung saja berdiri dan menuju kebelakangnya; dalam keadaan telanjang aku tekan Penisku ke arah belahan pantatnya. Sedangkan mulutku mulai menjalar ke leher Leila, mulutku menjilat-jilat sambil menggigit pelahan-lahan. Kedua tangan aku bergerak kearah teteknya yang menantang dan meremas-remas sambil sesekali memuntir-muntir putingnya yang cukup menantang. Leila tetap seperti orang yang tidak sadar, matanya hanya terpaku kelayar kaca jendela.

Dengan cepat aku melepaskan selimut tipis yang menutupi tubuhnya.; Leila masih diam saja, ketika kami sama-sama telajang. Hanya kemudian desahan kecil terdengar. Hal itu juga memancing birahiku untuk naik. Sambil tetap memeluknya dari belakang, aku menggeser kakinya agar selangkangannya lebih terbuka sehingga aku bisa mengarahkan Penisku ke lubang Vaginanya. Saat kepala Penisku mulai memasuki memeknya yang sedikit basah, Leila sedikit tersentak, tapi aku terus menyodok kedalam sehingga Penisku terbenam seluruhnya. “aaaaaaaakh…..pak”, desah Leila dengan lirih. “Ennnaaaak….paaaaak” ujarnya lagi.Aku tetap menekan dan kemudian mulai menarik Penisku. Reaksi yang nikmat timbul Vagina Leila bagaikan menjepit Penisku dan seperti tidak mau melepaskanya.

Vagina ternyata masih sempit sekal, dan kukira adalah wajar, ini adalah kali ketiga kami bersetubuh, dan sepertinya akan menjadi kisah romantis. Pengalamanku lebih banyak dibandingkan Leila, dan kebanyakan persetubuhan ketiga, adalah momen dimana kedua insan akan saling terikat dengan nafsu dan kebutuhan kami. Penisku bagaikan dihisap-hisap dan diremas-remas dengan denyutan-denyutan yang sungguh nikmat sekali. Aku menarik dan menekan dengan kuat secara berulang-ulang sehingga biji saya terdengar beradu dengan Pantat Leila yang mulus, “plak….plak….plak….. ,“ bunyi kulit kami yang beadu. Aku tetap memeluknya dari belakang dengan tangan kiri yang tetap berada di tetek sedangkan jari tangan kanan saya berada di dalam mulut Leila.

Mulut Leila menghisap-hisap jariku bagaikan anak bayi yang telah kelaparan mendapatkan susu ibunya, matanya terpejam bagai orang sedang bermimpi. Badannya separuh, dari pinggang keatas condong kedepan, membungkuk namun menahan pada kain gorden. Pinggangnya berusaha untuk mengimbangi gerakan maju mundur yang aku lakukan. Bila akuamenekan Penisku untuk membenamkannya lebih dalam kelubang Vagina, maka Leila segera mendorong pantatnya kebelakang untuk menyambut gerakanku dan kemudian secara cepat mengayunkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bergantian. Aah ….. Leila, ternyata luar biasa enaknya Vaginamu. Kamu memberikan kenikmatan jauh diatas mantan istriku. Aku benar-benar menikmati Tubuh dan Vagina Leila. Kami melakukan gerakan-gerakan seperti ini selama beberapa waktu, sampai suatu saat Badan Leila mengejang , kedua kaki nya juga mengejang serta terangkat kebelakang .

Vaginanya seperti meremas dan menghisap-hisap Penisku dengan keras dan berusaha untuk menelan bataang Penisku seluruhnya. Permainan berlangsung 1,5 jam lebih, “aaaaaaaaaaaaahhhhh …..” desah Leila panjang Akhirnya saya juga tidak tahan lagi, saya peluk badannya dan saya tekan Penisku kuat-kuat ke dalam Vagina. Saya pun melepaskan cairan sperma kedalam lubang Vagina yang begitu hangat dan menghisap.“hhhhheeeeeeeeeh” croot…….croottt…..croot tttt ,” . Tubuh Leila langsung lunglai dan aku mengedongnya kearah ranjang. “Makasih Lei, kamu memang hebat,” kataku sambil mengecup dahinya. “Bapak juga hebat, saya senang bisa liburan dan menyerahkan saya sama Bapak,” kata Leila singkat. Kami tersenyum berdua. Setelah minum air putih dan mandi, kami turun kebawah untuk sarapan.
Leila mengunakan Kaos putih dengan celana pendek, memperlihatkan bentuk Kakinya dan Paha yang putih dan mulus. Aku hanya mengunakan Celana Pendek Jeans dengan Kemeja pantai, liburan harus dimanfaatkan. Jujur inilah liburan pertamaku setelah menjadi Duda, peceraian dan rutinitas pekerjaan membuatku menjadi kehilangan waktu untuk bersantai. Kesibukan itupun, akhirnya mesti dilakukan penyegaran atas semua yang sudah terjadi. Aku adalah orang yang cukup beruntung, bisa liburan dengan Perempuan macam Leila yang cantik. Aku ingin menghabiskan liburanku hanya aku dan Leila, yang ku cinta. Leila sedikit cangung saat menikmati makan bersamaku, karena duduk berhadapan direstoran hotel. “Lei, kamu ingat saja kita adalah sepasang kekasih sedang liburan, yang lain gak usah,” kataku.

Leila menganggukan kepalanya, tanda ia menyetujui pernyataanku. Kami makan dengan biasa, aku melihat kesekitar. Banyak sekali orang yang menikmati liburan akhir tahun di Bali, aku mulai melirik banyak sekali pasangan saling memeluk dan bersendau-gurau. Seakan mereka memiliki dunianya masing-masing dan hanyut dalamnya. Tiba-tiba aku teringat dengan Guntur dan Ninik, dimana hubungan mereka sudah demikian dekat lalu menikah. Aku baru saja memulai hubunganku dengan Leila kekasihku sekarang. Selama sarapan aku mencoba untuk mersa, Leila pun menanggapinya namun masih merasa janggal dengan cara aku memanjakannya. Tiba-tiba Handphone berbunyi, sejenak aku sedikit kesal siapa yang menghubungiku. Rupanya Klienku, Pak Raymond seorang pengusaha asal Sumatera, yang urusan investasi sahamnya aku tangani.

“Halo Pak?” jawabku dengan sopan dan hati-hati. “Halo, Husni. Kamu dimana?” tanya Pak Raymond diseberang telepon. “Iya pak, ada masalah apa ya? Apa ada masalah dengan laporan kemarin dari tim saya?” tanyaku. “Gak, Husni pekerjaanmu beres. Semua teman saya pun senang, oh iya mungkin ada fee dari Pak Justin dan saya karena udah usaha aman perusahaan dari krisis kemarin. Kamu sekarang dimana?” ujar Pak Raymond menjelaskan dan menanyakan keberadaanku. “Maaf pak, saya lagi diluarkot. Biasa pak, saya liburan,” kataku. “ Kamu lagi di Bali?” tanyanya. Aku terkejut, klienku seperti mengetahui ada dimana aku. “E…Iya Pak, saya lagi liburan?” kataku. “Berarti saya benar, he..he..he. coba kamu lihat arah jam 3,” katanya seberang telepon.

Aku menegok sebelah kananku. Situasi ramai, namun dipojokan aku melihat seseorang paruh baya dengan tinggi dan kulit hitam dengan badan tambun. Ia menghisap cerutu sambil tangannya memegang handphone. “Kamu ke sini,” katanya singkat. Aku mengagguk sambil menutup Handphone lalu bangkit berdiri, “Leila, kamu duduk disini. Jangan kemana-mana sebelum aku datang,” kataku. “Iya, pak,” katanya. Aku bangkit dan menuju tempatnya, “Selamat pagi pak, maaf baru tahu Bapak disini juga,” kataku sambil tersenyum dan memberi salam. Pak Raymond adalah salahsatu klien besarku dan perusahaan. Dahulu aku hanya mampu menjual saham dengan klien yang bisa dikatakan biasa saja. Namun karierku 2 tahun terakhir meningkat terutama tahun ini karena Pak Raymond.

“No Problem, saya baru tahu juga. Silakan duduk, Husni.” Katanya. Aku duduk, ia mengisap cerutunya dan mengebuskan kembali. Asap keluar dari mulutnya, “Maaf pak, bukan hanya besok Natal? Bapak gak rayain dengan keluarga?” kataku basa-basi. “Ah, gak perlu. Saya sudah suka disini. Lagian anak saya udah punya keluarga,” kata Pak Raymond. “Saya dengar dari teman. Kamu sudah bercerai?” kata Pak Raymond. “Iya..pak kira 6 bulan lalu,” kataku. “Satu sisi saya turut prihatin. Namun sisi lain, kamu memang punya selera yang baik,” katanya. “Maksud bapak?” kataku aku sedikit was-was. “Dia yang bersama kamu, tenang saja Husni saya paham,”kata Pak Raymond sambil tersenyum.

“Dia..e..,” kataku sedikit terbata-bata. “Santai Hus, saya gak mempermasalahkannya. Semua punya kehidupan pribadi,” kata Pak Raymond lagi. Aku mulai mengerti apa maksudnya, ku pikir liburanku akan menghancurkan hubungan kami. Seorang perempuan umur muda datang menghampiri kami, dan tersenyum padaku. Kemudian perempuan itu duduk disebelah Pak Raymond, dan menyandarkan kepala di Bahu Kiri Pak Raymond. Pak Raymond mematikan cerutunya lalu merangkul dan mendekatkan Perempuan itu dengan Tangan Kirinya. Umurnya masih muda, mungkin seumur dengan Leila, mungkin lebih cocok dianggap Ayah atau Kakek untuk Pak Raymond. “Om, lamakan tinggal di Bali? Aku masih kangen nih?” tanya Perempuan itu manja. Pak Raymond tersenyum, “Om, gak bisa lama. Palingan seminggu penuh, Well kaya biasa jumat sore Om udah ada di Bali balik Jakarta Senin,” kata Pak Raymond.

“MMMh, Om mah gitu. Aku sering kesepian nih. Kenapa aku gak dibawa Om ke Jakarta aja sih,” kata Perempuan itu lagi. Pak Raymond menoleh kepadaku, “Husni, mulai tahun depan. Saya akan ajak banyak investor ke perusahaan kamu. Tinggal kamu bagi aja, biar gak bentrok kerjanya,” kata Pak Raymond. “Saya mengerti pak, namun maaf. Jika mau lebih lanjut bapak biasa omong ke “Bos Besar”, kok kesaya,” kataku menegaskan aturan main perusahaan. “Saya sudah bilang kamu tinggal atur pelaksanaan aja, semua urusan saya dengan bos kamu. Dengar ini investasi yang besar, kalo berhasil nama perusahaan dan kamu semakin berkibar,” kata Pak Raymond lagi.

“Saya tahu, banyak yang merugi setahun ini, juga tahun depan juga belum pasti untuk banyak usaha. Tapi jika kita saling menjaga saya yakin ada untungnya,” kata Pak Raymond lagi. Aku menyetujuinya. “Om, tuh kan ngomongin bisnis lagi. Aku jadi diamin ya ?” kata Perempuan itu. “Tidak sayang, kamu yang penting buatOm,” kata Pak Raymond lagi. “Aku juga, aku tinggalin banyak hal. Keluarga, Sekolah dan banyak lagi. Semua untuk Om Raymond. Om juga kasih kehidupan mewah dan menyenangkan disini,” kata Perempuan itu. “Tapi Om, ada satu lagi untuk Putri, jika Om mau turutin aku jadi senang banget,” kata Putri memohon. Aku menjadi sedikit mengerti apa yang terjadi, perempuan itu adalah Putri yang mungkin adalah simpanan Pak Raymond yang sengaja dititipkan di Bali.

Pak Raymond rutin menengok dan melihatnya seminggu sekali, beruntung sekali mereka yang memiliki banyak uang. “Apa itu sayang?” tanya Pak Raymond ingin mengetahui keinginan kekasih gelapnya. “Om, izinkan aku layanin Om Raymond lebih dalam lagi. Gak kaya sekarang, kita ketemuan butuh waktu dan semuanya harus kaya sembunyian,” kata Putri mengenaskan keinginannya untuk lebih lanjut. “Mmmm, Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan,” kata Pak Raymond. “Yakin sekali, kita hubungan udah 6 bulan lebih, harusnya usia 18 tahun ini Putri lulus. Tapi Putri gak peduli dengan semua itu. Semua keinginan Putri jadi kaya dan mewah udah Putri dapatkan, sekarang Om yang akan Putri layanin,” kata Putri menegaskan pernyataan. Perkataan sangat jelas sedikit berbeda dengan berberapa saat yang lalu ia manja kepada Pak Raymond. “Jadi kamu mau sama Om, jujur lho. Istri Om udah gak bisa layanin Om. Jadi kalo kamu mau kaya gitu Om senang sekali,” kata Pak Raymond.

“Gak papa, aku udah serahin semuanya ke Om. Putri ini milik Om Raymond, tapi Om gak boleh buang Putri ya Om. Juga jangan main putri ke teman-teman Om,” kata Putri. “Tentu tidak sayang, kamu yang penting buat Om. Tapi jika kamu suka cowo lain, kamu tanggung akibatnya,” kata Pak Raymond menjelaskan dirinya tidak main-main dalam melakukan kesepakatan. Ancaman membuat aku sedikit kikuk, kemersaan mereka membuatku iri, namun ketika Pak Raymond memberikan ancaman itu membuatku sedikit takut jika aku mempermainkan kepercayaannya. “Gak om, Putri gak akan mengkhianati Om, Kalo Putri mau mempermainkan Om. Buat apa Putri tetap sama Om. Sekarang Om setujukan?” tanyanya.

Pak Raymond menganggukan kepala, “Okay, kalo gitu nanti Om atur tempat tinggal baru kamu di Jakarta nanti. Biar Om bisa bobo sama kamu,” kata Pak Raymond. “Om tahu kenapa aku ngebet banget tinggal bareng sama Om?” tanya Putri, “Iya sayang kenapa. Sebenarnya Om Penasaran dengan keinginan itu. Disinikan kami bisa aman juga?” kata Pak Raymond penasaran. Putri mengambil Tangan Kanan Pak Raymond dan menempelkannya ke Perutnya. “Om, coba pegang perut Putri gimana?” Tanya Perempuan itu, ia tersenyum. Pak Raymond terkejut,” Kamu? Sejak kapan?” katanya Ia bangkit berdiri, aku menyadari Perutnya sedikit membuncit. “Udah 4 bulan lalu, aku stop pakai Pil KB lagian, aku pengen rasain hamil,” kata Putri dengan lugas.

Pak Raymond bangkit berdiri, dengan wajah seakan tidak percaya, Y-yang b-benar sayang?” Katanya masih terkejut. “Iya Om, udah 3 bulan telat, Om senang?” tanyanya. Aku prediksikan Pak Raymond akan marah besar. Namun yang terjadi sebaliknya,“Kalau Om pengen punya anak dari kamu,” katanya dengan senang. Pak Raymond mencium Perut Putri dan duduk kembali. “Hufft, sebetulnya Putri was-was karena Om juga main gak pakai kondom juga. Sisi lain Putri pegen hamil juga kasih anak ke Om,” jelasnya. ”Om mau kamu hamil kok, Om senang banget,” kata Pak Raymond menenangkan Putri. “Makasih Om,” kata Putri. “Iya sayang, kamu jangan mikirin apa kata orang. Biar ini kita berdua aja yang merasakan karena kita yang mengalaminya, bukan mereka,” kata Pak Raymond menjelaskan bahwa urusan selanjutnya adalah urusan keduanya.

Pak Raymond mengenggam tangan Putri, “Okay, kalo gitu nanti Om atur tempat tinggal baru kamu di Jakarta nanti. Biar Om bisa bobo sama kamu,” kata Pak Raymond. Aku semakin tidak tahan dengan adegan ini, aku memilih pergi. Pak Raymond mengizinkannya, aku kembali kepada Leila yang sudah menungguku. 20 menit sudah, Leila menunggu aku untuk bicara dengan Pak Raymond, “Maaf Lei, aku tadi ketemu klien. Dia mau ngobrol,” kataku. “Terus kita ketahuan ya pak? Maaf pak,” kata Leila terkejut. Ia sepertinya masih menganggap dunia kerjaku adalah kerja yang bersih tanpa ada sisi gelap. “Gak, Pak Raymond liburan sama pacarnya. Udahlah selama kamu sama saya semuanya akan aman,” ucapku.

Karena kami sudah selesai sarapan kami kembali ke kamar kami. Lalu beristirahat berdua, sebelum melakukan aktivitas lain. Kami duduk bersebelahan diatas ranjang sambil menikmati acara TV. Aku sedikit memikirkan dua kasus, Guntur dan Pak Raymond yang terlalu jauh bermain dengan pacar mereka. Keduanya bahkan menghamili perempuan itu. Namun aku memikirkan kembali apa yang aku inginkan, aku bebas memacari perempuan lain. aku adalah duda yang tidak memiliki ikatan dengan mantan istriku. Bahkan jika nanti aku menikahi Leila nantinya, pasti Istriku dan Diyar tidak akan mempermasalahkannya. Aku berusaha fokus untuk menikmati liburan tanpa terbebani dengan masalah orang lain. Aku pun mengajak Leila untuk menikmati suasana Bali, maka tanpa bertukar pakaian kami berangkat.

Aku mengunjungi berapa tempat yang ikonik namun memang tidak membeli, karena fokus untuk menikmati liburan. “Lei, kemarin sama tadi Pagi apa kamu menikmatinya?” tanyaku sambil sedikit berbisik dan merangkulnya dengan tangan kananku. "Iiih, dasar," katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat. “Ahhh, Kenapa?, saya boleh nanya kan?” tanyaku menyelidik. Ia diam saya. “Kalo Bapak gimana?” tanyanya, lalu menatapku. Langkah kami berhenti, Aku benar-benar menikmati keindahan kekasihku ini. “Saya menikmatinya, namun aku ma terus. He…he…he,” kataku sambil tertawa kecil. Leila tersenyum manis mendengarnya dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan didadaku. “Paa, sudah lama kita gak melakukannya", katanya lirih. “Leila menikmatinya, akan melayani Bapak jika mau,”katanya. Terasa sedikit kaku, namun aku rasakan kenyamanan.

Aku dan Leila meneruskan perjalanan kami, mencoba keramaian kota dan wisatanya. Dua jam, kemudian waktu menunjukan pukul 12.00 Wita, waktu makan siang sudah tiba. Kami makan siang, dengan menu khas Bali dipinggir jalan, setelahnya kami kembali ke hotel untuk istirahat. “Lei, nanti sore kita ke Pantai yuk?” kataku. Leila menoleh, dan terkejut. “Tapi pak, Bajunya Renang kan gak ada. Jadi mesti beli dulu,” kata Leila memberikan alasan. “Ha…ha…ha…ha, kamu lucu Lei. Aku udah siapin semuanya,” kataku. Aku menarik tangannya dan menuju lemari dekat kamar mandi. Aku membuka pintu lemari, tempat pakaianku dan Leila tersusun rapi dengan plastik hitam sebelah lemari untuk pakaian kotor kami.

Aku membuka, pakaian kami tersusun rapih. “Ini pakaian renangnya,” kataku sambil menunjukan berberapa Bikini yang aku beli. “Ini pakaian renangua?, terbuka banget pak. Nanti saya takut pada aneh liat saya pakai kaya gini,” kata Leila. “Siapa yang anggap gitu, gak ada yang tahu statusmu. Kamu cantik kalo pakai ini,” kataku memberikan semangat. Leila masih mengamati pakaian itu, wajar saja dia memang tidak pernah memakai pakaian seperti itu. Padahal menurutku ia akan tampak cantik dengan memakai pakaian yang sexy. “Pokoknya kamu harus pakai pakaian ini,nanti saya kasih tahu bagimana pakai dan merawatnya,” kataku dengan singkat. Leila menggangukan kepalanya, ia mau mengunakan pakaian tersebut. Leila mulai mengikuti apa yang aku inginkan.

Kami beristirahat sejenak untuk menikmati kamar, kami sedikit bercanda saling memeluk. Menjelang pukul 15.00. Kami bersiap berangkat menuju pantai, dengan mengunakan mobil travel kami pergi ke Pantai. Bikini dan Celana Renang dan barang lain tersimpan tas rasel kain milik Leila. Ia tidak mau langsung mengenakan bikini itu, karena basah dan takut malah berbayang di kaos dan celana yang ia kenakan, maka ia berencana untuk ganti nanti di pantai saja. Awalnya aku ingin Leila memakainya namun, setelah memikirkan akan baik untuk menjadi sebuah kejutan, aku mempersilakan memakainya ketika sampai dipantai, tidak lupa aku menunjukan majalah dan orang yang memakai Bikini di Kolam Renang.

Pantai itu memang terlalu ramai saat kami sampai, maklum akhir tahun dan liburan sekolah. Ada pula Wisatawan asing berjemur dan banyak orang sedang bermain air laut sambil mendirikan istana pasir. Aku mencari alternatif pantai yang cukup sepi, aku menghampiri supir. “Tolong pantai yang rada sepi. Kamu tahu,” kataku. “Wah, pak itu sulit. Sedang liburan, banyak yang ramai,” katanya. Aku terdiam, dan mengeluarkan uang 200.000 dan memberikan padanya. “Tolong antar saya dan pacar saya,” kataku. Supir itu terdiam, ia mengaggukan kepala. Kami masuk kedalam mobil dan melakukan perjalanan kembali. Supir itu membawa kami, ke Pantai Pandawa. Perlu waktu, 30 menit untuk sampai. Karena kami adalah konsumen hotel yang memiliki akses kami bisa memasuki Pantai.

Kondisi pantai cukup sepi, dan hanya Wistawan asing dan lokal namun memiliki kelas sosial cukup tinggi. “Perfect,” kataku melihat pantai tersebut. Sesampainya disana aku betukar baju dengan Celana Renang dan kemudian Leila yang menukar pakaiannya dengan Bikini, Leila memutuskan untuk memakai Bikini dengan two pieces, jenis self tie back bikini, yang baru ku beli. Bikini itu begitu tipis dan kecil, sehingga tidak mampu menutupi bagian tubuhnya yang sexy. Sesaat setelah mengenakan Bikini itu, Leila memperhatikan tubuhnya yang begitu indah dan menantang tertutup oleh sepotong bra mini berwarna merah yang hampir memperlihatkan sebagian besar payudaranya yang montok. Terlihat jelas tonjolan puting susunya yang montok itu di balik bra yang kecil dan tipis itu.

CDnya, yang juga berwarna Merah yang dipakainya begitu tipis dan kecil, dengan tali kecil yang diikatkan ke kiri dan kanan pinggangnya. Ternyata Leila mengetahui kesenanganku, ia memakai Bikini ada Neck Fasteningnya sehingga mengandalkan simpul ikatan yang membuat pemakainya menjadi lebih sexy. Penampilan Leila yang dibalut bikini model self tie back yang begitu menantang itu, membuat ku menelan ludah, tidak memperlihatkan Leila adalah seorang pembantu. Pada sisi yang lain, aku seperti memenangkan sebuah perjudian, memiliki seorang yang mencintaiku dan kucintai yang memiliki kesexyan yang mungkin membuat orang menjadi iri hati. “Pak, kaya gini ya,” katanya sambil menututupi punggung dan dadanya dengan handuk. Aku takjub saat Leila membuka handuknya yang pengang dengan Kedua Tanganya yang menyilang.

“Kenapa, ditutupin? Kamu sexy dan Cantik kok,” katanku merayu Leila untuk melepas handuknya. “Tapi Pak, kelihatan seksi banget, malu Pak,” katanya. “Lho, kamu nutupi yang atas, jalan kesini. Kamu lupa bawahnya..he..he..he,” kataku menimpali. Ia melihat kebawah, ia hanya memakai celana pasangan bikini sedangkan celana pendeknya ditaruh diransel. Ia tersenyum malu, aku lalu berinisatif mengenggam Kedua Tangannya dengan Kedua Tanganku dan melepaskan handuknya dan menaruhnya ke Kursi tempat ku duduk demikian pula dengan Ranselnya. Terlihatlah pemandangan indah untuk, Leila memakai Bikini yang terlihat sexy, bahkan ketika aku melihat sekitar, berberapa melirik kami. “Kamu sudah pakai sunblock ?” tanyaku pada Leila. “Sudah pak, tadi sebelum berangkat saya sudah pakai,” kata Leila.

Lalu mereka berdua menuju tempat duduk panjang yg terbuat dari beton membentuk kursi lengkap dgn sandarannya tsb. Tidak jauh dari kami adapula pengunjung lain yg asyik menikmati pantai. Aku tidak sabar untuk menikmati pantai dan bermersa dengan Leila. Tanpa pikir panjang, aku menganjaknya ke Bibir Pantai, dan sampai air laut menutupi dada Leila. Aku melihat semuanya menikmati pantai ada berpelukan mersa ada pula yang berenang. Kami sedikit berenang, kesisi pantai yang lain, rupanya ada yang menarik dimana sekelompok Wisatawan yang berenang, dengan cukup panas. Aku menganjak Leila untuk kesana, ketika kami sampai mereka diam saja. Mereka berjalan sambil bercanda dan sesekali saling peluk, bahkan saling mencium.

Seakan tidak peduli dengan pengunjung yg lain. Pantai memberikan suasana hanyut dalam percintaan. Kami memilih posisi dekat karang, dengan Leila menyandar dikarang yang lumayan datar permukaannya. ” sayang.. aku sayang banget Lei,” ujarku padanyamerayu sambil menatap matanya. Ia tersipu malu, “Ah, Bapak. Leila jadi malu nih. Banyak orang,” katanya. “Kamu liat, mereka gak peduli, gak usah urusin orang lain Lei. Kamu cuma urusin saya, kataku. sambil memeluk Pingangnya. ” Iya Pak, aku juga ” jawab Leila dengan pelan, “Juga kenapa?” kataku berbisik di Telinga Kanannya. “Sayang Bapak,” katanya dengan wajah sedikit padam. ” uuuhhhhh,” Leila melenguh pelan saat aku mendaratkan ciumanku ke Dadanya.

” Leila, aku kecup kamu lagi boleh nggak? Abis kamu gemes dan imut banget, ” pinta ku dengan pelan. Leila hanya mengangguk dan aku segera medaratkan ciumanku pada bahu pipi dan leher di Leila. ” aaaarrrggghhhhhh….. ” Leila menggeramm pelan saat merasakan aku mendaratkan kecupanku padanya. Ia mulai terhanyut dalam permainanku, ” uuhh.. huuufttttt… ” nafasku semakin terengah karena Bibir dan Lidahku makin cepat, sementara dia harus diam. Tiba-tiba seseorang menepok punggungku dan Bahu Leila. Seorang wisatawan asing, sambil menunjuk arah depan. Rupanya ombak sedang naik, kami berrenang kearah tepat yang aman. “Sial, lagi asyik ombak meninggi,” kataku. Orang yang sedang dipantai langsung naik, kearah darat, Pukul 17.00, pantas saya. Rupanya hanya 1 jam kami menikmati pantai, dan harus membersihkan diri dan kembali ke Hotel.

Kami kembali ke Hotel yang membutuhkan waktu 1 jam, karena aku dan Leila mesti menunggu mobil hotel yang membawa penumpang dari Pantai sebelumnya. Perjalanan membuatku sedikit kesal, waktuku untuk bermersaan dengan Leila harus habis 1 hari. Karena mesti pindah Pantai kedua, ombak naik yang membuatku harus menhentikan keinginan berenang dengan Leila ke Pantai. Sesampainya di Hotel, aku menceritakan kekesalanku dengan pelayanan ke Pantai. “Maaf Pak, jika kurang memuaskan pelayananya. Wajar Pak, pertama ini liburan akhir tahun. Banyak yang memilih ke Pantai daripada ke daerah pegunungan dan lainnya. Kedua, Fenomena alam pak kita baru dapat info kalau berberapa hari lagi kemungkinan Full Moon jadi perayaan Tahun Baru kita bikin di Kolam Renang,” kata Resepsionis Hotel menjelaskan.

“Yah, harusnya bisa dong info ke konsumen. Saya sama pacar saya, jadi merasa rugi. Atau gini aja, saya Check Out saja,” kataku masih kesal. “Jangan pak, gimana yah. Saya bicara dulu pak, sama atasan saya. Sayang pak, Bapak Husni sudah bayar full untuk Superior Room,” kata Reseosionis Hotel. dia mempersilakan aku dan Leila untuk duduk di kursi dan Sofa di Louge Hotel. Bersama dengan berberapa kosumen Hotel yang serombongan dengan kami dipantai sebelumnya. “Pak, Leila ke kamar dulu, mau nyunyi pakaian renang semuanya. Soalnya basah,” kata Leila memohon izin ke kamar. “Ya sudah, tapi jangan ada yang masuk ke kamar selain saya,” kataku memberikan kunci.

Leila berlalu dan aku masih menunggu. Hotel sangat ramai, dan terjadi pembicaraan antar konsumen Hotel. 20 menit kemudian, semua diberikan penjelasan untuk pelayanan hotel yang intinya sulit untuk pihak hotel memberikan pelayanan tambahan untuk sekarang dan minta Konsumen berbesar hati terhadap kejadian ini. Sebagian besar mendapatkan voucher untuk menginap satu malam dalam tempo 1 tahun. Banyak yang menerimanya, rata-rata karena tidak mau mencari Hotel baru yang mungkin akan kembali menguras uang mereka di masa liburan. Ketika giliran aku, Manager Hotel mempersilakan untuk ke Bar Hotel yang tepat berada pojok restoran hotel. “Silakan duduk pak, Kurang enak nanti kedengaran sama yang lain,” kata Manager Hotel.

“Gini pak, karena Bapak udah menempati Superior Room, dan jumlah gak main-main nih 12 juta untuk semuanya. Tapi harga itu juga karena liburan panjang, gimana pak jika negosiasi saja,” kata Manager Hotel. “Bukan untung kalo saya Check Out, Bapak bisa potong sekitar 10% atau berapa. Saya bisa pesan lebih murah dari ini,” kataku. “Mohon bapak sabar dulu, tadi staf hotel saya minta lihat dokumen pemesanan bapak. Bukan kurang ajar atau apa, Bapak punya hubungan dengan Pak Raymond?” katanya. Aku terkejut, “Saya Pialang Pak Raymond bisa dibilang saya orang yang main saham Pak Raymond 2 tahun terakhir,” kataku. “Jadi Bapak tahu dengan perusahaan kami, ini kami adalah teman kerja Pak Raymond,” kata Manager Hotel sambil memberikan kartu nama dengan nama perusahaan dibalik kartu nama.

“Jujur saya tidak tahu, jika Perusahaan ini main pelayanan Hotel. Tapi saya tahu tahun lalu, ada banyak klien dari Pak Raymond dan 12 atau 14 Klien dari Pak Raymond yang saya tangani. Salah satu ini memang dibawah pengawasan saya,” kataku. “Sebelumnya terima kasih, jadi karena efek krisis kemarin Hotel Kami takut kekurangan pelanggan. Untungnya banyak peminat karena Hotel Pinggir pantai kemarin, telepon penuh jadi banyak kirim calon pemesan ke kami. Kami terima kasih sudah banyak bantu kami meski tidak langsung. Berhubung Bapak mempermasalahkan pelayanan saya bisa bantu bapak untuk ini,” kata Manager Hotel dengan ramah sambil memesan minuman keras. “Tolong Vodka satu gelas, kalo Bapak?” tanyanya. “Saya pesan sama saja, Enak gimana?” tanyaku kembali.

“Gini pak, gimana bapak naik ke Suite Room, biayanya akan beres tanpa nambah biaya berikut dengan akses lainnya,” kata Manager. “Berarti saya ambil hari tersisa gitu ya? Fasilitasnya apa saja ?” kataku kembali bertanya. “Banyak Pak, Private Massange, atau Private Pool kami bisa atur secepatnya,” kata Manager Hotel. Aku berpikir sejenak, liburanku kali ini memang diwaktu banyak pula orang yang berlibur sehingga aku tidak bisa meyalahkan pihak Hotel begitu saja jika Pantai yang dimiliki Hotel lebih ramai dan harus memilih Pantai lain dengan menambah waktu dan uang. “Okay saya ambil, gimana Prosesnya,” sambil menengak Vodka yang sudah tersaji. “Mudah pak, hanya butuh 10 menit untuk transfer data,” katanya lalu mengeluarkan telepon dan berbicara untuk meminta data dan kamarku agar dipindahkan.

“Halo, Yuli kamu atur ya Kamar Pak Husni pindahin ke Suite Room yang ada. Juga nanti siap Boy Room buat angkat tas ke lantai atas,” kata Manager. Manager itu menutup telepon ya,”Pak Husni saya berterimakasih sekali, Bapak udah mau ambil fasilitas ini. Karena sedikit banyak Bapak udah bantu usaha kita. Walaupun ini terkesan memanfaatkan liburan Bapak. Mohon jangan artikan demikian, murni ini fasiltas kami untuk melayani. Kalo kami akan memberikan “Itu” diluar ini,” katanya menjelaskan. Semula aku berpikir kenaikan kelas ini merupakan semacam kado dari pekerjaan. Layaknya dua orang yang memiliki usaha sama saling memberikan hadiah untuk menguatkan pertemanan. Rupanya Manager ini memberikannya adalah karena harus dilakukan karena kewajiban.

Setelah 20 menit, kami berpisah. Aku kembali ke Kamarku, dan Leila membuka pintu. “Bagimana pak, kita pindah?” tanya Leila. “Gak jadi, tapi kamu rapihkan barang ke Koper ya,” kataku. Ia menyiritkan dahinya tanda orang sedang bingung. “Hotel ini, milik klien saya jadi. Gara-gara pantai sedang tidak aman, kita diminta naik kelas,” kataku. Leila terdiam, ia masih bingung dengan penjelasanku. Namun ia mengikuti perintahku untuk merapihkan pakaian. “Begini, karena takut harus kembali uang, padahal semua hotel disini penuh. Pihak hotel kasih promo untuk menginap gratis dilain waktu. Karena kita pesan kamar yang lain kelas kita dinaikkan secara gratis,” kataku. ia menganggukan mengerti.

Singkat cerita kami pindah dua lantai, dengan kamar lebih luas dan mewah. Leila takjub dengan fasilitas yang ada dalamnya. “Bagus ya Lei, pasti kamu suka?” kataku Pada Leila yang masih takjub ketika memasuki Kamar Hotel. “Ini beneran Gratis pak, gak rugi yang punya Hotel,” kata Leila mengatakan rasa takjubnya dengan pelayanan Hotel. “Gak ini biasa dalam bisnis. Kalo mereka kasih fasilitas kaya gini artinya semoga kita datang lagi pas liburan. Atau mereka berharap kita gak Check Out karena marah sama fasilitas maka supaya kita senang mereka kasih apa yang bisa dilakuin,” terangku sambil memeluknya dari belakang. Boy Room langsung menutup pintu kamar kami.

Pemandangan begitu bagus, ketika matahari mulai terbenam. Kami menikmatinya, dalam pikiranku tercetus banyak cara lain untuk menikmati malam nanti. Aku ingin bersetubuh lebih lama dengan Leila selama di Bali. Jendela kamar dilantai teratas tepat menampilkan matahari sore hari ditenggah meski tampilan menampilkan bahwa Pantai dibelakang Hotel ini, toh untuk mencapai pantai harus memutar dan memakai Mobil. Pada sisi inilah yang membuatku kesal, karena tidak seperti bayanganku orang bisa berberapa kali ke Pantai. Namun ketika mereka menjelaskan mereka memiliki fasilitas lain seperti Private Pool membuatku sedikit tenang, minimal aku bisa berenang dengan Leila tanpa ada gangguan dari orang lain. Pada waktu itu, aku membalikan tubuh Leila sehingga berhadapan dengan lalu tanpa basa –basi aku menciumnya.

Aku mengangkat Dagunya dengan Tangan Kananku sampai wajah kami berdekatan lalu aku mencium bibirnya yang kecil dengan lembut sambil diberi sedikit hisapan-hisapan dan kecupan. Leila belum bisa bereaksi sama sekali saat itu selain mencoba memejamkan mata dengan air mata yang terus berlinang. Dengan sabar Aku mencoba menciumnya berkali kali sampai akhirnya ia mulai membuka bibirnya yang tipis dan langsung aku manfaatkan untuk memasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya. “Mmmmpphhhhh ….hhheehhhh….mmmmppphhhh …” Leila mulai berdesah sebagai reaksi atas ciumanku yang semakin gencar dengan permainan lidahku dan mulai mencairkan keteganganku. Suasana makin romantis dengan cahaya matahari yang semakin sedikit. Untung lampu tidur menyala, sehingga tidak menyebabkan suasana kamar yang gelap.

Tangan Kiriku aku gunakan untuk memeluk tubuhknya sedangkan Tangan Kananku memegang Tengkuknya. Tanpa kusadari kedua tangannyau yang melingkari pinggangnku mulai digunakannya untuk memeluk erat tubuhku. sehingga ubuh kami sekarang saling merapat, kulit bertemu kulit. Meski kami masih berpakaian, Kurasakan Vaginanya bergesekan dengan pahaku, sedangkan Penisku bergesekan dengan Perut dan Payudaranya dengan Uluh Perutku . Gesekan demi gesekan mulai membangkitkan gairahnya sekaligus juga keberaniannya untuk mulai menyambut aksi yang aku lakukan. “Ja..ja..ngan pa…” Leila merintih pelan karena mulai merasa tidak berdaya “Jangan kenapa Leila ?” Tanya ku lagi, walaupun dengan suara biasa tapi terasa sangat mengintimidasi,” Ma…maksudnya …e..ehh … Biar kita malam dulu, nanti terserah bapak…,” ucapnya sambil menunduk, ia cukup menyerah.

Aku meluluskan perkataannya untuk bersiap untuk makan malam, karena nantinya aku akan mendapat service seks dari Leila. K
ami berpakaian, aku memakai Kemeja biru dan celana hitam, sedangkan Leila Ia tampak cantik dengan gaun hitam dengan belahan dada terlihat. “Kamu cantik sekali, Lei. Kaya artis, bisa kita turun sekarang,” ucapku mengajaknya pergi. ia tersenyum malu, “ Terima kasih pak. Sebentar pak,” ucapnya masuk kedalam. Ia mengambil kunci dan mengunci Pintu. Fasilitas makan malam menjadi berbeda kami mendapatkan jatah fine dinning. Bahkan Pak Raymond duduk dimeja berbeda. Kali kami tidak saling menganggu, hanya memberi kode.

Kami makan malam, aku sesekali mengajari Leila bagimana menikmati makan malam dengan mewah, yang awalnya akan sulit dia nikmati. Saat makan malam suasana demikian cair dan hangat, kami ngobrol banyak hal terutama tentang kejadian kami bersetubuh. “Kamu nyaman dengan hal ini Leila?” tanyaku sambil melanjutkan makanan. “Saya masih bingung pak, saat melakukannya saya merasa puas. namun saya masih merasa saya kurang pantas untuk Bapak,” katanya. “Bapak berpendidikan, status bagus. Dibandingkan saya, hanya seorang pembantu,” katanya. Aku terdiam, dan mencoba memncari alasan lain untuk ia melupakan sejenak hal itu. “Leila, tubuh kamu nikmat sekali sayang. Kamu itu bukan hanya baik, namun mengairahkan. Kita nikmati saja sekarang, jika ada masalah pikirkan nanti,” Kataku.

“Terima kasih ya, kamu kasih hal yang paling istimewa yang kamu punya untuk saya dapat” lanjutku sambil tersenyum. “Istimewa apa ?” jawabnya manja “wong bapak ambil sendiri dulu, tapi akhirnya mau saya berikan” lalu sambungnya “Tapi saya senang kalau bapak merasa sangat nikmat seperti yang saya rasakan juga,” kata Leila sambil tersenyum. “Nah, kita nikmati dulu mersa dan main lagi selama disini. sekarang kamu sudah tidak perawan lagi dan udah mulai punya pengalaman,” canda Aku kepada Leila. “kamu menyesal ga ?” lanjutku dengan bertanya. Sejenak ia tertegun mendengar pertanyaan dari aku yang terakhir. “Saya tidak menyesal pak, karena bapak memang menginginkannya” katanya sambil tertunduk.

“Lalu Kamu?” tanya aku pada Leila, “saya mohon bapak jangan jadi menganggap saya perempuan murahan yang rela ditiduri majikanya. Saya lakukan karena kesadaran dan rasa cinta saya pada Bapak,” kata menjelaskan. “Tentu tidak sayang “ jawabku menanggapi, pernyataan yang membuatku lega. Aku makin mantap menikmati liburanku bersama Leila. Akhirnya obrolan kami dilanjutkan dengan gurauan mengenai hal-hal yang membuat hubungan kami semakin hangat, termasuk obrolan-obrolan panas tentang persetubuhan. Pembicaraan semakin memancing pikiran kotorku pada Leila karena pengaruh minuman (karena kami memesan wine, dan mengajari Leila cara menikmatinya), hal itu ditambah pakaian Leila yang menampilkan Payudara yang bagus. sehingga dia tidak bisa menahan diri untuk selalu mencuri kesempatan untuk menatapnya.

Tanpa kami sadari, obrolan tentang “rencana bersetubuh” ini membuat gairah kami mulai bangkit kembali. Kami kembali kamar, menjelang kamar, kami berciuman sambil berpelukan. Leila harus mengakui bahwa teknik berciumanku sangat mudah membangkitkan gairah wanita manapun termasuk dia. Hanya dengan berciuman beberapa menit saja, Leila mendesah dan putting susunya mengeras sebagai pertanda berahinya sudah datang kembali.Leila membelakangi kamar, dan aku berusaha membuka pintu kamar,1 menit kemudian pintu terbuka kami melepaskan ciuman dan masuk lalu mengunci pintu. Kali in iLeila coba memegang kendali saat berciuman, tepat saat aku membalik badan setelah mengunci pintu. Leila dengan menindihku sehingga aku menyandar pada pintu. Aku terkejut, Leila menjijitkan kakinya untuk mencapai mulutku. “Aku gendong,”ucapku. Leila merangkulkan tangannya pada leherku dan kakinya ditekuknya mengunci pinggang.

Awalnya aku terlebih dahulu belum menyadarinya. Ciuman demi ciuman kami sambil menggesek-gesekkan Penisku dengan Vaginanya, meski kami masih berpakaian tidak membuat Penisku belum mengeras. Aku mengangkat tubuhnya, sehingga wajahku menjadi lebih dekat dengan dadanya. Aku berjalan pelan hingga dipinggir ranjang. Kemudian ku arahkan Tangan Kananku mencapai Bagian Belakang Kepala Leila dan mendorong kedepan, bersamaan dengan itu aku arahkan wajahku untuk menyambut wajahnya, kami berciuman. kami melakukan ciuman cukup lama sekali. Bibirku berpindah kekupingnya dan kucium kupingnya dan aku julurkan lidahku ke lubang telinganya
"uhh.. geli Pak," keluhnya. Namun aku tidak peduli, aku masih melanjutkannya. Aku cium lehernya yang wangi. "Ohhh…,enak Pak enak lagi Pak ohh.." dan kuberikan cupangan di lehernya.

Sementara Tangan Kiriku mencapai Pundak Leila, Saya mencoba turunkan tali Gaunnya,
"jangan Pak, malu,"ucapnya mencegah yang kulalukan. tetapi kuteruskan saja, dan melakukan yang sama pada tali gaun yang lain dengan Tangan Kananku dan terlihatlah kedua bukit kembar yang putingnya sudah menonjol keras, Aku meremas-remas kedua bukitnya. "Pak, pelan saja, oh…," keluhnya. Kuturunkan temponya dan ku cubit-cubit kecil payudaranya. Setelah itu saya pilin-pilin putingnya. dia mendesah menggelinjang, "ohh...ahh... geli Pak," ucapnya sekali lagi, sungguh indah pemandangan ini. Saya mencoba melepaskan ciuman, dan mengangkat badannya, keatas. Saya mengemut-emut Payudara kananya. dia teriak-teriak. "ohh yea yess ahhh" dan tanganya meremas Payudara Kirinya sendiri.

Setelah beberapa menit saya pindahkan dia ke atas ranjang, dengan posisi ia terletang dan beberapa menit kemudian Aku menjulurkan lidahku ke pusarnya yang bersih itu dan kedua tangan saya aktif meremas kedua payudaranya. Posisi ini susah karena perut Leila bergoyang terus saking nikmat yang kuberikan untuknya. Kedua tangan saya turun kebawah, Gaun Malam masih ia gunakan saya turunkankan. "Pak, Tolong jangan. Pak ahh jangan Pak malu ohh..,” keluhnya. Pada saat ini masih sempet-sempetnya dia untuk bilang tidak. Padahal ia, sudah tiga kali kami berhubungan. Kemudian munculah G-string biru muda, warna kesukaanku kemudian kuraba, rupanya sudah basah. Aku raba bibir Vaginaya yang sudah merah merekah.

"Ahh enak, Pak," desahnya kembali. Kemudian aku turunkan juga g-stringnya sehingga terlihat Leila, Pembantuku yang seksi, Pemilik Payudar yang indah yang mungkin sudah sedikit membesar. Dengan Puting mengeras dan Vagina basah yang sudah merekah siap untuk digempur. Saya menyuruh Leila yang sudah telanjang, bangun untuk membuka bajuku. Ia bangun dan duduk dipinggir Ranjang, sementara aku turun dari Rajang lalu berdiri didepannya. Ia melepaskan Celana Panjangku sehingga terlihatlah CD ku yang menyembul. "Leila, kamu sudah siap ntuk melihat Penis saya lagi. sayang?". ujarku dengan nakal
"sudah siap Pak," tanggapnya. dia melorotkan Celana Dalamku dan Penis ku menyembul keluar, penis dengan jembut keriting dan Penis yang menatang sekitar 18 cm dengan diameter 3 cm.

“Oral dong, Leila..." ucapku, ia melakukannya. Dia mengangguk dan mulai menjilat penis saya, awalnya menjilat tapi kelama-lamaan mengemut "ah….enak sekali Leila,.. terus ahh…yess," ujarku mendesah Lama kelamaan sampai mulutnya penuh dan saya menjambak rambutnya. hisapanya seperti orang yang sudah sering melakukan Oral Sex. Permainan Leila, menjadikan Penisku mengeras, dan memenuhi mulutnya, 40 menit kemudian aku klimaks dan "croot-croot". Aku melepaskan Sperma dalam dimulutnya. Penisku tidak mengkerut, mungkin aku belum merasakan kepuasan."Pak kok buang pejunya di mulut ku sih?" ujar Leila manja, "kamu tidak mau, aku kecewa nih. telan aja sih," ucapku. Dia menurut dan cairan putih kental itu dia telan sampai habis.

Sekarang giliran aku, Leila kembali ku rebahkan dan kudorong sedikit ke tengah. Aku naik keranjang, dan menghadapkan kepala ke depan Vaginanya tepat Kuraba Vaginanya dan kucari klitorisnya. Aku mulai menjilati, Vaginanya. Leila mendesah "ahh…oh… enak Pak lanjut mmppph," desah Leila. Lelia sedikit tersentak, karena aku erus menjilati dan memasukan Lidahku kedalam Vagina sehingga dia mendesah kenikmatan kembali. “aaaaaaaakh…..pak” , desah Leila lirih, “ennnaaaak….paaaaak,” desahnya kembali. permainan berakhir ketika 1 jam berlalu, dengan keluarnya cairan kewanitaan, aku meminumnya sampai habis. Leila merasa kelelahan karenanya, namun aku merasa makin bersemangat hal itu terasa karena Penisku sudah mengeras dan berukuran maksimal. Sekarang aku siap menyetubuhinya kembali.

Aku memasukan Penisku dan keluar lagi, kemudian saya masukan Penis dan keluar lagi dan terus-terus menerus. Rupanya ia tahu aku sedikit mempermainkannya, "duh Pak jangan maini,” keluhnya. Aku diam kemudian tersenyum karenanya. "udah kamu siap-siap ya Leila,"kataku.Kemudian aku menekan dengan keras "Aaaaa..." teriak Leila dengan keras. Aku mulai gerakan maju-mundur dengan posisi missionaris dan sesekali saya minta agar penis saya dijepit diantara pahanya. "ah..ah..ah…ah," desah Leila dengan wajah kenikmatan dengan sesekali mengigit bibir atasnya."Oh…..oh…..ah….ah, lebih cepat Pak…mphhh,” Keluhnya. Mendengarnya aku mempercepat gerakan Penisku dalam Vaginanya.
"nikmat Pak terus Pak uhhh ahhh yes yess" desahan Leila yang membuatku bersemangat. setelah itu kami berganti posisi. saya menyuruh Leila menungging dan kemudian saya mulai menyodok vagina Leila dari belakang.


"Ah…ah, Pak terus Pak ah…ah," desah Leila kembali sedangkan Aku memukul pantanya sesekali. Permainan terus berlalngsung sampai dua jam kemudian aku dan Leila klimaks. “Pak udah mau ahh",
"udah keluarin aja. Aku juga kok," kataku.kemudian dia menegeluarkan cairan kental dan beberapa menit kemudiansaya juga mengeluarkan cairan hangat yang kental di vaginanya."croot...croot...," Spermaku masuk ke dalam Vaginannya. Setelah 30 menit, beristirhat kami mulai kembali, kali ini Leila yang memulai kemudian dia menjilat tubuhku dengan ganas dan terakhir mengemut Penisku. Mungkin karena kelewat nafsu yang membara. Leila melakukanya dengan sangat pintar dan kemampuan sedotanya seperti membayangkan adegan dalam film porno.

Sedotanya mungkin bisa membuat Penis saya panjang, "uh-ah alamak enaknya terus ah sedot trus yess ahhh uhhh" desahanku sambil menjambak rambutnya. Beberapa menit kemudian saya menumpahkan mani di mulutnya dan dia langsung mengemutnya, kemudian saya memasukan Kembali Penisku dalam Vaginanya, "ahh....uhh....,Pak" keluhnya. Aku mulai memompa Vaginanya semakin lama semakin cepat."ahh...uhhh...," erangganku. "ahh nikmat sekali dijepit Vaginamu Leilaku !".aku berteriak, kemudian kita dengan posisi woman on top atau wanita diatas. dengan posisi ini saya melihat wajah Leila makin kenikmatan "ahhhh...uhhhh....."desahan Leila saat dia memasukan Penisku dalamnya, dan kami mulai mompa agar Penisku dan Vaginanya ,mendapatkan kenikmatan yang sama. Semakin lama desahanya semakin jadi dan semakin lama temponya semakin cepat.

Akhirnya "Pak, Saya mau keluar," ujarnya. "Okay, oh…saya juga keluar, kita keluar sama-sama yuk"
"kita hitung ya..3..2...1," ujar kami dan "croot" akhirnya kami langsung lemas bersama, malam itu kami mencapai kepuasan bersama. Hubungan kami selama liburan terus berlanjut, kami bahkan melakukan seks di Private Pool sekali. Menjelang hari kepulangan kami, Leila datang bulan, terpaksa persetubuhan kami ditunda sampai kembali ke Jakarta.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd