Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mid-Life Love Story

Halo suhu-suhu, berhubung besok weekend dan ga bisa aktif, ane update sekarang Ya. Have a nice weekend All.

Cheers & Enjoy sex...

Night club seputar poppy’s lane ditumpuki manusia-manusia yang berseliweran. Makin redup makin hidup.

Diantara riuh rendah itu, lima orang bersila di emper jalan, tiga berhadadapan dengan dua membentuk lingkar kecil. Kaleng bir di hadapan masing-masing, dengan selinting yang sedang dioper bergantian.

Bukan pemandangan aneh disini. Muda-mudi ini dengan mudah membaur ditengah keriuhan ini. Yah paling tidak tiga diantaranya. Dua yang lain kelihatan anomali.

Lucu juga dua anomali ini. Yang cowok - kita panggil aja anomali cowok – dengan tubuh ga gitu tinggi dan wajah keayuan, mencoba keliatan selenge-an. Tapi T-shirtnya terlalu bersih dan bermerek. Sobekan di jeansnya jelas disayat. Beda dengan sobekan di jeans tiga yang lain yang terbentuk alamiah alias emang udah butut.

Anomali kedua, cewek. Kita panggil aja anomali cewek ya. Yang ini asli jauh dari kesan amburadul. Wajahnya tirus cantik. Ga gitu tinggi tapi sensual dengan bentuk tubuh angka 8 kebalik (bunderan kecilnya di bawah gitu). Mengenakan sundress tanpa lengan sepanjang lutut bermotif bunga, bisa dipastiin dia udah biasa nangis pas jadi sasaran siulan dan gombalan cowok dan cewek.

Tiga orang muda-mudi yang bersila dihadapan duo anomali jelas penghuni daerah sini. Masing-masing memakai t-shirt dan jeans belel merek ga jelas.

Cowok item paling kanan berahang keras bermuka garang dengan rambut mohawk dicat ijo, sementara cowok paling kiri berkulit kuning, mata rada sipit dan kunciran.

Diantara dua cowok itu, seorang cewek tomboy berambut pendek duduk tenang. Wajah indo cantiknya dihiasi tindik 2 buah anting di masing-masing telinga 1 buah di idung, dan 1 lagi yang ga keliatan di udelnya. Yang ini udah jelas sering nyuitin cewek cantik dan nabokin cowok yang berani nyuitin dia.
“udah pada sering party ga lo pade, men?” Anomali cowok bertanya pada Gerombolan tiga orang di depannya sambil mengoper lintingan yang masih setengah.

Yang ditanya nyengir saling pandang dan mengangguk-angguk.

“Gue dah pengen nih.” kata si anomali cowok merangkul anomali cewek disebelahnya.

Yang dirangkul menatap kosong dengan mata sayu dan senyum lebar. Gerakannya asal, tak peduli lagi sun dressnya terangkat jauh menampakkan paha putih berbulu tipis yang mulus tanpa cacat.

Anomali pertama makin agresif. Tangannya mulai nakal menjelajah lubang lengan samping sun dress sang pacar, meremas gundukan sekal di dalamnya memaksa pasangannya mengernyit jengah sebelum akhirnya pasrah.

“Udah on nih Man. Kok belum nongol sih.” Anomali cowok udah kebelet.

“Lu, telpon dulu deh, dia udah dimana.” Si tomboy menyikut cowok garang disebelahnya.

Yang disenggol lalu menarik hp kecil dari sakunya dan mulai menelepon sebentar.

“Bos, hotel lo dimana?” si garang menanyakan pada si anomali cowok yang kemudian menyebut nama sebuah resort terkenal di seminyak lengkap dengan nomer villanya.

“Tajir dong Lo.” Si Garang bersiul sejenak mendengar nama resort yang terkenal mahal itu dan meneruskan info itu ke seberang telepon sebelum memflip tutup HPnya.

“Dia nyusul aja. Masih nunggu orang yang mau bawain titipan Lo.” Si garang menjelaskan.

“Loh, belum ya? Penting tuh.” Anomali cowok keliatan agak gelisah.
Kemudian dia beranjak menjauhi lingkaran untuk menelepon.

“Nitit.. eh nitip apa sih si Ayang?” anomali cewek yang ditinggal bertanya pada tiga pemuda di hadapannya dengan suara belel sambil terkekeh. Udah tinggi.

“Lah, katanya buat Lo say? Ga tau deh apa.” Si tomboy menjawab sambil menarik sundress yang udah keangkat jauh agar kembali menutupi isinya, diiringi protes kedua setan disebelahnya yang udah daritadi ngaceng dapat pemandangan mulus gratis.

“Iih aku mau dikasih surprise sama Ayang” si cewek girang sambil menggoyang badan membuat isi sundressnya ikut bergoyang. Dua setan di depannya jadi ikut girang, kepala mereka ikut goyang.

Anomali cowok balik ke lingkaran dan duduk di sebelah yang cewek. Mukanya terlihat lega.

“Amaan. Bentar lagi ketemu ama teman kamu.” Anomali berkata pada si garang yang Cuma mengacung jempol.

“Ayang mau ngasih aku surprise apa sih?” anomali cewek nanya dengan nada manja pada yang cowok.

“Hah, kok bisa tau?” si cowok noleh kiri kanan karena ternyata belum ngomong apa-apa sama si cewek.

Si tomboy cuma bisa senyum kecut sambil mengatup tangan di dada sambil mulutnya bilang sori tanpa suara.

“Ngg, ada deh. Ntar aja dikasihnya. Tapi kamu pasti suka.” Anomali cowok nyengir.

“Cabut yok.” Anomali cowok berkata, menggandeng yang cewek, sebelum mengangguk pada yang lain berjalan ke arah jalan besar mencari taksi.

Ketiga kawan barunya berjalan pelan dibelakang kedua anomali.

“Emang surprisenya apa si?” si kuncir bertanya pada si garang.

“Auk dah. Lonte bukannya lebih suka hard cash?” si garang nyaut bingung. Omongannya suka ga difilter emang.

“Emang dia lonte?” si tomboy bertanya.

“Abis siapa? Pacarnya?” tanya si kuncir

“Ya kalo pacar si wajar dikasih surprise. Perhiasan kali. Cewek kan sukanya itu.” Si garang membalas mengerdikkan bahu.

“Gue ga suka perhiasan.” Kata si tomboy.

“Lo sukanya m*mek. Dasar lesbi” Si kuncir ngakak sedetik terus mengaduh kena sikut si tomboy.
Ketiganya tertawa.

“Apa ya surprisenya?” si tomboy berkata lagi masih penasaran.

Ga ada jawaban. Dan akhirnya ga ada yang peduli saat mereka menaiki taksi.

Emang cuma dua orang yang tau. Pertama si anomali cowok yang mesen, yang kedua adalah temen mereka yang tadi pergi duluan nyariin semua pesanannya.

Cewek tomboy dan tiga temannya bekerja sebagai house band di salah satu night club yang cukup ternama di daerah Poppy’s lane. Sudah lazim bagi mereka untuk diajak party oleh tamu berduit yang suka permainan mereka.

Seperti beberapa jam lalu saat mereka sedang break di bar counter setelah selesai shift dan didatangi si anomali yang akhirnya ngobrol panjang sama frontman mereka yang gondrong. Kelihatannya seru karena mereka berdua akhirnya berpindah lokasi ngobrol.

Tak lama si gondrong balik mengabarkan bahwa mereka diajak party sama tamu tajir di seminyak.
“Party apa party?” tanya si kuncir pada si gondrong. Yang ditanya nyengir membuat kawannya si sangar ikut nyengir.

Sex, drugs and rock ‘n roll malam ini!

Si kuncir dan garang kemudian menatap cewek tomboy yang masih stay cool menyeruput bloody mary di depannya.

Merasa diperhatikan, si tomboy melirik.
“Emoh gua sendirian. Bisa mampus sama kalian. Belum lagi si cebol.” Kata tomboy cuek, sempat-sempatnya ngeledek tamu tajir tapi pendek yang ngajakin mereka party.

Si gondrong memperlihatkan segepok duit di tangannya.

“Gua lagi disuruh nyari ‘temen’ buat kita semua. Ditambah uncle jack dan kawan-kawannya.” Si gondrong jumawa.

Temen spesial alias escort girl. Melihat gepokan di tangan si gondrong, udah kebayang yang datang pasti high-class.

Jadilah tiga cowok mupeng menatap berharap pada si tomboy yang akhirnya memutar bola matanya dan mengangguk setuju.

Tiga makhluk horny bersorak karena yang keempat setuju. Minus satu orang, keempatnya ga bakal ikut. Sekuat itu persaudaraan mereka.

“Tapi gue mau private session sama Lo.” Kata si tomboy menunjuk si gondrong.

“Siiaap.” Jawab si gondrong jumawa menatap teman-temannya yang manyun sebelum kabur mencarikan titipan si tamu tajir

“Setelah itu kalian gue kocok deeh.” Si tomboy mengerdip pada dua kawannya yang lain. Tetep masih manyun.
-----

Aroma seks menyatu dengan asap cannabis dan alkohol di setiap ruangan dalam villa mewah sebuah Resort Internasional terkenal di seminyak.

Suara Chris Robinson mengalunkan cover lagu Ottis Redding menggaung melalui speaker mahal yang terpasang di setiap sudut villa, memastikan semua orang bisa menikmati suguhan musik secara merata.

Temaram lampu menyinari dua tubuh yang sedang asyik memuaskan hasrat di sofa panjang ruang tengah villa.

Yang gondrong bertubuh atletis berada diatas gadis tomboy berwajah indo dengan mata menatap sayu ke atas. Kakinya membelit erat ke pinggul si gondrong yang harus menurunkan sebelah kaki berlutut di permadani karena ukuran sofa yang kurang memadai.

Tiap kali si gondrong menggerakkan k*ntolnya ke m*emek si tomboy, si tomboy dipaksa mengerang melepas nikmat m*emeknya yang terasa kepenuhan.

Lalu mata si tomboy menyipit. Bibir bawahnya digigit kencang.
“Ngggghhh” si tomboy mengerang panjang merasakan desakan di dalam m*emeknya.

Si gondrong yang juga merasakan kedutan kecil dari m*emek si tomboy tersenyum nakal dan menarik k*ntolnya menyisakan helmnya masih di dalam m*emek si tomboy membuat si tomboy melotot terlongo

“Eeh, Don’t stoo..huuunggh” belum selesai si tomboy berkata, si gondrong mendorong keras k*ontolnya kembali masuk full membuat si tomboy menarik tubuh si gondrong dalam pelukannya sambil mengatup mata erat merasakan orgasmenya tiba.

Dasar si gondrong usil, orgasme itu didobel dengan mencolokkan jari tengahnya ke an*s si tomboy. Untung lubang itu sudah basah karena lelehan cairan cinta si tomboy yang luber berlebih saat ia orgasme.

Si tomboy terbelalak menatap wajah tampan usil si gondrong di hadapannya yang tersenyum dan mulai menggerakkan kembali kontol dan jarinya di dua lubang kenikmatan si tomboy.

“Aah. Fuck you. No, fuck me. Gue sampe lagi. Njiing…” si tomboy kelojotan merasakan desakan orgasme keduanya.

Si gondrong cepat-cepat mencabut kontolnya membiarkan cairan orgasme si tomboy menyemprot perut dan dadanya.

“Noo.” Si tomboy bergerak cepat mencari batang yang hilang, menariknya dan cepat mengarahkan ke memeknya.

Si gondrong tahu persis yang diinginkan oleh si tomboy dan kemudian perlahan memasukkan kontolnya sampai kembali memenuhi memek si tomboy diiringi desah leganya.

Si gondrong lalu mendekatkan bibirnya ke bibir si tomboy dan melumat bibir ranum yang menantang itu.

Si tomboy merespon lumatan si gondrong sejenak sebelum membuka mata dan melepas ciuman mereka.

Si gondrong paham dan mengingat aturan tanpa-ciuman mereka.
‘Coital only. Feeling not included’ kata si tomboy. Wajar sih.

“Lo lesbi paling plin plan yang pernah gua temui.” Si gondrong berkata sambil berdiri tegak mengurut lututnya yang pegal karena lama menjejak lantai.

“Gue juga masih butuh k*ntol tau.” Si tomboy menyisir rambut pendeknya yang acak-acaoan dengan tangan ke belakang. Gaya tomboynya suka refleks keluar.

Si gondrong mengernyit melihat itu, dan si tomboy tertawa, paham benar kawannya benci melihatnya merapihkan rambut setelah seks dengan gaya lelaki.

“Gue gigolo Lo dong Net.” Si gondrong berkata sambil berjalan menyalakan rokok dan duduk di sebelah kawannya yang tomboy.

“Sex buddies sayang, bukan gigolo.” Kata Anette si tomboy menyenderkan kepala di bahu si gondrong. Mencoba meresapi peran feminim yang cuma bisa hadir setelah ng*ntot dengan si gondrong. Itu juga sesaat.

“Lo belon keluar kan, sini deh” kata si tomboy kembali pada jati diri tomboynya meraih k*ntol si gondrong.

“Emoh gua disepong cowok.” Si gondrong berkata usil merasakan kembalinya aura macho Anette. Bercanda tentu. Dan mereka tertawa bersama.

“Phuah. Kentut lu ya Tom. Kimbek Lu.” Teriakan terdengar dari kamar di belakang mereka, diikuti tawa panjang. Ini pasti si kuncir dan si garang lagi foursome sama dua escort high-class pesanan si anomali tajir.

Kayanya si kuncir yang ahli kentut iseng lagi. Tuh orang asli unik. Kentutnya bisa diatur timingnya. Bau lagi. Hahaha

Pintu kamar terbuka dan empat tubuh telanjang keluar, dua cewek mendului cowok garang - tiga-tiganya memencet hidung – satu lagi dibelakang ketawa ngakak memegang perut.

“Setan Lu Tom” si garang menyepak sambil menyumpah-nyumpah. Yang disepak menghindar mudah sambil terus tertawa.

Akhirnya keenamnya duduk di lantai dan sofa. Si garang yang masih penasaran belum selesai duduk di sofa sambil melirik ke Anette si tomboy nagih servis yang dijanjikan tadi di night club

Anette Cuma muterin mata dan malah menarik escort girl langsing toge di sebelahnya ke dalam pelukannya untuk dicium mesra. Escort Toge bernama Santi yang memang dasarnya AC/DC menyambut hangat ciuman itu.

Si garang Cuma bisa melongo dan akhirnya berpaling ke escort girl satu lagi yang berdiri bersedekap menatap.

“Vi, yuk.” Pinta si garang.
Escort girl kedua si Viny memeletkan lidah.

“Tadi aja semangat sama saya. Liat yang bening dikit, lupa. Dasar badak.” Yuni komen sadis sambil berpaling pada Tomi yang sumringah langsung ambil posisi berbaring diatas permadani menunggu Yuni memposisikan diri diatasnya.

Jadilah si garang melongo menyaksikan pemandangan Anette lagi memfinger Santi sementara Yuni udah asyik ngebor diatas Tomi yang terkentuk-kentut karena keenakan. Untung kali ini ga bau.

“Masa gua mesti coli” si garang menghempaskan punggung ke sofa dan akhirnya mulai coli dengan antusiasme minim.

“Minum aja dah brah” si gondrong menyodorkan Jack D yang langsung disambar dan ditenggak oleh si garang.

“Loh Elize mana?” kata si gondrong lirik kiri kanan mencari escort girl ketiga.

Sesuai pesanan anomali cowok, si gondrong emang disuruh cari 3 escort high class, beli whisky sama ambil pesanan pil dari kenalan si anomali. Obat kuat kayanya. Surprise buat si anomali cewek yang kalo aja ga mabok pasti udah tengsin abis karena dikiranya mau dikasih kado.

Yang dua ada disini, si Elize pasti lagi threesome bareng si anomali dan cewenya.

Si gondrong terkekeh, cocok dah butuh obat kuat. Diantara tiga escort yang dibawanya, Elize yang punya sex drive paling tinggi.

“Napa lu nyengir sendiri” si garang bertanya pasa si gondrong.
Belum sempat menjawab, pintu kamar utama terbuka dan Elize berjalan keluar tergopoh-gopoh sebelum akhirnya menatap ai gondrong yang berdiri si tengah ruangan telanjang dengan k*ntol yang menggantung.

Elize menatap berbinar dan berjalan cepat ke arah si gondrong.

“Kenapa Liz?” si gondrong bertanya bingung.

“Bos lo sibuk sendiri. Gue horny. Fuck me!” jawabnya singkat sambil melempar tubuh ke pelukan si gondrong.

Owalah, unfinished business toh. Si gondrong nyengir.

Tapi belum sempat si gondrong memeluk balik, bahunya ditowel dari belakang.

Si gondrong menoleh dan melihat pemandangan menyayat hati di belakangnya.

Si garang menatap penuh harap sambil mengocok k*ontolnya yang dari tadi minta pelepasan. Mata anak kucing kalah deh.

Si gondrong akhirnya mengalah dan melepas pelukan Elize yang masih mencoba mempertahankan, merasa sayang melepaskan si gondrong. Masalah ukuran kayanya.

Akhirnya jadilah si garang dengan semangat 45 menggenjot elize dalam posisi doggy. Ga pake permisi atawa pemanasan, langsung tancep dengan RPM tinggi.

Si Elize melenguh juga dibuatnya.

Akhirnya si gondrong duduk lagi di sofa menenggak botol JackD yang masih setengah.

“Eh Liz, obat kuatnya si bos ga berfungsi yah?” si gondrong teringat. Heran juga karena si Elize sampe bisa ga dapat jatah.

“Hmmph, obat… mmph yang mana?” Elize menjawab diantara rojokan si garang.

“Lah tadi gue kan bawain pil pesanan dia” kata si gondrong bingung.

“Buat…nnghaaah..Cewenya itu… woi, itu pantat gue!” Elize nyahut sambil menepis tangan si garang yang gagal coba menstimulasi Elize di an*snya. Gimana berhasil coba ga dilumasi main tancep aja.

“Lah cewenya emang butuh obat kuat?” si gondrong makin bingung.
Elize ganti posisi sekarang. Si garang dipaksa berkejat menerima goyang pantat Elize diatasnya.

“Bukan obat kuat itu.” Elize akhirnya menjawab diantara goyangannya.

Lah abis obat apa dong? Perangsang kali ya.
Tak puas dengan jawaban Elize, si gondrong yang penasaran berdiri dan berjalan ke arah pintu kamar utama tempat anomali dan ceweknya berada.

Tak urung si gondrong bersiul mendapat pemandangan erotis di depan matanya.

Si Anomali sedang berlutut diantara paha ceweknya yang mengangkang, menjilat m*emek pastinya.

Gadis ini cantik. Matang dengan body semok. T*ketnya yang besar berguncang digoyang jilatan kasar si anomali cowok.

Si anomali akhirnya sadar ada yang ngeliatin dan menegakkan tubuh

Tak ingin mengganggu, si gondrong melangkah mundur sambil bilang sorry.

“Gabung yok sini” kata si anomali.
Si gondrong emang belom selesai sama si tomboy, memutuskan melangkah mendekat menaiki kasur dan berlutut si samping gadis cantik yang berbaring pasrah di hadapannya.

Si anomali kembali sibuk menjilati memek si gadis saat si gondrong yang udah horny mengocok k*ntolnya dan mengelus pipi si gadis dan mencoba menarik perhatiannya.

Tapi si gadis hanya mengguman dan membalikkan kepala membuka mata setengah.

Si gondrong makin penasaran dan memasukkan paksa k*ntolnya ke mulut si gadis sambil memejamkan mata.

Gadis itu kembali menggumam dan menerima rojokan k*ntol si gondrong yang blom masuk semua udah mentok.

“Wah ga kesedak. jago juga.” Pikir si gondrong.

Tapi tak ada reaksi dari si gadis. Si gondrong melirik ke bawah dan menemukan bahwa si gadis tidak reaktif sama sekali.

Takut malah menutup jalan nafas si gadis, k*ontol akhirnya dicabut lagi. Terbukti gadis itu langsung narik nafas panjang.

Aneh.

“Bantuin angkat pinggulnya Man.” Suara anomali membuat si gondrong berbalik menatap si anomali yang kini sedang mencoba memposisikan diri di sela paha si gadis untuk memulai penetrasi.

“Ayo dong, bantuin.” Kata anomali lagi.
Si gondrong mendekat dan akhirnya mengangkat pinggul si gadis; mau tidak mau menatap belahan m*mek si gadis yang masih rapat.

Terlalu rapat malah.

Si Anomali menekan k*ntolnya yang masih setengah tegang ke m*emek si gadis. Gagal penetrasi terjadi. Dan si anomali menatap si gondrong dengan wajah sedikit malu.

“Ng*entot perawan gini deh.” Katanya gugup.

Perawan? Tambah aneh.

“Harusnya gua beli pelumas tadi” si anomali bergumam saat usaha keduanya gagal. Bukan karena sempit ini mah. Emang k*ntolnya belum ngaceng sempurna udah dipaksain.

Si anomali jadi gelisah dan mencoba mengocok, membuat si gondrong jadi jengah dan melepas pinggul wanita cantik itu.

“Kok dilepas sih. Angkat dong.” Si anomali protes.

“Santai aja Bos, take your time, ga usah buru-buru” kata si gondrong tersenyum membuat anomali tersadar.

“Kesempatan gua Cuma malam ini soalnya. Besok adiknya udah datang.” Kata si anomali menjelaskan.

Oo makanya dia buru-buru ya. Kayanya ada yang ga beres.

“Basahin dulu m*emeknya Bos. Emang obat perangsangnya ga bekerja?” tanya si gondrong.

“Naah itu dia, harusnya tadi gue beli roofie plus perangsang ya” kata si anomali.

Roofie? Lah itu kan obat buat date-rape? Gawat. Masalah nih.

“Ngapain diroofie? Emang dia ga mau die*ntot?” Tanya si gondrong mulai gelisah.

“Gitu deh. Tapi malem ini dia ga bakal bisa ngehindar lagi. Dia pasti bakal mau gue kawinin.” Kata si anomali.

“Yok, pegangin lagi pinggulnya Man” pinta si anomali puas melihat k*ntolnya sudab mengeras.

“Lu ganjal bantal aja man.” Si gondrong kehilangan antusiasme.

“Ga asik ah Lo. Lo kan udah gua kasih ijin masukin kontol lo ke mulut dia tadi. Bantu gua dong.” Kata si anomali.

Si gondrong makin jengah. Si anomali udah kaya anak kecil ngerengek aja.

“Lo kerjain aja sendiri. Pacar pacar Lo.” Kata si gondrong emosi sekarang.
Emosi karena akhirnya kebuka bahwa bahwa gadis cantik yang dipaksa nyepong oleh si gondrong adalah pacarnya anomali yang masih perawan.
Dan bejatnya karena sebenarnya gadis itu ga mau ng*ntot sama si anomali. Makanya si anomali memutuskan untuk me-roofie pacarnya sendiri.

Si gondrong harusnya sadar dari awal bahwa gadis cantik ini terlalu lugu untuk dikategorikan call-girl; high class sekalipun. Terlalu lugu. Yang membuatnya terlihat liar hanya alkohol yang pasti dicekokin sama si anomali.

Perkara pacarnya ga mau ML urusan si anomali dan si gadis. Tapi ini beda. Ini pemerk*saan.
Yah On-proses memperk*sa. Dan si gondrong punya andil membawakan pil laknat itu.

Si gondrong mulai menyesali kondisi ini. Dia beranjak keluar dan memilih duduk bimbang di sofa, menatap kawan-kawannya yang masih pada asyik.

“Bang, kamu deh bantuin saya.” Eh Si anomali nongol si pintu kamar, ganti minta tolong ke si garang yang masih asyik ditunggang Elize.

“Bang mohawk, woi Bang.” Agak keras suara si anomali kini.

“Hsst, ganggu aja. Kenapa sih Lo” si abang garang yang sedang asyik merasa terganggu.

“Bantuin saya ya bang, bentar abang boleh ng*entot dia juga kok.” Si anomali memohon baik-baik sambil nunjuk cewenya di kamar. Keder juga melihat reaksi si garang yang memang bertampang sangar berbody gorila.

“Kalo gitu lain cerita. Mau dibantu apa Bos.” Si abang garang mulai tertarik dan mendorong tubuh Elize dari atasnya. Dasar cabul emang.

“Tu cewe di-roofie sama dia Stef” Suara si gondrong menghentikan langkah si garang.

“Di roofie? Babi Lo. Bener gitu, irwan? Eh Arwin, eh, siapa si nama lo?” tanya Stefan berang pada si anomali.

“Alah ga ngaruh kan Bang, yang penting enak.” Si anomali berkilah.

Dua pasang lain yang lagi asyik langsung freeze.

“Eh anjing, pacar Lo Kenapa harus di-roofie?” Anette mendorong Yanti agar menyetop dulu kegiatannya di m*meknya.

“Pacarnya masih perawan dan ga mau ng*we sama dia.” Si gondrong yang nyahut lagi.

Begitu dengar, tanpa ba-bi-bu, Tomi bangkit dari posisi MOTnya dan melangkah ke arah si anomali siap-siap nabok rupanya. Untung masih ditahan Stefan.

“Tom, sabar dulu. Ini urusan pribadi mereka.” Kata Stefan pada Tomy. Walau sering berantem, dua orang ini memang dekatnya ngalahin sodara.

“Tapi udah kelewatan Stef. Kalo ada apa-apa juga kita bakal kebawa.” Tomy berkata logis. Tumben, padahal biasanya dia yang paling slengean diantara mereka berempat.

“Alah sok suci lo semua. Sama sama ng*ntot juga.” Si anomali juga berang.

Giliran Anette yang berdiri siap menerjang tapi kembali ditahan Stefan.

“Sabar Net. Not worth it.” Kata Stefan pada Anette.

“Cabut yok.” Stefan berkata pendek sambil beranjak berpakaian.

“Eh tunggu dulu? Santai aja semua. Lanjut aja. Kita kan lagi party.” Si Anomali mencoba menahan.

Tapi empat sekawan itu tidak perduli. Hanya butuh beberapa menit untuk mereka beres-beres dan siap meninggalkan kamar sialan itu.

“Heh Arwin, lu denger. Kalo besok gua dapat kabar ada tindak kriminal di sini, gua ga peduli gua dipenjara. Gua bakal cari Lo. Lo ga bakal ninggalin Bali. Ngerti Lo?” Stefan berkata dingin sambil nunjuk idung si anomali saat keempatnya sudah akan melangkah keluar.

Yang ditunjuk diem terancam. Baru setelah keempat kawan itu melangkah keluar dia berteriak.
“Nama gua Iwan, bego!”

“Suka-suka lu Cebol!” kali ini Annette yang menjawab.

-----

Akhirnya party berakhir suram. Annette balik ke kosannya diantar Tomy, sementara si gondrong dan Stefan sepakat begadang di legian, untuk besok paginya balik ke resort untuk ngecek kondisi si gadis.

Tapi janji tinggal janji, Stefan berakhir ngorok di kursi pantai meninggalkan si gondrong yang masih penasaran apa yang terjadi pada gadis semok semalam.

Akhirnya si gondrong yang masih kuatir akan nasib si gadis cantik memutuskan sendirian kembali menyambangi resort tempat party semalam diadakan.

Bermodal kenalannya yang seabrek di dunia malam, si gondrong bisa dengan mudah masuk menjelajah sampai ke pantai yang berhadapan dengan area Villa.

Dari jauh si gondrong menyaksikan gadis semok semalam berlari keluar dikejar Iwan si anomali sebelum akhirnya tangannya dicekal.

Gadis semok itu kelihatannya memaki pacarnya karena kemudian dia balik didorong pacarnya yang ga terima dimaki.

Si gondrong sudah hendak bergerak maju saat dari belakang sepasang kekasih itu, sesosok gadis muda berlari.

Kini Iwan dikerubuti dua wanita. Dua-duanya cantik, hanya yang satu lebih dewasa dan berisi dibanding yang lainnya. dua-duanya juga terlihat marah pada Iwan.

Pertengkaran berubah serius ketika si lelaki menampar wanita yang lebih muda membuat si gadis semok mendorong Iwan.

Kedua wanita itu ganti berantem sebelum yang lebih semok bebalik dan berlari ke arah area kamar.

“Yurika, tungguu.” Si anomali berteriak memanggil dan berlari menyusul si gadis semok.

“Kakak tunggu” si gadis muda ikut berlari.

“Jangan ikut campur kamu dek.” Si semok berbalik membentak gadis muda yang ternyata adiknya.

Yang dibentak akhirnya batal mengejar dan memilih berjalan ke arah pantai, mendekat ke arah si gondrong yang terlihat salah tingkah.

Walaupun terlihat gundah dalam tangis, wanita ini masih tetap cantik. Dan kecantikannya membius si gondrong.

Takdir yang akhirnya membuka kesempatan mereka bertemu saat si wanita yang tidak fokus tersandung kursi pantai dan terjatuh, membuat si gondrong refleks berlari membantu.

“Duh, sakit.” Wanita itu memegang lututnya yang terantuk.

“Emang ini kursi kelakuannya begini mbak. Udah banyak yang nasihatin, tapi masih ga berubah.” Si gondrong nyeletuk sambil mengelusi kursi.

Si gadis mengangkat wajah menatap si gondrong dan tertawa lepas.

Tawa sudah reda, namun mereka masih menatap dalam senyum.

“Mau temenin aku ngobrol ga?” gadis muda itu menatap dengan mata bulatnya yang menuntut.

Si gondrong tersenyum dan mengangguk, mengulurkan tangan menyambut takdir.

“Aku Dion.”

“Aku Yunita.”

And their story begins...

Bersambung lagi yaa...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd