Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MY DICK

PART 3
*JALU POV

"Bos bangun!!! Aaarrrghhttt!!"

"Bos!!! Woy Bos!!"


Kebiasaan si Bos kalau hari minggu kayak gini selalu molor, balas dendam setelah 5 hari disiksa pekerjaan kantor. Gue yang dari subuh tadi udah bangun dicuekin kedinginan seorang diri . Gue sebenernya kasian sama si Bos karena beberapa hari ini dia cukup lelah dengan urusan pekerjaannya di kantor tapi si Bos kalau tidur suka nggak tau aturan, udah kolornya tipis banget dan sekarang malah kolornya udah dilepasin gitu aja. Gue kedinginan bangsat !!!

TOK

TOK

TOK


Pintu terketuk dari luar, dari suaranya Aku mengenalnya. Mbak Marni, petugas laundry yang selalu datang setiap hari minggu untuk mengambil cucian kotor para penghuni kos yang kebanyakan adalah pekerja kantoran seperti Bosku. Mbak Marni adalah wanita berusia 30 tahun, meskipun tak secantik Bu Cecilia tapi Mbak Marni cukup pandai merawat tubuhnya. Tinggi tubuhnya mungkin sekitar 160 cm, cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita. Badannya padat berisi, kata orang biasa disebut dengan bahenol. Rambutnya ikal sebahu, kulitnya cukup putih.

Mbak Marni sudah hidup menjanda lebih dari 5 tahun, bercerai dari suaminya yang ketahuan selingkuh dengan seorang pemandu karaoke. Harus menghidupi seorang anak yang baru berusia 5 tahun, Mbak Marni harus membanting tulang bekerja di tempat laundry. Beruntung tempatnya bekerja berada di area strategis, dikelilingi banyak perkantoran dan rumah kos pekerja, hal ini membuat tempat kerja Mbak Marni nyaris tak sepi orderan.

"Mas Surya ? Mau ngambil cucian nih!" Teriak Mbak Marni lagi dari luar pintu. Bosku tak bergeming, dengkurannya malah bertambah keras. Dasar kebo!

"Bos ! Bangun Bos!" Aku mencoba ikut membangunkan Bosku, tapi sia-sia, bosku malah asyik menggaruk-garuk batangku dengan kasar. Biadab!

TOK

TOK

TOK


Mbak Marni kembali mengetuk pintu kamar, berharap agar Bosku membukakan pintu, usaha yang sama sekali tak membuahkan hasil. Hening untuk sementara, tapi Aku masih melihat bayangan Mbak Marni masih berdiri di depan pintu. Kasihan Mbak Marni harus menunggu Bosku membukakan pintu, dia harus mengambil cucian kotor semua penghuni kos untuk mendapatkan bayaran tambahan dari tempatnya bekerja. Tapi lebih berbahaya lagi jika Mbak Marni berencana masuk tanpa ijin, Gue percaya mbak Marni bukan tipe yang hobi ngambilin barang orang tanpa ijin, tapi Gue khawatir kalau Mbak Marni nekat masuk dan melihat tubuhku yang sedang kekar berdiri ini terekspose begitu saja.

"Mas Surya, Saya masuk ya?!"

"Mampus ! Bos!! Woyyy bangun Bos!!! Bahaya nih!!" Aku berusaha membangunkan si Bos, menggoyang-goyangkan tubuhku agar si Bos sadar dari mimpinya. Bos malah mencengkram batangku dan mengocoknya sesaat, makin kekar lah badanku. Fuck !

CEKLEK !

Benar dugaanku, Mbak Marni akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu kamar, batangku mengeras sempurna, berdiri tegak. Sementara si Bos masih tidur pulas. Mbak Marni awalnya tidak begitu memperhatikanku, dia hanya berfokus mencari plastik pembungkus pakaian kotor yang biasa diletakkan si Bos di samping pintu kamar. Sejenak Mbak Marni mencari keberadaan plastik itu, tak butuh lama dia berhasil menemukannya dan kembali berjalan menuju pintu kamar untuk segera pergi. Selamat !

Tapi tunggu dulu !

Mbak Marni menghentikan langkahnya, dia menoleh ke arah tubuh Bos yang berada di atas ranjang. TELANJANG BULAT.

Mbak Marni berdiri mematung, memandangi tubuhku yang sedang berdiri tegak dengan tatapan nanar. Tangannya yang sudah memegang gagang pintu tiba-tiba terlepas begitu saja, Mbak Marni mengurungkan niatnya untuk segera pergi, dia justru menutup pintu dari dalam dan menguncinya. Perlahan Mbak Marni mendekati sisi ranjang, pandangannya tak mau lepas dari tubuhku yang mengeras sempurna, sesekali dia menelan ludahnya sendiri.

"Kok bisa gede banget ya...?" Gumam Mbak Marni.

"Tiap hari dilatih kakak...!" Sahutku, Mbak Marni diam karena memang tidak mungkin bisa mendengar celotehanku. Sesaat dia melihat wajah Bosku yang masih terlelap, sepertinya dia ingin meyakinkan diri jika Bos benar-benar masih larut dalam mimpi.

"Mas Surya..." Kata Mbak Marni sambil membelai paha Bosku, masih tidak ada respon.

"Bos ! Bangun Bos!!! Lu tega badan Gue diserahin ke petugas laundry ?? Bos!! Please bangun Bos!!!" Rengekku, tapi si Bos benar-benar susah sekali dibangunkan.

Jemari Mbak Marni semakin berani, kali ini mengarahkan gerakan menuju badanku. Digenggamnya badanku dengan lembut, senyumnya tersungging, entah apa yang dipikirkannya saat ini, dari raut wajahnya Aku bisa menerka sebuah kesenangan baru.

"Eeemmcchhh...." Bos melenguh untuk sesaat ketika tangan Mbak Marni bergerak naik turun dengan kecepatan sedang.

"Gede banget..." Mbak Marni terus mengocok dan mengurut badanku, sebelumnya sudah cukup keras, ditambah sentuhan tangannya membuat badanku semakin kekar.

Mbak Marni makin larut dalam permainan tangannya, mungkin karena sudah sekian tahun tidak melihat batang penis seorang pria, hari ini jadi hari keberuntungannya, menemukan tubuh polos Bosku. Tak puas dengan hanya menggunakan tangan, Mbak Marni mulai melakukan sesuatu yang membuat badanku bergidik ngeri. Mbak Marni mendekatkan kepalanya pada tubuhku, lalu detik berikutnya bibir serta lidahnya mulai menciumi dan menjilati badanku. Aku pasrah, kastaku sebagai sebatang penis yang sebelumnya sukses membuat seorang kepala divisi marketing takluk akan keperkasaanku,kali ini harus rela menurunkan kasta akibat perbuatan Mbak Marni.

"Eeemmcchhh...Eemmcchhhh..." Bosku kembali melenguh panjang saat Mbak Marni mulai menghisap ujung kepalaku, tubuhku seperti tersedot ke dalam mulutnya.

"Eeeemmcchhh...Gede banget kontolmu Mas Surya....Eemmcchhh!!" Ucap Mbak Marni sebelum kembali menjilati kepala dan badanku. Perlahan tapi pasti Bosku mulai tersadar dari tidurnya, kedua matanya terbuka pelan-pelan. Blowjob Mbak Marni sukses membuatnya bangun, sementara tubuhku sudah basah kuyup akibat air liur Mbak Marni.

"Loh ?! Mbak Marni?!!!" Teriak Bosku sambil mendorong tubuh Mbak Marni menjauh.

"Lu kayak Polisi India Bos! Datang saat tubuhku sudah basah kuyup kayak gini !"

Mbak Marni beringsut menjauh, tak ada lagi tatapan birahi dari matanya, berubah menjadi pandangan ketakutan. Bosku berusaha memakai kolor tipis yang sudah terlepas sejak dari tadi.

"Maafkan Saya Mas Surya..." Kata Mbak Marni, wanita itu hanya berdiri mematung di sisi ranjang, sementara Bosku berusaha mencerna tentang apa yang baru saja dilakukan Mbak Marni terhadap tubuhku.

"Marahin Bos! Kalau perlu laporin ke tempatnya kerja, seenakanya aja maen sepong! Dia kira Gue kontol apaan?!" Kataku emosi.

"Mbak Marni kenapa ada di sini?"

"Saya tadi mau ngambil pakaian kotor Mas, sudah Saya ketuk pintu berkali-kali tapi Mas Surya nggak bangun-bangun. Maaf sudah lancang Mas..." Mbak Marni menjelaskan dengan raut khawatir dan cemas.

"Terus ini apa ?" Tanya bosku sambil menunjuk tubuhku yang masih berdiri tegak.

"Saya khilaf Mas...Maaf, tolong jangan laporin Saya ke kantor, Saya takut dipecat." Mbak Marni semakin ketakutan. Bosku menghela nafas panjang, dikucek-kucek rambutnya sendiri, perlahan Bosku berdiri dari atas tempat tidur dan mendekati Mbak Marni.

"Lain kali jangan diulang lagi ya Mbak, untung Aku tadi nggak kaget banget trus nendang Mbak Marni sampai jatuh." Kata Bosku tenang, berusaha menenangkan Mbak Marni, tubuhku masih mengeras, karena jarak berdiri Bos dan Mbak Marni cukup dekat ujung kepalaku sampai bisa menyembul keluar dari dalam kolor.

"I..Iya Mas." Jawab Mbak Marni gugup, sekilas dia melihat ujung kepalaku yang menyembul keluar.

"Apa Lu liat-liat?!"

"Ya sudah, sekarang Mbak Marni kembali aja ke tempat laundry, anggap aja ini semua tidak pernah terjadi."

"Iya Mas, tapi..." Mbak Marni tampak ragu meneruskan kalimatnya.

"Tapi apa Mbak?" Tanya Bosku.

"Ta..Tapi itu masih keras..." Brengsek! Tadi katanya khilaf tapi sekarang malah nanya kenapa tubuhku masih keras ?

"Nggak apa-apa Mbak, nanti juga lemes sendiri kok." Jawab Bosku.

"Nggak mau dibantuin nglemesin Mas...?"

"Hah? Maksudnya??"

Tanpa diduga Mbak Marni melepas pengait celana kerjanya, tak butuh lama untuk berdiri di depan Bosku dengan kondisi bagian bawah tubuhnya terbuka tanpa penutup sehelai benangpun. Bosku terpaku seperti terhipnotis melihat bulu lebat tumbuh rimbun di sekitar kemaluan Mbak Marni.

"Kontrol Bos ! Kontrol!"

"Aku bantuin ya Mas, biar enak." Kata Mbak Marni sebelum mendorong tubuh Bosku ke atas ranjang.

Bosku hanya pasrah membiarkan tubuhnya jatuh di atas ranjang, Mbak Marni bergerak cepat melepaskan kembali kolor tipis yang dikenakan Bosku. Detik berikutnya tubuhku kembali terlihat

vulgar,berdiri mengacung keras seperti menantang birahi Mbak Marni. Wanita itu tersenyum binal sebelum membasahi vagina dengan air liurnya sendiri yang diusap menggunakan telapak tangan.

"Ewwww! Lu yakin mau dientotin petugas laundry Bos?!" Mbak Marni mengambil posisi di atas tubuh Bosku, sesaat dia kembali mengocok tubuhku.

"Gede banget kontolmu Mas, pasti penuh banget kalo dimasukin ke sini..." Kata Mbak Marni sambil menyentuhkan ujung kepalaku dengan permukaan liang vaginanya yang sudah lembab.

"Coba masukin Mbak..." Jawab Bosku. Mendapat lampu hijau, Mbak Marni segera mengambil posisi. Dipegangnya tubuhku kemudian mengarahkannya menuju lubang vagina. Dengan sekali gerakan menekan ke bawah, kepalaku mulai menelusup masuk.

"Oocchhh Mas!!! Gede banget, sumpah ini sesak!" Mbak Marni berusaha kembali menarik tubuhnya ke atas tapi segera ditahan oleh Bosku.

"Tekan lagi Mbak..." Kata Bosku.

"Oocchhh!!! Eeemmcchhh" Sekuat tenaga Mbak Marni berusaha kembali menekan tubuhnya ke bawah, hampir separuh bagian tubuhku sudah berhasil memasuki liang vagina.

"Oooochhhh!!!!" Mbak Marni melenguh panjang saat seluruh tubuhku kini berhasil menembus liang kewanitaannya, sesaat dia mengambil nafas, Bosku yang terlentang di bawah tersenyum bangga.

"Genjotin Mbak..." Perintah Bosku, Mbak Marni lalu mulai menggerakkan tubuhnya naik turun perlahan tapi pasti Mbak Marni mulai menikmatinya.

"Aaacchh!! Enak banget kontolmu Mas Surya!!!" Mbak Marni terus menggenjot tubuhku dari atas dengan kecepatan sedang. Kepalaku terdorong semakin dalam menuju area paling gelap vaginanya. Sempit, basah, dan hangat.

Bosku mulai larut dalam permainan nakal Mbak Marni, kedua tangannya berusaha keras melepas kancing-kancing kemeja kerja yang masih menempel di tubuh Mbak Marni. Beberapa saat kemudian payudara wanita ini menyembul keluar, Bos seperti anak bujang yang sudah lama tak menyusu. Dihisapnya puting Mbak Marni kencang-kencang.

"Aaachhh!! Aacchhh Mass!!!"

"Eeemmchh enak banget Mbak susumu! Eemmcchhh!"

Mbak Marni mempercepat genjotannya, nyaris seluruh badanku berhasil menjejali liang kewanitaannya. Semakin lama dinding vaginanya seperti mencengkram badanku yang sudah mengeras sempurna.

"Aaacchhh!! Iya Mas, mentokin kontolmu!!! Aaacchh!!!" Racau Mbak Marni saat Bosku mulai ikut menggerakkan pinggulnya naik turun sambil sesekali menghentakkannya kencang-kencang.

"Pelan Bos!! Udah mentok banget nih!!" Protesku saat badanku terdorong kasar ke dalam.

Bosku menarik tubuh Mbak Marni, dengan sekali gerakan memutar posisinya berganti menjadi berada di atas tubuh Mbak Marni. Nafas Mbak Marni mulai tersenggal, peluh membasahi dahinya.

"Sekarang giliranku yang kerja Mbak..." Bisik Bosku tepat di telinga Mbak Marni.

"Aachh!! Acch!! Mas!! Acchh!!!"

Tubuh Mbak Marni terguncang hebat saat Bosku menggerakkan pinggulnya dengan kecepatan tinggi dari atas. Dalam posisi seperti ini lesakan tubuhku di dalam vagina terasa lebih lincah dan cepat. Efeknya, Mbak Marni tak hanya mendesah tapi kini sudah mulai berteriak seperti orang kesetanan.

"Rasain Lu! Siapa suruh ngerjain Bos Gue pagi-pagi ?!"

"Aaacchhh!!! Mas!!! Mas!! Aacchhhh!!!" Mbak Marni hanya bisa berteriak dan mencengkram kedua lengan Bosku dari bawah.

"Aachhh!! Mbak Aku mau keluar!! Aacchh!!!" Racah Bosku beberapa saat kemudian.

"Keluarin di luar Mas!! Aaacchhhh!!"

Bosku semakin mempercepat genjotannya membiarkan seluruh tubuhku melesat bebas memenuhi rongga kewanitaan Mbak Marni. Lalu detik berikutnya, Bosku menarik keluar tubuhku dari dalam vagina, mengocok tubuhku sebentar dan mengarahkannya pada tubuh Mbak Marni yang terlentang di bawah.

CROT

CROT

CROT


"Puueehhhh!!! Pueehhh!!! Rasain tuh Gue muntahin Lu!"

Nafas Bosku terengah-engah, badannya limbung ke samping dan jatuh terlentang tepat di samping tubuh Mbak Marni yang sudah ternoda oleh banyaknya muntahanku.

"Haaahhhh...Kamu hebat banget Mas..." Puji Mbak Marni sebelum mengecup pipi Bosku.

*******
"Tega-teganya Lu masukin Gue ke lobang petugas laundry Bos! Emangnya Gue cucian??!"

"Hush! Lu nggak boleh membedakan seseorang dari jenis pekerjaannya. Meskipun Mbak Marni cuma seorang petugas laundry, tapi kan masih peret abis ! Iya kan?! Jangan munafik Lu kalo jadi kontol!"

"Iya sih Bos, tapi harkat martabat Gue sebagai kontol seketika hancur setelah kemarin sempat merasakan mulut ,lidah, serta bibir seorang Kepala Staff marketing masak hari ini Gue harus melayani seorang petugas laundry. Sedih akutuh Bos..."

"Lebay banget Lu jadi kontol!" Kataku sambil memainkan jemariku di atas monitor smartphone.

Si Jalu langsung beringsut mendengar hardikanku, persetubuhanku dengan Mbak Marni terjadi begitu saja tanpa direncanakan. Tiba-tiba saja petugas laundry itu membuat semuanya seperti menjadi gelap. Ini adalah persetubuhanku pertama kali semenjak berpisah dengan Nadia beberapa waktu silam. Protes Jalu cukup beralasan tapi Aku tidak mau memikirkan hal sepicik itu, Mbak Marni datang begitu saja dan memberikan definisi kenikmatan sex lain dalam katalog cerita hidupku, dan Aku sangat menghargai itu.

Saat sedang asyik melihat trending twit**ter melalui laptop, tiba-tiba smartphoneku berbunyi, ada telepon masuk. Aku terkejut melihat nama yang muncul pada layar smartphoneku, Sasa. aku menghela nafas panjang sebelum menerima panggilannya.

"Hallo Sa ?" Sapaku, agak kikuk karena mungkin ini pertama kalinya dia meneleponku.

"Lu ada acara nggak hari ini ?" Tanya Sasa, suaranya terdengar merdu dari balik telepon.

"Free kayaknya, kenapa emangnya Sa?" Jawabku.

"Gue mau diskusiin proposal marketing yang udah Lu buat. Paling nggak cuma ini yang bisa Gue bantu buat nebus kesalahan Gue kemarin."

"Beneran nih? Gue sih seneng banget, karena memang ini yang Gue butuhin sebelum ngeflowrin semua besok pas presentasi." Kataku dengan wajah sumringah, artinya besok Aku tidak berjuang sendirian, kalaupun presentasiku gagal maka bukan hanya Aku saja yang dijadikan kambing hitam oleh Bu Cecilia.

"Ya udah, kita ketemu dimana nih? Atau Gue aja yang datang ke tempat Lu?"

"Heh? Jangan...jangan ! " Jawabku panik, Sasa datang ke tempat kosku sama saja seperti mengundang marabahaya baru, apalagi kamar ini baru saja Aku gunakan untuk menyetubuhi Mbak Marni. Aku tidak tau jejak apa saja yang ditinggalkan oleh petugas laundry itu di dalam kamarku.

"Kenapa emangnya? Oh, Gue ngerti, ada pacar Lu ya? Hahahaha !" Tanya Sasa dengan diselingi gelak tawa.

"Pacar? Bukan, bukan itu masalahnya!" Bantahku.

"Hahahaha ! Ya udah, Lu maunya ketemu dimana?"

"Ketemu di tempat Lu aja gimana?"

"Okay, tapi jangan protes ya nanti, kamar kos Gue berantakan soalnya."

"Halah, gampang itu,ntar Gue bantu beresin."

"Ya udah, Gue tunggu ya Sur ! Gue beli cemilan dulu."

"Siap 86!"

"Korban baru Bos? Sikat kuy!"

"Lu pikir Gue mesin sex ?!"

"Ayolah Bos, lumayan buat ngangkat derajat Gue setelah Lu jerumuskan ke lubang laundry!"

"Bodo amat, Gue mau mandi dulu !"

"Diajakin enak kok malah marah, dasar Bos cupu!"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd