Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT MENANTU YANG BERUNTUNG

Bagian Tiga





Pagi itu Sukardi terkejut karena bangun kesiangan. Tubuhnya yang telanjang telah diselimuti dan mami tidak ada di sisinya. Kardi merasa khawatir Melan sudah bangun dan memergoki dirinya tidur di kamar mami. Dia menebah selimut hangat itu lalu bangun dan memakai bajunya yang sudah terlipat rapi di kursi buffet, padahal semalam teronggok di lantai. Cepat dia ke luar kamar dan turun ke lantai satu.

Dari dapur tercium aroma daging sapi panggang.
“Hm, pasti mami lagi masak.” Katanya sambil melangkah ke dapur. Perutnya keroncongan dan dia harus siap-siap pergi kerja.
“Mami, melan sudah bangun?” tanya Kardi begitu sampai di dapur. Mami menoleh. Wajahnya segar dan cerah. Dia sudah mandi.
“Udah, Kal. Salapan dulu. Ini mami udah buatkan beef sama roti.”
“Makasih, Mi.” Kata Kardi sambil mendekat dan memeluk mami dengan penuh rasa sayang, “mami baik, cantik dan memeknya gurih.” Bisik Kardi di telinga mami. Orang yang dibisikin tersenyum senang. Tangannya mendadak masuk ke dalam celana Kardi. Mengelus kontol Kardi.
“Jangan Mi, nanti ngaceng.”
“Bialin, kalo ngaceng masukin lagi aja ke memek mami sampai munclat.”
“Mami nakal.”
“Kal, mami pengen lagi.”
“Dijilat lagi memeknya?”
“Bukan, diewe.”
“Sekarang?”
“Ya, sekalang. Sebental aja… soalnya, sejak kamu ngewe mami, ini memek koq jadi gatel telus.”
“Kalau ketahuan Melan gimana?”
“Dia udah pelgi ke toko.”
“Tapi ini masih jam tujuh, Mi. Masa sepagi ini dia pergi ke toko.”
“Mami suluh dia ngecek balang di gudang toko.”
“Kardi juga harus pergi jam setengah delapan. Nanti kesiangan masuk kantor.”
“Sebental aja Kal, seentot dua entot.” Kata Mami sambil menyingkapkan daster pendeknya. Mami sudah tidak memakai celana dalam. “Mau ya? Ini kontolnya juga udah ngaceng.”
“Ya udah.” Kata Kardi sambil melepaskan celana pendek sekaligus celana dalamnya. Kontolnya yang besar dan panjang pun mengacung-acung. Kardi lalu mengangkat paha mami dan langsung memasukkan kontolnya ke dalam liang memek mami yang menganga. Sementara mami mengalungkan kedua lengannya agar bisa menggantung.

Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.

“Ah… ah… telus kal… ewe mami…”

Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.
Sleb! Sleb! Sleb! Sleb! Plok.

“Aaaahh… enak kal…aduuuh… kontolnya enak banget…aaah… mami ke lual… ah… lega lasanya….”
“Kardi keluarin sekarang ya Mi?”
“I ya, Kal.”
“Heup!” Kardi mengambil ancang-ancang, lalu dia mengentot memek mami dengan kecepatan kilat tanpa henti selama satu menit.
“Aaaahhhh… Kaallll… mami ke lual lagi…aduuuhh… ke lual lagi…..”
“Mamiiii!” sentak Kardi dengan agak berteriak sambil menarik pantat Mami dengan keras hingga memek dan kontol bersatu padu dengan rapat, lalu Kardi memeluk dan menahannya dengan kuat, “arrrrgggkhhhh….Kardi ke luar mami… argggghkhhh…mami… memek mami enak banget… arkghhhhh….kardi ke luarnya banyak kayaknya… lebih banyak kalau kardi coli… mami… argkhhh… tahan dulu sampai semua pejuh kardi lepas semua…”

Mami tertawa kecil, “pejuh kamu terasa angeut di dalam memek mami. Mami tahan kontol kamu bial engga lepas soalnya mami juga senang menikmatinya.”

Beberapa saat kemudian Kardi menarik kontolnya yang ternyata masih tegang. Di ujung mulut kepala kontolnya ada setetes pejuh yang meleleh. Kardi lalu duduk di kursi. Mami mencium pipinya dengan mesra.
“Makasih ya Kal, pagi-pagi udah ngewe mami sampai enak begini… brrrr…”
“I ya, Mi. Kardi juga makasih. Biasanya pagi-pagi Kardi suka coli di kamar mandi. Sekarang udah enggak perlu, ada memek mami yang legit dan sempit. Sakit kepala juga jadi hilang tanpa harus minum obat.”

Mami tersenyum.
“Sekalang cepatlah salapan, sudah itu mandi dan belangkat kelja.”
“Siap, Mi.”

Namun ketika mereka berbicara, mereka tidak sadar ada sepasang mata yang mengawasi dari luar rumah. Dia mengintip dari balik jendela dapur dengan mata terbelalak dan air liur menetes di sudut mulutnya karena tergoda ingin diewe oleh kontol besar, panjang dan gagah itu.

Dia adalah Shela, adiknya Melanie.



***


Shela cepat-cepat meninggalkan jendela dapur dan pergi ke pintu gerbang yang terbuka sedikit. Dia ke luar dari pintu gerbang dan melangkah menuju sedan putihnya yang diparkir di pinggir jalan. Duduk di belakang setir sambil menghela nafas dan mengoles-oles memeknya yang kelaparan ingin menelan kontol Kardi hingga sedalam-dalamnya.

“Mami licik ih...” Bisik Shela dalam hatinya.

Ketika tadi dia datang ke rumah itu, dia baru saja melihat mobil jenis MPV yang biasa dipakai mami, meninggalkan rumah. Shela menyangka mami sepagi itu sudah pergi ke toko, sedangkan kakaknya Melan dan Mas Kardi ada di dalam oleh karena itu dia sengaja mengintip dulu di jendela dapur, siapa tahu mereka lagi berhubungan sex. Kalau boleh Shela jujur, meskipun mas Kardi orang biasa dan tidak memiliki kekayaan seperti Mas Alex, tapi mas Kardi bisa membahagiakan kebutuhan bathin Ci Melan. Sedangkan Alex, walau pun kaya raya, tapi kurang bisa memenuhi kebutuhan bathin Shela.

Betul saja di dapur ada terjadi hubungan sex. Tapi bukan Mas Kardi dengan istrinya seperti yang diduganya. Justru memek maminya yang tengah dihajar oleh Mas Kardi hingga terbeliak-beliak dan mengucurkan lendir kenikmatan yang sangat banyak.

“Sial!” gerutu Shela sambil menancapkan kunci kunci kontak. Dia menyalakan mesin mobil lalu meluncur menuju minimarket milik mami yang letaknya hanya sejauh 1 kilometer. Tiba di sana, dia masuk lewat pintu rolling door yang baru dibuka setengahnya oleh karyawan cleaning service, lalu menemukan Melanie yang tengah menangis terisak-isak di belakang meja di ruangan kantornya yang juga sekaligus gudang persediaan barang.

“Dia menangis sedih karena pasti sudah tau, suaminya dan mami berselingkuh.” Kata Shela dalam hatinya menduga. Tapi dia pura-pura tidak peduli. Dia menyapa Melanie yang terlihat agak terkejut.
“Kamu mau ngapain ke sini?” kata Melanie sambil menyusut air matanya.
“Cuma mampir sebentar, masa enggak boleh? Eh, cici kenapa kamu nangis?”

Ditanya begitu, Melanie yang sudah berhenti menangis, mendadak menangis lagi, Kali ini malah lebih keras. Setelah beberapa saat, Melanie kemudian menceritakan bahwa dia, setelah diperiksa dokter kemarin, harus dioperasi lagi. Kali ini operasi pembersihan kista dan pengangkatan rahim. Kalau tidak dioperasi dan dibuang, nyawanya bisa terancam bahaya. Namun dampak dari operasi akan membuatnya mandul dan menjadi frigid.

“Mami sama mas Kardi sudah tau?” tanya Shela.
“Belum, La. Aku belum memberitahu mereka.”
“Kenapa?”
“Aku gak mau mami dan ayang ikut sedih.”
“Terus, kapan cici dioperasinya?”
“Besok lusa. Selama operasi, aku akan bilang sama Mami dan Ayang, mau nginep di rumah kamu selama 3 hari. Kamu bantu cici ya merahasiakan ini semua. Jangan sampai mereka tau.”

Shela terdiam sebentar.

“Lala pasti bantu cici. Jangankan cuma berbohong, biaya operasi juga biar Lala yang tanggung.”
“Makasih ya, La, cici berutang banyak sama kamu.”
“Enggak usah dipikirin, Ci. Kalau mau pergi ke rumah sakit, telpon ya, biar sama Lala bisa dijemput.”
“I ya, nanti aku telpon.”
“Ci, Lala pamit ya, ke sini cuma mampir sebentar. Cepet sembuh ya Ci.”
“Makasih La.”

Shela ke luar dari minimarket itu dengan seribu satu rencana di otaknya.
“Berarti Ci Melan belum tau kalau mas Kardi sama mami berselingkuh…. Hemmm… aku jadi punya ide… he he he…”

Shela menyetir mobil sambil bersiul gembira.





***


Sejak Melanie dan Kardi pacaran, sebenarnya Lala secara diam-diam jatuh hati pada cowok itu. Kardi orangnya kalem dan penyayang walau berasal dari keluarga pas-pasan. Kardi memiliki tubuh jangkung khas peranakan india-arab-sunda. Jakunnya agak menonjol dan rambutnya bergelombang. Saat itu sendiri Shela sudah berpacaran dengan Alex, anak seorang konglomerat dari hasil perselingkuhannya dengan sekretarisnya. Walau pun cuma anak hasil selingkuhan, namun Aex memiliki berbagai fasilitas bantuan dan akses menjadi pengusaha yang cukup sukses dari bapaknya. Selain kaya, Alex juga tampan. Mirip artis korea. Sayangnya dia seorang pesolek seperti seorang perempuan dan tubuhnya agak pendek. Diakui atau tidak, Shela mencintai Alex karena ketampanannya dan juga kekayaannya.

Selama berpacaran dengan Alex, Shela telah melakukan hubungan intim dengannya beberapa kali. Mereka melakukannya di kantor Alex atau di hotel. Kadang juga di rumahnya. Tergantung situasi dan kondisi. Dan Shela menyukainya. Dia menyukai sex, terutama sex yang bagus yang memuaskannya.

Berbeda dengan Melanie dan Mami, Shela memiliki tubuh kurus tinggi semampai seperti seorang peragawati. Betis dan pahanya panjang serta besarnya hampir sama. Buah dadanya walau tidak besar tapi mancung menonjol. Tapi hal yang paling istimewa dari Shela adalah bentuk pantatnya yang seakan-akan menungging padahal Shela berdiri lurus. Bentuk pantat seperti itu mirip seperti pantat bebek. Apabila berjalan, sepasang buah pantatnya bergoyang ke kiri dan ke kanan, membuat semua laki-laki ingin memeluk perutnya dan mengewenya dari belakang. Pasti pas dan nikmat.


Suatu hari, ketika Shela bekerja di toko, Alex menjemputnya dan mengajaknya jalan ke Ancol. Mereka pergi ke sana dan bercinta sambil duduk di pinggir pantai. Satu hal yang disesalkan Shela adalah percintaan itu berlangsung singkat. Paling lama 3 menit. Walau memeknya merasa enak disodok Alex sambil duduk tapi kurang lama dan kurang semangat. Setelah ewean selesai, Alex mengantarnya pulang. Saat tiba di rumah, sperma Alex belum kering benar di celana dalam Shela. Di teras samping, dilihatnya Kardi dan Melan sedang berciuman. Sebelum masuk ke dalam rumah, Shela masuk garasi dan melipir ke arah samping. Dia mengintip bagaimana tangan Kardi yang terampil mempermainkan itil Melan sambil menciumi bibirnya. Namun saat Melan menarik ritsluitng celana Kardi dan menongolkan batang kontolnya yang besar dan tegak dengan glandula seperti ikan lele, secara otomatis dan spontan membuat Shela melotot dan berkata, “wow, kontol mas Kardi gede banget!”


Namun satu hal yang membuat Shela pusing tujuh keliling malam itu adalah saat cicinya naik dengan manja dan duduk di atas paha Mas Kardi dengan kepala kontol pelahan-lahan memasuki liang memeknya lalu menghilang. Mereka kemudian berpelukan dan berciuman selama berjam-jam dalam keadaan ewean. Gerakan-gerakannya pelahan dan lembut penuh perasaan. Tidak rusuh atau terburu-buru. Sampai akhirnya Melanie menjerit kecil sambil memangil kekasihnya, “ayang…ayang… ayaaaaaaaannngggggg!”

“Sialan, cici orgasme.” Kata Shela sambil masuk ke dalam kamarnya, “kapan aku bisa merasakan apa yang telah dirasakan cici?” tanya Shela dalam hatinya sambil tiduran dan mengelus-elus memeknya yang tembem. “Mas Alex tak mungkin bisa bercinta seperti mas Kardi.” Sesal Shela dalam hatinya.

Sejak itu, Shela berfantasi ingin merasakan kontol Kardi masuk ke dalam memeknya. Setelah menikah, fantasi Shela bahkan semakin menjadi-jadi.





***





Minimarket “IMELDA” terletak di pertigaan kawasan padat penduduk. Buka 12 jam sehari. Dari pagi jam 8 hingga malam jam 8 juga. Minimarket itu selalu dijejali pembeli karena harganya yang sangat miring. Orang bisa membeli eceran juga bisa membeli grosiran. Dilayani dengan ramah oleh 5 orang pelayan yang tidak saja cantik tapi juga gesit dan seorang kasir perempuan berusia sekitar 35 tahun yang teliti. 2 orang pegawai pria ditugaskan sebagai pekerja gudang dan seorang Satpam hilir mudik di luar toko mengawasi motor, tukang parkir yang juga sekaligus sebagai petugas cleaning service serta sejumlah pelanggan yang mencurigakan atau mengalami kesulitan.


Omzet minimarket itu paling sepinya sekitar 50 juta rupiah per hari dengan keuntungan bersih sekitar 2,5 juta rupiah per hari setelah dipotong biaya operasional dan biaya pegawai.


Imelda menyadari, semua apa yang dimilikinya saat ini adalah berasal dari keuntungan toko itu, yang dirintis bersama almarhum suaminya sejak 27 tahun yang lalu, ketika mereka menikah dan membuka toko kelontong kecil di pertigaan itu. Selama 22 tahun menikah, Imelda merasa cukup bahagia. Setelah kematian suaminya 5 tahun yang lalu, Imelda merasa hidupnya kosong dan resah. Namun, hal itu berubah ketika dia sedang menungging sambil melihat-lihat majalah porno, mendadak sebuah kontol besar yang gagah dan panjang mengentotnya dari belakang. Memeknya muncrat-muncrat dan puluhan badai orgasme menerjang saraf-saraf di seluruh tubuhnya. Seak saat itu, dia tahu apa yang sebenarnya dia inginkan dalam hidupnya ini. Dia menginginkan kontol menantunya menjadi miliknya. Itu saja.

Itulah yang dipikirkan Imelda saat duduk berdua dengan Melanie. Mereka duduk lesehan di dekat tumpukan kardus mie instan sambil makan siang.

“Tumisnya enak, Mi.” Kata Melanie memuji masakan maminya. Dia makan dengan sangat lahap. “Coba kalau mami masak tiap hari, pasti menunya beragam dan rasanya enak.”

“Itulah yang sedang mami lencanakan.” Kata Imelda dengan tersenyum.
“Maksud mami?”
“Mami akan masak tiap hali, pagi, siang dan sole. Mami akan mengulus lumah dan segala tetek bengeknya… mami akan menyelahkan toko ini untuk kamu kelola dengan sebaik-baiknya… sudah saatnya Mami mundul.”

Melanie terdiam dengan mulut melongo.

“Mami sudah dengal mengenai minimalket online… yang tidak bisa mami pahami. Olang membeli dan membayal melalui hape… bagaimana mungkin? Tapi mami yakin kamu bisa memahaminya. Itu adalah kemajuan jaman yang tak telhindali. Mami tak bisa menyesuaikan dili, tapi kamu bisa.” Kata Mami dengan suara tenang, “kamu halus bekelja kelas untuk memajukan toko ini, soal ulusan lumah dan suami kamu, tak pellu khawatil, mami akan ulus semuanya. Kaldi tidak akan meninggalkanmu walau setiap hali kamu pulang malam.”
“Tapi…”
“Tidak pellu tapi-tapi, mulai saat ini semua ulusan toko kamu yang pegang. Kamu halus beljanji dan belsumpah mati untuk memajukan toko ini hingga sebesal-besalnya dan sehebat-hebatnya.”

Melanie terdiam sebentar, lalu berkata, “Melanie berjanji dan bersumpah, Mi. Melanie akan menyerahkan seluruh tenaga dan hidup Melan demi kemajuan toko ini.”

“Bagus, itu balu anak mami. Nah, sekalang, setelah makan siang, mami akan pulang dan mengulus lumah. Kamu kelja baek-baek ya.”
“I ya, Mi.”





***





Sore mulai gelap ketika Kardi tiba di rumah. Dia disambut mami dengan pelukan dan ciuman mesra yang penuh gairah. Setelah minum teh ginseng dan mandi, Kardi disuruh berbaring telanjang di sofa oleh Mami. Tubuhnya dibaluri minyak zaitun dan dipijat secara lembut. Saat memijit pahanya, Kontol Kardi menegang keras dan mami mengemuti glandula kepala kontolnya sambil jari-jarinya memijit-mijit batang kontol Kardi dengan tehnik pijat yang unik, yang membuat Kardi mengerang-erang tidak keruan karena enak.

“Agkhkghhhh… mami… mami…Kardi tidak kuat… kardi ingin ngecrot…”

Tapi mami seakan tidak mempedulikan apa yang dikatakan menantunya itu. Dia malah mempercepat kocokan mulutnya.
“Arrrggggggkkhhhhhh…. Mamiiiiiiii…. Kardi ngecrot di mulut mami…..”

Srrrrr…. Crot… crot …. Crot…. Srrrrrr… “Arkghhhh… arghkkkhhh…. “

Mami menatap menantunya itu sambil tersenyum. Dia menelan semua sperma yang muncrat di dalam mulut dan menjilati sisa-sisa sperma yang ada di ujung mulut kontol Kardi.
“Kamu suka kan?”
“Suka, Mi.”
“Enak, kan?”
“Enak, Mi.”
“Lebih enak mana, ngeclot di mulut atau ngeclot di dalam memek mami.”
“Dua-duanya enak, Mi. Tapi yang paling enak ngecrot di dalam memek mami sambil memeluk mami dengan erat.”

Mami tersenyum senang.

“Kamu benel-benel cocok sama mami. Mami paling suka kamu ngeclot di dalam memek mami sambil kamu memeluk mami dengan elat.”
“Melan masih di toko, mi?”
“Masih. Mungkin dia pulangnya lalut malam. Kalau mami pengen ewean lagi kamu masih kuat enggak?”
“Ya, kuatlah. Tapi malam ini Kardi mau olahraga dulu. Biasa, Mi, di belakang rumah.”
“Oh ya, mami hampil lupa, kamu selalu olahlaga tiap 2 malam sekali di halaman belakangg lumah.” Kata Mami. “Ya udah, malem ini kita prei dulu. Tapi besok pagi, memek mami diewe lagi ya? Mami paling seneng ewean pagi-pagi, walau cuma sebental, tapi enaknya sehalian.”
“Besok Kardi harus berangkat subuh, Mi. Soalnya ada presentasi di Bogor.”
“Oh, gitu ya.”
“I ya. Maaf ya Mi… besok pulang dari Bogor nanti memek mami yang lezat dan legit ini diewe lagi sama Kardi sampai puas.”
“Ya udah, setelah makan malam, kamu tidul. Bial besok enggak kesiangan.”
“I ya, Mi.” Jawab Kardi sambil tersenyum.





***


Malam itu Melanie pulang pukul setengah satu. Dia membangunkan Mami dan menceritakan rencananya bahwa dia akan dioperasi di rumah sakit. Mami kaget karena Melanie menyembunyikan penyakitnya.


“Kaldi udah dikasih tau belum?”


“Belum, Mi. Soalnya Melan takut dia akan panik dan bersikap berlebihan. Mas Kardi sangat sayang sama Melan, Mi. Melan juga sayang sama dia. Dia sabar dan baik. Mi… selama Melan di rumah sakit, jagain toko sama mas Kardi ya… kasian dia, udah lama banget dia enggak dikasih servis sebagai istri… Melan takut dia selingkuh.”


“Mami janji akan jagain suami kamu bial enggak selingkuh… mami jamin. Kamu halus pelacaya sama jaminan mami ini… mami enggak akan celewetin dia, ngomel-ngomel atau apa aja… mami akan mengalah sama Kaldi… yang penting dia betah dan pulang ke lumah.”
“Terimakasih, Mi.”
“Ya udah, sekalang kamu cepet tidul.”

Melanie mengiyakan dan pergi ke kamarnya untuk tidur.





***





Keesokan harinya, ketika cahaya siang semakin garang menyinari bumi, Shela mendatangi Mami di toko. Shela mengatakan bahwa biaya operasi Melanie sudah dia bayar lunas.
“Belapa biayanya?”
“Sekitar 30 juta, Mi.”
“Besal juga.” Kata Mami, “besok mami ke bank ngambil uang buat ngegantiiin uang kamu.”
“Ga perlu, Mi.”
“Ya, pellu. Soalnya itu kan uang Alex bukan uang kamu.”
“Gapapa, Mi. Mas Alex tau koq biaya operasi Ci Melan dibayarin Shela.”
“Telus?”
“Terus apa, Mi?”
“Telus kamu mau minta balasan apa dali mami? Biasanya kamu kan begitu… kalau udah belbuat kebaikan sama cici atau sama mami biasanya suka ada maunya…”

“Shela cuma pengen satu hal…”
“Apa?”
“Mami pulang sore, lalu masak, beres-beres rumah, lalu pergi ke rumah sakit jagain Cici…”
“Ga bisa, La. Mami halus mengulus Kaldi.”
“Biar mas Kardi Lala yang urus… ehem, ehem!”
“Kenapa pake “ehem, ehem” segala?” tanya Mami dengan wajah sedikit pucat.

Shela tersenyum licik.

“Mami pasti suka mengurus mas Kardi… seperti mas Kardi juga suka mengurus mami… Lala ngerti koq Mi, 5 tahun menjadi janda pasti membuat mami merasa kesepian dan perlu kehangatan… Lala takkan bilang Cici kalau mami sama mas Kardi telah melakukan…”
“Kamu jangan sembalangan nuduh!”
“Lala liat sendiri mami dan mas Kardi di dapur… pasti mami ketagihan… perempuan mana pun akan ketagihan kalau digituin sama Mas Kardi….”
“Lala!”
“Lala cuma minta satu malam, Mi. Lala akan tidur di kamar mami dan pake baju tidur mami, biar dia nyangka dia lagi berhubungan sama mami…”

Mami melongo. Tidak disangka, ternyata Shela mengetahui apa yang dilakukannya dengan Kardi.
“Lala hanya minta, kalau mas Alex nanya atau nelpon, bilangin Lala ikut sama mami jagain Ci Melan…”
“Kalau nanti kamu ketagihan gimana?” tanya mami.
“Mas Alex itu sangat posesif, Mi. Lala tidak akan punya kesempatan selain malam ini.”

Mami terdiam.
“Kamu lupanya tidak pelnah dipuasin sama Alex ya?”
“Dia bukan saja tidak pernah bisa memuaskan Lala, Mi, dia juga tidak akan bisa memberi Lala anak… soalnya… Lala pernah secara diam memeriksakan spermanya… dia mandul, Mi. Tapi dia sangat posesif. Seakan-akan Lala adalah properti milik dia.”

Sekali lagi Mami terdiam. Dia berpikir lama sekali.
“Ya udah kalau kamu begitu… tapi mami ingatkan… Kontol Kaldi panjang dan gede, kamu pasti ketagihan!”
“Makasih, Mi.” Jawab Shela sambil mengecup pipi mami dengan gembira.
“Satu lagi, mami pelgi ke lumah sakit pake mobil kamu.”

“I ya, Mi, tentu saja.”





***





Setelah seharian kerja, otak rasanya buntu. Seperti itulah yang dirasakan Kardi ketika dia tiba di rumah. Malam sudah lama jatuh saat Kardi memasukan motor ke dalam garasi.


“Hem, mami pasti di rumah.” Kata Kardi dalam hatinya saat melihat motor skuter matic 125 cc itu terpakir di pinggir, mepet ke tembok. Sedang mobil MVP mami tidak ada, “pasti dipake, Melan.” Pikir Kardi.


Begitu masuk ke dalam rumah, Kardi langsung pergi ke dapur. Dia terkesima dengan menu makanan yang tersedia di meja. Daging kambing muda panggang, udang dan anggur.


“Wow, mami benar-benar serius minta diewe memeknya.” Kata Kardi dalam hatinya. Kontolnya langsung ngaceng membayangkan memek mami yang gurih dan legit. “Sebelum kuobrak-abrik memeknya dengan kontolku, aku akan mengewenya dengan lidahku… biar dia menjerit-jerit nikmat… setelah merasakan orgasme karena liangnya kucoblos-coblos dengan ujung lidahku… barulah aku akan meledakkannya dengan kontolku… hm… pasti aku akan muncrat dengan sangat nikmat dan menyemburkan pejuhku tanpa sisa, he he he…”


Kardi menghabiskan semua makanan yang ada di meja, setelah itu dia cuci piring dan membuat ramuan minuman yang terdiri dari kopi, ginseng, jahe merah bubuk dan jintan, menyeduhnya dengan air panas. Setelah disaring agar ampasnya bisa dibuang, Kardi kemudian memecahkan dua butir telur bebek dan mencampurkannya dengan seduhan ramuan, setelah itu dia menjerangnya di atas kompor hingga telur bebek itu menjadi setengah mateng.


“Selesai.” Kata Kardi sambil memindahkan ramuan itu ke dalam gelas bir yang tinggi dan menutupnya dengan tutup gelas. Sambil menunggu minuman ramuannya menjadi hangat, Kardi pergi mandi dan menggosok tubuhnya hingga bersih dan harum.


Saat mandi, dia ingin melakukan coli alias masturbasi. Tapi dia segera membatalkannya karena merasa sayang dengan pejuhnya, “lebih baik kusemprotkan di dalam rahim mami.” Katanya.


Setelah selesai mandi, Sukardi bersantai di teras belakang seperti biasa sambil menghabiskan minumannya. Dia menunggu mami turun dari kamarnya. Tapi setelah ditunggu cukup lama, mami tidak juga ke luar kamar.


“Ah, mungkin mami kecapean mengurus rumah.” Kata Sukardi. Dia kemudian naik tangga dan membuka kamar mami. Di sana Mami tengah berbaring dengan wajah tertutup masker. Lampu kamar di langit-langit telah dimatikan digantikan dengan lampu tidur kristal yang remang, teduh dan syahdu, membuat suasana di kamar itu terasa remang namun romantis.
“Mi… mami…”
“Ea…” terdengar jawaban tidak jelas dan sengau.
“Katanya mau ewean.”
“Mau.” Jawab suara itu, juga dengan suara tidak begitu jelas. Kali ini dengan sengau yang makin nyaring.
“Mami mau dijilmek ya?”
“Ea.”
“Sekarang?”
“Ea.”
“Ya, udah, singkapin dong dasternya biar Kardi bisa lihat memeknya.”


Orang yang dikira mami itu menyingkap gaun tidurnya dan menutup mukanya dengan gaun itu. Sehingga bukan saja paha putihnya yang terbuka tapi juga perutnya dan sepasang toketnya yang mancung tegak bagai bulatan adonan roti, terpampang dengan jelas.

“Mami… kenapa memeknya makin tembem? Ah, bikin Kardi tambah nafsu… kakinya juga makin indah dan panjang… memeknya pengen diewe yang lama atau sebentar?”
“Yang lama…”
“Baiklah, Kardi akan mengewe memek dengan pengentotan yang lama dan cepat…tapi sebelumnya Kardi akan menciumi seluruh tubuh mami kecuali mukanya yang tertutup masker…”
“Ea… sok atuh cepet.”


Sebelum naik ke atas ranjang, Kardi melepaskan seluruh baju dan celananya. Batang kontolnya yang besar dan panjang berwarna kuning kecoklatan, mengacung-acung dengan gagahnya. Sementara glandula kepala kontolnya yang berbentuk mirip sekali dengan bentuk helm jerman terlihat berwarna merah tua. Dari balik gaun tidurnya yang tipis, Shela membuka matanya dan menatap kontol indah itu dengan penuh harapan akan segera masuk ke dalam liang memeknya, menusuk-nusuknya pelahan lalu melinggis-linggisnya dengan kekuatan penuh dan cepat serta bertenaga. Baru saja Shela membayangkan hal itu, memeknya langsung meleleh…


Sementara itu Sukardi menatap dengan sedikit keheranan tubuh mami mertuanya yang agak berbeda. Namun pengaruh ramuan yang diminumnya, membuat kontolnya menegang keras dan itu mengakibatkan otaknya kurang bekerja dengan baik.


“Mengapa mami semakin lama semakin cantik dan bohay…” pikir Kardi. Dia lalu duduk di antara kedua betisnya yang rapat dengan pahanya. Glandula kepala kontolnya menusuk pinggiran payudara Shela, yang dikira adalah mami mertuanya.


Shela mengerang sedikit karena kepala kontol itu terasa hangat dan pinggiran payudaranya yang lembut dan gemoy itu sangat sensitif. Memeknya langsung mengucurkan lagi lendir kenikmatan dan mengucur semakin deras saat mulut Kardi menggerayangi leher, telinga dan toketnya. Bibir-bibir mulut lelaki itu seakan tak berhenti menstimulasi seluruh saraf-saraf Shela dengan kecupan-kecupannya di sekujur tubuhnya. Apalagi ketika sampai di puting dan mulut Kardi mengisapnya dengan lembut, Shela merasakan memeknya berkedut dan meletupkan orgasmenya yang pertama.


“Akhhhh…” desahnya. Dari balik kain daster yang menutupi wajahnya, Shela tersenyum senang karena merasa sangat nikmat.


Saat jari jemari Kardi menelusuri pahanya dan mengelus-elus belahan memeknya lalu jari tengah lelaki itu memukul-mukul kelentitnya, Shela mengerang lagi dengan agak keras. Sebuah kedutan yang lebih kencang pada memeknya tengah meletupkan orgasmenya yang kedua.


Srrrrrr…. Crot! Seluruh tubuh Shela bergetar dengan orgasme keduanya.
“Ouuuuugkhhhh….” Erang Shela.


Kini memeknya benar-benar merekah. Shela membuka kedua pahanya dengan sangat lebar saat Sukardi mengemut kelentitnya sambil jari-jarinya mencolok-colok liang memek yang tak henti mengucurkan lendir. Orgasme demi orgasme meledak-ledak terus pada memeknya yang membuat kedua tangan Shela mencengkram permukaan sprei ranjang sambil mengangkat pantatnya 15 cm dari atas permukaan ranjang.


Shela mengerang-erang “ah uh oh” tak henti-henti. Suara erangannya menggema ke seluruh ruangan rumah yang sepi. Erangan-erangan itu membuat Sukardi semakin bersemangat mencumbu Shela, hingga binor muda berusia 24 tahun itu tak bisa mendengar dan merasakan apa pun selain suaranya sendiri dan kenikmatan yang mendera tubuhnya sendiri.


Demikian juga dengan Sukardi, dia sangat fokus dengan daging hidup yang tengah disantapnya dengan secara pelahan dan satu per satu untuk menikmati rasanya dengan segenap jiwa dan raganya pada setiap detiknya.


Kini Sukardi merasa bahwa memek tembem yang merekah dan banjir lendir cinta itu, sudah siap untuk menerima batang kontolnya.
“Mami… Kardi akan mengewe mami sekarang, kontol ini akan Kardi masukan ke dalam liang memek mami yang sudah tak sabar…”
“Ea…” jawab suara itu dengan nafas tersengal. Pada saat Kardi menggores-goreskan kepala kontolnya pada belahan memek Shela, mendadak liang memek Shela berdenyut keras dan memuntahkan cairan lendir yang sangat kental.

Srrrr….. Ceprot… ceprottttt….

Kardi tersenyum, kini dia tahu bahwa itu bukanlah memek punya mami.





***





Imelda sangat bosan. Dia hilir mudik di luar ruang rawat inap kelas satu itu. Operasi berjalan sukses dan kini Melanie tengah tidur lelap di bawah pengaruh obat bius. Pada saat itu, mendadak menantunya datang dan menyapa.
“Mami, gimana operasinya?”
“Bagus, Lex. Sukses.”
“Shela di mana?”
“Oh, dia ada di dalam, lagi nemenin kakaknya.” Kata Mami berbohong.
“Kenapa mami enggak nemenin juga?”
“Enggak boleh. Hanya satu olang pembesuk yang boleh ada di dalam.”
“Oh, ya udah. Bilangin Shela mi kalau saya mampir.” Kata Alex.
“I ya, nanti mami bilangin.”
“Sekarang Alex mau pulang, mi, udah malam.”
“I ya, hati-hati di jalan ya.”
“I ya, Mi.”


Alex kemudian pergi meninggalkan selasar ruang tunggu dengan langkah bergegas. Ketika dia tiba di pengkolan koridor, seorang lelaki tinggi kekar menyapanya dengan sedikit berbisik, “gimana sayang?”
“Aman. Shela akan nungguin kakaknya semalaman… kita bisa bercinta di rooftop rumah aku sambil memandangi bintang-bintang.”
“Oh, betapa sahdunya. Entar aku ngecrot di anal kamu ya.”
“Boleh. Kita bisa gantian koq, setelah kamu ngecrot aku akan mengewe pantat kamu sepuasnya… pokoknya aku wajib ngecrot 3 kali di dalam liang pantat kamu.”
“Oke sayang, ayo sekarang kita cepat-cepat pulang.”


Mereka pun berjalan bergandengan sambil berpelukan dengan sangat mesra, menyusuri koridor rumah sakit yang sepi menuju tempat parkir.


Sementara itu, Sore mulai gelap dan Imelda tak bisa menghentikan pikirannya yang membayangkan bagaimana menantunya akan mencangkuli memek anak keduanya Shela dengan bersemangat, membuat Imelda jadi terangsang.


Imelda duduk termenung di kursi selasar yang khusus disediakan untuk para pembesuk. Saat seorang suster lewat, Imelda menanyakan tentang kondisi Melanie.
“Dia baik-baik saja. Dia lagi tidur… ibu bisa santai. Bahkan pulang juga boleh.”
“Dia enggak pellu ditungguin, seus?”
“Tidak perlu. Dia tidak akan bangun sampai besok pagi.”
“Oh ya udah, kalau begitu saya akan pulang dulu.”
“Silakan, bu.” Kata Suster itu dengan ramah.





***





Mami cepat melangkah menuju tempat parkir yang sepi. Sore yang remang telah berubah menjadi gelap saat dia tiba di sudut tempat parkir. Diterangi cahaya penerangan yang minim, Imleda melihat Alex tengah berdiri bersandar pada mobil SUV warna hitamnya. Di depannya seorang lelaki berambut cepak yang berotot, mengenakan kaos lengan buntung tengah berlutut sambil menarik ristluiting celana Alex, dan mengeluarkan kontolnya yang tertutup kulup dalam keadaan setengah tegang.


Imelda tercengang. Dia mengeluarkan HP-nya dan merekam kejadian itu secara diam-diam dari jarak sekitar 10 meter. Walau gambar video yang diambilnya tidak begitu bagus, tapi itu cukup untuk menjelaskan apa yang tengah terjadi di sana.


Lelaki gagah yang berotot itu dengan sangat cekatan mengisap kontol Alex yang berukuran rata-rata sampai kontol Alex benar-benar tegang sambil menurunkan celana trainingnya. Setelah itu, lelaki itu membelakangi Alex dan memberikan liang pantatnya untuk diewe oleh Alex.


Alex mengentot lelaki itu yang menikmatinya dengan penuh perasaan sambil mengocok kontolnya sendiri. Setelah kira-kira berlangsung 4 menit, lelaki itu memuncratkan pejuhnya dan Alex pun sama sambil memeluk dada bidang lelaki itu.


“Akhhhh…. Segerrrrrrr….” Kata Alex. Sekilas Imelda bisa melihat bagaimana kontol Alex pelahan ke luar dari liang pantat lelaki itu yang berlumuran pejuh.


“Pantesan si Lala pengen diewe sama Kaldi… lupanya Alex suka sama laki-laki… tapi kelihatannya Alex lebih suka liang pantat laki-laki dalipada memek pelempuan…. Kasian sekali Lala… punya suami ganteng dan kaya tapi lebih cendelung gay.”


Imelda kemudian mematikan rekaman videonya dan menyimpannya di folder yang diproteksi. Setelah menunggu Alex dan kekasih prianya pergi, barulah Imelda melangkah menuju mobil sedan milik Shela. Menaikinya dan melajukannya untuk pulang. Dia berharap Kardi sudah selesai mengentot Shela. Siapa tahu Kardi masih kuat dan mau mengentot memeknya yang ketagihan kontol menantunya.


Tiba di rumahnya, Imelda secara hati-hati memasukan mobil ke dalam garasi. Dia tak menemui kesulitan karena selalu membawa kunci cadangan. Dia lalu mengendap-endap menuju lantai 2 di mana kamarnya berada. Begitu dekat dengan kamarnya, terdengar erangan sengau Shela. Imel mendekati pintu yang ternyata tidak dikunci. Dia mengintip bagaimana Sukardi sang menantu tengah mengemut itil Shela.


Imelda jadi terangsang. Mendadak Imelda memiliki sebuah gagasan. Dia segera melepaskan celana panjangnya dan celana dalamnya. Mengoles-oles memeknya sambil menatap bagaimana kontol Kardi masuk ke dalam liang memek Shela secara pelahan-lahan.


Imelda mendesir. Memeknya merekah saat melihat bagaimana kontol itu memompa memek Shela dengan kecepatan stabil dan berirama. Suara lenguhan Shela meraung-raung berkumandang ke seluruh ruangan. Pompaan yang dilakukan kontol itu sungguh dahsyat. Membuat lendir kenikmatan dari memek Shela memancar di sela-sela liang memeknya yang tersumbat batang kontol Kardi.


Saat Kardi mempercepat pompaan kontolnya, Shela menjerit-jerit seperti orang kesurupan.
“Ahhhh… ahhhh… ahhhh…. Aahhhhhkkkk…. Aku tak tahan lagi…. Aku tak tahan lagi…akuuuu… oooooooo…… aaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk!!!”

Diringi jeritan kenikmatan terakhir yang membahana, Shela melepaskan puncak orgasmenya dan menyemburkan lendir cinta berwarna putih yang sangat kental seperti odol. Pada saat itu mendadak Imelda masuk ke dalam kamar. Kardi menoleh, “eh, mami.”
“Sekalang gililan memek mami, Kal. Ayo ewe.” Kata Mami sambil menarik tangan Kardi agar menjauh dari tubuh Shela dan melepaskan kontolnya dari dalam liang memek Shela. “Kamu masih kuat kan?”
“Masih, Mi.”
“Sekalang, Kal.” Kata Mami sambil tiarap di atas ranjang namun kedua kakinya tetap di lantai. Mami menungging dengan paha terbuka lebar. Kardi turun dari ranjang dan menempatkan dirinya di tengah-tengah paha dan betis mami. Tanpa ragu Kardi langsung menancapkan kontolnya yang berlumuran lendir kenikmatan Shela ke dalam liang memek Mami. Dia langsung melinggis memek mami dan menggenjotnya dengan keras.


Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok….
“Ahkh… mami ke lual Kal…”


Tapi Kardi tak mau mendengar kata-kata Mami. Dia terus mengewe memek mami sekan-akan tanpa henti.


Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok Plak plok plak plok….


Shela yang tengah melayang-layang di langit ke tujuh melihat Mami tengah diewe dengan keras oleh mas Kardi. Tapi Shela sendiri tidak begiut peduli. Dia sudah merasa puas dan memeknya terasa kenyang sekarang. Sebelum akhirnya Shela pingsan oleh rasa nikmat yang luar biasa, telinga sempat mendengar mami menjerit.

“Kaaallll… Mami ke luallll lagiiii…oooooohhhhhh….Kallllll….”
“Mamiiiiii Kardi juga sudah enggak kuat mau meledak.”
“Ngeclot di dalam memek mami Kal… ayo…”
“Arrrrrrgkhhhhkghhhh…. Mamiiiiii…. Kardi keluarrrrrhhhhh….. Argggkhhhhhhh…. “

Tiga menit kemudian, Kardi, mami dan Shela terbaring bersamaan di ranjang dalam keadaan tertidur dengan sangat lelap.





***





Bagian Empat





Shela terbangun oleh ranjang yang bergetar hebat. Dia mengira ada gempa. Tapi ketika membuka matanya, dilihatnya mami tengah menaiki mas Kardi dengan pantat memantul-mantul. Batang kontol Kardi yang besar, panjang dan kuat itu ke luar masuk ke dalam liang memek mami.


“Akhhh… kal… mami mau ke lual….” Kata mami sambil mempercepat ulekan gaya cowgirlnya. “Oaaaaakkghhhhhhh…. Oagkhhhh….” Mami menjerit saat dia mencapak puncak orgasmenya. Lalu tubuhnya terguling ke sisi Kardi.


Shela cepat bangkit. Memeknya ternyata sudah basah melihat pemandangan itu.


“Mas Kardi… maaf merepotkan, Lala juga minta ngewe sebentar ya….” Kata Shela sambil berdiri lalu mengangkangi tubuh Sukardi lalu turun dan berdiri dengan menggunakan lututnya.
“Boleh, La. Silakan mungpung kontolnya masih tegang.”
“Maaf ya mas…. Agkhhhhhh…. Enak bener dimasukin kontol yang gede, panjang dan kokoh ini.” Kata Shela sambil mendorong pantatnya turun. Dia melakukan itu setelah tangannya membimbing glandula kontol Kardi mencelup ke dalam liang memeknya.


“Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah Ah ah ah ah ah ah…. Aaaaaahhhhhhhh…….” Erang Shela sambil terus mengulek kontol kakak iparnya ini.
“Mas Kardi… Shela mau ke luar…”
“Aku juga La… boleh dikeluarin di dalem?”
“Boleh mas… yuk kita keluar sama-sama.”
“Ayok.”
“Huf.”
“Heup.”


Srrrrrr…. Crot… Srrrrrr…. Crot… Srrrrrr…. Crot… Srrrrrr…. Crot… Srrrrrr…. Crot…
Ceprot… ceprot… ceprot….


ARRRGGGGKHHHHHHH…..





***


Selama 3 hari Melanie dirawat di rumah sakit paska operasi, Mami dan Lala secara rutin menengoknya secara bersamaan pada jam besuk pagi dan sore. Sukardi sendiri saat mengetahui istrinya dioperasi dia merasa sangat sedih. Dia bersikeras akan menjagainya siang dan malam. Namun Melanie bersikeras agar Sukardi bekerja seperti biasa. Pada hari terakhir ketika Melanie akan pulang, Sukardi menemui dokter yang menangani Melanie. Kata dokter, Melanie akan sembuh dan sehat seperti sedia kala. Namun karena rahimnya sudah diangkat, kemungkinan besar nafsu sex Melanie akan turun drastis dan menjadi “firigid” alias dingin. Melani juga tidak akan bisa hamil.


Setelah pulang ke rumah, Melanie dan Sukardi mendiskusikan masalah tersebut dengan kepala dingin dan terbuka. Saat berbincang dalam diskusi yang penuh dengan perasaan dan emosi itu, tak henti-hentinya Melanie menangis. Bagaimana dia mengungkapkan ketakutannya jika suatu saat perasaan Sukardi menjadi jauh dan kemudian dia akan pergi meninggalkan Melanie.


Saat itu Sukardi bersumpah tidak akan meninggalkan Melanie, apalagi menceraikannya. Dia mencintai Melanie dengan segenap jiwa dan raganya. Hanya maut yang bisa memisahkan mereka.


Pada saat perbincangan serius itu berlangsung, Mami datang menimbrung dan ikut meyakinkan Melanie bahwa Sukardi takkan selingkuh apalagi pergi dengan perempuan lain.
“Kan mami udah bilang, kamu ulus toko, bial lumah dan suami kamu mami yang ulus.”
“Bagaimana mami bisa mengurus ayang?” tanya Melani dengan tak percaya, “dia itu laki-laki, Mi, dia punya kebutuhan dengan perempuan. Bukan sekedar kebutuhan makan dan minum.”
“Pokoknya itu juga akan diulus, mami juga kan pelempuan, ya kan?”
“Maksud mami?”

Mami terdiam. Wajahnya memerah karena jengah.
“Pokoknya beles, kamu enggak usah kuatil.” Kata Mami lagi dengan tegas.




***





Hari-hari berlalu dengan cepat. Melanie sibuk mengurus toko dari pagi hingga larut malam. Tak terasa 3 bulan telah lewat terhitung sejak Melanie dioperasi. Dia didatangi Shela di toko. Perut Shela terlihat menyendul walau dia mengenakan baju terusan yang seksi.
“Kamu hamil ya La?” Tanya Melanie.
“I ya, Ci.”
“Berapa bulan?”
“Mungkin sekitar 3 bulan.” Kata Shela dengan wajah berbinar, “Ci, kamu ngizinin enggak kalau selama kehamilanku ini aku minta mami untuk tinggal sama aku.”
“Boleh, gapapa. Tapi gimana ayang? Apa dia juga ngizinin?”
“Mas Kardi ngizinin. Soalnya dia juga tinggal sama kita. Kan rumah mami mau direnovasi biar lebih nyaman.”
“Dia tinggal sama kalian? Terus Alex gimana? Apa dia gak keberatan?”
“Oh, dia sekarang tinggal di Singapura, ngurus perusahaan papinya. Cici sendiri gimana?”
“Aku sih oke-oke aja. Selama renovasi rumah belum selesai, aku bisa tinggal di sini. Aku enggak keberatan.”
“Makasih ya Ci.”
“I ya sama-sama.”





***





Shela meninggalkan minimarket dan masuk ke dalam mobil sedannya, yang ternyata di dalamnya ada mami lagi duduk.
“Dia ngizinin?”
“Ngizinin.” Jawab Shela sambil tersenyum.
“Syukullah.” Kata Mami sambil menelpon seseorang, “Kal, udah di lumah?”
“Baru sampai, Mi.” Jawab suara di sebrang telpon.
“Kaldi balu pulang.” Kata Mami sambil tersenyum. “Kamu pengen enggak La?”
“Iihh, mami ini. Ya pengenlah.”
“Mami udah bilang kamu pasti ketagihan.”
“Makasih Mi udah mau berbagi… Alex sangat senang waktu aku hamil.”
“Mami yakin anak dalam pelutmu itu bukan anak Alex.”
“Dia enggak peduli. Dia menikahi aku ternyata tujuannya hanya untuk status sosial saja… aku juga enggak peduli setelah kita bisa berbagi Mas Kardi… bagiku yang penting adalah menguras duit Alex dan secara diam-diam membuat perusahaan baru dengan Mas Kardi. Mami tau, mas Alex itu sebenarnya gay. Atau lebih tepat bisex. Di awal pacaran dulu dan pada awal pernikahan, kita masih sering berhubungan intim… tapi lama kelamaan dia lebih suka dengan laki-laki.”


“Eh, kita sudah sampai lumah.” Kata Mami. Ketika mami turun dari mobil, terlihat perut Mami menyendul. Oh, rupanya Mami juga hamil.





***





Kardi sedang duduk di sofa melepaskan sepatunya saat Mami dan Shela masuk rumah. Mereka kemudian duduk di sisi kiri dan kanan Kardi sambil memeluk dan merayu Kardi dari sebelah kiri dan kanan. Kardi bergantian menciumi mereka dan senang ketika melihat perut Shela yang menyendul. Shela mengangkat bajunya hingga ke pundak sehingga perut dan memeknya terlihat jelas. Kardi menciumi perutnya yang putih dan mengelusnya dengan lembut. Namun Shela mendorong kepala Kardi ke bawah, ke arah memeknya.


Sejak awal Shela memang tidak mengenakan celana dalam.


Dari sisi kiri mami menciumi telinga Kardi sambil mencoba melepaskan ikat pinggang menantunya. Setelah lepas, dia membuka kancing dan ritsluitingnya, lalu menarik celana pantalon Kardi dengan mulus melewati betisnya, lalu melemparkannya ke ujung sofa yang lain. Mami kemudian berdiri, melepaskan celana panjangnya sekaligus celana dalamnya. Dia berjongkok untuk menarik celana dalam Kardi untuk menemukan sebatang kontol idaman yang tengah meringkuk di pahanya.


Kardi mengemuti itil Shela sementara mami mengemuti kontol Kardi. Hanya sebentar batang kontol itu langsung mengeras. Shela segera melepaskan diri dari Kardi dan membalikkan badannya sehingga punggungnya kini diciumi Kardi. Shela duduk di atas kedua paha Kardi dengan memek yang sudah mekar.
“Mi, tolong masukin kontolnya.” Pinta Shela kepada mami yang masih asyik mengemuti kontol Kardi dengan nikmat.
“I ya.” Kata Mami. Dia lalu meraih batang kontol Kardi dan memukul-mukul itil Shela dengan menggunakan kepala kontol Kardi.
“Aakhhh… mami… jangan nakal… masukin…”

Mami tersenyum melihat memek Shela yang megap-megap. Dia lalu mencelupkan kepala kontol Kardi ke dalam liang memek yang menganga itu lalu menariknya ke luar.
“Mamiiii…” protes Shela. “Masukinnnn.”

Mami tertawa kecil dan mempermainkan Shela dengan mencelupkan dan mengeluarkan kepala kontol Kardi dari liang memek anaknya itu. Rupanya Mami sangat senang mendengarkan “plop” yang tercipta saat glandula kepala kontol Kardi ditarik keluar setelah dicelupkan ke dalam liang memek Shela.

Untunglah saat itu tangan Kardi segera meraih memek mami melalui pantatnya. Mengelus-elusnya sehingga mami mengerang keenakan dan membiarkan tangan Shela menebah tangannya untuk meraih batang kontol Kardi dan mencelupkan kepala kontolnya hingga masuk ke dalam liang memeknya.
“Nah… ini… baru enak… akhhhh….”

Karena batang kontolnya sudah masuk ke dalam liang memek Shela, Kardi terpaksa melepaskan permainan jari-jarinya di memek Mami. Kedua tangannya menyangga buah pantat Shela dan membantu Bumil muda itu untuk memantul-mantul naik turun.


“Akh… akh… akh… akh… mas Kardi… terus mas… terusss…”


Mami merasa sedikit keki. Lagi enak-enak itilnya dimainin tiba-tiba saja jari-jemari itu pergi meninggalkan memeknya. Dia kemudian berdiri dan pergi ke kursi sofa kecil di depan Kardi dan menungging. Liang memeknya terlihat menganga marah dan minta juga diewe.

Kardi menatap mami yang sedang menungging dengan perutnya yang agak buncit. Dia teringat ketika pertama kali mengewe mami, posisinya seperti itu.

“Ah, memek mami selalu menggoda.” Kata Kardi dalam hatinya. Dia mempercepat genjotan kontolnya ke dalam memek Shela yang menghasilkan erangan kenikmatan adik iparnya.

“Akhhhh…. Aku ke luarrrrhhhh….” Kata Shela dengan suara lega. Kardi buru-buru melepaskan tubuh Shela dari pangkuannya dan memburu mami yang sedang menungging dengan kontol terhunus. Dia melinggis memek itu dari belakang dan menggowesnya dengan kecepatan penuh.


Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok….


Shela terpana melihat bagaimana memek mami terbeliak-beliak diewe batang kontol yang besar, panjang dan kuat itu.


“Akhhh… kaldi… telus… telus…akhhhh…. Akhhhh… akhhh… telusssss… mami mau ke lual sebental lagi… telus kal…. Ooooooooooooooookkkkkkkkk…… aaaaaaaaaaaakhhhhhhh…”


Shela melihat lendir kenikmatan muncrat dari liang memek mami. Tadinya dia sudah merasa cukup puas diewe Kardi sambil duduk, tapi kini memeknya mekar lagi dan iri ingin diewe juga dengan gaya doggy seperti mami.

Shela lalu menungging dengan kedua tangan membeliakkan bibir-bibir memeknya yang tebal sehingga liang memeknya empot-empotan.
“Mas Kardi… ayo masuk ke mari…” kata Shela.


Sukardi tadinya akan memuncratkan pejuhnya di dalam memek mami, namun ketika melihat Shela menungging dan membeliakan liang memeknya dengan kedua jarinya, dia pun melepaskan kontol dari memek mami dan melangkah mendekati memek Shela untuk menusuk-nusuknya dari belakang dengan kecepatan yang sama ketika dia mengewe memek mami.


Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok….


“Aaaaaagkkkkghhhhhhh…. Ooooooooooggggggkhhhhhhh…. Mas kardi…. Lala akan ke luar lagi…. Terus massssss…. Terussssss sodokkk dari belakang…..”


Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok Plak plok plak plok plak plok….


“Aaaaaakggghhhhh…. Mas Kardi… Lala ke luarrrrrhhhh…. Lagiiii…”
“Aku juga mau ke luar, udah enggak tahan.”

“I ya, mas, muncratin pejuhnya di dalam memek Shela….”
“Heup!” Kardi menghujamkan kontolnya hingga masuk seluruhnya ke dalam liang memek Shela. Lalu dia menggeram dengan keras, “aaaaaarrrrrrrgggggggkhhhh….. Aaaaaarrrrrrrgggggggkhhhh….. Aaaaaarrrrrrrgggggggkhhhh….. “

Setelah pejuhnya ke luar semua, Kardi mencabut kontolnya dari liang memek Shela dan duduk di sofa dengan lunglai.
“Ah, capenya.” Kata dia dengan suara lega. Pada saat itu, mendadak saja di ambang pintu berdiri Melanie. Dia telah melihat semuanya dengan mata dan kepalanya sendiri.

Melani tercengang. Dia tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya.

“Ternyata kalian…. Selama ini….” Dia kemudian membalikkan badan dan berlari meninggalkan rumah. Dia melintasi halaman, melewati pintu gerbang dan masuk ke dalam mobilnya. Menyalakan mesin lalu melaju dengan cepat, meninggalkan 3 orang yang baru saja menikmati ewean dalam keadaan membisu dengan saling melempar pandang.





***





Bagian 5





Setelah makan malam yang diam penuh keheningan bersama Mami dan Shela, Kradi membuat ramuan minuman untuk mengembalikan vitalitasnya. Dia merenung di teras belakang ditemani mami dan Shela. Namun mereka saling terdiam tanpa sepatah kata pun. Entah apa yang dirasakan oleh Mami dan Shela, namun yang jelas Kardi merasa bersalah.


Setelah berdiam diri selama hampir setengah jam, tiba-tiba Kardi berdiri dan berkata, “aku harus menemui Melan.” Katanya dengan sungguh-sungguh, “aku akan meminta maaf.”


Mami menatap Kardi dengan tatapan sedih. Demikian juga Shela.
“Sehalusnya sejak awal kita musti beltelus telang.” Kata Mami.
“Cici mungkin saat ini sedang marah dan kita pasti dibencinya.”
“Sudahlah, semua sudah terjadi. Aku akan menanggung segala resikonya, apa pun yang terjadi.” Kata Kardi sambil mengambil jaket dan kunci motor. Dia segera pergi ke garasi dan mengeluarkan motornya. Lalu pergi.
“Mungkin kita akan kehilangan kontol yang selama ini selalu memberi kepuasan kepada kita.” Kata Shela dengan suara seperti berbisik.
“Mungkin.” Jawab Mami lirih.





***


Kardi memasuki toko melalui jalan belakang yang berupa gang kecil yang hanya masuk satu motor. Begitu mengetuk pintu, Kardi tidak menyangka jika Melan langsung membukakan pintu.


“Masukin motornya ke dalam!” perintah Melanie dengan suara tegas. Kardi pun menurut. Begitu dia di dalam, Melan langsung memeluk dan menciuminya dengan penuh nafsu. Dia menelanjangi dirinya sendiri dan mempreteli pakaian Kardi dengan kasar.
“Aku cemburu!” katanya sambil mengelus-elus batang kontol Kardi yang langsung menegang, “aku cemburu dan terangsang melihat ayang mengewe Mami dan Shela.” Katanya lagi sambil membentot kontol Kardi dan menempelkannya ke liang memeknya, “ewelah melan sekarang ayang… ewelah seperti ayang mengentot mereka.”
“Me… melan….”
“Masukin kontolnya!” kata Melan setengah berteriak. Kardi menuruti perintahnya tapi liang memek Melanie terasa kering dan dingin.
“Su… sah… soalnya kamu belum basah.”
“Paksa… dorong terus… nah gitu… dorong-dorong terus sampai masuk… akhhhhh… ayang… kepalanya udah masuk…. Aduuuhhh enaaakk… udah lama Melan pengen ewean…. Tapi Melan tak punya gairah… maafin Melan ayang… akhhhh… genjot terus ayang…. Yaaa… genjoooottt… aaaaaaakkkkkhhhh…. “


Kardi memaksa memasukkan kontol ke dalam memek Melan. Tapi itu adalah pekerjaan sulit sekarang. Kalau dulu, itu adalah pekerjaan yang mudah. Dan menyenangkan. Kardi terus berkutat mendorong kontolnya masuk ke dalam liang memek Melan dengan cara menutul-nutulkannya, sehinga lama kelamaan batang kontol Kardi pun masuk seluruhnya.


“Sekarang genjot pelan-pelan.”


Kardi pun menurutinya. Dia menggenjot pelan-pelan hingga dia akhirnya merasakan lama kelamaan liang memek Melan terasa hangat. Setelah hampir setengah jam berlalu, Melan mengerang nikmat, “akhhhhh… ayang…. Melan ke luar dikit… teruslah genjot pelan-pelan, tapi kontolnya jangan sampai ke luar memek, entar susah lagi masukinnya.”


“I ya sayang.”


Kardi terus menggenjot memek Melan dengan pelahan dan pendek-pendek selama hampir satu jam. Pada saat Kardi setengah putus asa karena Melan tak mau ke luar juga, mendadak Melan menjerit gembira, “kena… ayang… kena… sekarang ganti posisi….melan nungging… ayang ewe dari belakang ya…”


Ketika Melanie menungging, Kardi melihat ada sedikit cairan meleleh di ujung memeknya, semangat Kardi pun bangkit kembali dan dia langsung mencecabkan batang kontolnya dan mencangkuli memek Melanie dengan cepat. Lalu bertambah cepat. Dan semakin cepat lagi.


Dia mengewe memek istrinya dengan sangat brutal.


“AAAAAAAAAAAAAA…… yyyyaaaaaaaannngggggg……” tiba-tiba Melanie menjerit. Tubuhnya menegang dan memeknya mengempot dengan keras. Tahu-tahu terdengar suara aneh.


Brot brot brooooooottttt……. Melan menyemprotkan cairan orgasmenya dengan keras. Tubuhnya gemetar dan matanya mendelik seakan terbalik. Pada saat yang bersamaan, tanpa banyak ba bi bu lagi, Kardi pun menyemprotkan pejuhnya di dalam memek Melan.


Srrrrrrrrr……. Crooootttttt……. Crot… crot…


“Argkhhhh…. Melanie sayang, sudah lama sekali rasanya tidak ngecrot di dalam memek kamu.” Kata Kardi sambil mencabut kontolnya setelah mendiamkannya beberapa saat di dalam pedaman liang memek Melan.


Melanie tak menjawab. Dia duduk di kursi kerjanya dengan mata terpejam. Menghempaskan diri.


“Sekarang pulanglah ayang… besok-besok kalau mau ngentot mami sama Shela kasih tahu Melan, biar Melan bisa ngintip.”
“Tidak, aku akan menemani kamu tidur di sini.”
“Jangan entar kamu sakit. Di sini dingin.”
“Ya udah, kita pulang saja sama-sama yuk.” Ajak Kardi.


Melani terdiam sebentar lalu katanya, “yuk kita pulang sama-sama, tapi kita harus pura-pura marahan… jangan biarkan mereka tahu kita baikan…melan akan terus pura-pura marah sama ayang…”
“Tapi…”
“Ayang, dengerin baek-baek, selama ini Melan hilang gairah, tapi pas tadi lihat ayang mengewe memek mami dan memek Shela, tiba-tiba gairah Melan bangkit… lihat kontol ayang yang gede ini menusuk dan mengobrak-abrik memek mami dan memek Shela… melan merasa seakan-akan melanlah yang yang diewe sama ayang…”
“Ooh begitu ya.”
“Ayang, satu pertanyaan lagi, apakah mami dan Shela hamil karena diewe sama ayang?”
“I ya, maafkan…mereka hamil karena aku selalu ngecrot di dalem memek mami dan memek shela…”
“Ya udah, gapapa. Pokoknya nanti kalau ayang ngewe mami dan shela lagi, kasih tau melan biar bisa ngintip. Tapi kalau enggak sempet rekam aja. Melan akan lihat nanti rekamannya.”
“I ya, melan sayang.”
“Udah, sekarang ayang pulang duluan, keluarin motornya, nanti melan nyusul.”

Kardi menurut. Dia pulang ke rumah dengan perasaan lega. Dia mengendarai motor sambil bersiul gembira. Bagaimana pun kini dia memiliki dua memek bumil yang penuh lendir dan satu memek yang agak kering namun sempit mencekik.

“Aku adalah laki-laki paling beruntung di dunia ini!” katanya dengan gembira.





Bagian 6
t a m a t.






Namanya juga nulis iseng, ceritanya tamat sampai di sini. Sampai jumpa kapan-kapan.
 
Kalo sudah pro mah nulis sambil ngupil aje bagus.ditunggu part 6nya hu next incest bapak sama anak 👍 mantap pagi2 udah crott dibantu bayangin memek ci Lala sama camer 😂
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd