Bagian V: Sebuah Kesalahan
...
Keesokan harinya, sekitar jam 4 sore, Kaia kedatangan kedua sahabatnya yaitu Sinta dan Meri. Mereka mengajak Kaia untuk makan buah-buahan di kebun Bapak Meri di desa.
"Nek, Kaia izin pergi main dulu ya" Ucap Kaia.
"Yaudah, ingat sebelum gelap sudah pulang" Ujar Neneknya
"Siap Nek" Ujar Kaia
"Kami pamit Nek" Ucap Sinta dan Meri.
Sebelum pergi, Kaia membawa tas dari bahan kain berisi airMereka pun berjalan menuju desa. Sambil berbincang dan bercanda satu sama lain. Kaia memiliki sahabat yang baik hati dan selalu mengerti satu sama lain.
Diantara mereka bertiga, Sinta lah yang nasibnya kurang beruntung. Sinta tinggal di sebuah rumah kecil sederhana yang ditinggali bersama keluarganya. Sedangkan Meri merupakan anak dari tetua adat yaitu Mbah Sukun. Hidupnya sejahtera.
Sinta berumur 21 tahun memiliki perawakan kurus dan wajah yang manis, dadanya rata, dan rambutnya ikal. Sedangkan Meri bertubuh gempal, pendek, memiliki pantat yang besar dan lebar, buah dadanya cukup berisi, berambut lurus sebahu serta kulitnya putih bersih. Meri juga berumur 20 tahun sama dengan Kaia.
Walau dari latar belakang yang berbeda-beda, namun mereka tetap bersahabat dengan baik.
...
Akhirnya setelah berjalan sekitar 10 menit, mereka sampai di kebun milik Mbah Sukun yang merupakan ayah dari Meri.
Sesampainya disana mereka langsung mulai memetik buah stroberi dan pepaya.
"Liat Kaia, ini ukuran pepayanya, masih gedean tetekmu haha" Canda Sinta
"Lah daripada kamu Sinta, masih gedean Stroberi ini hahahaha" Sahut Meri
Mereka saling menertawakan satu sama lain. Suasananya sangat cair diantara mereka bertiga. Di rasa cukup memetik buahnya, mereka lalu membungkusnya dengan kain, lalu berniat untuk memakannya bersama di tepi sungai.
Tak jauh dari kebunnya, ada sebuah sungai di dekat desa yang alirannya lebih luas dibanding sungai kecil di belakang rumah Kaia. Sungai itu merupakan sumber kehidupan bagi desa. Lalu mereka pun duduk di atas batu besar yang terletak ditepian sungai. Kemudian Kaia mulai mengupas pepaya hasil mereka tadi dengan pisau kecil yang Meri bawa.
"Jadi gimana rasanya kamu Kaia, saat netekin seluruh warga desa?" Tanya Meri
"Iya gitu, susah jelasinnya" Jawab Kaia
"Yaa gimana Kaia?. Sakit?. Enak?. Atau apa?" Ucap Sinta
"Hmm.. Rasanya.. sakit dan nikmat, udah ah malu.." Ucap Kaia dengan muka memerah.
"Ciee ketagihan nih.. " Ucap Sinta
"Coba kami mau liat lagi tetekmu, Kaia." Pinta Meri
"Udah ah malu, nanti ada orang" Ucap Kaia
"Yahh ngapain malu, kan semua orang juga udah liat pas malam ritual, lagian juga disini sepi" Ucap Meri
"Yaudah.. bentar aja ya tapi." Ujar Kaia
Kaia lalu menaruh pisau dan pepayanya diatas batu. Lalu tangannya menurunkan kainnya.
"Kok bisa segede gini ya, heran" Ucap Sinta sambil meraba buah dada Kaia
"Dan juga kamu kok bisa ngeluarin ASI pas ritual kemarin?" Tanya Meri penasaran
"Ohh itu gara-gara aku dipaksa minum setiap hari ramuan dari Bu Ambar pas tinggal di sanggar kemarin" Ucap Kaia
"Ohh gitu, kirain kamu hamil karena dicolok cowo haha" Canda Meri
"Engga lah, aku ga berani, aku masih perawan" Ucap Kaia
"Yee.. Emangnya kamu Mer, dicolok terus tapi ga dinikahin juga sampe sekarang haha" Ujar Sinta
"Bajingan kamu Sinta, awas ya, liat aja nanti mamasku juga bakal nikahin aku, begituan enak tau, wekk.." Ucap Meri
"Udah-udah jangan berantem." Ujar Kaia
"Oh iya Kai, itu ramuan apa kamu minum emangnya? Kasih tau dong, aku mau juga biar gede" Tanya Sinta
"Aku ga tau Sin, coba kamu tanyain langsung ke Bu Ambar" Ucap Kaia
"Pfftt.. Si tepos mau juga punya tetek gede haha" Canda Meri ke Sinta
"Terserah aku dong, dasar Meri gembul" Ejek Sinta ke Meri
"Yehh.. Dasar cungkring.." Ejek balik Meri
"Udah-udah ah, tuh ada orang datang mau mandi" Ujar Kaia sambil menutupi kembali buah dadanya.
Sekitar pukul 5 sore, sungai mulai rame didatangi Ibu-Ibu yang hendak mandi. Memang tempat mereka bertiga duduk merupakan sisi bagi perempuan untuk mandi, sedangkan pria sedikit ke bagian hilir sungainya.
...