Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Menyesal? Tentu Saja Tidak! (NO SARA)

Status
Please reply by conversation.
Terimakasih buat para suhu yang udah ngasih komentar dan likenya...:beer:
Chapter 4 masih dalam pengembangan dan mudah2an bisa update nanti malam...
Ane terbuka untuk kritik dan saran agar cerita ini semakin baik kedepannya...
Akhir kata, Keep semprot!! (Meski bulan Ramadhan):konak::bacol:

Semoga sebelum sahur updatenya...
 
UPDATE HUU...!!

Mohon maaf nih updatenya kemaleman karna ada urusan tadi hehe...
Jangan sungkan untuk memberi kritik dan saran ya huu...
Keep semprot...!!! :tegang:


Part 4

"Liv, bangun Liv.." aku membuka mataku. Ternyata itu suara Sherly yang membangunkanku.
"Kok aku ada disini?" Ucapku dalam hati. Aku mencoba mengingat ingat kejadian tadi malam.
"Ohh iya aku semalam... Iyaa laluu... HAAHH??" Aku terkejut ketika berhasil mengingat kejadian itu. Ku ambil hp ku yang ada disamping, ternyata sekarang masih jam 2 pagi. Mabuk, berfoto seksi, sampai masturbasi kulakukan tadi malam.
"Ohh tidak, apa yang terjadi denganku??" Aku mulai duduk dari tidurku dan memegang kepalaku. Aku benar2 tak percaya apa yang sudah kulakukan tadi malam. Aku mulai menangis.
"Udaah gapapa kok" Sherly disampingku merangkul dan berusaha menenangkanku. Aku tak dapat menatapnya. Pandanganku kosong. Pikiranku berkecamuk. Aku sudah ternodai. Aku tidak suci. Aku tak pantas berpakaian tertutup. Air mataku mengalir cukup deras. Ucapan2 Sherly yang berusaha menenangkanku tak kupedulikan. Aku memikirkan Papa, Mama, Dea, dan Vina.
Kata2 Vina muncul kembali di otakku yang dulu dia sempat memperingati dan mencegahku untuk bergaul dengan Bella dan Sherly. Aku tambah bingung.

Tiba2....
"Maafin gue ya Liv." Kata2 itu muncul dari mulut Sherly sambil memelukku. Kata2 itu meluluhkan hatiku. Kata2 itu menyingkirkan segala kegundahan di hatiku. Kata2 itu berhasil membuatku tenang. Aku membalas pelukan Sherly. Aku sudah sepenuhnya sadar, ini semua tak bisa diundur. Yang sudah terjadi biarlah terjadi.
"Udah tenang?" Tanya Sherly melepaskan pelukannya dan mengusap air mataku. Aku mulai berani menatap Sherly. Pakaiannya berbeda dengan tadi malam. Tanktop hitam ketat dengan belahannya yang terlihat serta celana pendek warna pink. Wangi sabun tercium dari tubuhnya, dapat kutebak ia habis mandi. Aku mengangguk pelan dan kembali memeluk erat Sherly. Dapat kurasakan payudaranya yang kencang di dada teposku.
"Maafin gue ya Liv, gue gak maksud jerumusin lu kok. Gue tau lu berhijab, tapi karna gue, lu jadi minum alkohol dan memaksa lu buat foto2 seksi yang sebenernya gak lu suka. Gue bener2 nyesel Liv." Pelukan Sherly semakin erat. Permintamaafan Sherly sangat tulus bagiku.
"Iya, gue maafin kok Sher. Sebagai teman gue harus bisa memaafkan kesalahannya."
Ya, aku sudah tak ragu lagi menganggap Sherly dan Bella sebagai teman.

Tapi, dimana Bella? Dari tadi hanya ada aku dan Sherly di kamar.
"Bella dimana Sher?" Tanyaku penasaran
"Di bawah lagi ngobrol sama cowo2. Lu tidur lagi aja. Besok pagi lu langsung pulang ya." Aku teringat kalau semalam Dion dan teman2nya berkunjung kesini. Ingatanku semakin jelas saat sesi foto dan perubahan yang terjadi pada tubuh Sherly dan Bella. Bella yang menungging menggoda Dion dan pantatnya dijamah oleh tangan Dani. Sementara Sherly memainkan payudara dan vaginanya sambil mendesah desah, tatapan binalnya menggoda birahi Rangga, Rian, dan Beni. Ingatan2 semalam perlahan mulai tampak jelas di kepalaku termasuk saat aku bermasturbasi. Mengingatnya membuat vaginaku berkedut dan mengeluarkan sedikit cairan.

"Udah ya Liv, gue udah ditunggu anak2 tuh dibawah. Gue tinggal lu disini yaa..."
"Jangan. Temenin gue dulu di sini." Aku mencegah Sherly pergi. Dia kembali memeluk erat tubuhku. Dia mulai membuka bahan obrolan agar aku melupakan kejadian semalam dan kusambut obrolannya itu dengan antusias. Banyak hal yang kami bicarakan, mengenai keluarga, hobi, gosipin temen, dan lain lain. Sekilas mengenai keluarga Sherly, Mamanya meninggal ketika melahirkan Sherly sehingga ia hanya tinggal dengan Papanya saja. Pembantunya tidak tinggal disini, dia punya rumah sendiri. Papanya seorang pengusaha kaya yang sering berpergian jauh. Obrolan ringan itu membuatku tersenyum kembali. Aku sudah dapat menarik nafas panjang, wajahku perlahan lahan segar lagi, dan Sherly benar2 berhasil membuatku melupakan kejadian semalam.

"Udah dulu ya, kesian Bella di bawah sendirian. Lu tidur lagi aja."
Sherly lalu beranjak dari kasur hendak keluar kamar.
"Gue mau ke bawah juga." Ucapku pelan sambil menundukkan kepalaku.
"Gak usah Liv, lu udah ngalamin malam yang berat." Sherly menolak permintaanku.
"Tapi gue... Hmm... Gue... Takut di sini. Gue butuh temen ngobrol." Kata takut itu hanya sebuah pemanis agar aku diizinkan ke bawah. Sherly berpikir sejenak.
"Yaudah lu ikut gue ke bawah, tapi lu mandi dulu biar badan lu seger. Bentar gue ambilin anduknya." Sherly membuka lemarinya dan memberikan handuk untukku.
"Tapi gue gak bawa baju Sher. Pinjem baju lu dulu ya." Sherly mengangguk. Aku segera beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi. Kubuka seluruh pakaianku. Aku masuk ke shower box dan mulai mandi di sana. Badanku terasa sangat segar ketika terkena air. Ketika selesai, aku masuk ke kamar dan kulihat Sherly menungguku sambil bermain hp di kasur.

"Eh udah selesai, mau pake baju yang mana?" Kata Sherly menaruh hp nya dan membuka lemari. Aku melihat bajunya, rata2 bajunya sangat minim dan ketat. Aku menghela nafas panjang sambil memilih milih baju. Lalu pilihan ku jatuh pada sweater rajut warna kuning dengan 3 kancing diatas dan celananya ku pilih semacam celana training berwarna hitam dengan list putih. Sweater ini ukurannya pas denganku tapi jika dipakai Sherly akan terlihat ketat.
"Pinjem yang ini ya Sher. Tapi dalemannya gimana?" Aku menggaruk garuk kepalaku.
"Hmm... Cari2 aja di laci itu." Sambil tangannya menunjuk sebuah sebuah lemari kecil. Kubuka laci pertama dan memang isinya celana dalam. Celana dalam Sherly kebanyakan berjenis g string atau thong. Tidak ada celana dalam yang biasanya aku pakai. Akhirnya kupilih yg berjenis thong warna putih. Lalu kubuka laci kedua dan isinya koleksi bra milik Sherly. Branya terlihat seksi2. Aku mencari cari miniset di laci itu.
"Sher punya miniset gak?" Tanya ku sambil mengulik isi laci itu
"Yaah gak punya Liv. Pake ini aja, talinya bisa diiket kok." Sherly memberikan bikini bra itu padaku. Kulihat bikini bra itu memiliki cup yang kecil sehingga cocok untukku, tapi tidak dengan ukuran payudara Sherly. Bra itu berwarna putih senada dengan thong yang kugunakan.

Aku membuka handukku dan menunjukkan tubuh mulusku di depan Sherly. Aku mulai memakai thong putih itu, rasanya agak sedikit aneh karna aku tak biasa memakai ini. Lalu Sherly membantuku mengikat bra itu di punggung dan leherku. Aku sedikit bercermin, "seksi juga aku pake ini." Ucapku dalam hati
"Gimana? Suka? Cocok kan?" Tanya Sherly.
"Cocok kok, makasih ya Sher." Aku kemudian memakai baju dan celana yang tadi sudah kupilih. Hijabku yang lecek tak kupakai, toh mereka juga sudah melihat rambutku kok. Dapat kurasakan sweater ini agak longgar dibagian payudara.
"Udah siap? Yuk kebawah" Sherly menggandeng tanganku keluar kamar.

Langkah demi langkah memantapkan hatiku untuk ke bawah. Sampai tiba di halaman belakang. Tempat itu terdapat sofa dan panggangan yang cocok untuk pesta BBQ. kulihat 5 cowo itu sedang mengobrol dan tertawa2 bersama Bella. Ada beberapa botol minuman alkohol di meja itu dan gelas2 yang mereka minum. Beberapa dari mereka juga sedang merokok, sedangkan Bella menghisap vape. Malam itu Bella mengenakan crop tanktop warna hitam dan choker hitam. Perut dan belahan payudaranya yang terlihat jelas membuatnya tambah seksi. Ia pun memakai hot pants jeans sebagai bawahannya.
"Lama banget lu Sher." Ucap Beni sambil meminum alkohol di gelasnya
"Sorry, tadi gue nungguin Olive dulu." Balas Sherly
"Eh gue kira Olive gak kesini. Btw, sorry ya soal kejadian semalem, gue..." Sebelum Dion menyelesaikan kata2nya sudah kupotong.
"Gapapa kok Yon, lagi pula gue udah maafin lu semua kok. Trus gue duduk dimana nih?" Tanyaku mencairkan suasana. Kemudian Rian dan Beni yang duduk di sofa menghimpit Bella bangun dan mempersilakan aku dan Sherly duduk.
"Nih disini aja, gue ambil bangku dulu di dalem bareng Beni." Ucap Rian yang kemudian masuk ke rumah bersama dengan Beni. Bella menggeser tempat duduknya jadi dipinggir, jadinya aku ada di tengah2 Sherly dan Bella.

"Mau minum apa kalian? Ada air putih dan orange jus kok Liv." Tanya Dion menyambut kedatangan kami. Kulihat Rangga dan Dani asik bermain game sambil menghisap rokok.
"Tau sendirilah minuman gue apaan." Ucap Sherly. Dion pun menuangkan alkohol kepada Sherly dan diterima olehnya. Aku mencium aroma khas dari minuman itu, mengingatkanku saat pertama kali mabuk kemaren malam. Jujur, sepertinya aku kangen degan rasa minuman itu.
"Gue nanti aja minumnya, belum haus." Ucapku pada Dion. Aku masih takut dengan kejadian setelah minum alkohol akan terulang. Rian dan Beni kembali membawa kursi dari dalam rumah. Kami mulai mengobrol, bercanda, dan tertawa. Rangga dan Dani sudah menaruh hpnya dan ikut dalam obrolan. Beberapa dari kami sudah terlihat mabuk termasuk Sherly dan Bella.

Tiba2 Beni yang mabuk itu menjulurkan gelas berisi alkohol padaku.
"Nih, biar rileks kayak Sherly Bella." Ucap Beni.
"Ben lu jangan gitu dong, Olive udah...." Ucapan Rangga langsung kupotong.
"Gapapa kok Rang, sini minumannya. Gue udah haus juga." Kuterima gelas dar Beni dan kuminum sampai habis.
"Gue kira lu udah tobat lagi Liv." Ucap Bella sekenanya.
"Yaabis gimana dong, masa gue doang yang gak minum2." Balasku pada Bella sambil menaruh gelas di meja. Efeknya mulai terasa ditubuhku. Aku menjadi rileks dan pikiranku bebas. Setiap gelas itu terisi selalu aku minum lagi, lagi, lagi, dan lagi. Ntah berapa gelas kuhabiskan. Karna kami semua sudah 'high', obrolan pun jadi kemana mana. Obrolan tentang seks pun sudah tak asing ditelingaku. Aku menjadi banyak tau tentang seks dari obrolan ini.

"Kita main game yuk!" Ucap Dion. Dia lalu mengeluarkan kartu UNO dari tas yang ada disampingnya. Dia mulai mengocok dan membagikan kartu itu.
"Semua pahamkan peraturannya?" Tanya Dion. Semua menjawab 'paham' termasuk aku.
"Perarturan disini agak beda dikit Liv, yang kalah harus kena hukuman." Jelas Dion yang membuatku penasaran.
"Hukumannya apa? Namanya kalah ya harus kena hukuman dong." Jawabku sambil menghisap vape milik Bella. Ntah sejak kapan aku mulai suka menghisap vape.
"Jadii, ini namanya Strip-UNO. Yang bedain cuma hukumannya aja. Yang kalah harus melepas pakaian satu persatu yang ada di tubuhnya sampai telanjang. Kalo udah telanjang trus tetep kalah, dia harus nurutin permintaan pemain yang menang." Jelas Dion padaku.
"Gimana jadi ikut gak?" Sambil menghisap vape dalam2, aku menjawab.
"Ayo gue ikut." Jawabku tegas sambil minum alkohol itu. Aku yang terlanjur mabuk tak pikir panjang menjawab pertanyaan Dion. Lagipula dia sudah membagikan kartunya, gak enak kalo tiba2 mundur.

"Eh tunggu dulu dong, ini gak adil." Ucap Rian seketika.
"Gue yakin disini cowo2nya cuma make 3 setel pakaian, kancut, celana, sama baju. Cuma 3 pelindung nih. Kalo cewe gue yakin ada 4 lapis. Harus lepas 1 tuh biar adil." Rian mengajukan gugatannya.
"Yaelah lu kan cowo, ngalah dong sama cewe." Ucap Sherly menolak permintaan Rian.
"Jaman sekarang penyetaraan gender kali Sher." Rian kembali menguatkan gugatannya. Kemudian Dion menengahi permasalahan ini.
"Yaudah kita voting aja, siapa yang setuju sama Rian?" Semua yang cowo angkat tangan termasuk Rian. Didapat 5 suara dari itu.
"Siapa yang menolak usulan Rian?" Aku, Sherly, dan Bella pun angkat tangan. Ada 3 suara. Tentunya kami kalah suara dan gugatan Rian akan dikabulkan oleh dewan abal2 ini.
"Ah sial, yaudah deh." Kemudian Bella dan Sherly berdiri melepas celananya. Rian tersenyum senang melihat pemandangan ini. Kemudian mereka melempar celananya pada Rian. Aku melihat mereka memakai model celana dalam yang sama denganku tapi beda warna. Sherly warna pink sedangkan Bella warna biru langit.
"Tuh gue lepas tuh." Kami tertawa dengan kelakuan Sherly dan Bella.
"Lu mau lepas yang mana Liv?" Tanya Bella padaku. Aku bingung harus melepas yang mana.
"Lepas bra aja gue." Kemudian aku berdiri dan berbalik membelakangi para cowo. Kuangkat sedikit sweater bagian belakangku hingga leher.
"Tolong lepasin talinya dong Sher." Sherly lalu melepas tali di punggung dan leherku. Kuturunkan sweaterku dan mengambil bra itu lewat bolongan leher. Aku berbalik dan melempar bra itu ke Rian.
"Yah kok gak ke gue sih Liv." Ucap Rangga
"Yee mupeng lu." Aku menjulurkan lidahku meledek Rangga dan semuanya tertawa. Dion membuka 2 botol alkohol lagi untuk diminum bersama sambil bermain uno

Setelah keadaan 'adil' sesuai keinginan Rian, permainan pun dimulai. Yang pertama kalah adalah Rian. Dia membuka kaosnya dan memperlihatkan badan kurusnya. Kemudian diikuti oleh kekalahan Dion. Anak basket ini membuka bajunya dan membuat cewe2 berdecak kagum. Dadanya bidang, perut otot yang hampir sempurna, dan lengan berotot itu membuat kami para cewe kepanasan. Berbeda sekali dengan badan Rian. Vaginaku jadi berkedut melihat tubuh Dion.
"Duhh kok jadi panas yaa." Ucap Bella tersenyum sambil mengigit bibir bawahnya. Dion hanya tersenyum melihat kami menatap tubuh atletisnya. Game ke 3 Bella kalah.
"Bukaa.. bukaa.. bukaa.. bukaa.." Para cowo menyemangati Bella. Dia mengangkat tanktopnya dan payudaranya yang besar sedikit berguncang ketika tanktop itu lepas. Para cowo tampak sumringah melihat pemandangan ini. Ia memutar2 tanktopnya di atas seperti seorang koboi lalu melemparnya pada Dion. Bella kini hanya mengenakan push up bra dan celana dalam seksinya. Game kembali berlanjut. Aku kalah di game ke 6 dan melepas celanaku. Para cowo kaget dengan celana dalamku.
"Berani juga lu make gituan, gue kira lu gak punya celana macem gitu." Ucap Rangga padaku yang sudah bertelanjang dada. Badannya lumayan bagus, secara dia anak futsal.
"Ini punya Sherly wlee... Gak usah mikir macem2 lu tentang gue." Jawabku pura2 cuek padanya. Proses melepas celana ini membuat vaginaku semakin berkedut karna ada 5 cowo yang melihat aksiku. "Ternyata seru juga ngasih mereka tontonan hihihi..." Ucapku dalam hati. Sepertinya aku mulai suka memamerkan tubuhku.

Permainan pun berlanjut. Hingga game ke 12 beberapa dari kami hanya tinggal 1 pelindung lagi. Sherly dan Bella sudah membuka Bra menyisakan celana dalam saja. Payudaranya yang tobrut dan indah menjadi pusat perhatian para cowo. Rian, rangga, dan Beni hanya menyisakan kancut yang terlihat penis mereka mulai mengeras. Penis Rangga dan Beni tercetak sangat jelas menandakan ukurannya yang besar. Sepertinya penis Rian masih kalah besar dari milik mereka berdua karna penisnya tidak begitu tercetak. Terkadang aku melirik ke arah penis mereka dan membuat vaginaku terasa gatal dan mengeluarkan cairan. "Duh rasa ini lagii..." Perasaan ini muncul kembali, rasa yang hanya dapat hilang dengan masturbasi atau bersetubuh dengan lawan jenis. Aku pun tau perasaan ini dinamakan 'horny' karna sempat dibicarakan tadi. Ya, aku mulai horny.

Game ke 13 merupakan kesialan untukku. Aku kalah lagi. Aku bingung harus melepas yang mana. Melepas yang atas maka payudaraku akan terlihat kalau yang bawah maka vaginaku akan terlihat. Para cowo mulai menyemangatiku agar cepat membuat keputusan. Kalo aku melepas celana dalamku nanti aku ketahuan vaginaku sudah banjir. Aku pun melepas sweaterku. Aku sempat malu karna payudaraku tak sebesar milik Bella dan Sherly. Aku menutup kedua payudaraku dengan tangan kiri.
"Buka aja sih Liv gak usah malu2." Ucap Beni.
"Ih punya gue kecil ya malu laah. Kalo gede ya gue gak ragu2 nunjukkinnya." Balasku frontal.
"Oh jadi lu gak mau mamerin tubuh indah lu karna toket lu kecil? Santai aja kali." Ucap Dion. Tubuh indahku? Apakah tubuh ini indah? Ucapan Dion menghapus rasa maluku dan tanganku menyingkir dari payudaraku. Kepalaku tertunduk.
"Santai aja kali Liv, nanti gue bikin gede ya." Ucap Bella berusaha menghiburku.
"Hah? Emangnya bisa? Mau dong! Eh." Aku keceplosan langsung menutup mulutku. Mereka tertawa melihatku keceplosan.
"Yaa bisalah, makanya toket gue gede haha." Ucap Bella sambil tertawa garing.

Permainan berlanjut. Di akhir game ke 16 ini semuanya tinggal menyisakan celana dalam saja. Aku melihat penis cowo2 itu mulai mengeras, aku mulai suka memperhatikan penis2 mereka. Dengan melihatnya membuatku semakin horny. Apalagi penis Dion, aku yakin penis itu lebih besar dibandingkan ke 4 temannya. Vaginaku semakin banjir dibuatnya. Aku dapat melihat ada sedikit bercak cairan di celana dalamku. Game ke 17, semuanya tampak hati2 dalam mengeluarkan kartunya. Tapi kemudian Sherly kalah. Mau tak mau dia harus bugil. Dia pun melepas celana dalamnya. Dapat dilihat vaginanya mengkilap karna mengeluarkan cairan tanda dia sudah horny.
"Wih udah horny aja lu hahaha." Beni meledek Sherly. Muka Sherly memerah.
Di game ke 18 giliran Dion yang kalah. Kami para cewe tak sabar melihat penisnya itu. Ketika terbuka.... Benar... Penisnya mengacung bagaikan tugu monas. Di ujung penisnya mengeluarkan sedikit cairan. Ini pertama kali aku melihat penis dan aku langsung benar2 horny ingin menggaruk vaginaki. Di game ke 19 giliran Bella yang kalah, tapi tampaknya dia sengaja untuk kalah. Mungkin vaginanya gerah kali hahaha. Di game ke 20, Bella kembali kalah. Seperti game ke 19, ia sengaja untuk kalah. Karna dia sudah telanjang bulat, maka dia harus menuruti permintaan sang pemenang, saat itu Beni yang menang.

"Sepongin kontol gue selama 3 menit." Ucap Beni sambil mengeluarkan penisnya yang sudah tegang sempurna. Penisnya l umayan panjang dan besar, tapi penis Dion tetap juara. Bella lalu berdiri dan menghampiri Beni. Kemudian dia duduk bersimpuh dan memegang penis Beni.
"Nyalain dong stopwatchnya." Ucap Bella dengan nada bicara yang manja. Matanya menatap muka Beni sambil mengocok ringan penisnya. Dion lalu membuka hpnya dan menyalakan stopwatch.
"Siap yaa... 3 menit dimulaiii darii.... Sekarang....!!"


Bersambung

Kalo ada kesempatan nanti ane update foto terbaru ya huu... Tapi jangan terlalu berharap yee:D:D
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd