++++
Yup.. Tepat sebelum hujan turun dengan lebatnya, kami sampai di depan lobby hotel. Aku bernafas lega, sembari turun dari motor, kemudian melepaskan helm.
"Untung dah sampai ya mas. Terimakasih banyak... " ucapku pada Arya.
"Maaf lo may, bikin kamu kebasahan kek gini.." balasnya sembari memandang keseluruhan tubuhku dan sebagian basah oleh air hujan.
"Ihh apaan sih mas. Aku yang beruntung bisa dianterin ma kamu. Kalau gak, aku belum tentu nyampe di Ibis sekarang. Eh, bentar aku check in dulu. Tunggu dulu ya... " kataku sambil berjalan memasuki lobby.
Setelah mengkorfimasi pemesanan dan lainnya, aku kembali keluar lobby, menemui Mas Arya yang tadi kuminta menungguku di Lobby Hotel. Namun begitu aku sampai di luar, yang kutemui hanya koper unguku, tanpa mas Arya. Pias rasanya dadaku kehilangan sosok yang aku kira mau menghangatkanku malam ini.
Aku tertunduk lesu, dengan enggan aku menarik ujung koperku masuk ke lobby hotel dan berniat naik ke kamarku. Malam ini sendirian deh, raungku. Ternyata tadi aku hanya ke ge eran saja merasa mas Arya bernafas memburu karenaku. Aku sedih, lesu karenanya. Tubuhku langsung terasa menggigil, aku harus segera mandi dan mengganti pakaianku.
Hingga sampai depan lift, aku masih lesu kehilangan mas Arya.
"May.. " suara cowok membangunkan lamunanku, aku menoleh ke asal suara.
"Mas Arya ! mas kemana saja? Aku pikir mas pergi tanpa pamit tauk!" pekikku, gembira melihat sosoknya.
Dia hanya tersipu melihat aku begitu gembira melihatnya. Dia berjalan mendekatiku sambil tersenyum.
"Maaf, aku tadi kebelet pipis, satpam nyuruh aku parkir di basement sekalian pipis di bawah. Lalu aku naik ke lobby mencarimu" katanya.
"Hehehe... kebelet pipis ceritanya? " godaku sembari mengerling. Mas Arya tersipu.
"Ya udah, baju kamu kan basah, buruan naik terus mandi. Lalu istirahat. Aku pamit ya, kamu jaga diri baik baik.. " ucapnya serasa hendak berpamitan padaku.
"eh, diluar Hujan masih deres banget loh. Pakai mantol juga bakal basah kali mas. Tunggu reda dulu kalau mau pulang" ucapku berusaha menahannya
"Iya juga sih" ucapnya sembari berfikir menimbang nimbang.
"Tungguin di kamarku aja, lumayan hangat. Sepertinya hujannya masih lama loh mas... " ajakku sembari masuk ke lift. Mas Arya masih ragu untuk masuk ke lift. "Ayo mas... masuk... " ucapku setengah menyuruh.
"Memangnya di kamar ada penghangatnya?" tanya mas Arya sambil masuk ke lift. Kutekan tombol 7 dan pintu lift mulai menutup.
"Adalah mas.. penghangatnya bisa kentut pulak.." jawabku sembari menggodanya. Aku ragu mas Arya gak ngeh sama kodeku. Kulihat mas Arya mengernyit selidik ke arahku.
"Bisa kentut? bau gak kentutnya?" tanyanya mulai mengerti arah pembicaraanku.
"Bau lah... bau banget. Ntar cobain sendiri yah" kataku sembari keluar dari lift.
Mas Arya mengikuti dari belakang sembari membawa koperku. Aku berjalan mendahuluinya mencari kamar nomor 717. Kamarnya ternyata berada di pojok lorong, aku segera mengibaskan kartuku di depan pintu dan lampunya berubah hijau, kemudian aku menekan gagang pintu dan membukanya.
"Silahkan masuk mas.." kataku mempersilahkannya masuk. "Anggap kamar sendiri ya mas, aku dah gak tahan nih mas mau pipis"
"Hahaha, iya.. makasih May" kata mas Arya geli karena kami sama sama menahan pipis tadi.
Sehabis pipis, sebenarnya aku berniat mandi karena tubuhku sebagian basah. Karena itu aku keluar dari kamar mandi untuk mengambil peralatan mandiku.
"Mas, Aku mandi dulu yah, dah dingin banget nih.. " ucapku pada Mas Arya yang sedah menaruh jaketnya di gantungan, badannya hanya berbalut t shirt polo abu abu yang membentuk badannya. Sial, aku tergoda pada dada bidangnya. Aku melirik mencuri pandang pada badannya sembari mengambil peralatan mandiku.
"Iya May, buruan mandi.. Nanti masuk angin loh kalau gak mandi" katanya sambil menatap ke seluruh pojok kamar. "may... "
"hmmm... " kataku sambil pengambil pakaian dalamku buat ganti.
"Dimana penghangatnya yang bisa kentut? Kok aku cari cari gak ada?" tanya Arya sembari menghampiriku.
Aku... yang sedang konak karena dia. Tak kubuang kesempatan untuk menggodanya.. Aku mendekatinya, kami hampir tak berjarak, kutatap matanya dengan mata yang kusayu-sayukan.
"Ini mas.. Penghangatnya ada di depan matamu.. Masa mas gak liat? " ucapku sambil meletakkan semua peralatan mandiku dan pakaian dalam gantiku ke lantai. Kubiarkan tatapanku hanyut dalam ritme nafasnya. Kudekatkan tubuhku, sehingga badanku menempel ke badannya, aku mendongak, masih menatap matanya. Kemudian aku tersenyum, namun Arya masih diam mematung.
Tangan kananku meraih lehernya, memintanya untuk sedikit membungkuk.
"Ar...yaa... " ucapku parau, lebih ke ajakan untuk bilang 'jamah aku mas..'. Arya sedikit menunduk, kuraih bibirnya dengan bibirku. Sebuah french kiss yang singkat. Namun aku yakin dengan taktikku. 1... 2... 3....
Kulepaskan tanganku dari lehernya, menjauhkan bibirku dari bibirnya. Dan aku mundur selangkah ke belakang. Tangan kanan Arya meraih tangan kiriku dan tangan kirinya meraih pinggangku, bibirnya mengunci bibirku dan menyergapku dengan buas. Yes! taktikku berhasil..
Arya melumat bibirku dan deep kiss.. Untuk beberapa menit kami saling mengeksplorasi mulut masing2..
Taktik kedua, kulepaskan ciuman kami dan aku berbalik hendak meninggalkannya ke kamar mandi.
Yup.. Tepat sebelum hujan turun dengan lebatnya, kami sampai di depan lobby hotel. Aku bernafas lega, sembari turun dari motor, kemudian melepaskan helm.
"Untung dah sampai ya mas. Terimakasih banyak... " ucapku pada Arya.
"Maaf lo may, bikin kamu kebasahan kek gini.." balasnya sembari memandang keseluruhan tubuhku dan sebagian basah oleh air hujan.
"Ihh apaan sih mas. Aku yang beruntung bisa dianterin ma kamu. Kalau gak, aku belum tentu nyampe di Ibis sekarang. Eh, bentar aku check in dulu. Tunggu dulu ya... " kataku sambil berjalan memasuki lobby.
Setelah mengkorfimasi pemesanan dan lainnya, aku kembali keluar lobby, menemui Mas Arya yang tadi kuminta menungguku di Lobby Hotel. Namun begitu aku sampai di luar, yang kutemui hanya koper unguku, tanpa mas Arya. Pias rasanya dadaku kehilangan sosok yang aku kira mau menghangatkanku malam ini.
Aku tertunduk lesu, dengan enggan aku menarik ujung koperku masuk ke lobby hotel dan berniat naik ke kamarku. Malam ini sendirian deh, raungku. Ternyata tadi aku hanya ke ge eran saja merasa mas Arya bernafas memburu karenaku. Aku sedih, lesu karenanya. Tubuhku langsung terasa menggigil, aku harus segera mandi dan mengganti pakaianku.
Hingga sampai depan lift, aku masih lesu kehilangan mas Arya.
"May.. " suara cowok membangunkan lamunanku, aku menoleh ke asal suara.
"Mas Arya ! mas kemana saja? Aku pikir mas pergi tanpa pamit tauk!" pekikku, gembira melihat sosoknya.
Dia hanya tersipu melihat aku begitu gembira melihatnya. Dia berjalan mendekatiku sambil tersenyum.
"Maaf, aku tadi kebelet pipis, satpam nyuruh aku parkir di basement sekalian pipis di bawah. Lalu aku naik ke lobby mencarimu" katanya.
"Hehehe... kebelet pipis ceritanya? " godaku sembari mengerling. Mas Arya tersipu.
"Ya udah, baju kamu kan basah, buruan naik terus mandi. Lalu istirahat. Aku pamit ya, kamu jaga diri baik baik.. " ucapnya serasa hendak berpamitan padaku.
"eh, diluar Hujan masih deres banget loh. Pakai mantol juga bakal basah kali mas. Tunggu reda dulu kalau mau pulang" ucapku berusaha menahannya
"Iya juga sih" ucapnya sembari berfikir menimbang nimbang.
"Tungguin di kamarku aja, lumayan hangat. Sepertinya hujannya masih lama loh mas... " ajakku sembari masuk ke lift. Mas Arya masih ragu untuk masuk ke lift. "Ayo mas... masuk... " ucapku setengah menyuruh.
"Memangnya di kamar ada penghangatnya?" tanya mas Arya sambil masuk ke lift. Kutekan tombol 7 dan pintu lift mulai menutup.
"Adalah mas.. penghangatnya bisa kentut pulak.." jawabku sembari menggodanya. Aku ragu mas Arya gak ngeh sama kodeku. Kulihat mas Arya mengernyit selidik ke arahku.
"Bisa kentut? bau gak kentutnya?" tanyanya mulai mengerti arah pembicaraanku.
"Bau lah... bau banget. Ntar cobain sendiri yah" kataku sembari keluar dari lift.
Mas Arya mengikuti dari belakang sembari membawa koperku. Aku berjalan mendahuluinya mencari kamar nomor 717. Kamarnya ternyata berada di pojok lorong, aku segera mengibaskan kartuku di depan pintu dan lampunya berubah hijau, kemudian aku menekan gagang pintu dan membukanya.
"Silahkan masuk mas.." kataku mempersilahkannya masuk. "Anggap kamar sendiri ya mas, aku dah gak tahan nih mas mau pipis"
"Hahaha, iya.. makasih May" kata mas Arya geli karena kami sama sama menahan pipis tadi.
Sehabis pipis, sebenarnya aku berniat mandi karena tubuhku sebagian basah. Karena itu aku keluar dari kamar mandi untuk mengambil peralatan mandiku.
"Mas, Aku mandi dulu yah, dah dingin banget nih.. " ucapku pada Mas Arya yang sedah menaruh jaketnya di gantungan, badannya hanya berbalut t shirt polo abu abu yang membentuk badannya. Sial, aku tergoda pada dada bidangnya. Aku melirik mencuri pandang pada badannya sembari mengambil peralatan mandiku.
"Iya May, buruan mandi.. Nanti masuk angin loh kalau gak mandi" katanya sambil menatap ke seluruh pojok kamar. "may... "
"hmmm... " kataku sambil pengambil pakaian dalamku buat ganti.
"Dimana penghangatnya yang bisa kentut? Kok aku cari cari gak ada?" tanya Arya sembari menghampiriku.
Aku... yang sedang konak karena dia. Tak kubuang kesempatan untuk menggodanya.. Aku mendekatinya, kami hampir tak berjarak, kutatap matanya dengan mata yang kusayu-sayukan.
"Ini mas.. Penghangatnya ada di depan matamu.. Masa mas gak liat? " ucapku sambil meletakkan semua peralatan mandiku dan pakaian dalam gantiku ke lantai. Kubiarkan tatapanku hanyut dalam ritme nafasnya. Kudekatkan tubuhku, sehingga badanku menempel ke badannya, aku mendongak, masih menatap matanya. Kemudian aku tersenyum, namun Arya masih diam mematung.
Tangan kananku meraih lehernya, memintanya untuk sedikit membungkuk.
"Ar...yaa... " ucapku parau, lebih ke ajakan untuk bilang 'jamah aku mas..'. Arya sedikit menunduk, kuraih bibirnya dengan bibirku. Sebuah french kiss yang singkat. Namun aku yakin dengan taktikku. 1... 2... 3....
Kulepaskan tanganku dari lehernya, menjauhkan bibirku dari bibirnya. Dan aku mundur selangkah ke belakang. Tangan kanan Arya meraih tangan kiriku dan tangan kirinya meraih pinggangku, bibirnya mengunci bibirku dan menyergapku dengan buas. Yes! taktikku berhasil..
Arya melumat bibirku dan deep kiss.. Untuk beberapa menit kami saling mengeksplorasi mulut masing2..
Taktik kedua, kulepaskan ciuman kami dan aku berbalik hendak meninggalkannya ke kamar mandi.