Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mari saya perkenalkan apa itu: PKI

g30s adalah sebuah konspirasi politik dagang dan ambisi jadi gak ada yg salah dan benar itu menurut ane.. tp kadang yg bikin ane jengkel tu orang2 yg beranggapan PKI/komunis itu sama dengan ateis.. bukan ane mau bela komunis tp anggapan seperti itu bikin ane ngelus dada jupe
 
g30s adalah sebuah konspirasi politik dagang dan ambisi jadi gak ada yg salah dan benar itu menurut ane.. tp kadang yg bikin ane jengkel tu orang2 yg beranggapan PKI/komunis itu sama dengan ateis.. bukan ane mau bela komunis tp anggapan seperti itu bikin ane ngelus dada jupe

Enak dong suhu duda

Lagi hot pembahasan G30S ngikutin momen kesaktian pancasila kemaren , di tempo gencar ngaitin G30S sama CIA, tapi yg d media ceritany agak beda sama yg di buku john roosa, hehe

Oia suhu rasta gimana kmaren hasil renungan di monumen kesaktian pancasilanya 😀
 
Enak dong suhu duda

Lagi hot pembahasan G30S ngikutin momen kesaktian pancasila kemaren , di tempo gencar ngaitin G30S sama CIA, tapi yg d media ceritany agak beda sama yg di buku john roosa, hehe

Oia suhu rasta gimana kmaren hasil renungan di monumen kesaktian pancasilanya 😀

hehehehe.. oh iya kl gak salah g30s terjadi dipicu oleh gerakan ganyang maleysia oleh pak karno gara2 fotonya bendera merah putih dan garuda pancasila diijak2 (karena apa maleysia melakukan itu?saya belum tahu, mohon pencerahan)tp gerakan ganyang maleysia tidak didukung oleh ke 7 jendral itu dan terbentuklah isu dewan jendral yg ingin mengkudeta, pak karno lalu meminta dukungan pki. kalau gak salah jg sebenarnya pak karno sendiri juga ingin menghabisi pki (kemungkinan ini masalah ketakutan pni terhadap pki yg terlalu cepat menjadi partai besar) tp karena para petinggi tni tidak setuju dengan gerakan ganyang maleysia lalu meminta dukungan pki (sekali lg ini masalah politik, tidak ada lawan maupun kawan yg abadi dalam politik).tentang penculikan tersebut adalah kesalah pahaman, sebenarnya penjemputan paksa para jendral untuk menghadap pak karno yg ingin berunding masalah ganyang maleysia. dan entahlah penjemputan itu malah menjadi kasus penculikan disertai pembunuhan yg katanya cia ada dibelakang itu dan pak harto dijadikan alatnya, tp dibelakang itu ada yg beranggapan pak hata jg ada ikut andil (dengan asumsi sekali lagi ini masalah politik/persaingan partai) waktu itu kan pak karno (diangkat ata mengankat ya?) menjadi presiden seumur hidup dan keinginan terjadi kudeta pasti ada. dan masalah siapa yg benar dan siapa yg salah atau siapa yg bertanggung jawab masalah pembunuhan jendral dan pembunuhan anggota pki itu mungkin tidak hanya si itu tp jg si ini si itu dan si2 yg lain yg ingin mengambil keuntungan kasus2 tersebut diatas. itu pendapat saya nubi yg hina ini berdasar buku2 yg pernah saya baca dan obrolan2 di warung kopi. kalau salah ane minta maap dan mohon dikoreksi. oh iya apakah selamanya politik itu kejam kata iwan fals.. dan seandainya pak harto yg bersalah jg tidak bisa disalahkan begitu saja dia hanya dimanfaatkan dan memanfaatkan keadaan atau seandanya pki yg bersalah jg tidak wajar jg kalau terus dicap partai terlarang, mereka juga anak2 bangsa yg ingin membangun endonesa.. sekian merdeka tanpa dijajah istri xixixi
 
Terakhir diubah:
Oia suhu rasta gimana kmaren hasil renungan di monumen kesaktian pancasilanya ��
Hasilnya? di gigitin nyamuk dan kerokan hahahah...

hehehehe.. oh iya kl gak salah g30s terjadi dipicu oleh gerakan ganyang maleysia oleh pak karno gara2 fotonya bendera merah putih dan garuda pancasila diijak2 (karena apa maleysia melakukan itu?saya belum tahu, mohon pencerahan)tp gerakan ganyang maleysia tidak didukung oleh ke 7 jendral itu dan terbentuklah isu dewan jendral yg ingin mengkudeta
Ganyang Malaysia bukan hanya satu2nya sebab, sejak awal 1959 kembali pada dekrit Presiden, landscape politik Indonesia di kuasai oleh 3 pilar, Soekarno, PKI dan Angkatan Darat, dimana Angkatan darat mendukung Soekarno untuk membubarkan konstituante dengan barter AD di beri kewenangan SOB alias negara dalam keadaan darurat perang sehingga anggaran pertahanan naik. Di sisi lain Soekarno memerlukan PKI untuk membakar retorika Revolusi belum selesai dengan salah satu agenda Ganyang Malaysia..



kalau gak salah jg sebenarnya pak karno sendiri juga ingin menghabisi pki (kemungkinan ini masalah ketakutan pni terhadap pki yg terlalu cepat menjadi partai besar) tp karena para petinggi tni tidak setuju dengan gerakan ganyang maleysia lalu meminta dukungan pki (sekali lg ini masalah politik, tidak ada lawan maupun kawan yg abadi dalam politik).

Soekarno tidak ingin menghabisi PKI sebagai Ideologi, karena pada dasarnya Soekarno seorang Nasionalis yang menggunakan analisis Marxis, dia tidak akan ragu melawan bila PKI berontak seperti 1948, tahun 1960an Soekarno juga melarang PSI dan Murba serta Masyumi karena beberapa oktum terlibat Pemberontakan yang di Sponsori CIA di Sumatera dan Sulawesi (PRRI). AD tidak pernah secara eksplitis menolak bertempur dengan Malaysia kok demi tetap adanya kebijakan SOB yang melambungkan anggaran militer, namun mereka tidak 100% di mana Kostrad di serahi tugas untuk menghambat agar tidak terjadi perang terbuka. Namun demikian perang sekala kecil antar pasukan khusus sudah terhadi di sepanjang perbatasan RPKAD vs SAS...

tentang penculikan tersebut adalah kesalah pahaman, sebenarnya penjemputan paksa para jendral untuk menghadap pak karno yg ingin berunding masalah ganyang maleysia
.

Sepertinya tidak salah paham, karena perintah dari Komandan pasukan penculikan Lettu Doel Arief adalah ambil hidup atau mati. Dalam terminologi militer perintah seperti ini sangat biasa di artikan mending mati saja lebih mudah, ngelawan dor dor dor seret! operasi selesai... tidak juga tentang ganyang Malaysia, Yani sudah di jadwalkan bertemu Soekarno pada akan di geser posisinya sebagai KASAD.

ada yg beranggapan pak hata jg ada ikut andil (dengan asumsi sekali lagi ini masalah politik/persaingan partai)
.
Loh kok Hatta di bawa2? Beliau sudah mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden tahun 1956, beliau tidak berpartai tuhh. Persaingan politik sama siapa?


waktu itu kan pak karno (diangkat ata mengankat ya?) menjadi presiden seumur hidup dan keinginan terjadi kudeta pasti ada.
.
Yang mengangkat itu parati-partai lain selain PKI karena takut PKI menang dalam pemilu karena mereka mendulung suara terbanyak nomer 4 tahun 1955 dan suara terbanyak pada pemilu daerah 1957. PKI kemudian mencanangkan sebuah strategi gerakan "menuju komunisme melalui jalan parlementer" front di atas dan front di bawah...
 
Loh kok Hatta di bawa2? Beliau sudah mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden tahun 1956, beliau tidak berpartai tuhh. Persaingan politik sama siapa?

asumsi saya membawa nama pak hatta karena dia juga adalah tokoh besar negeri ini, nama pak hatta jg tidak bisa dipisahkan dgn masyumi. persaingan politik masyumi-pki gan

agan satu ini emang 👍 TOP BGT.. mohon pencerahannya suhu :salim :ciumtangan
 
Hatta tidak pernah menjadi anggota Masyumi, Hatta
Non partisan. Satu2nya partai yang bisa di kaitkan dengan Hatta adalah PNI Baru partai ini partai edukasi, sengaja mengambil nama PNI namun singkatannya Pendidikan Nasional Indonesia, tidak ikut politik elektoral dan hanya berfokus pada kursus politik bagi para nasionalis...
 
Hatta tidak pernah menjadi anggota Masyumi, Hatta
Non partisan. Satu2nya partai yang bisa di kaitkan dengan Hatta adalah PNI Baru partai ini partai edukasi, sengaja mengambil nama PNI namun singkatannya Pendidikan Nasional Indonesia, tidak ikut politik elektoral dan hanya berfokus pada kursus politik bagi para nasionalis...

TOP BGT lah agan satu ini, gak rugi saya berdiskusi dgn anda.. endonesa butuh orang2 bijak seperti anda :beer:
 
oh iya gan rasta masih ada pertanyaan nih, ane sedikit bingung masalah pemegangan komando tni oleh pak harto bukanya dalam tragedi g30s tersebut ada salah satu jendral yg bisa melarikan diri kl gak salah pak yani/pak nas (ane lupa) itu kemana ya?
 
oh iya gan rasta masih ada pertanyaan nih, ane sedikit bingung masalah pemegangan komando tni oleh pak harto bukanya dalam tragedi g30s tersebut ada salah satu jendral yg bisa melarikan diri kl gak salah pak yani/pak nas (ane lupa) itu kemana ya?

Nubie jawab yach....

Banyak yang luput jika kita hanya sekilas mengenal Jendral Besar Abdul Haris Nasution dari film propaganda G30S/PKI. Salah satunya tentang persembunyiannya ketika melarikan diri di malam berdarah pada 30 September 1965.

"Pak Nas lari naik tembok ke kedutaan Irak, di sana dia bersembunyi di tong tatakan air sampai pagi. Dia berusaha berjalan saat itu kakinya luka karena menginjak pot," ujar Royen Suryanto, pemandu museum AH Nasution, di Jalan Tengku Umar no 40, Jakarta, Minggu (30/9).

Pagi menjelang, dari informasi yang diberikan, istri Nasution, Johana Sunarti, menyuruh Kolonel Hidayat, Komandan Paspampres untuk menjemput suaminya di Kedubes Irak.

"Mampir ke Kolonel Hidayat, kasih tahu Pak Nas ada di Kedutaan Irak. Kolonel Hidayat membawa dan menyembunyikan Pak Nas di bagasi mobil sampai ke markas Kostrad," terang Royen.

Bukan hanya soal tempat persembunyian, ada juga fakta menarik yang dituturkan Royen selama pengunjung mengikuti diorama di Museum. Salah satunya tentang koran dan daun pepaya.

"Bapak kalau makan sederhana biasanya ada daun pepaya makanan khas Pak Nas. Dia juga jarang makan bersama ibu. Kalau sarapan ajudannya juga diminta membacakannya koran karena Pak Nas terlalu sibuk," pungkas Royen lagi.

Dalam malam berdarah yang bertepatan pada hari ini, tidak seperti jenderal yang lain, AH Nasution selamat dengan melompat tembok yang berbatasan dengan kantor Kedubes Irak. Namun malam itu ajudannya, Pierre Tandean diculik dan buah hatinya turut tewas dengan luka tembak di punggungnya.

Sumber dari Merde*a.com
 
Berikut detail ceritanya...

Nasution terus bersembunyi di halaman tetangganya sampai pukul 06:00 ketika ia kembali ke rumahnya dalam keadaan patah pergelangan kaki. Nasution kemudian meminta ajudan untuk membawanya ke Departemen Pertahanan dan karena dia pikir itu akan lebih aman di sana. Nasution kemudian mengirim pesan kepada Soeharto di markas Kostrad, mengatakan kepadanya bahwa ia masih hidup dan aman. Setelah mengetahui bahwa Soeharto mengambil alih komando tentara, Nasution kemudian memerintahkan dia untuk mengambil langkah-langkah seperti mencari tahu keberadaan presiden, menghubungi panglima angkatan laut R.E. Martadinata, komandan korps marinir R. Hartono serta kepala kepolisian Soetjipto Joedodihardjo, dan mengamankan Jakarta dengan menutup semua jalan yang mengarah ke sana. Angkatan udara tidak termasuk karena Panglima Omar Dhani dicurigai sebagai simpatisan G30S. Soeharto segera mengintegrasikan perintah tersebut ke dalam rencananya untuk mengamankan kota.

Sekitar pukul 14:00, setelah Gerakan 30 September mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi, Nasution mengirim perintah lain untuk Soeharto, Martadinata dan Joedodihardjo. Dalam rangka itu, Nasution mengatakan bahwa ia yakin Soekarno telah diculik dan dibawa ke markas G30S di Halim. Karena itu ia memerintahkan ABRI untuk membebaskan presiden, memulihkan keamanan Jakarta, dan yang paling penting, menunjuk Soeharto sebagai kepala operasi. Sama seperti Soeharto yang mulai bekerja, namun, pesan datang dari Soekarno di Halim. Soekarno telah memutuskan untuk menunjuk Mayjen Pranoto Reksosamodra – loyalis Soekarno – untuk mengisi posisi Panglima Angkatan Darat dan sekarang ingin Pranoto untuk datang menemuinya. Soeharto tidak mengijinkan Pranoto pergi tapi ia tahu bahwa Soekarno tidak akan menyerah untuk mencoba memanggil Pranoto. Untuk memperkuat posisi tawar, Soeharto meminta Nasution untuk datang ke Markas Kostrad.

Nasution tiba di markas Kostrad sekitar pukul 6 sore, Soeharto mulai mengerahkan pasukan Sarwo Edhie Wibowo untuk mengamankan Jakarta dari Gerakan 30 September. Di sana, Nasution akhirnya menerima pertolongan pertama untuk pergelangan kakinya yang patah. Setelah Jakarta aman, Martadinata datang ke markas Kostrad dengan salinan Keputusan Presiden yang menunjuk Pranoto. Setelah melihat keputusan tersebut, Soeharto mengundang Martadinata dan Nasution ke ruangan untuk membahas situasi.

Nasution meminta Martadinata bagaimana caranya presiden datang untuk menunjuk Pranoto. Martadinata menjawab bahwa pada sore hari ia, Joedodihardjo, dan Dhani telah menghadiri pertemuan dengan Soekarno di Halim untuk memutuskan siapa yang harus menjadi Panglima Angkatan Darat setelah Yani tewas. Pertemuan telah memutuskan bahwa Pranoto harus menjadi Panglima Angkatan Darat. Nasution mengatakan bahwa penunjukan Soekarno tidak dapat diterima karena penunjukan datang ketika Soeharto telah memulai operasi. Nasution dan Soeharto kemudian mengundang Pranoto dan meyakinkannya untuk menunda menerima pengangkatannya sebagai Panglima Angkatan Darat sampai setelah Soeharto selesai menumpas percobaan kudeta.

Dengan pasukan Sarwo Edhie, Jakarta dengan cepat berhasil diamankan. Soeharto kemudian mengalihkan perhatiannya ke Halim dan mulai membuat persiapan untuk menyerang pangkalan udara. Untuk membantunya, Nasution memerintahkan angkatan laut dan polisi untuk membantu Soeharto dalam menumpas Gerakan 30 September. Untuk angkatan udara, Nasution mengeluarkan perintah mengatakan bahwa mereka tidak akan dihukum atas pembangkangan jika mereka menolak untuk mematuhi perintah Dhani. Pada pukul 06:00 tanggal 2 Oktober, Halim berhasil diambil alih dan Gerakan 30 September secara resmi dikalahkan.

Semoga membantu... :beer:
 
Mengapa dia tidak mengambil alih berikut makalahnya

Meskipun Soeharto telah menjadi tokoh kunci pada 1 Oktober, banyak perwira Angkatan Darat lainnya masih berpaling ke Nasution untuk kepemimpinan dan mengharapkannya untuk mengambil kontrol yang lebih menentukan situasi. Namun, Nasution tampak ragu-ragu dan perlahan tapi pasti dukungan mulai menjauh darinya. Mungkin alasan ini adalah karena ia masih berduka atas putrinya, Ade Irma, yang meninggal pada tanggal 6 Oktober.

Dalam beberapa minggu pertama setelah G30S, Nasution-lah yang terus-menerus melobi Soekarno untuk menunjuk Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat. Soekarno, yang setelah 1 Oktober tetap menginginkan Pranoto sebagai pimpinan angkatan darat, awalnya menjadikan Soeharto sebagai Panglima Kopkamtib, tetapi dengan lobi terus-menerus yang dilakukan Nasution, Soekarno akhirnya dibujuk dan pada tanggal 14 Oktober 1965, ditunjuklah Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat.

Sebuah peluang emas datang ke Nasution pada bulan Desember 1965 ketika ada pembicaraan tentang penunjukkan dirinya sebagai wakil presiden untuk membantu Soekarno dalam masa ketidakpastian. Nasution tidak memanfaatkan ini dan memilih untuk tidak melakukan apa-apa. Soeharto mengambil inisiatif pada awal 1966 dengan mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa tidak ada kebutuhan untuk mengisi kursi wakil presiden yang kosong.

Pada 24 Februari 1966, Nasution tidak lagi menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dalam perombakan kabinet. Posisi Kepala Staf ABRI juga dihapuskan.

Pada tahap ini, harapan bahwa Nasution akan melakukan sesuatu sekarang telah hilang para perwira militer dan gerakan mahasiswa berada di belakang Soeharto. Namun demikian, ia terus menjadi tokoh yang dihormati, banyak perwira militer megunjunginya di hari-hari menjelang penandatanganan Supersemar, dokumen penyerahan kewenangan dari Soekarno ke Soeharto. Bahkan, ketika Soeharto hendak pergi Markas Kostrad untuk menunggu pengiriman Supersemar, dia menelepon Nasution dan meminta restunya. Istri Nasution memberi restu atas nama Nasution, yang tidak hadir.

Indra politik Nasution tampaknya telah kembali setelah Soeharto menerima Supersemar. Itu mungkin karena dia yang pertama kali menyadari bahwa Supersemar tidak hanya memberikan kekuasaan darurat kepada Soeharto tetapi juga memberinya kontrol eksekutif. Pada 12 Maret 1966, setelah Soeharto melarang keberradaan PKI, Nasution menyarankan kepada Soeharto bahwa ia membentuk kabinet darurat. Soeharto, masih hati-hati tentang apa yang dia bisa atau tidak bisa lakukan dengan kekuatan barunya, karena pembentukan kabinet adalah tanggung jawab presiden. Nasution mendorong Soeharto, berjanji untuk memberikan dukungan penuh tetapi Soeharto tidak menanggapi dan percakapan berakhir tiba-tiba.

Semoga membantu :beer:
 
suhu tombol ikut memberi pencerahan pada nubi yang hina dina ini jg.. :salim :ciumtangan

sip.. sip.. sip.. TOP BGT nih agan tombol, ane sebagai penikmat sejarah salut sama agan tombol dan agan rasta yg mau meneliti sejarah bangsa ini. semoga tabir sejarah dapat terbuka jelas, untuk siapa yg benar dan salah siapa yg bertanggung jawab biar masyarakat sendiri yg menentukan. sejarah adalah sebuah rentetan peristiwa, menurut ane gan. benar dan salahnya mungkin tergantung dari segi mana masyarakat menilai sejarah2 itu.

:beer:
 
suhu tombol ikut memberi pencerahan pada nubi yang hina dina ini jg.. :salim :ciumtangan

sip.. sip.. sip.. TOP BGT nih agan tombol, ane sebagai penikmat sejarah salut sama agan tombol dan agan rasta yg mau meneliti sejarah bangsa ini. semoga tabir sejarah dapat terbuka jelas, untuk siapa yg benar dan salah siapa yg bertanggung jawab biar masyarakat sendiri yg menentukan. sejarah adalah sebuah rentetan peristiwa, menurut ane gan. benar dan salahnya mungkin tergantung dari segi mana masyarakat menilai sejarah2 itu.

:beer:

Jujur nubie jawab... Awalnya nubie juga mengagungkan Pak Soeharto... Dengan cerita sejarah disekolah (waktu itu SMP) sangat heroik banget....
Apalagi dari SD udah dicekokin dengan film Doktrin tersebut... Namun nubie suka heran sama kakek nubie... Doi suka marah kalo lihat Pak Soeharto.... skip.... Skip....
ketika SMA... (Nubie lulus 97).
Nubie suka bolos sekolah di perpus sambil baca2 majalah Ibukota yang berani.. Nah disitu nubie baru tau ternyata ada pembelokan fakta mengenai film doktrin tersebut. (tapi nubie lupa judul makalahnya...).
Dari situlah nubie mulai membaca soal G30S/PKI... Dan merunut kisah2 yang dulu diceritakan oleh kakek nubie waktu beliau dan keluarga besar dari nyokap melakukan pelarian dari ponorogo ke Surabaya lalu ke Jakarta
Diera pembersihan tersebut....
 
Jujur nubie jawab... Awalnya nubie juga mengagungkan Pak Soeharto... Dengan cerita sejarah disekolah (waktu itu SMP) sangat heroik banget....
Apalagi dari SD udah dicekokin dengan film Doktrin tersebut... Namun nubie suka heran sama kakek nubie... Doi suka marah kalo lihat Pak Soeharto.... skip.... Skip....
ketika SMA... (Nubie lulus 97).
Nubie suka bolos sekolah di perpus sambil baca2 majalah Ibukota yang berani.. Nah disitu nubie baru tau ternyata ada pembelokan fakta mengenai film doktrin tersebut. (tapi nubie lupa judul makalahnya...).
Dari situlah nubie mulai membaca soal G30S/PKI... Dan merunut kisah2 yang dulu diceritakan oleh kakek nubie waktu beliau dan keluarga besar dari nyokap melakukan pelarian dari ponorogo ke Surabaya lalu ke Jakarta
Diera pembersihan tersebut....

Terima kasih suhu thombol pencerahannya, banyak ilmu yg nubie dpt dr suhu thombol dan rasta tth peristiwa ini

Mau nanya lg suhu thombol, setelah G30S asumsi ny Soekarno udh tau pasti kan ttg dewan jendral, tp knpa Soekarno masih mau dengerin pak nas dan lobi2 ny ttg soeharto
 
oh iya gan rasta masih ada pertanyaan nih, ane sedikit bingung masalah pemegangan komando tni oleh pak harto bukanya dalam tragedi g30s tersebut ada salah satu jendral yg bisa melarikan diri kl gak salah pak yani/pak nas (ane lupa) itu kemana ya?
Maaf balesnya lama, nubi semalam dalam perjalanan ke kaki Gunung Pangrango buat pendakian. Ini baru mau jalan nanjak, ane sempetin bales suhu duda dulu nihh...
Masalah pemegang komando itu begini ceritanya, di AD ada tradisi
Lisan yang di hasilkan piagam Jogja dimana ada kesepakatan bahwa penunjukan Panglima AD selalu harus memandang senioritas dan kemampuan teknis militer. Nah Yani itu di angkat sebagai KASAD melompati banyak senior di atasnya seperti Harto, Moersjid, Mokoginta dll nah agar tidak ada class seperti 1948 dan 1952 maka di tetapkan Soeharto selalu mengganikan Yani saat berhalangan. Selain itu Nasution saat itu
walau berbintang 4 menjabat Kepala Staf Angkatan Bersenjata tanpa garis komando pada pasukan dan hanya bertugas administratif karena itu beliau masuk di bawah komando taktis Seoharto karena Harto memiliki kewenangan Komando pada pasukan pasca raib nya Yani.

So itu murni karena struktur komando AD yang unik, ini juga yang menyebabkan Harto dengan sangan taktis menumpas G30S karena seluruh panglima pemegang komando utama seperi Garnizun Jakarta alias kodam dan RPKD langsung memposisikan diri di bawah komando Kostrad.

Nasution sendiri setelah lari dari persembunyian di kedubes Irak itu
Lari ke Pasar Minggu, segera setelah beliau kontak dengan loyalisnya
Langsung menuju kostrad. Sampai di kostrad langsung rapat bersama Harto, Kemal Idris, Sarwo , Ali Moertopo dll. Disini dengan wajah tegas beliau katakan pada Sarwo: Wo, kamu bikin seperti Mapanget! Tumpas sampai ke akarnya! Get this done! Sarwo
Langsung menghormat dengan wajah tegas namun menitikkan air
Mata: Siap Jendral! Kemudian kita paham 3 juta orang kiri mati meregang nyawa...
 
Mau nanya lg suhu thombol, setelah G30S asumsi ny Soekarno udh tau pasti kan ttg dewan jendral, tp knpa Soekarno masih mau dengerin pak nas dan lobi2 ny ttg soeharto

Sebenernya bukan lobi, namun struktur komando AD yang memang mengharuskan Harto yang ambil komando kalau Yani berhalangan. Mungkin perlu di jelasin kali ya kenapa begini biar ga simpang siur. Jadi pada tahun 1952 terjadi peristiwa insiden Oktober dimana Angkatan Darat mengepung Istana dan menuntut dibubarkannya parlemen karena dua hal: Mosi Manai Sophian dan Upaya intervensi pada militer khususnya AD. Nasution berama faksi paling ganas di AD yaitu faksi elang: S. Parman, M.T Haryono dan Sukendro mendesakan sebuah resolusi pada seluruh panglima kodam untuk tanda tangan petisi pembubaran parlemen namun gagal karena Soekarno menolak. Pak Nas sempat di berhentikan dari jabatan namun akhirnya di kembalikan pada jabatan semula karena para panglima sadar hanya doi yg mampu memimpin AD dalam berhadapan dengan PKI. Nah penyelesaian masalah itu di lakukan di Jogja sampai keluar piagam jogja dan kalau tidak salah sapta
Marga dan sumpah prajurit (ane lupa2 inget harus di check ulang bukunya ada di jakarta)

Jadi Pasca G30S memang AD bersepakat menjalankan call of order AD bahwa Harto harus menggantikan Yani. Pranoto sendiri paham akan hal i i dan tidak mau melawan kolega2... Ini juga kenapa G30S tidak menculik Harto karena Latif adalah bekas bawahan Harto dan meyakinkan Harto tidak akan bergerak, saat harto bergerak menumpas semua harapan Latif hancur lebur dan karena sedikit banyak strategi G30S di dasarkan pada analisis Latif, buyar lah gerakan hanya dalam hitungan jam. Mungkin keadaan akan sangat berbeda bila yang di gunakan adalah analisis Soeparjo (baca analisis Soepardjo yg sudah di terbitkan) Yang menarik Sopardjo ini satu2 nya Perwira yang ikut gerakan namun bukan dari kodam Diponegoro, beliau bekas Siliwangi dan sampai di penjara masih terus berlatih olah raga untuk mencoba lari dan membangun kekuatan sebelum akhirnya di eksekusi mati.
 
Bimabet
Sebenernya bukan lobi, namun struktur komando AD yang memang mengharuskan Harto yang ambil komando kalau Yani berhalangan. Mungkin perlu di jelasin kali ya kenapa begini biar ga simpang siur. Jadi pada tahun 1952 terjadi peristiwa insiden Oktober dimana Angkatan Darat mengepung Istana dan menuntut dibubarkannya parlemen karena dua hal: Mosi Manai Sophian dan Upaya intervensi pada militer khususnya AD. Nasution berama faksi paling ganas di AD yaitu faksi elang: S. Parman, M.T Haryono dan Sukendro mendesakan sebuah resolusi pada seluruh panglima kodam untuk tanda tangan petisi pembubaran parlemen namun gagal karena Soekarno menolak. Pak Nas sempat di berhentikan dari jabatan namun akhirnya di kembalikan pada jabatan semula karena para panglima sadar hanya doi yg mampu memimpin AD dalam berhadapan dengan PKI. Nah penyelesaian masalah itu di lakukan di Jogja sampai keluar piagam jogja dan kalau tidak salah sapta
Marga dan sumpah prajurit (ane lupa2 inget harus di check ulang bukunya ada di jakarta)

Jadi Pasca G30S memang AD bersepakat menjalankan call of order AD bahwa Harto harus menggantikan Yani. Pranoto sendiri paham akan hal i i dan tidak mau melawan kolega2... Ini juga kenapa G30S tidak menculik Harto karena Latif adalah bekas bawahan Harto dan meyakinkan Harto tidak akan bergerak, saat harto bergerak menumpas semua harapan Latif hancur lebur dan karena sedikit banyak strategi G30S di dasarkan pada analisis Latif, buyar lah gerakan hanya dalam hitungan jam. Mungkin keadaan akan sangat berbeda bila yang di gunakan adalah analisis Soeparjo (baca analisis Soepardjo yg sudah di terbitkan) Yang menarik Sopardjo ini satu2 nya Perwira yang ikut gerakan namun bukan dari kodam Diponegoro, beliau bekas Siliwangi dan sampai di penjara masih terus berlatih olah raga untuk mencoba lari dan membangun kekuatan sebelum akhirnya di eksekusi mati.

Wah kalo om Rasta udah turun gunung pasti lebih sakti titahnya :hua:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd