Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Life and Slavery of Widya

Status
Please reply by conversation.
Ntah knapa ane demen bgt ma cerita yg model beginian model2 penghancuran meki ma anus
Dan ane bayangin butuh berapa besar konti buat muasin yg dah pd longar wkwkwkkw

Haha, boleh2 hu, fantasinya keren...
 
hot, liar, dan berlendir-lendir... mengembalikan thread cerita panas pada esensinya, hahahha
 
kalau boleh usul nih gan... tambahin unsur romantisme percintaan nya. Artinya ternyata widya walau udh jadi budak tetep ada yng dgn tulus mencintainya. Maka terjadilah konflik perjuangan cinta sepasang remaja. Atau mungkin malah widya dan pasangannya malah "menikmati" status dan pelecehan nya. he he he...maaf suhu...
 
kalau boleh usul nih gan... tambahin unsur romantisme percintaan nya. Artinya ternyata widya walau udh jadi budak tetep ada yng dgn tulus mencintainya. Maka terjadilah konflik perjuangan cinta sepasang remaja. Atau mungkin malah widya dan pasangannya malah "menikmati" status dan pelecehan nya. he he he...maaf suhu...

Hehe, tenang hu, sudah ada rencana untuk itu...
 
Part 08

Liana dan Widya terus bergumul diatas kasur, mereka seolah tidak mempedulikan keberadaan para budak dan anggota gestapo yang ada di sekitar mereka. Para budak dan anggota gestapo itu bahkan ada yang mulai mengocok kemaluan mereka sendiri. Mereka rupanya benar-benar terangsang oleh adegan panas ibu dan anak itu.

Liana dan Widya saling menjilati dan saling merangsangi tubuh lawannya. Keringat membasahi kulit dan tubuh mereka yang halus. Rambut mereka yang indahpun kini lumayan dibasahi oleh keringat. Membaut kedua anak dan ibu itu nampak lebih sensual.

“Ah mama, aku sayang mama.” Kata Widya.

“Iya Widya, mama juga sayang kamu.” tambah Liana.

Kedua wanita itupun sampai pada tahap saling menggesekan alat kelamin mereka. Meskipun celana dalam Widya sedikit menghalanginya untuk mendapatkan kenikmatan maksimal. Namun sedikit rangsangan saja sudah cukup untuk membuatnya melayang.

d5238e1177774414.jpg

Widya​

Ibu dan anak itupun berada pada posisi gunting, dimana kedua pangkal selangkangan mereka saling bertemu dan digesek-gesekan. Di saat itu, mereka sama sekali tidak nampak seperti ibu dan anak. Mereka lebih mirip dua orang pelacur yang sedang mempertunjukan adegan mesum kepada para pelanggannya.

“Ayo terus, ayoo!!”

“Dasar perek, ternyata nyonya dan nona muda kita lonte!”

“Tau gini, dari dulu kita perkosa aja mereka.”

“Mereka memang punya bakat jadi perek. Sekali perek, tetap saja perek!”

Riuh sorak-sorai para mantan budak keluarga Widya. Mereka tidak percaya jika kedua mantan majikan mereka yang terkenal kecantikannya itu kini sedang bersetubuh layaknya dua orang lesbian.

Entah apa yang membuat Liana melakukan hal sehina itu kepada anaknya. Entah apa juga yang membuat Widya menerima begitu saja perlakukan mama-nya kepadanya. Mungkin mereka berdua sedang frustasi, frustasi akan kehancuran kehidupan mereka. Mulai sekarang, hidup mereka tidak lagi sama. Mereka telah berubah dari dua orang wanita terhormat, menjadi makhluk kelas bawah yang mungkin sama rendahnya dengan binatang.

“Ah, ah, ah, mama, enak, enak mama.” ujar Widya sambil terus mengesekan selangkangannya di selangkangan mama-nya.

“Terus, terus Wid ah, yah begitu, ooouuhhh!” Jerit Liana.

Tak berapa lama kemudian, kedua insan manusia itupun mencapai puncak dalam waktu yang hampir bersamaan. Tubuh keduanya berkedut-kedut luar biasa. Liana bahkan sampai menyemprotkan sedikit squirt. Cairan itu menyemprot lumayan kencang hingga sebagian mengenai tubuh Widya.

Liana dan Widya ambruk seketika, tubuh mereka seperti dilolosi dari tulang belulang. Mereka sudah sangat lemah untuk melakukan apapun. Mereka pasrah dengan nasib yang akan menimpa mereka selanjutnya.

“Wah, tepar juga akhirnya mereka.”

“Bener-bener hot, luar biasa!”

Salah seorang anggota gestapo mendekat Liana dengan kemaluannya yang sudah mengacung. “Salah kalian, aku jadi sange lagi!” ujar anggota gestapo itu sekenanya.

Kepala kemaluan anggota gestapo itu sudah siap menjebol kemaluan Liana ketika Widya tiba-tiba menahan tubuh pria itu.

“Jangan, aku mohon, kalian sudah janji.” Kata Widya dengan mengiba. “Kalian sudah janji mau lepasin kami malam ini. Kalian sudah janji tidak lagi melakukan itu ke mama.”

“Berisik!” Jawab anggota gestapo itu.

“Kalau begitu biarkan aku yang menanggung. Perkosa aku saja, lepasin celana ini. (maksud Widya chasity belt) Kalian boleh perkosa aku sesuka kalian!” Jerit Widya sambil menangis-nangis.

Sebenarnya anggota gestapo itu mau saja menancapkan penisnya di lubang vagina Widya. Apalagi lubang vagina Widya masihlah perawan. Namun ia tak berani melawan hukum negara. Selama chasity belt itu belum dibuka, maka tak boleh ada yang memasukan kelamin mereka di dalam vagina Widya.

Plokkk, ploookk, ploookkkk!! Sebuah tepukan tangan sekenanya tiba-tiba muncul dari pintu masuk ke ruang makan itu.

“Well well, sebuah drama yang bagus.” Kata sosok itu dengan nada suara wanita yang ketus. “Kamu rupanya benar-benar anak yang berbakti kepada orang tuamu Widya. Kamu bisa bikin mama kamu sampai orgasme, mungkin papa kamu saja ndak bisa ngelakuin itu. ”

Widya dan Liana saling berpelukan diatas kasur yang telah lusuh itu. Mereka ingin saling melindungi, meskipun mereka tahu nasib mereka mulai sekarang tidak lagi baik. Liana berkali-kali meminta maaf kepada putrinya atas apa yang baru saja ia lakukan. Widya mengganguk, ia sadar benar jika mama-nya sedang dalam keadaan yang hancur. Mungkin ia sendiri tidak dapat mengendalikan dirinya.

Widya mengenali wanita anggota gestapo itu. Ia adalah wanita yang datang ke sekolahnya tadi. Mau apa dia kesini?

Anggota gestapo wanita itu membawa sebuah penggumuman. “Aku akan bacakan ini, baru saja dikeluarkan oleh kementrian negara sore ini.” Kata wanita itu. “Oh ya, aku sungguh tidak sopan. Aku belum memperkenalkan diri, namaku Helen. Dan aku akan menjadi pengawas kalian.” Kata wanita itu.

“Ayah, ayah dimana dia sekarang berada?” Tanya Widya kepada Helen.

Helen hanya tersenyum kecut. “Kau tahu kan, ayahmu sekarang dikirm ke gulang (kamp konsentrasi), kamu tidak perlu tahu di gulag apa dan sedang apa dia sekarang.” Katanya.

Widya dan Liana kembali menitikkan air mata. Mereka mencoba saling menguatkan di tengah cobaan yang sedang menghadang.

“Oke, aku bacakan sekarang surat keputusan yang ada di tanganku ini.” Kata Helen. Isi dari surat keputusan negara itu sebagai berikut:

  • Pertama, Widya dan Liana harus melaporkan diri setiap pagi di pos pelaporan khusus bagi budak negara. Khusus untuk Liana, setiap pagi kamu akan mendapatkan tugas dari negara. Tugas itu harus kamu selesaikan dengan baik.
  • Kedua, Widya harus menyelesaikan sekolah menengahnya hingga lulus. Jika tidak lulus, maka seluruh keluarga kalian akan dipancung.
  • Ketiga, Widya harus mengenakan chasity belt hingga batas waktu yang akan ditentukan oleh kerajaan.
  • Keempat, Widya dan Liana masih diperbolehkan menempati rumah ini hingga pemberitahuan kerajaan kemudian.
  • Kelima, seluruh keluarga Rispantikusuma diharuskan mengikuti setiap perintah negara, dan juga anggota gestapo. Jika melawan dan salah satu anggota keluarga dinyatakan bersalah, maka seluruh anggota keluarga akan diberi hukuman berat.


Widya dan Mamanya hanya dapat pasrah menerima keputusan itu. Mereka menangis sesenggukan diatas kasur tempat mereka berpelukan sekarang ini.

“Lebih baik, mulai sekaran kalian menyesuaikan hidup kalian sebagai budak.” Kata Helen.

Helen-pun beranjak dari tempat itu, namun sebelum pergi ia berkata pada para anggota gestapo lain dan para bekas budak keluarga Widya.

“Kasihan mereka, tubuhnya kotor dan lusuh. Kalau kalian mau, mandiin dua budak itu. Tapi bukan pakai air, pakai kencing kalian.” Ujar Helen dengan senyum sadisnya.

Widya dan Liana tak cukup shock mendengar perintah Helen tadi. Rupanya, penderitaan mereka di hari ini tidaklah berakhir.

Para anggota gestapo dan mantan budak keluarga Widya itu tentu dengan senang hati menuruti kata Helen. Mereka mulai mengarahkan keamaluannya itu ke kedua wanita yang berpelukan diatas kasur lusuh. Dan air mancur berwarna kuning itupun mulai mengucur dengan derasnya.

Syuuuuurrr, syuuuurrr!!! Widya dan Liana dikencingi oleh tiga orang secara sekaligus. Air kencing berwarna kuning keemasan itu mengucur deras membasahi rambut, wajah, leher, dada, hingga ke perut kedua wanita itu. Mereka menangis, tidak menyangka jika penghinaan dan pelecehan seperti ini terus saja mendera mereka.

Setelah tiga orang itu selesai membuang air kecil di tubuh Widya dan Liana, seorang anggota gestapo meminta Widya untuk meminum air kencingnya. Liana mencegah itu, “Aku saja, jangan putriku.” Katanya. Widya menangis, dan bersikeras untuk menuruti kata-kata anggota gestapo. Tapi Liana sudah bertekad untuk mengurangi beban penderitaan Widya sebisa mungkin.

Akhirnya, Lianapun bersimpuh dihadapan anggota gestapo itu. Ia membuka mulutnya lebar-lebar untuk menerima semburan air kencing. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Seorang wanita baik-baik dan kelas atas, kini bersimpuh dihadapan seorang anggota gestapo dengan pangkat rendahan, siap untuk menerima semburan air kencing dari laki-laki itu.

Syuurrrrrr, semburan air kencing mengucur dengan deras dari kemaluan anggota gestapo. Cairan itu masuk ke mulut Liana, sebagian menyiprat ke leher dan bahkan ke hidung wanita itu.

“Hmmmmppphhh!!” Liana awalnya cukup kaget dengan semburan air kencing yang cukup deras itu. Namun perlahan ia dapat menyesuaikan diri. Ia bahkan mampu meminum sebagian air kencing itu yang masuk ke mulutnya. Liana benar-benar merasa dirinya sudah direndahkan sedemikian rupa. Pertama, ia diperkosa habis-habisan oleh para mantan budak dan anggota gestapo. Kini ia harus menelan juga air kencing dari para pria laknat itu.

“Haha, gimana? Enak kan kencing gua?” Kata anggota gestapo itu.

Ketika si anggota itu selesai membuang hajat, satu orang lagi ingin meminta juga agar Liana menelan air kencingnya. Sementara itu, Widya dikencingi beramai-ramai oleh tiga orang mantan budak. Gadis itu hanya dapat meringkuk ketika air kencing itu menyiram kulit tubuhnya yang halus.

Widya dan Liana akhirnya ditinggalkan setelah semua orang di sana selesai membuang hajat. Kedua wanita itu hanya dapat terkapar diatas kasur yang lusuh dan berbau pesing. Mereka menangis dan berpelukan, meratapi nasib buruk mereka. Ini baru hari pertama hidup mereka sebagai budak negara. Entah apa yang akan menanti mereka di esok hari.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd