Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT M.E & You

Bimabet
Cie cie ijah udah bisa bikin keripik lagi. Emang hape lu dah sembuh jah? Cucian gw dah beres belom jah?

hp ga apa2 Om pai...
Emang lagi diburu target aja jadi sempat vacuum...
Kabar anak grup gmna Pai?
 
hp ga apa2 Om pai...
Emang lagi diburu target aja jadi sempat vacuum...
Kabar anak grup gmna Pai?
Gak tau jah. Aku sendiri lagi libur dari grup. Lagi ribet di rl soalnya. Banyak urusan yang harus diselesaikan lewat hape. Jadi harus keluar dulu deh.

Eh? Woi ini trit orang woi. Jangan oot jah :galak:
 
Gak tau jah. Aku sendiri lagi libur dari grup. Lagi ribet di rl soalnya. Banyak urusan yang harus diselesaikan lewat hape. Jadi harus keluar dulu deh.

Eh? Woi ini trit orang woi. Jangan oot jah

ya elah trit punya murid lu ini...
Ga apa2 OOT dikit...
 
Hmmmm adek kakak ribut sendiri....
Nyimak aja dulu

njiiiiiiirrrrr... Adek-kakak sama Pai.
Ogah...

Pai kan orang yg ga punya perasaan...
Mau bukti?
Tuh baca aja trit nya dia...

Ngomong2 kapan update Om?
 
njiiiiiiirrrrr... Adek-kakak sama Pai.
Ogah...

Pai kan orang yg ga punya perasaan...
Mau bukti?
Tuh baca aja trit nya dia...

Ngomong2 kapan update Om?

Hahahaha...
Ngomong2 update kayaknya hari ini dech, bisa jadi hari ini, kalo ga rajin...
 
Chapter 4 First Wave (Part 2)






Sebuah pesawat pribadi terbang dengan kecepatan tinggi menuju kota tempat sang putri tinggal. Di dalamnya seseorang berjalan mondar-mandir dengan wajah gelisah. Sesekali dia memandang telepon satelit yang dipegangnya.


“재기랄,” umpatnya. (Fu*k).


Tiba-tiba telepon satelit yang digenggamnya berbunyi.


“당신.” (Ya...).


“Song Yuem Nim, there is another accident.”


“What...? Is she okay?”


“One of the general in this country, had been kill. With two of Association Agent”


“What...? Agent???”


“Yes, Song Yuem Nim.”


“Get all of our man, protect her!!!”


“Ye...yes Song Yuem Nim.”


“Remember Park Ji, if she scratched, you’ll die!!!!”


“Yes, Song Yuem Nim, I,ll do my best to protect Song Jo Ssi.”



Setelah telepon diakhiri, lelaki tersebut kembali duduk. Dia memejamkan mata, mencoba mengingat kembali semua kejadian yang menimpa putri tercintanya. Menganalisa keterkaitan satu kejadian dengan kejadian yang lain. Hingga ia membuka matanya dengan penuh keterkejutan. Seketika itu pula ia mengetikkan sesuatu pada telepon satelit yang dibawanya.


-




Sementara itu di bagian selatan ibukota negeri ini. Bunyi raungan sirene bersahutan memenuhi area tempat terbakarnya rumah Jendral Budi.


Tampak satuan pengamanan khusus bersiap dengan semua persenjataan. Mulai bergerak menyisir lokasi disekeliling rumah sang jendral. Api yang membumbung tinggi membuat kesulitan bagi pemadam kebakaran untuk memadamkannya.


Seseorang berjalan mendekati mobil polisi yang menjaga pintu masuk komplek perumahan sang jendral. Membuka pintu, menyalakannya, lalu meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan tak jauh di belakangnya, beberapa tubuh tak bernyawa tergeletak tak beraturan.








Iring-iringan mobil yang membawa Song Ji telah sampai di rumah mewah. Sang nona masih memakai rompi anti peluru dikawal ketat oleh beberapa penjaga bersenjata lengkap, langsung memasuki rumah.


“Semua siap diposisi masing-masing. Ingat jangan menyerang dulu sebelum mereka mulai menyerang kita,” ucap Adam.


“Kalian berdua ke atas. Siapkan senjata kalian dan awasi sekeliling rumah,” ucap Adam kepada kedua anak buahnya.


Mereka semua bergerak seperti yang diperintahkan. Menempati posisi masing-masing. Diantara mereka tampak pula beberapa anggota BIN. Mereka diperbantukan oleh markas pusat, setelah mengetahui informasi akan adanya serangan kepada CEO PT Samson Security, yang menjadi mitra BIN.


Hujan turun semakin deras, disertai dengan gelegar bunyi guntur memekakkan telinga. Tiba-tiba listrik padam. Membuat suasana menjadi semakin mencekam.


Tampak dari kejauhan beberapa sorot lampu mobil menerangi jalan menuju rumah sang CEO. Beberapa saat kemudian iringan mobil tersebut berhenti didepan rumah mewah. Rombongan yang terdiri dari lima mobil mpv dan sebuah truk berisikan puluhan orang dengan senjata lengkap.


Setelah berhenti, semua orang bersenjata lengkap turun dari mobil dan truk. Mengatur posisi menyerang. Tampak pula dua orang memakai jas dengan tampang kaku. Agent.


Sang Agent memberikan arah untuk menyerang. Melihat perintah menyerang, mereka langsung bergerak maju menuju pintu gerbang rumah sang CEO PT Samson Security.


“Mereka sekitar 50 orang lebih. Dan sepertinya ada dua agent komandan!” lapor seorang bodyguard melalui walkie talkie.


Sontak, wajah cemas dan tegang langsung menghias wajah mereka. Empat belas penjaga, meskipun ditambah empat orang anggota BIN, bukan lawan seimbang bagi lima puluhan tentara terlatih seperti itu. Apalagi jika mereka membawa bahan peledak. Begitu perhitungan masing-masing bodyguard PT Samson Security.



“BOOMM....”, bunyi ledakan kuat terdengar.


Seketika Adam mengintip keluar melalui celah jendela. Tampak kepulan asap dan bara api terlihat di gerbang masuk yang rusak terkena ledakan bom. Mayatpun bergeletakan disana sini.


Ledakan pintu gerbang rumah CEO PT Samson Security, membuat puluhan tentara bersenjata lengkap itu terkejut. Karena mereka tidak menduga akan mendapat sambutan oleh bom, di saat mereka dengan percaya diri menyerang rumah ini.


Sang Agent pun memerintahkan beberapa orang untuk menabrak pagar rumah mewah tersebut. Hingga mobil masuk kedalam halaman rumah mewah ini.


Tak lama, tiga mobil mpv masuk kedalam halaman rumah, namun tidak terjadi apa-apa. Melihat hal ini, para tentara bayaran itu, langsung menyerbu masuk. Beberapa berjalan dibelakang mobil yang dipakai sebagai tameng.


“BOOM.....BOOM.....”


Terjadi ledakan kembali disisi kanan dan kiri halaman rumah tersebut. Melemparkan beberapa tentara bayaran. Membuat barisan semakin rapat ditengah.


“Serang...!!!”, perintah Adam dari walkie talkie kepada teamnya.


Bunyi tembakan dari senapan otomatis dan pistol pun terdengar, bersambut dengan teriakan kesakitan para tentara yang tertembak. Maka dimulailah saling serang antara tentara bayaran dengan para bodyguard pengawal CEO PT Samson Security.


Pecahan kaca akibat peluru berserakan didalam rumah Song Ji. Sedangkan sang pemilik rumah, sedang bersembunyi dikamarnya, dibalik tempat tidurnya. Meringkuk disudut kamar, dengan memeluk kedua lututnya, menangis.


Tembakan demi tembakan bersahut-sahutan dengan teriakan kesakitan mengiringi malam basah dengan riuh. Menembarkan aroma kematian yang memikat. Bau anyir darah dan asap mulai menyeruak di antara derasnya hujan. Seiring waktu berjalan bunyi tembakan semakin ramai. Kontras dengan malam yang sunyi.


Sementara di ujung jalan tampak beberapa mobil berbelok dengan kecepatan tinggi, berdecit mengerem mendadak. Lalu keluar beberapa pria dengan senjata. Mereka menyerang para tentara yang terfokus menggempur rumah CEO PT Samson Security, mengakibatkan fokus para tentara penyerang terpecah. Saat mendapatkan tembakan dari sisi kanan mereka.


Melihat situasi semakin memburuk, membuat seorang agent membuka bagasi mobil yang dipakainya dan mengeluarkan rocket launcher (RPG -7), menentengnya, lalu mengarahkan RPG itu ke pintu rumah CEO PT Samson Security. Sang agent pun menarik pelatuk dan “Whooosss” deru roket meluncur menghantam pintu rumah. Menimbulkan bunyi dan ledakan yang menggetarkan seluruh rumah.


“BOOMM....”.


Ledakan tersebut menghancurkan pintu dan menewaskan beberapa body guard dan dua anggota BIN. Sementara yang lain terluka. Mundur kelantai dua, mencoba bertahan semaksimal mungkin.


Melihat pertahanan rumah hancur, semangat para tentara bayaran ini meningkat. Mereka segera merangsek maju dan menembak membabi buta.


“Zzzz...Adam. kita butuh bantuan...Adam respon,” terdengar suara salah seorang body guard dari walkie talkie.


“Zzzzz...zzzz bantuan tidak bisa datang cepat, zzzz..... maksimalkan yang ada,” balas Adam.


“BOOM.....!!!!”, terdengar bunyi ledakan lagi.


Namun bedanya ledakan ini tidak menyasar rumah, melainkan kearah sekumpulan mobil yang baru datang. Mobil yang berisi pasukan bantuan dari sang ayah Song Ji. Diantara mereka tampak pula Park Ji sebagai pemimpinnya.


Ledakan demi ledakan terus terjadi. Lemparan granat membuat pasukan bantuan semakin banyak yang terluka dan tewas. Hingga sebuah peluru menembus pundak Park Ji, dan ledakan granat terakhir melemparkannya beberapa meter dari mobil tempatnya berlindung.


Park Ji tergeletak lemah. Sementara seorang agent berjalan mendekatinya. Menginjak luka dipundaknya dan berkata, “Who send you? Answer me!!!”


“Aaacckkkkk.....” teriak Park Ji kesakitan.


“Who send you?” kata sang Agent.


“Fu...fuck you!” teriak Park Ji.


“Then die!” kata sang Agent.


Sang agent pun mengarahkan ujung pistolnya ke dahi Park Ji. Sesaat sebelum dia menarik pelatuk, tiba-tiba terdengar suara “Ugghh.”


Darah mengucur deras dari leher sang Agent. Disusul dengan bunyi pistol yang membuat kepala sang Agent berlubang, dan isi kepalanya tercerai berai. Tubuh sang Agent pun ambruk menimpa Park Ji. Segera Park Ji menggulingkan tubuh sang Agent dan mencoba mundur.


“One more movement, you’ll die,” kata seseorang yang berdiri dengan tubuh basah.


“Who..who are you?” tanya Park Ji.


“Call Song Yuem Nim, she will be okay,” katanya lagi.


Beberapa tentara bayaran mendekati lokasi Park Ji, lelaki tersebut membalikkan badan dan mulai melontar beberapa peluru dari senjatanya. Seketika itu juga para tentara bayaran yang mendekati mereka tergeletak, tak bernyawa.


“Stay there,” katanya berjalan menjauhi Park Ji.


M.E telah sampai dilokasi, dengan menenteng Rhizus Granate Launcher. Dia menembakkan senjata itu beberapa kali dan membuat ledakan dimana-mana.


Ledakan pertama, meledakkan mobil sedan yang dipakai para Agent. Ledakan berikutnya diarahkan ke truk pengangkut pasukan. Beberapa ledakan terakhir diarahkan ke mobil yang berada di halaman rumah CEO PT Samson Security. Ledakan yang membuat beberapa tentara bayaran yang berjaga disitu terlempar. M.E berjalan mendekati mereka dan mengarahkan senjatanya, menghabisi mereka dengan satu luka menganga dikepala. Semua dilakukan dengan tanpa perasaan, sedingin ekspresi wajahnya.


M.E berjalan memasuki halaman dengan santai dan tanpa beban. Tetap melontarkan peluru dari Ruger 22/45 Supressed, ditangan kanan dan kirinya. Terus berjalan sampai dipintu rumah yang sudah hancur berantakan. Kemudian mengisi ulang Ruger nya, sebelum naik ke lantai dua.


Sementara dilantai dua rumah tersebut, para body guard sudah banyak yang terluka dan tewas. Hanya tinggal seorang anggota BIN, Adam dan dua orang anggota body guard. Mereka bersembunyi di balik meja makan yang sudah terguling dan kamar yang menyambung dengan kamar CEO PT Samson Security.


Di pihak penyerang masih tersisa sepuluh orang tentara dan dua pembunuh bayaran serta seorang Agent.


Sang Agent, mengangkat RPG yang dibawanya dan mengarahkannya ke pintu, menarik pelatuk dan meluncurlah roket peledak. Tidak sampai satu detik ledakan kuat terdengar, dan terdengar juga teriakan seorang wanita.


“Aaahhh...”.


Sang Agent menggunakan isyarat, menyuruh para tentara bayaran tersebut merangsek maju. Setelah tidak terdengar balasan tembakan dari kubu Adam. Sang Agent beserta kedua pembunuh bayaran itu berjalan mendekat.


“Whuuss...”


“Shit!” kata sang Agent singkat, lalu


“BOOM....”


Ledakan kembali terdengar melemparkan beberapa tentara bayaran, sang Agent, dan kedua pembunuh bayaran itu.


“Dor...dor..dor..dor...”, bunyi tembakan membungkam rintihan para tentara bayaran.


M.E berjalan pelan, memasuki ruangan tempat Adam tergeletak dengan luka bakar. Terus berjalan memasuki kamar sang CEO. Mendekati sang CEO, menyentuh lehernya, dan membuang nafas tanda kelegaan. Mengangkat sang CEO dan membaringkannya diatas tempat tidur. Membersihkan darah dari hidung dan beberapa luka diwajahnya.


M.E kembali keluar dari kamar tersebut.


“Can you move...?” tanya M.E pada Adam.


“So..so..ry. M.E, hah...hah... this is the best that I can do...hah..hah...” jawab Adam.


“It’s ok, let me finish it now,” balas M.E.


M.E berjalan keluar, ke tempat sang Agent yang sudah menunggu dan kedua pembunuh bayaran yang berdiri dengan gemetar karena luka yang dialaminya.


“Dor..dor...” bunyi tembakan M.E mengarah ke kedua pembunuh bayaran yang berada di dekat sang Agent


“M.E...?” kata sang Agent.


“Hmmm...”


“Why are you here?”


“You’re not suprised see me here?”


“If you’re here, then the Jendral is dead.”


“Yup, with two of your companion.”


“Shit.... let me finish you by my self”


“Try me.”


Sang Agent mengambil pisaunya dan memasang kuda-kuda untuk menyerang. “Dooorr...”, bunyi tembakan dari tentara yang terluka akibat ledakan granat dari senjata M.E. menembakkan senjatanya dengan tenaga terakhir sebelum akhirnya benar-benar tewas.


Peluru tersebut berhasil menembus pundak M.E, darahpun mengalir membasahi baju. M.E sedikit terkejut namun dengan segera menekan beberapa titik ditubuhnya untuk menghentikan pendarahan akibat luka peluru itu.


Sang Agent tidak bergerak sedikitpun, mencoba membaca kelengahan M.E. Keduanya sudah berkonsentrasi untuk melakukan pertarungan jarak dekat. Mereka seolah tidak terganggu oleh insiden tembakan sebelumnya. Terutama M.E yang tertembus peluru, masih tetap fokus dengan lawan yang ada didepannya.


Sang Agent bergerak maju dengan memutar tubuhnya, melayangkan tendangan lurus kearah dada. M.E tidak mengelak, mengangkat tangan untuk menahan tendangan sang Agent. Membuatnya terdorong hingga membentur dinding.


Melihat serangan pertama berhasil mendorong lawan, sang Agent kembali melancarkan tendangan mengarah kekepala. M.E berhasil menahannya, namun efek dorongan membuatnya terjatuh.


Sang Agent tersenyum meremehkan, melihat pembunuh legendaris dihadapannya kesusahan. M.E kembali berdiri.


Kembali tendangan demi tendangan dilakukan sang Agent, namun semua tendangan itu berhasil ditepis oleh M.E. Kepercayaan diri sang Agent pun mulai menyurut. Melihat lawannya tidak tumbang oleh semua serangan yang dilakukannya.


Pisau ditangan mulai digenggam erat, deru nafas mulai memburu. Menandakan adrenalin terpompa kuat. Sang Agent maju melayangkan kembali tendangan lurus kedepan dengan kaki kiri, M.E bergerak menyamping menghindari tendangan. Sang Agent sudah menduga keadaan ini, langsung menggerakkan tangan menyerang leher M.E dengan pisau.


M.E mengangkat tangan kanannya, menahan gerakan tangan sang Ageng. Membuka telapak tangannya menyerang leher sang Agent dengan tangan kiri hingga kehilangan keseimbangan. Sementara tangan kanannya, mengunci pergelangan tangan sang Agent. Memutar tubuhnya diantara tangan dan tubuh sang Agent. Memuntir dengan memanfaatkan tenaga dorong sang Agent, mengangkat lututnya dan terdengar bunyi “Kraakk..”.


Siku sang Agent pun terlepas dari persendian.


Sang Agent pun berguling kebelakang dan bangkit kembali untuk memperbaiki posisi. Wajahnya mengeryit menahan sakit. Sang agent pun kembali menyerang menggunakan tendangan berputar dengan kecepatan yang cukup tinggi. M.E menundukkan tubuhnya, dan melancarkan pukulan mengarah ke paha bagian dalam dari kaki sang Agent yang menjadi tumpuan tubuhnya berdiri.


Sang Agent pun kembali kehilangan keseimbangan, namun segera memperbaiki posisi kaki dan tubuhnya agar tetap berdiri. Bersamaan dengan itu M.E maju menyerang leher sang Agent menggunakan lengan tangan kanannya, menggeser kaki kanan untuk menahan pergerakan mundur kaki sang Agent, hingga sang Agent pun terbanting kebelakang.


M.E bergerak maju, membuat sang Agent dengan terburu-buru bangkit tanpa sadar gerak tubuhnya tertahan oleh dinding. Masih dengan wajah datar tanpa ekspresi, sang Agent bergerak maju untuk menyerang.


Dengan cepat M.E mengangkat tangannya dan menembakkan Ruger 22/44 Suprresed ke kepala sang Agent.


Seperti tidak percaya dengan apa yang terjadi, sang Agent masih berdiri beberapa saat hingga akhirnya ambruk dengan lubang dikepalanya, tidak bernyawa.


Hening mencekap untuk beberapa saat, hingga terdengar derap kaki lincah naik menuju lantai dua. Tak lama kemudian muncullah Hikari dan Hikaru menenteng senjata kesayangan mereka X95.


“Kak,” sapa Hikaru.


“Hmm...” jawab M.E.


“Kak Song Ji?” tanya Hikaru lagi.


“Yuk beresin. Siapa aja yang masih hidup?” tanya M.E.


“Kak Adam, org BIN, sama kak Song Ji,” jawab Hikari, setelah melakukan pengecekan.


M.E dan kedua adiknya memapah para korban yang masih hidup dan membawa mereka ke rumah sakit terdekat menggunakan mobil yang sudah disiapkan oleh Hikari.






Sesampainya di rumah sakit, para perawat segera membantu kelompok Michel. Mereka tidak bertanya apa-apa setelah melihat berita di televisi mengenai penyerang rumah salah satu jendral angkatan bersenjata negeri ini.


Di saat Song Ji dirawat oleh tim medis rumah sakit, Michel dengan setia menunggu di sampingnya.


“Mas gak apa apa? Kok bajunya penuh darah?” tanya seorang perawat kepada Michel


“Gak pa pa mbak, darah mereka ini,” jawabnya singkat.


“Tapi pundak mas kayak kena luka tembak, sini mas biar saya bantu,” paksa perawat setelah melihat luka dipundak yang masih mengeluarkan darah meskipun tidak banyak.


“Gak pa pa mbak, tolong rawat saja mereka. Terutama yang cewek ya. Dia kekasih saya,” jawab Michel singkat.


Setelah terjadi perdebatan singkat, suster tersebut mengalah dan pergi menuju ruang gawat darurat.


Hikari mendekati Michel yang memang terlihat lelah dan memucat karena banyak mengeluarkan darah.


“Kak, ayo balik, biar Kari rawat dulu luka kakak.”


“Entar aja.”


“KAK AYO!!!!” perintah Hikari dengan penuh ketegasan. Michel pun terkejut dan memandang wajah Hikari yang penuh kekawatiran dengan lukanya.


“Udah kak, jalan aja dulu. Karu udah cek area sini, aman. Kak Nina juga sudah berjaga didekat sini,” sahut Hikaru.


Akhirnya Michel pun mengikut anjuran sang adik dan pergi meninggalkan rumah sakit.


“Baik-baik di sini ya sayang, besok aku akan kembali menjengukmu,” ucap Michel pelan kepada Song Ji sesaat sebelum dia meninggalkan rumah sakit.
 
maaf kalo update kali ini kurang greget.... :ampun: :ampun:
next update pasti lebih baik lagi.


hehehe...
btw pertamax nich
:baca::baca:
 
Hikaru dan hikari? Wew.... Makin membingungkan keluarga satu itu
 
Konflik pertama udah selesai, tapi masih belum bisa di bilang konflik sih sebetulnya, mungkin hanya sebuah awal dari konflik pertama
:kretek::kretek:

Nice update suhu, ditunggu aksi aksi dari M.E selanjutnya :beer:
 
Konflik pertama udah selesai, tapi masih belum bisa di bilang konflik sih sebetulnya, mungkin hanya sebuah awal dari konflik pertama
:kretek::kretek:

Nice update suhu, ditunggu aksi aksi dari M.E selanjutnya

Thanks sudah mampir and komen om
:semangat:
 
Duh duh cerita apa ini
Baca dari halaman 1 sampe 8 belum ngerti juga ini cerita tentang apa
Penuh misteri
Kalo memang dimaksudkan seperti itu, semoga nanti ada flashback yang menceritakan detailnya

Mana yg komeng master2 semua.. Apa saya yg kurang yaaa?
Nunggu update aja deh siapa tau nanti

:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd