Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Menanam Benih di Rahim Ibu dan Adikku {tamat}

Mantab ceritanya hu. Mulustrasi ny ok punya jg. Pengen liat mamany yg toge
 
Dari saling memberikan ciuman menjadi sebuah kebiasaan, aku dan Anita selain sudah biasa cipika-cipiki, malah tidur pun sekasur berdua.

Sudah seminggu ini aku saling membalas ciuman dipipi, tidur sekasur dengan Anita. Rupanya perbuatanku lambat laun diketahui ibuku.

Ketika ayah sedang kerja mencari sampah, Anita sedang memasak didapur. Ibu memanggilku kedepan, lalu aku duduk menghampirinya.
"Rama, ibu sering melihat ke kamar, kamu dan Nita sering tidur sekasur. Kadang dikasur kamu kadang dikasurnya Anita. Kamu kan sudah besar kok tidur sekasur lagi? Dulu sih gpp karena kamu masih anak-anak, tapi sekarang kamu dan Anita sudah dewasa lho..."

"Iya Bu, memang sudah seminggu ini aku dan Anita sering tidur sekasur, tapi kami berdua saling menyayangi, Rama tidak membuat Nita merasa risih dengan keberadaan Rama dikasurnya. Seandainya Rama tidur sekasur dengan ibu, apakah ibu akan marah dan membenci Rama Bu?"

"Nak, ibu takkan marah atau membenci Rama. Kamu dan Anita saling menyayangi hingga bisa merasa nyaman tidur bersama, ibu juga menyayangi kamu nak. Hanya saja rasanya agak aneh aja tidur bersama anak sendiri yang sudah gede. Ibu dan ayah sebenarnya sudah tahu kalian sering tidur bersama, tapi ayah dan ibu takkan melarang kamu, karena mau bagaimana lagi Nita memang tak mau jauh sama kamu."

"Makasih Bu atas pengertiannya, Rama juga tak ada niat untuk menyakiti Anita bu. Rama akan selalu menjaga dan merawat Anita dalam suka duka, sedih bahagia, susah ataupun senang.."

"Ibu percaya sama kamu nak, kamu putra ibu dan ibu tahu sifatmu yang sayang sama adik kamu. 23 tahun yang lalu ibu melahirkan kamu, ibu percayakan Nita sama kamu.."

"Iyaa Bu, Rama senang mendengarnya. Rama janji akan menjaga Anita dan akan berusaha untuk tak menyakitinya.."


Ketika aku sedang ngobrol dengan ibu, Anita seperti biasa memeluk leherku dari belakang sehingga obrolanku dengan ibu jadi terhenti, payudaranya yang montok menekan punggungku. Lalu didepan ibu aku oleh nita diciumnya pipiku dari samping "Nita sayang kakak, Bu jangan pisahkan Nita sama kakak ya Bu? Kak Rama orangnya baik kok gak pernah nyakitin Nita."

"Iyaa Nita, ibu dan ayah takkan melarang kalian tidur bersama. Hidup kita sudah susah, jika kalian bahagia tidur bersama ibu takkan melarang kalian."

"Tuhh kak!, denger kan kata ibu juga gpp katanya..!"
Adikku Nita senang sekali.

"Iyaa kakak juga denger bawel" tanganku kuarahkan kebelakang, dimana Nita berada dibelakang punggungku dan ku remas belahan pantatnya dengan gemasnya. Nita diam saja ketika pantatnya diremas olehku, meskipun aku tahu dia agak sedikit kaget.

Ibu sangat senang melihat keakraban kami berdua, memang benar kata ibu. Hidup sudah susah kenapa menganggap susah sesuatu yang sebenarnya menyenangkan.

Akhirnya aku dan Nita sudah mulai terbiasa membalas ciuman didepan ayah ibu, malah mereka biasa saja tak menganggap itu suatu masalah. Karena kehidupan kami menurut pemikiran kedua orang tuaku, jauh lebih susah daripada memikirkan kedua anaknya yang hanya saling memberikan perhatian.

Apalagi ayah, memandang kebiasaan aku dan Nita sebagai hiburan didalam rumah. Setelah lelah bekerja, lalu melihat penghuni rumah ceria menjadi kepuasan tersendiri bagi ayah dan ibu.

Sejak kebiasaan aneh itu, ayah ibu, aku dan Nita semakin semangat bekerja. Tentunya berimbas pada penghasilan yang begitu besar. Uang hasil memungut sampah tidak semuanya dipergunakan untuk makan atau membeli sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, tapi ditabungkan di koperasi rakyat.

Nita adikku sedang masak di dapur, ayah ibu seperti biasa lagi ngobrol aja berdua didepan. Ku hampiri adikku sambil memeluknya dari belakang, "lagi masak apa adikku yang cantik ini?" "masak mie kuah kak.. kakak belum makan kan? Kita makan bareng ya?"
"Iyaa kakak juga lapar dek"
aku peluk perutnya dari belakang, sembari ku rapatkan penisku yang mengeras didalam celanaku menempel dibelahan pantatnya. Dipeluk sambil ku tekan-tekan ughh! Enaknyaaa..!

Nita tak merasa dilecehkan atau merasa risih pantatnya ditekan-tekan kakaknya. Malah menganggap bahwa yang dilakukan kakaknya sebagai wujud rasa kasih sayangnya terhadap dirinya. Karena yang Nita tahu, aku memang selalu memperhatikan keadaan dirinya.

Sebenarnya aku ingin berlama-lama memeluk dan menekan pantat Nita, tapi keburu matang mie kuahnya. Padahal tadi nikmat sekali, mungkin 100 tekanan lagi aku muncrat dipantatnya alias didalam celanaku.

Kami berdua makan bersama, ayah ibu sudah makan duluan dan ditawari pun katanya sudah kenyang.

Makan seadanya tak membuat kami mengeluh, lantas pesimis dalam hidup. Tak ada yang peduli dengan kehidupan keluarga kami, selain penghuni rumah ini yang membuatnya bahagia. Jadi memang sangat wajar ayah ibu tak melarang aku dan Anita tidur sekasur, yang penting selama kebahagiaan menyelimuti seisi rumah ini. Ayah dan ibu menganggap hal seperti itu adalah hal yang sepele.

Setelah makan, aku dan Nita menghampiri ayah dan ibu yang sedang asik mengobrol. Rumah ini sekelilingnya dipagari kayu setinggi 2 meter untuk melindungi barang-barang rongsokan yang telah dikumpulkan, kecuali bagian depan rumah.

Sambil meminum kopi, kami berempat saling berbalas candaan dan disambut canda tawa pula. Udara malam semakin terasa dingin, angin yang membawa bau sampah dari TPA tak membuat kami merasa terganggu, bukan karena sudah terbiasa dengan baunya, tapi mau bagaimana lagi, inilah hidup yang harus kami jalani.

Kilatan cahaya petir terlihat dari kejauhan, angin terus berhembus kencang dan tidak berapa lama diikuti gemericik air hujan. Kami akhirnya masuk kedalam rumah dan mengunci pintu, lalu pergi ke kamar masing-masing.

Nita pergi ke kasurnya, aku pun rebahan dikasurku. Diluar hujan semakin deras, disambut petir dan angin kencang. Mataku hanya menatap langit-langit rumah yang terlihat langsung asbesnya dari bawah.

Hujan yang menimpa asbes semakin menambah berisiknya suasana malam, aku tak mungkin bisa tidur sedangkan penisku malah terbangun.

Aku bertanya dalam hati, 'apa adikku sudah tidur?' lalu aku mencoba menyapanya sambil tiduran telentang.
"Dek? Kamu udah tidur?"
"Belum kak, kenapa kak?"
"Boleh kakak tidur sama kamu disitu?"
"Sini aja kak.."
wah! Adikku ternyata belum tidur.
Aku pun berjalan menghampirinya melewati bilik bambu yang menjadi penghalang antara kami berdua.

Ku lihat adikku Nita hanya memakai dasternya yang sebatas lutut, dengan kedua tali dipundaknya. Aku sampai tertegun melihat body mulus adikku ini, paha putih bersih, tangan dan bahunya pun terlihat putih. Penisku langsung merespon dari apa yang aku lihat, ternyata langsung turun kebawah sehingga penisku mengeras hebat!.

Malam ini aku hanya memakai celana kolor dan kaos saja, sengaja aku tidak memakai celana dalam karena ingin merasakan pantatnya Nita yang bulat dan terlihat kencang itu.

Aku ingin meneruskan kejadian yang tadi tertunda, waktu adikku masak mie didapur. Nita sedikit menggeserkan tubuhnya agar ada tempat buatku tidur, kasur Nita hanya 80cm lebarnya seperti punyaku, jadi tentu membuat aku dan Nita merapat dengan tubuhnya.

"Dek, boleh kakak peluk?"
"Boleh kak, kita kan sudah biasa melakukannya.."
"Kakak kan harus minta ijin dulu sayang, takutnya nanti kamu merasa keganggu sama kakak.."

Tiba-tiba Nita menggeser tubuhnya ke arahku, sehingga tubuhku merapat dengannya. Aku mengerti kode bahasa tubuhnya, Nita ingin dipeluk olehku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd