DombaDombaCrispy
Semprot Kecil
- Daftar
- 25 Apr 2020
- Post
- 92
- Like diterima
- 615
Act 8: A Hurt Day
Saat ini terlentang tubuh putih telanjang diatas ranjang yang biasa ia gunakan untuk memeriksa pasien-pasiennya. Kedua tangannya telah terborgol dan terkunci di salah satu sisi ranjang tersebut. Nafasnya cepat namun dalam. Dadanya yang telah kulucuti kain penutupnya, bergerak maju mundur seiring dengan nafasnya yang cepat. Kedua putingnya sudah menyembul siap untuk dihabisi.
“Jangan kecewain aku Ric!”
Jelas sekali dia menginginkan sesuatu yang lebih kali ini. Dia membawaku hingga ke ruangan ini, ruangan yang bukan biasanya kita gunakan untuk berhubungan sex. Ruangan yang sangat mendukung karena aktivitas kami kali ini sudah tertutup tirai yang mengelilingi ranjang kami sehingga tertutup dari dunia luar. Pintu ruangan ini pun sudah terkunci sehingga aku tidak akan khawatir akan ada orang lain yang tiba-tiba memasuki ruangan kami.
Dari raut wajahnya yang sekarang Gracia telihat sangat nakal dengan menggigit bibirnya, aku mengerti bahwa itu merupakan kode darinya untukku berbuat kasar. Penisku mengeras. Kulepaskan celana jeans dan celana dalamku lalu sekarang terpampang penisku yang sudah siap mengkasari seluruh tubuh Gracia.
Aku naik ke atas ranjang dan menyodorkan penisku masuk masuk ke mulut Gracia.
“hmmmph.…hmmphhh...hmmmmphh….hmmmmmph…….”
Nikmat sekali rasanya. Kusodokkan penisku lebih dalam hingga kepala penisku menyentuh kerongkongannya. Kuletakkan tangan kananku dibelakang kepala Gracia dan tangan kiriku di dagunya supaya mulutnya tetap rapat. Kudorong kepalanya kedepan dan kupaksa dia menelan penisku dalam-dalam.
“uhuk….mmmphm…uhuk….mmmphhh”
Gre tersedak berkali-kali dan air matanya pun mulai mengalir keluar. Berkali-kali juga mulut Gre mual seperti akan muntah. Bernafas adalah hal yang sulit untuk Gre saat ini. Terasa bahwa aku sedang menyakitinya tapi ia sendiri yang memintaku untuk seperti ini.
“Do you want me to stop?” Aku menawarkan Gre untuk memperhalus permainan kami. Matanya melirik keatas lalu ia menggelengkan kepalanya dan kekeh untuk diteruskan dengan cara yang sama.
Kulepaskan penisku dari mulutnya yang berlumuran dengan air liurnya sendiri. Kuremas dengan kencang kedua payudaranya dan kuhisap kedua putingnya secara bergantian. Payudaranya yang sangat pas dengan genggaman tanganku memudahkanku memainkannya dengan liar. Warna payudaranya yang sebelumnya putih kini memerah karena remasanku. Gre bergumam, mengerang merasakan perihnya payudaranya dibantai oleh tangan dan mulutku. Puting coklatnya mengerucut tiap kali ku remas payudaranya dengan kuat.
Aku mulai kebingungan apakah aku harus menghentikan permainan ini, atau membiarkan Gre untuk bernafas sejenak dan memulainya lagi dengan cara yang halus. Namun kode perkataan Gre diawal membuyarkannya. Sepertinya kali ini ia memang menginginkan untuk bermain dengan cara kasar seperti ini. Ditambah lagi dengan libidoku yang sudah naik membuatku tidak ingin membuat hal ini terasa kentang.
Pinggangnya menggelinjang. Klitoris dan vaginanya sudah gatal untuk segera dimainkan. Dengan keadaan kedua tangan Gre yang terborgol oleh besi yang salah satu ujung ranjang, ia tidak bisa untuk menyentuh alat vitalnya sendiri kali ini.
Tidak ingin mengecewakannya, langsung kugosok klitorisnya dengan jari jempolku lalu kubenamkan kepalaku diantara kedua pahanya. Kali ini dadanya gantian menggelinjang. Kedua tangannya yang terborgol memberontak meminta dilepaskan. Aku tidak menghiraukannya dan terus menghisap lipatan-lipatan vaginanya.
“AHHHH RICO AHHHHHH……… “
Desahannya semakin kencang. Aku khawatir permainan kami akan tidak sengaja terdengar oleh orang yang lewat di depan ruangan. Kuambil celana dalam Gre yang berwarna biru tua yang tergeletak di lantai, kucium bibir lembut Gre yang berwarna merah lalu kupaksa masukkan celana dalam itu ke dalam mulutnya sehingga semua suara yang keluar dari mulutnya dapat teredam.
Kumiringkan tubuh Gre ke kiri. Aku tampar kedua pantatnya secara begantian.
PLAK
Terdengar suara teriakannya yang teredam.
PLAK
Pukulan keduaku membuat erangannya semakin panjang seiring dengan nafasnya.
PLAK
Pukulan ketigaku membuat Gre menangis. Air matanya mengalir. Gre seperti hendak berkata meminta permainan kasar ini dihentikan. Aku sudah dalam tahap tidak mau mengakhirinya dan ingin terus melanjutkannya, whatever it takes.
Penisku sudah semakin kencang meminta untuk segera disenangkan. Kucoba membuka kedua paha Gre supaya dapat segera kumasukkan batang kejantananku ini ke dalam liang kenikmatannya. Namun Gre yang masih menangis ini defensif, dia tidak mau membuka kedua pahanya. Sepertinya ia benar-benar ingin mengakhiri permainan ini.
Di pikiranku sekarang sudah tertanam untuk menghukumnya, seperti perkataannya sendiri sesaat sebelum permainan ini dimulai.
Kupegangi kedua lututnya dan dengan tanganku kupaksa Gre membuka kedua pahanya. Terpampang vaginanya yang sudah basah dengan air liurku dipermainan awal. Langsung kuhujamkan penisku masuk ke dalam vaginanya. Tubuh Gre bergetar memberontak membuat ranjang bergetar dan membuatku kesulitan memainkan tempo permainanku. Kekuatanku yang lebih besar berhasil meredamkannya.
“Shhsss… ahhhh…. Ssshhhh…. Oh yeahhh” desahanku menikmati setiap gesekan batangku di dalam vagina Gre.
Kusodokkan dengan kencang terus menerus penisku di dalam vaginanya hingga berulang kali kepala penisku menyentuh ujung vaginanya dan kujadikan kedua payudaranya sebagai tumpuanku. Gre bergumam seperti meminta tolong tapi aku tidak menghiraukannya.
“Today gonna be a rough night baby…” kataku.
Kubalikkan badan Gracia hingga sekarang dia membelakangiku dengan kepala masih menempel pada bantal. Gracia sangat pasrah kali ini. Rambut kepalanya sudah sangat kusut berantakan dan menutupi area wajahnya. Lalu kumasukkan penisku ke vaginanya lagi.
Payudaranya bergerak maju mundur menggantung kebawah akibat genjotan doronganku. Kupeluk tubuhnya dari belakang dengan tangan kananku. Kurapikan rambut yg menempel di wajah karena keringatnya menuju ke telinganya lalu kuciumi pipinya, masih dalam keadaan ku menggenjot vaginanya. Yang terdengar saat ini hanya hentakan tubuh kami yang saling bertemu.
10 menit berlalu dan yang kutunggu pun akhirnya akan tiba. Kubalikkan badan Gracia seperti semula. Kucabut penisku dari vagina Gre lalu kukocok di depan wajahnya.
CROT… CROT… CROT…CROT…CROT…
Tembakan spermaku membasahi seluruh wajahnya dan menetes ke bantal yang dikenakannya. Kucabut celana dalam di mulutnya dan lalu kuciumi bibirnya yang lembut.
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA…..” Gre tertawa lebar setelah ronde pertama permainan kami berakhir. Wajahnya saat ini terhiasi oleh air matanya yang sudah mengering. “Kamu lucu banget Ric!”
“Hah? Lucu karena apa?” tanyaku bingung.
“Tadi kamu sempet bingung kan mau ngapain? Mau lanjut atau engga.”
“I… iya kok kamu nyadar?”
“Iyalah abis aku tadi liat muka kamu kayak orang kebingungan. Kamu keliatan banget belum pernah main kasar kayak gini sebelumnya hahahaha”
“Yee kok kamu jadi ngeledek aku gini. Lagian tadi kamu juga minta buat berhenti kan?”
“Iya sih hahaha tapi aku seneng kamu akhirnya ga berhenti. Aku menikmati banget. Makasih ya sayang.” Gre memberiku gesture kecupan. “Kamu masih kuat gak Ric?”
“Kalo aku masih kuat emang kenapa?”
“Aku kan belum keluar tau.” Gre mengeluarkan duck face versi cemberutnya yang lucu.
“Ah masa sih aku keluar duluan? Oke aku lepasin dulu tangan kamu ya.” Kulepaskan tangan Gre dari ikatan borgol diujung ranjang dan ia berganti posisi menjadi duduk diatas ranjang.
“Aku tetep pake aja deh Ric, aku suka pake ini. Aku lagi pengen nakal”
Masih dalam keadaan tangan terborgol, aku menuntun Gre menuju meja kerjanya yang berada tidak jauh dari ranjang. Aku sedikit waspada karena sekarang kami berada di area yang tidak tertutup oleh tirai. Walaupun Gre berusaha menenangkanku, kekhawatiranku yang berlebih membuatku tetap was-was jika ada yang akan melihat kami melalui kaca pintu.
“Jam segini belum waktunya satpam lewat sini kok” kata Gre berusaha menenangkanku.
“Tetep aja sayang aku ga tenang” kataku sambil mendorong meja kerja Gre ke sudut yang tidak terlihat dari luar. “Nah gini kan enak.”
Aku yang masih setengah telanjang melepas kemejaku kemudian mengarahkan Gre untuk berlutut di depanku.
“Bikin aku ngaceng lagi dong sayang.”
Tanpa ragu Gre langsung mengulum penisku higga seluruhnya masuk ke dalam mulutnya. Tanpa paksaan, kali ini ia sendiri yang membuat mulutnya tersedak karena kepala penisku mencapai kerongkongannya lagi. Karena masih terborgol dan tidak dapat dipisah, kedua tangan Gre mengocok penisku secara bersamaan.
Kuangkat tubuh Gre keatas meja kerjanya. Penisku yang sudah kembali tegak kumasukkan kembali ke vagina Gre.
“Ahhh… yeah Rico fuck me yeahhhh……”
Kedua payudara Gre menyembul terapit oleh lengannya karena tangannya terborgol di depan. Kuremasi kedua payudaranya menggunakan tanganku sambil Gre juga memainkan klitorisnya menggunakan kedua tangannya. Buku-buku dan kertas yang berada disamping kami satu persatu berjatuhan ke lantai karena permainan kami.
Ku balikkan badan Gre. Hasratku untuk ‘menghukum’ Gre kembali muncul. Ku tampar keras kedua pantat Gre secara bergantian hingga memerah.
PLAK… PLAK… PLAK…
Aku terfokus pada anusnya dan aku tergoda melakukan anal kali ini. Aku sempat berpikir sejenak untuk melakukannya karena ini akan pertama kali melakukan anal. Ku gesekkan penisku di anusnya dan kumulai memasukkan adik kecilku ini.
“Rick… please stop! Don’t! I really begged you this time!” kata Gre saat baru kepala penisku saja yang masuk
“Why?”
“Aku nggak suka Anal.”
“Iya kenapa? Karena sakit?”
“Bukan Ric, anal buatku disgusting.”
Jujur aku kecewa dengan perkataan Gre barusan. Hasratku yang sempat naik kini kembali turun. Gre membalikkan badannya dan dengan menggunakan kedua tangannya, dia membuka lubang vaginanya dan tersenyum kode halus untuk aku kembali berhubungan sex normal saja.
“Ahhh fuuuckkk yeahhh Rico aku keluar ahhh… aaaaahhhhhh” Desahnya saat ku genjot kembali vaginanya. Terasa penisku dibanjiri oleh cairan kewanitaannya yang keluar hingga menetes membasahi meja dan lantai.
Aku yang masih ‘nanggung’ kemudian naik ke atas meja dan berlutut tepat diatas dada Gracia. Kujepitkan penisku di kedua payudaranya kemudian ku gerakkan maju mundur dengan pelan untuk menikmati kulit payudara Gre.
CROT CROT CROT CROT
Spermaku kembali menembak deras ke wajahnya dan mengalir turun membasahi meja kerjanya. Aku turun dari meja dan bersandar ke tambok, membiarkanku dan Gre mengatur kembali nafas kami.
“Thanks for today ya Ric”
“Sama-sama sayang. Kamu bersih-bersih dulu nanti gantian. Abis itu kita beresin ruangan ini.”
“Ga usah sayang. Besok aku berangkat pagian kok dari jadwal praktek aku, jadi masih akan ada waktu buat beres-beres. Mending kita mandi bareng abis itu makan aja abis ini, emang kamu ga laper?”
“Aku laper sih tadi macet di jalan gak sempet makan dulu sebelum kesini. Yaudah yuk mandi, ada banyak handuk kan disini?”
**
Selesai bersih-bersih badan, kami pun berjalan keluar rumah sakit dan hendak mencari tempat makan karena kami berdua sangat lapar setelah tenaga cukup terkuras. Satpam dan resepsionis menatap kami berdua berjalan keluar menuju ke lobi. Mereka tersenyum melihat kami berdua berjalan begandengan. Aku tidak tau apa yang ada didalam kepala mereka. Bisa jadi senang melihat kami sebagai sesosok pasangan berpegangan erat berjalan bersama atau memang ternyata mereka tau apa yang baru saja kita perbuat. Aku yang pemalu memulai percakapan dengan Gracia untuk menghindari mereka.
“Kamu mau makan apa Ge? Ini udah malem banget sih jadi pilihan kita pasti terbatas.”
“Sate kambing aja yuk! Di deket sini ada sate kambing kesukaan aku jadi kita jalan kaki aja. Kamu bisa tinggalin mobil disini Ric. Hmm nanti aku bakal minta banyakin lemak. Yummy…”
“Aku heran sama kamu Ge.”
“Heran kenapa?”
“Kamu kan dokter, tapi makanannya ga sehat mulu. Kok bisa sih?”
“Hehehe aku lemah kalo soal makanan. Sama aja kayak masih banyak dokter yang ngerokok sampe sekarang, kalo aku lemah sama godaan kolesterol. Hufff makanya sekarang aku gendut...” ucap Gre sambil membesarkan kedua pipinya.
Dadaku nyeri melihat ekspresi Gre barusan.
“Tuh asepnya udah keliatan Ric, kita udah mau nyampe.”
Gre berlari ke arah kios dengan ekspresi seperti anak TK yang baru kelar kelas dan ketemu abang-abang penjual jajanan favoritnya. Kios sate langganan Gracia ini memang tidak besar tapi penuh sesak oleh pelanggan. Dapat ditebak kalo sate disini memang enak. Aku harus rela berdiri menunggu sampai ada pelanggan yang selesai makan agar aku bisa dapat tempat duduk.
“Eh ada neng Gracia. Tumben bawa pacarnya kesini, biasanya juga sendirian. Kan abang jadi cemburu.” Sapa salah satu penjual sate.
“Iya dong bang biar abang gak godain aku mulu dan inget istri di rumah.”
“Ah eneng selalu gitu sama abang.”
“Iya dong. Aku pesen kayak biasa ya bang, banyak lemaknya.”
“Siap neng, kalo pacarnya?”
“Saya seporsi biasa aja bang ga pake lontong” jawabku.
“Siap laksanakan bang. Maaf ya tempat lagi penuh. Itu keluarga yang duduk di pojok kayaknya udah mau selesai jadi sabar sebentar ya….. Eh tapi tu orangnya udah berdiri jadi cepetan ditempatin aja bang keburu diambil orang.”
Kami pun segera menempati kursi kosong itu.
Untuk terus hidup
Di masa seperti ini
Manakah yang harus aku percaya
Walau ku berfikir
Jawaban tak terlihat
Aku tidak pernah takut akan terluka
Tak peduli seberat apapun juga
Dibandingkan... dibandingkan dunia
Diriku hanyalah bagai hanya seekor serangga saja..
Suara nyanyian menggelegar nan merdu dari seorang pengamen wanita ini menyihirku seketika walaupun aku tidak familiar dengan lagu yang dibawakannya. Tak pernah aku mendengarkan suara bagus sepeti itu dari seorang pengamen. Giginya gingsul di kedua sisi. Wanita ini sangat lihai memainkan gitarnya. Pasti wanita ini sering menyanyi di gereja kupikir. Gracia tak segan-segan memberikan uang selembar 100 ribu kepada pengamen ini. Jumlah yang tidak biasa untuk diberikan ke seorang pengamen.
“Ihhh… makasih banyak Ci Gre. Selalu baik kayak biasanya…” kata pengamen itu setelah diberi uang oleh Gracia.
“Sama-sama Sisca. Suara kamu bagus kok jadi pantes kamu dapet segitu.”
“Yaudah cik. Aku doain Ci Gre rejekinya tambah lancar dan langgeng sama pacar gantengnya ini.” sama seperti tukang sate, pengamen ini mengira aku dan Gre sudah pacaran.
“Hahaha iya amin. Makasih ya Sisca.”
“Pamit dulu ya cik. Keburu warung sebelah dipatok pengamen lain.”
Aku makin kagum dengan Gracia. Masuk sekolah dokter tidaklah mudah. Seleksinya sangat ketat dan biayanya sangat mahal. Tak heran jika ketika sudah lulus kuliah, para dokter membangun image eksklusif dan harus balik modal dengan hidup mencari hidup enak. Berdasarkan pengalamanku, hampir tidak pernah aku menemukan dokter yang mau hidup susah dan mau bergaul dengan tukang sate pinggiran atau pengamen, sementara Gracia punya cita-cita yang sangat mulia seperti:
“Kamu tau provinsi NTT gak Ric?”
“Tau dong. Semua anak yang pernah sekolah pasti tau provinsi NTT. Kenapa Ge dengan NTT?”
“Disana alamnya kan bagus, aku mau deh suatu saat memulai kehidupan baru disana. Walaupun sudah ramai dengan pariwisata, tapi banyak wilayah disana yang masih butuh bantuan tenaga medis. Jadi profesiku pasti kepakai banget disana. Walaupun uangku ga banyak nanti, tapi aku pasti bakal bahagia banget bisa bantu banyak orang dan menikmati alam disana. Apalagi kalo kamu bisa nemenin aku J”
“SATEEE DATANGGGG….. serius banget nih ngobrolnya. Pasti ngomongin nikah ya? Nanti pesen sate abang ya buat di kawinan neng sama abang.” datang tukang sate membawa makanan kami.
“Hahaha bisa aja si abang, makasih ya” jawab Gracia.
“Sama-sama neng Gracia, selamat menikmati.”
Ketika aku tidak siap menjawab ajakan Gracia, tukang sate ini menyelamatkanku. Tentu aku belum siap menjawab ajakan Gracia. Hidup bersama dengan pasangan masih jauh dari pikiranku saat ini. Walaupun sudah mau lulus, statusku saat ini masih mahasiswa. Aku masih harus mencari pekerjaan dan masih jauh dari kata settle saat ini. Aku pasti akan membahas ini bersama Gracia namun sekarang belumlah saatnya.
Untung saja Gracia sedang lapar-laparnya, dan lupa apa yang ia bicarakan. Dia langsung melahap sate-sate penuh lemak pesanannya. Ah aku jadi gak lapar melihat Gracia yang lucu ini. Sepertinya aku sudah menemukan momen favoritku ketika bersama Gracia, yaitu menemani dia makan.
“Ih itu dimakan napa Ric sate kamu, kok kamu malah liatin aku sih.”
“Iya abis kamu lucu banget kalo lagi makan. Kayaknya momen favoritku sama kamu, pas kamu lagi makan gini deh.”
“Yaudah, berarti kita gak usah sex lagi ya. Kirain momen favorit kamu, waktu kita lagi gituan” ucap Gracia sambil bisik-bisik.
“Ye gak gitu juga kali hahahaha beda dong kalo gituan kan udah pasti enak.” Jawabku. “Btw temenku Dey suka makan juga lho dan temenku Chika jago masak karena diajarin mamanya. Kamu nanti coba deh kenalan sama temen-temen aku, pasti cocok.”
“Wah boleh banget tu Ric, kapan-kapan ajak aku”
“Siap”
“By the way kamu minggu depan nyusul aku ke Bali ya!”
“Ngapain aku harus nyusul kamu ke Bali?” tanyaku sambil menjulurkan lidah.
“Ya kan kamu pasti stress kan abis sidang butuh hiburan. Kita jalan-jalan aja disana. Setelah seminar aku akan nambah beberapa hari buat stay disana.”
Kupikir dalam hati, ide ini benar-benar bagus, bisa liburan di Bali menikmati waktu hanya berdua bersama Gracia.
“Boleh yuk sayang. Aku juga kayaknya masih ada tabungan buat kesana. Nanti kabarin ke aku aja kamu nginep di hotel mana.”
“Aduduh sakit…” Gracia tiba-tiba meringis kesakitan sambil memegangi payudara kirinya.
“Eh kenapa sayang?”
“Ni sakit tau masih perih, kamu ngeremesnya kenceng banget tadi” duck face lucu Gracia terlihat untuk ketiga kalinya malam ini.
“Ya maaf sayang kan kamu sendiri yang minta kasar tadi hahaha…”
**
Sementara itu di tempat lain, Dey di kamarnya memastikan bahwa pintu kamarnya sudah terkunci rapat dan menutup korden jendela kamarnya. Kini Dey dalam keadaan sendiri dan bebas melakukan apapun yang diinginkannya.
Dey membuka laptopnya diatas kasur tidurnya dan membuka sebuah folder yang ter-enkripsi dengan password. Lalu folder itu menampilkan beberapa video rekamannnya dulu saat ia masih rutin bersetubuh dengan Rico. Dey memasang kedua earphone Bluetooth-nya yang terlah terkoneksi dengan laptop lalu ia memainkan salah satu video yang berjudul “Pertama kali.mp4”.
Tapi ia lupa kalo kalo dirinya masih berpakaian lengkap. Dey melepas kacamata bulatnya, kemudian melepas celana pendek dan celana dalamnya.
Dey mengangkangkan kedua kakinya. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya bergerak naik turun di area pinggir lubang vaginanya yang bersih tercukur tanpa bulu. Tangan kiri Dey membuka setengah kaos yang dikenakannya kemudian meremas payudara kirinya dan mencubit-cubit puting berwarna hitamnya.
“Ssssh… ahhh…. Ssshhh… ahhhh” Desahan Rico dan Dey di didalam video memenuhi kedua telinga Dey ditambah dengan suara desahan yang sama keluar dari mulut Dey saat ini.
Kemudian Dey memasukkan jari tengah dan jari manisnya kedalam lubang vaginanya yang sudah basah bermuluran dengan pelumas vaginanya.
“Ahhh Rico ahhhh Rico akhirnyaa kontol lu Ric ahhhh… enak banget…..”
Dey menambahkan jari telunjuknya dan sekarang 3 buah jari kelaur masuk vaginanya. Terbayang dalam pikiran Dey kali ini penis Rico yang besar dan panjang sedang memenuhi vaginanya. Deru nafasnya meninggi. Suasana menjadi semakin gerah dan AC kamar pun tidak terasa. Ia mengeluarkan tiga jari yang ada di vaginanya kemudian membersihkan cairan dengan mulutnya.
Dey melepas bajunya lalu kini ia sudah dalam keadaan telanjang bulat. Kedua tangannya lalu meremas dengan keras kedua payudaranya.
“Remas yang kenceng Rico sampe perih… ahhhh. Terusss Rico ahhh… kasari aku Rico….”
Tangan kanan Dey kali ini berpindah kembali ke vaginanya. Dey mempermainkan klitorisnya dengan cara memutar-mutarkannya. Pinggang Dey bergerak tidak teratur, tak kuasa menahan nikmatnya stimulasi pada syaraf-syaraf klitorisnya. Matanya terpejam dan nafasnya terengah-engah merasakan kenikmatan sentuhan pada klitoris yang tiada tara. Keringatnya menetes bercucuran membasahi tempat tidurnya.
CROT CROT CROT CROT
Dey yang telah mecapai orgasmenya menyemprotkan cairan ke sprei dan laptop yang ada di depannya. Nafasnya melambat. Kini yang ada dipikirannya adalah membuat skenario yang bisa membuat semua yang dibayangkan olehnya malam ini menjadi kenyataan esok hari setelah ia menonton film bersama Rico.
Terakhir diubah: