Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Menyusui warga satu desa.

Bimabet
wah apa yg akan terjadi nih sama kaia dan juragan saudara²
nantikan di episode selanjutnya
bye²
 
Lanjutan..
...
Untuk mensiasati rencananya, Juragan pura-pura selesai dengan urusannya, sehingga ia bisa berduaan dengan Kaia yang birahinya sama-sama sedang naiknya.

"Bagus bukunya Kaia?" Ucap Juragan basa-basi.

"Ehh.. Bagus Juragan" Ujar Kaia sambil menahan

"Apa isi bukunya, Kaia?" Tanya Juragan

Kaia tak bisa lagi menahan reaksinya, tiba-tiba ia menjawab secara tak karuan.

"Ahh.. Enak Juragan.." Desah Kaia

Juragan pun menutup pintu ruangannya.

"Apa yang enak, Kaia?" Goda Juragan

"Ahh.. Ahh.. Ahh.. " Desah Kaia

"Kenapa bukunya basah Kaia?" Goda lagi Juragan

"Ahh.. Ahh.. Ahh.. Susuku.. Enak.."

Kaia meracau tak karuan, suara desahannya pun semakin besar, mungkin ini remasan terenak pada buah dadanya.

Saat nafsu sedang tingginya, tiba-tiba efek dari asap cerutu itu menghilang.

"Ahh.. Kenapa berhenti?. Kaia mau lagi.. " Ucap Kaia seperti orang mabuk.

Kesempatan itu tak dilewatkan Juragan Karsim, ia langsung mendekat Kaia lalu langsung meremas payudaranya dengan nafsu.

"Wahh gede banget nih tetek". Ucap Juragan

"Ahh.. Pak jangan.. Jangan.. Enak Pak.. " Ucap Kaia

Juragan terus meremasnya, sesekali melintir pentil Kaia dari luar kain. Kaia dibuat belingsatan karenanya. Juragan meremas dengan berbagai variasi seperti mengurut, menepok sesekali menarik pentilnya.

Lalu tanpa aba-aba Juragan menurunkan kain Kaia. Sehingga nampaklah buah dada jumbo milik Kaia dengan pentil kecoklatan.

"Jangan Pak.." Ujar Kaia dengan sisa kesadarannya untuk menghentikan itu.

"Sudah basah gini, sayang susunya mubazir" Ucap Juragan langsung mencaplok pentil sebelah kanan.

Cup.. Slurrpp..

"Sudah Pak.. Ahh.. "

Juragan semakin bernafsu, ia menguatkan hisapannya, membuat Kaia mendesah dengan kencang.

"Akhhhhhhhhhhh..... " Desah Kaia

Mulut juragan berpindah ke susu sebelahnya, lidahnya memainkan pentil Kaia, dijilat-jilatnya pentil Kaia, kadang digigit kecil membuat Kaia sedikit meringis kesakitan. Pipi juragan kembang-kempis saat menhisap susu Kaia. Tak lupa tangannya juga bergerilya di susu sebelahnya.

"Ahh.. Enak.. Kuat lagi Mas.. "

Racau Kaia tak karuan sampai memanggil juragan; Mas.

Juragan lalu melepaskan mulutnya dari Buah dada Kaia. Kemudian kedua tangannya meraih buah dada Kaia lalu ia lakukan gerakan seperti mengurut secara kuat hingga ASI Kaia muncrat ke muka Juragan dengan derasnya.

"Enak bener nih susu" Ujar Juragan.

Dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara ibu-ibu yang selesai memetik teh. Lalu anak buahnya yang bersiaga di depan gudang langsung mengabari ke ruangan Juragan dari luar pintu.

*tok *tok *tok

"Juragan, Ibu-Ibu sudah jalan kesini" Teriak Anak buahnya.

Juragan menghiraukan peringatan itu, ia terus menyusu ke Kaia. Kaia yang tersadar dengan sisa tenaganya ia mendorong Juragan menjauh dari tubuhnya.

Lalu Kaia langsung memakai kembali kainnya dan merapikan rambutnya lalu bergegas pergi tanpa sepatah kata pun. Namun Juragan memperingatkan Kaia.

"Kaia, jangan kasih tau siapa-siapa, kalo ga mau nenekmu dipecat" Ujar Juragan

Kaia berhenti sekejap mendengar ucapan Juragan, lalu langsung berlalu dari sana sebelum Ibu-Ibu mencapai gudang.

Kaia lalu berlari sambil menangis. Ia langsung menuju ke sungai di belakang rumahnya.

"Huuu... Huuu.. Kenapa dengan diriku?" Ucap Kaia kesal sambil menangis

"Huuu.. Huuu.. Kenapa aku begitu menikmati?"

Kaia langsung menyeburkan badannya ke sungai sambil terus menangis. Dengan dinginnya air sungai, Kaia mencelupkan mukanya lalu teriak di dalam air

Tak ingin berlarut-larut, sekiranya suasana hatinya sudah tenang, akhirnya Kaia kembali ke rumahnya.

"Eh Neng udah pulang, kenapa basah?" Tanya Neneknya dengan heran

"Tadi pas cuci kaki di sungai terus kepeleset hehe" Ujar Kaia

"Yaudah ganti pakaian kering sana" Ucap Nenek

"Iya Nek" Ucap Kaia

Kaia masuk rumah langsung mengelap badannya lalu mengganti kainnya yang basah. Kemudian beristirahat.

Bersambung...
 
Bagian V: Sebuah Kesalahan
...

Keesokan harinya, sekitar jam 4 sore, Kaia kedatangan kedua sahabatnya yaitu Sinta dan Meri. Mereka mengajak Kaia untuk makan buah-buahan di kebun Bapak Meri di desa.

"Nek, Kaia izin pergi main dulu ya" Ucap Kaia.

"Yaudah, ingat sebelum gelap sudah pulang" Ujar Neneknya

"Siap Nek" Ujar Kaia

"Kami pamit Nek" Ucap Sinta dan Meri.

Sebelum pergi, Kaia membawa tas dari bahan kain berisi airMereka pun berjalan menuju desa. Sambil berbincang dan bercanda satu sama lain. Kaia memiliki sahabat yang baik hati dan selalu mengerti satu sama lain.

Diantara mereka bertiga, Sinta lah yang nasibnya kurang beruntung. Sinta tinggal di sebuah rumah kecil sederhana yang ditinggali bersama keluarganya. Sedangkan Meri merupakan anak dari tetua adat yaitu Mbah Sukun. Hidupnya sejahtera.

Sinta berumur 21 tahun memiliki perawakan kurus dan wajah yang manis, dadanya rata, dan rambutnya ikal. Sedangkan Meri bertubuh gempal, pendek, memiliki pantat yang besar dan lebar, buah dadanya cukup berisi, berambut lurus sebahu serta kulitnya putih bersih. Meri juga berumur 20 tahun sama dengan Kaia.

Walau dari latar belakang yang berbeda-beda, namun mereka tetap bersahabat dengan baik.
...

Akhirnya setelah berjalan sekitar 10 menit, mereka sampai di kebun milik Mbah Sukun yang merupakan ayah dari Meri.

Sesampainya disana mereka langsung mulai memetik buah stroberi dan pepaya.

"Liat Kaia, ini ukuran pepayanya, masih gedean tetekmu haha" Canda Sinta

"Lah daripada kamu Sinta, masih gedean Stroberi ini hahahaha" Sahut Meri

Mereka saling menertawakan satu sama lain. Suasananya sangat cair diantara mereka bertiga. Di rasa cukup memetik buahnya, mereka lalu membungkusnya dengan kain, lalu berniat untuk memakannya bersama di tepi sungai.

Tak jauh dari kebunnya, ada sebuah sungai di dekat desa yang alirannya lebih luas dibanding sungai kecil di belakang rumah Kaia. Sungai itu merupakan sumber kehidupan bagi desa. Lalu mereka pun duduk di atas batu besar yang terletak ditepian sungai. Kemudian Kaia mulai mengupas pepaya hasil mereka tadi dengan pisau kecil yang Meri bawa.

"Jadi gimana rasanya kamu Kaia, saat netekin seluruh warga desa?" Tanya Meri

"Iya gitu, susah jelasinnya" Jawab Kaia

"Yaa gimana Kaia?. Sakit?. Enak?. Atau apa?" Ucap Sinta

"Hmm.. Rasanya.. sakit dan nikmat, udah ah malu.." Ucap Kaia dengan muka memerah.

"Ciee ketagihan nih.. " Ucap Sinta

"Coba kami mau liat lagi tetekmu, Kaia." Pinta Meri

"Udah ah malu, nanti ada orang" Ucap Kaia

"Yahh ngapain malu, kan semua orang juga udah liat pas malam ritual, lagian juga disini sepi" Ucap Meri

"Yaudah.. bentar aja ya tapi." Ujar Kaia

Kaia lalu menaruh pisau dan pepayanya diatas batu. Lalu tangannya menurunkan kainnya.

"Kok bisa segede gini ya, heran" Ucap Sinta sambil meraba buah dada Kaia

"Dan juga kamu kok bisa ngeluarin ASI pas ritual kemarin?" Tanya Meri penasaran

"Ohh itu gara-gara aku dipaksa minum setiap hari ramuan dari Bu Ambar pas tinggal di sanggar kemarin" Ucap Kaia

"Ohh gitu, kirain kamu hamil karena dicolok cowo haha" Canda Meri

"Engga lah, aku ga berani, aku masih perawan" Ucap Kaia

"Yee.. Emangnya kamu Mer, dicolok terus tapi ga dinikahin juga sampe sekarang haha" Ujar Sinta

"Bajingan kamu Sinta, awas ya, liat aja nanti mamasku juga bakal nikahin aku, begituan enak tau, wekk.." Ucap Meri

"Udah-udah jangan berantem." Ujar Kaia

"Oh iya Kai, itu ramuan apa kamu minum emangnya? Kasih tau dong, aku mau juga biar gede" Tanya Sinta

"Aku ga tau Sin, coba kamu tanyain langsung ke Bu Ambar" Ucap Kaia

"Pfftt.. Si tepos mau juga punya tetek gede haha" Canda Meri ke Sinta

"Terserah aku dong, dasar Meri gembul" Ejek Sinta ke Meri

"Yehh.. Dasar cungkring.." Ejek balik Meri

"Udah-udah ah, tuh ada orang datang mau mandi" Ujar Kaia sambil menutupi kembali buah dadanya.

Sekitar pukul 5 sore, sungai mulai rame didatangi Ibu-Ibu yang hendak mandi. Memang tempat mereka bertiga duduk merupakan sisi bagi perempuan untuk mandi, sedangkan pria sedikit ke bagian hilir sungainya.

...
 
Sekitar belasan wanita mandi disana mulai dari yang muda hingga tua. Melihat buah-buahan mereka masih banyak, sedangkan mereka sudah kenyang. Kaia berinisiatif memberikan sisa buahannya ke Ibu-Ibu yang sedang mandi.

"Permisi Bu-ibu, ini ada pepaya sama stroberi, barangkali ada yang mau silakan" Tawar Kaia dengan lembut.

"Terima kasih Kaia cantik" Ucap salah seorang perempuan paruh baya.

Beberapa ada yang mengambil, ada juga yang menolak. Namun ada salah satu Ibu-ibu yang ketus terhadap Kaia.

"Dihh.. Ga sudi makan buah-buahan dari pelacur."
Ketus salah satu wanita bernama Tuti.

Suasana di sungai jadi hening lalu pandangan semua fokus ke Kaia. Bu Tuti merupakan warga datangan yang baru setahun di desa itu. Perawakan Bu Tuti bertubuh tinggi dan gempal. Bu Tuti umurnya lebih tua 20 tahun dari Kaia. Karena itu Kaia mencoba selalu mengalah dan berbicara dengan sopan.

"Kenapa Ibu mengatakan saya pelacur Bu? Emang salah saya apa sama Ibu?" Ucap Kaia

"Salah kamu apa?! Kamu ga liat semua lelaki di kampung ini tergila-gila sama kamu termasuk suami saya, suami saya pas menyusu sama kamu begitu bernafsu, pas berhubungan intim sama saya loyo, ga bernafsu sama sekali"
Ujar Bu Tuti yang iri dan emosi.

"Saya hanya menuruti aturan di kampung ini untuk ritual itu, Bu. Saya ga ada niatan sama sekali menggoda suami Ibu serta lelaki lain di kampung ini" Ucap Kaia

"Terus kenapa kamu seperti keenakan pas tetek sapimu itu diremas dan dihisap suami saya hah" Ujar Bu Tuti

"Jawab!" Tambahnya.

"Maafin saya Bu, saya sudah berusaha menahannya, tapi sulit Bu, karena area sensitif saya disentuh." Ucap Kaia

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Kaia.

"Sini kamu, dasar pelacur!" Ucap Bu Tuti

Bu Tuti Menarik Kaia ke rerumputan di tepian sungai. Kaia hanya bisa pasrah, ia tak bisa melawan. Karena tenaga Bu Tuti lebih besar dari Kaia karena badannya gempal. Bu Tuti langsung menarik-narik kain Kaia hingga diloloskan ke bawah, akhirnya Kaia hampir telanjang, hanya menyisakan celana dalamnya saja. Karena sudah keterlaluan, para sahabat Kaia mencoba menolongnya.

"Nihh area sensitifmu.. enak hah? Ujar Bu Tuti sambil meremas dengan kuat payudara Kaia.

"Aww sakit Bu, ampun Bu" Ujar Kaia

"Masih muda tetek kayak wewe gombel gini, jadi heran kenapa suamiku bisa suka sekali" Keluh Bu Tuti sambil menarik-narik pentil Kaia.

Dari belakang, Meri langsung mendorong Bu Tuti hingga terjatuh, Kaia langsung di tarik Sinta lalu ia peluk untuk memberikan rasa aman ke Kaia. Ibu-Ibu lainnya baru ikut membantu setelah inisiatif dari para sahabat Kaia. Meri dan Bu Tuti pun adu mulut hingga dihentikan oleh Bapak-bapak yang baru pulang dari mandi. Mereka pun bubar, Kaia diantarkan pulang oleh sahabat-sahabatnya.

Kejadian itu pun jadi heboh di desa itu, ada yang bersimpati dan merasa kasihan ke Kaia. Dan ternyata masih ada juga yang mendukung Bu Tuti dengan alasan yang sama yaitu merasa iri dan cemburu ke Kaia.

Akhirnya kejadian itu terdengar ke telinga tetua adat setelah anaknya, Meri melaporkan kejadian itu. Sehingga Mbah Sukun sebagai tetua adat langsung memanggil Bu Tuti dan Kaia untuk ditanyakan permasalahannya dari kedua sisi secara langsung di balai adat.

Saat itu, Kaia yang masih syok dan harus ditenangkan dulu oleh neneknya. Sehingga untuk pertemuannya akan diadakan besok malam demi kebaikan Kaia.
...
 
mantap sekli hu cerotanya
ada intrik sesama warga desa karena iri dan cemburu sama kaia
 
Makasih suhuuuuu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd