Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My HEROINE [by Arczre]

Siapakah Tokoh yang Paling disuka?

  • Jung Han Jeong

  • Yuda Zulkarnain

  • Hana Fadeva Hendrajaya

  • Ryu Matsumoto

  • Azkiya a.k.a Brooke

  • Rina Takeda

  • Jung Ji Moon

  • Ray

  • Astarot

  • Putra Nagarawan


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
BAB XI: I DON'T REMEMBER

1fd9a1382649111.jpg


6d00be383835959.jpg


#PoV Hana#

Menyedihkan. Yuda benar-benar hilang ingatan. Dia tak ingat aku, Han Jeong, Ryu, semuanya. Bahkan nama ayahnya dan ibunya sendiri dia tidak ingat. Dia bercerita terbangun di sebuah klinik dan ditolong oleh Brooke. Dia juga bercerita banyak tentang Brooke, tentang kondisi Brooke yang ternyata adalah seorang pembunuh bayaran yang ingin tobat. Itulah sebabnya ia dikejar-kejar oleh The Continental. Lebih jauh lagi ternyata mereka sedang berada di rumah sakit untuk pemasangan jantung artificial ibunya Brooke. Jadi mereka ke rumah sakit untuk operasi itu.

"Oh, jadi begitu?" kataku. Kulihat Brooke menghindar saat aku menatapnya. "Jangan katakan kalau kalian terlibat asmara!?"

"Sejujurnya iya," jawab Yuda jujur.

"Tidak, tidak, aku tak ada apa-apa ama Yuda," kata Brooke.

"Yud, kamu gila? Han Jeong sangat mencintai kamu! Koq kamu menduakannya sih?" tanyaku.

"Aku tak ingat! Lagipula kalau aku bertemu dengan dia apa aku bisa mengingat kisahku dengan dia? Aku seperti orang yang terlahir baru, tak ingat apa-apa."

"Tak mungkin kamu tak ingat dia. Kamu sudah menyukai Han Jeong sejak lama Yud, aku tahu banget soalnya Han Jeong selalu cerita ke aku. Kalian sudah dekat banget. Dia pasti sangat bersedih melihat hal ini. Dia sudah sangat berharap untuk bisa bertemu denganmu."

"Tapi, aku tak ingat!"

"Mungkin kepalamu perlu ditonjok lagi Yud, biar ingat."

"Aarrgghhh...sudahlah, pergilah kalian. Aku tak ingat. Aku sudah punya kehidupan sendiri. Saat ini aku hanya ingin menolong Azkiya."

"Hei, tidak bisa begitu!" kata Ryu. "Aku ingin kamu memberikan gerang itu!"

Yuda melihat ke arah gelangnya. "Ini? Buat apa?"

"Aku punya misi untuk membawanya ke Jepang," kata Ryu. "Kamu sudah berjanji seterah menorong Han Jeong, kamu kembarikan gerang itu."

Yuda melepas gelangnya. "Kamu mau ini? Silakan ambil, tapi kalian pergilah!"

"Yuda?!" bentakku. Aku pun menamparnya berkali-kali. PLAAK!PLAAK!PLAAK!PLAAK!

Semuanya terkejut, dua gelang itu sampai terjatuh ke lantai. Aku memungutnya.

"Kamu gila apa?" bentakku. "Kamu sinting. Seenaknya saja kamu serahkan gelang ini ke cowok hentai ini. Ini gelang pemberian ayahmu, ayahmu menjaga gelang ini dengan nyawanya untuk kamu dan kamu yang telah memilih jalan ini untuk melindungi Han Jeong. Kenapa kamu serahkan begitu saja? Dasar bego!"

Aku lalu mencengkeram baju Ryu-kun, "Dan kamu juga cowok hentai kamu tak perlu ikut campur. Kamu diam saja!"

"I..iya, iya," Ryu-kun gemetar.

Aku berikan gelang itu ke Yuda lagi. "Brengsek kamu Yud! Percuma aku sampai mempertaruhkan nyawa untuk mencarimu tapi kamu seperti ini. Ini pegang gelang ini. Siapa tahu kamu bakalan teringat kepada Han Jeong. Kamu bego banget, Han Jeong setiap hari mikirin kamu, dia orang yang menjerit pertama kali ketika melihatmu meledak bersama monster itu. Kamu tega Yud sampai tidak ingat kepadanya."

"Tapi aku tak ingat! Aku beneran tidak ingat!"

"Kamu tinggal di mana? Biar Han Jeong sendiri yang datang kepadamu. Biar kamu ingat dan kamu akan menyesal karena telah melupakannya demi seorang Assasin seperti Brooke."

"Boleh aku bicara Hana-chan?" tanya Rina.

"Iya, silakan!"

"Kamu Yuda? Dan dia Azkiya. Assasin? Apa kalian yang datang ke gedung konsulat dan mengambil berkas itu?" tanya Rina-chan.

Yuda menoleh ke arah Rina-chan. "Oh, kamu Rina si Kunoichi itu."

Rina Takeda langsung mencabut katananya dan meletakkannya di leher Yuda. "Serahkan dokumen itu!"

"Whooa whooaaa, tunggu sebentar Rina-chan. Jangan terburu-buru. Diakan orang suruhan. Bisa jadi dokumen itu tak ada pada dia kan?" kataku.

Rina-chan menurunkan katananya, "Kamu benar."

"Katakan di mana kamu dan Han Jeong bisa bertemu! Itu akan jadi penentuan kamu masih bersama Han Jeong ataukah tidak," kataku.

Yuda menoleh ke arah Brooke, "Seminggu lagi, sampai ibuku sadar, Yuda akan menemui kalian."

"Kenapa?" tanya Yuda.

"Ini penting, biar mereka tahu kalau kamu sudah benar-benar menjadi milikku Yud," kata Brooke memanas-manasi. Aku makin tak suka kepada wanita ini.

Yuda menghela nafas. "Baiklah, temui aku seminggu lagi di Taman Cendana."

"Baik dan setelah ini. Kamu mau sadar atau nggak, kembali kepada Han Jeong atau tidak bukan urusanku. Brengsek kamu Yud!" aku segera berbalik meninggalkan Yuda dan Brooke.

Ryu-kun dan Rina-chan pun mengikutiku. Aku kesal sekali dengan sikap Yuda. Memang sih bisa dimaklumi dia amnesia. Tapi bukan berarti juga dia rela dan pasrah nggak ingat kekasihnya kan? Apalagi sampai dekat dengan Brooke seperti itu. Arggh....Brengsek kamu Yud. Aku terpaksa memberi tahukan Han Jeong tentang keadaan Yuda.


*******~o~*******​


"Brengsek!" umpatku berkali-kali. Kami bertiga sudah berada di depan rumah Nenek Vira. Aku pun menendang-nendang nggak jelas.

"Gimana sekarang?" tanya Ryu-kun. "Kamu koq pakai acara mengharangi aku merebut gerang itu sih?"

"Ini bukan masalah itu Ryu-kun. Ini lebih besar lagi. Saat ini Black Knight belum jadi seratus persen. Artinya Yuda masih diperlukan menjadi Gnome-X. Dan kalau Yuda hilang ingatan kalau terjadi apa-apa, bencana yang lebih besar lagi, semisal monster kemarin itu terlebih sekarang ini para superhero banyak yang ditangkapi apa yang bisa kita lakukan? Hancur!"

"Jadi Yuda ya yang kemarin bertarung denganku," gumam Rina-chan. "Dia cukup tangguh sih. Pantas saja aku bisa dikalahkan."

"Iya, dia pakai tangan kosong saja tangguh. Ryu saja dikalahkan olehnya koq," kataku.

"Oh ya?"

Ryu hanya mengangguk saja.

Aku bingung harus bilang apa ke papa, ke Han Jeong. Tapi sepahit apapun aku harus bilang ini ke mereka. Kami pun masuk ke rumah dan aku langsung mandi, membersihkan diri, merilekskan badan. Guyuran air shower telah membuatku sedikit lebih tenang daripada tadi. Setelah mandi aku pun keluar. Kudapati Rina-chan sedang duduk memandangi langit dari jendela yang saat itu terang benderang karena bulan.


Rembulan yang terbelah
Oleh tebasan seorang samurai

Meninggalkan bekas bunga sakura
Dalam serpihan darah angkara murka

Nyanyian dedaunan pohon bambu
Tertiup angin oleh getaran angin
Angin yang dibawa oleh sang naga

Kaze no Ryuu Tsuki no Kiritoru


Aku mendengar Rina-chan melantunkan sya'ir itu. Apa maksudnya?

"Itu puisi yang ayahku ciptakan ketika melihat kedahsyatan jurus Naga angin membelah rembulan," kata Rina-chan. "Ayahku benar-benar kagum kepada sosok keluarga Matsumoto. Kamu sudah melihatnya bukan?"

"Jurus yang kemarin itu ya?" tanyaku.

"Iya, padahal paman Matsumoto bilang Ryu-kun belum sempurna menguasai jurus itu, tapi sudah sehebat itu," jawabnya.

"Belum sempurna saja sehebat itu?"

"Ryu-kun masih belum sempurna melakukan itu? Padahal ilmunya sedahsyat itu lho tadi."

"Sebenarnya lebih daripada itu. Paman Matsumoto pernah memperagakannya kepada kami. Kekuatan dari Kaze no Ryuu Tsuki no Kiritoru sangat mengerikan. Tebasan pertama akan membelah udara, tebasan kedua akan membelah dunia dan tebasan ketiga membelah rembulan. Selama ini Ryu hanya menguasai tebasan pertama. Tenaganya memang hebat apalagi ditambah dengan menggunakan armor Zeronya."

"Jadi ada tiga tebasan?"

"Iya, yang kamu lihat itu hanya tebasan pertama."

Aku hanya melongo saja terhadap apa yang diceritakan oleh Rina-chan. Malam makin larut dan aku pun tertidur. Aku mencoba mencari kekuatan, mengumpulkan segala kekuatan yang tersisa untuk menyampaikannya kepada Han Jeong. Aku tahu dia pasti akan sakit. Sangat sakit mendengarkan ini. Aku mengerti karena aku adalah keluarganya juga, aku masih keluarganya, kami sudah bersama sejak kecil. Bahkan akulah yang mengajari dia bahasa Indonesia hingga lancar sampai sekarang ini. Kasihan Han Jeong. Yuda, kamu emang brengsek.

Paginya aku langsung menghubungi papa, tapi beliaunya tak ada. Akhirnya aku kirimi email. Han Jeong juga aku telepon tak diangkat. Akhirnya aku kirimi SMS.

[quote="SMS to JUNG HAN JEONG" ]

Jung, Yuda udah ketemu. Dia amnesia. Telepon aku, penting! ~Hana


[/quote]

Rina-chan tampak berbenah. Lho, mau kemana dia?

"Maaf yah, paman Shotaro minta dikawal. Aku harus bersama beliau sekarang," katanya.

"Lah? Aku sendirian sama Ryu dong?"

Dia menyatukan telapak tangannya dan memohon maaf kepadaku. "Maaf ya Hana-chan Gomen ne. Kuharap kalian langgeng."

"Eh, nggak bisa begitu. Rina-chaaann!"

"Itekimasu!" kata Rina-chan. "Nenek Vira, saya mau pergi dulu."

"Oh iya, hati-hati," kata Nenek Vira.

"Pergi dulu Ryu-kun. Kalau sampai Hana-chan lapor yang aneh-aneh, aku akan hajar kamu," kata Rina-chan.

"Bawel, dasar transgender!" kata Ryu-kun.

Setelah itu Rina-chan pergi bye bye....Aku sendirian sekarang bersama Ryu-kun. Mau kembali ke M-Tech, sepertinya aku tak bisa. Terlalu banyak hal yang membuatku pusing. Kejutan akan keadaan Yuda membuatku lebih pusing. Dan harus menerima kenyataan ditemani oleh manusia hentai ini makin membuat pusingku hingga berkali-kali lipat.


***** ~ o ~ *****​


Aku sudah dua hari berada di rumah Nenek Vira tapi tak ada jawaban dan kabar dari Han Jeong. Gila nih anak. Apa emang alat komunikasinya nggak dibawa yah? Akhirnya aku terpaksa menyusul Han Jeong.

"Ryu-kun! Teimani aku yah," kataku.

"Ke mana?" tanyanya.

"Menyusul Han Jeong," jawabku.

Menyusul Han Jeong? Ya, itulah yang aku lakukan. Aku tahu di mana Han Jeong berlatih. Dia berlatih di sebuah tempat yang terpencil di lereng Gunung Tangkuban Perahu. Moga saja aku bisa tepat waktu untuk ke sana. Karena waktu kita cuma satu minggu sebelum Han Jeong dan Yuda harus bertemu.

"Naik saja sepeda motor," pesan Nenek Vira.

"Sepeda motornya siapa, Nek?" tanyaku.

"Noh, milik paman Joshuamu. Dia udah nggak pake itu lagi. Tapi masih terawat bagus lho. Coba aja lihat di garasi!"

Yup, sebuah sepeda motor keren ada di sana. Apa Ryu-kun bisa? Ternyata aku sedikit meremehan Ryu-kun. Dia sangat mahir naik sepeda motor. Kuda besi itu bisa digeber dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota. Akulah yang menjadi penunjuk arah bagi Ryu-kun. Kami sampai beristirahat beberapa kali. Capek gila, sampai pinggangku hampir rontok.

Dan sesuatu yang tak enak pun terjadi. Hujan deras.

"Ryu-kun minggir sebentar!" kataku.

Kami pun akhirnya minggir ke sebuah tempat untuk berteduh. Bajuku sedikit basah. Hujan mengguyur deras, wah, bakalan lama nih kalau begini caranya.

"Berapa lama perjalanan ini nantinya?" tanya Ryu-kun.

"Nggak tahu. Tergantung kita nanti naik gunungnya."

"Naik gunung juga?"

"Iya"

"Kamu nggak apa-apa naik gunung Hana-chan? Kondisimukan tidak memungkinkan."

Aku tersipu, wajahku memerah. Oh iya, aku lupa. Aku kan bakal semaput kalau naik gunung ntar. Aduuuhhh...akhirnya sesuatu yang tak terduga keluar dari bibirku, "Kamu kan bisa gendong aku."

"Nggak deh Hana-chan. Ntar kamu aduin aku ke Rina-chan, kamu nanti bilang aku hentai, nggak deh."

"Ryu-kuuun!" aku menatap tajam ke arahnya.

"Hai hai, aku cuma bercanda," katanya. "Aku sudah berjanji kepadamu aku akan jadi kakimu Hana-chan." Ryu-kun memegang tanganku yang kedinginan.

BRUSSHHH! OMG dia dia bikin aku malu. Aduh...wajahku memerah. Ryu-kun...dan dia meluk aku. Aaaaakkkk! Udah gitu aku pasrah aja. Tapi hari ini sedikit lain. Ryu-kun, lebih gentle. Yaahh...bodo ah, aku peluk Ryu-kun. Yang seperti ini aku suka Ryu-kun, lembut, nggak tiba-tiba nyium aku. Akukan takut.

Perjalanan kami masih panjang. Hujan masih deras turunnya. Perasaanku berkecamuk, untuk sementara aku melupakan tentang Yuda dengan dirinya yang hilang ingatan itu. Aku malah mendekap Ryu-kun, dadaku berdebar-debar nafasku terasa berat. Dia tak ngapa-ngapain diriku. Aku ingin seperti ini terus...

Dag! Dig! Dug! Aaaakkk...kenapa aku berdebar-debar gini yak? Ini seperti drama-drama romantisme film korea yang sering aku lihat. Berteduh di bawah hujan dan berpelukan.

Aku jadi mengingat kembali semua yang terjadi beberapa waktu ini. Sebenarnya Ryu-kun itu baik, hanya saja ia terlalu bego untuk dekatin cewek. Melihat kesungguhannya sampai hari ini aku jadi tersentuh. Nggak mungkin, masa' aku jatuh cinta ama dia. Woi, yang benar saja. Tapi aku juga kali ini nggak mendorong pelukannya. Apa aku mulai luluh?

Kami pun saling berpandangan, melihat mata kami satu sama lain. Aku sedikit mendongak karena tubuhku tingginya hanya sehidungnya. Hujan, berpelukan, dua insan, apalagi yang aku butuhkan? A kiss? Aargghh...sial, ya udah deh, cium aku Ryu-kun, ayo! Mumpung suasana mendukung, tunggu apalagi? Ayo!

"Boleh aku menciummu?" tanya Ryu-kun. Ngapain pake tanya? Bego. Ayolah!

Ryu-kun mengangkat daguku, dia merendahkan tubuhnya, kepalanya dimiringkan, aku pun berjinjit sedikit. Bibir kami pun menempel. AAaahhhh....rasanya ada yang nyetrum. Hatiku clessssss....seperti terkena es. Ryu-kun mengecupku, ciuman terdalam yang belum pernah aku lakukan dengan seorang pria pun. Aku pun memeluknya. Ryu-kun..........

Congratulations Samurai Boy. Kamu sudah melumerkan hatiku.
 
BAB XII: PATH TO THE PIT

1fd9a1382649111.jpg


3766db387837087.jpg


#PoV Ryu#

Intinya adalah Hana-chan juga menerima cintaku. Kami berciuman erat di bawah tempat berteduh. Nuansa romantisme yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya. Hana-chan memelukku dengan erat. Ternyata Hana-chan tidak suka dengan orang yang terlalu agresif, dia lebih suka dengan kelembutan. Aku akui aku terlalu kasar, terlalu agresif. Ternyata belaianku, elusanku, membuat Hana-chan nyaman. Aku benar-benar menahan diri untuk tidak menyakitinya. Ataupun membuat gerakan-gerakan agresif yang membuatnya tidak nyaman. Toh dengan kelembutanku dia mau aku cium.

"Ryu-kun,...," panggilnya.

"Ya?"

"Jangan tinggalin aku ya?"

"Aku tidak akan meninggalkanmu."

"Janji?"

"Iya, aku janji. Aku akan terus melindungimu."

"Kalau kamu ingkar janji, aku akan cabut pedangmu dan aku potong punyamu," ancamnya.

"Whoaaaa...! Nggak nggak nggak bakal deh," kataku.

"Hihihihi, peluk aku!" kata Hana-chan.

Begitulah Hana-chan suka dimanja. Souka, paling nggak perjalanan kami masih jauh. Hujan masih belum reda. Kami mulai lelah berdiri dan duduk di sebuah tempat duduk yang terbuat dari bambu. Malam kian larut. Hana-chan sudah mulai menguap. Rasanya langit hari ini benar-benar menurunkan seluruh airnya.

"Kita mau di sini terus?" tanyaku.

"Nggak dong, cari hotel yuk!" ajak Hana-chan.

"Ho..ho..hotel?"

PLETAK! Hana-chan memukul kepalaku.

"Jangan mikir jorok! Dasar cowok hentai!" katanya.

"Maaf," kataku.

Hana-chan tersenyum. Aduuhhh...manis kalau dia tersenyum. Rasanya ingin sekali aku melumat bibirnya lagi. Aku pun memeluknya dan langsung mencium bibirnya. Kali ini Hana-chan nggak ada penolakan. Bahkan ia membiarkan bibirnya dilumat, dikecup. Lidahku pun mulai menyapu bibirnya dan masuk ke mulutnya. Tangan Hana-chan mulai memegangi wajahku.

Hujan masih mengguyur walaupun sekarang sudah mulai rintik-rintik. Kami tentunya tak mau diguyur hujan sampai ke tempat tujuan. Hasilnya, kami menginap di sebuah hotel yang tak jauh dari tempat itu.

"Kamarnya pisah, aku nggak mau tidur sama kamu!" kata Hana-chan.

"Yah, siapa juga yang mau sekamar?" kataku.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" tanya sang resepsionis.

"Ada kamar kosong dua pak?" tanya Hana-chan.

"Maaf, sayang sekali hanya satu kamar," jawab sang resepsionis.

"Single bed?" tanya Hana-chan.

"Sayangnya double bed," jawab resepsionis.

"Syukurlah, ya udah itu saja pak," kata Hana-chan.

Setelah mengurus segala urusan tetek bengek administrasi dari KTP dan pembayaran kami pun masuk ke kamar. Kamarnya luas, ada dua tempat tidur yang dipisahkan oleh sebuah meja kecil dengan lampu meja di atasnya. Sebuah lukisan ikan tampak ada di tembok dan di sebelah pojok ruangan ada kamar mandi yang cukup luas. Ada sebuah lemari baju yang ada di dekat pintu kamar mandi.

Kuletakkan dua katanaku di sebuah kursi sofa. Kemudian aku duduk di ranjang yang berdekatan dengan pintu. Sedangkan Hana-chan langsung merebahkan diri di ranjang yang satunya. Aku lalu ikut merebahkan diriku. Hana-chan menoleh ke arahku.

"Kamu jangan macam-macam yah!" ancamnya.

"Macam-macam bagaimana?"

Dia menjulurkan lidahnya. Hana-chan bangun kemudian melepas kacamatanya, "Aku mau mandi, jangan ngintip!"

Aku tak menjawab. Kulepaskan jaketku dan kulemparkan ke sebuah kursi yang ada di pinggir ranjang. Pikiranku menerawang jauh, menerawang saat-saat aku pertama kali bertemu dengan Hana-chan. Kuanggap dia seperti Sakura. Ternyata sangat berbeda. Ia bukan Sakura. Dan aku tak mungkin menganggap dia Sakura. Hana-chan berbeda, dia lebih lembut, lebih polos dan lebih menyenangkan berada di dekatnya. Aku bersumpah ingin bersamanya terus. Aku akan melindungi dia terus. Selamanya.

Aku pun tertidur, mungkin karena kelelahan hingga tak terasa Hana-chan menggoyang-goyang tubuhku.

"Ryu-kun, lapar? Aku pesan nasi goreng nih," katanya.

Aku melihat dua piring nasi goreng dan dua gelas teh dingin ada di meja. Aku ketiduran cukup lama, kurang lebih satu jam. Nasi goreng ya? Aku belum pernah merasakan masakan Indonesia ini, nggak apa-apalah aku ingin sesekali mencobanya.

"Aku ketiduran yah?" tanyaku.

"Iya, sampai mendengkur," jawabnya.

"Oh ya?"

Hana-chan tersenyum. "Makan yuk!"

Akhirnya kami pun makan malam. Cukup enak juga nasi gorengnya. Selama makan, aku melihat Hana-chan terus. Aneh saja rasanya, serasa dejavu. Sakura makan bersamaku.

"Hei, koq melamun?" katanya.

"Ah nggak, gomen ne," kataku. Kulanjutkan makanku hingga kenyang. Setelah itu aku pun mandi membersihkan diriku. Begitu selesai mandi kulihat Hana-chan sudah tertidur di ranjang. Dia tidur dengan wajah polosnya, wajahnya terlihat sangat cantik ketika tidur. Wajah kejujurannya.

Aku pun berbaring di ranjangku. Habis mandi kemudian tidur. Rasanya rileks sekali. Besok pagi pasti kami akan lebih fresh ketika bangun.

BLAARRRR! Terdengar suara petir di malam hari. Ternyata sedang ada hujan deras disertai angin kencang dan petir. Aku terbangun.

"Ryu-kuun," panggil Hana-chan.

"Ya?" tanyaku. "Ada apa Hana-chan?"

"Kamu tidur di ranjangku dong, aku takut!" kata Hana-chan.

"Nggak ah, nanti kamu kira aku cowok hentai, nggak mau," kataku.

"Ayolah Ryu-kun, aku takut petir!" kata Hana-chan. Kulihat tangannya menggigil. Dia tidak bohong. Aku pun beranjak dan duduk di sampingnya. "Tapi jangan macam-macam yah!?"

"Kamu bisa percaya kepadaku," kataku.

Hana-chan pun kemudian berbaring menarik selimutnya, kemudian aku memeluknya. Hana-chan meringkuk di dadaku. Tak berapa lama kemudian dia tertidur. Aku mencium ubun-ubunnya, Hana-chan aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Dan aku pun tertidur sambil memeluknya.



***********~o~************​



Aku terbangun, hari sudah hampir pagi. Kulihat langit mulai terang, walaupun masih semu gelap. Hana-chan telah terbangun juga. Dia menggeliat dalam pelukanku. Dia kini menghadap ke arahku. Hari masih dingin, aku bisa merasakan tangan Hana-chan yang dingin walaupun kamar ini tidak ber-AC.

"Ryu-kun," bisiknya.

"Ya?"

"Arigatou ne."

"Untuk apa?"

"Telah menjagaku malam ini. Kamu benar-benar nggak ngapa-ngapain aku."

Aku hanya diam saja. Kata-kata Hana-chan ini tak perlu jawaban. Sudah kewajibanku sebagai seorang samurai, seorang ksatria yang melindungi orang yang aku cintai, menghormati mereka. Aku melihat jam di dinding menunjuk ke angka 5.30. Pipinya Hana-chan bersemu merah. Aku bisa mendengar detak jantungnya. Detak jantung yang makin cepat padahal kami tak lari marathon. Hana-chan juga pasti mendengar suara detak jantungku, telinganya saja dekat dengan jantungku. Aku tak bergerak, diam. Walaupun di dalam diri ada hasrat ingin menciumnya pagi itu. Hingga Hana-chan beringsut ke atas, hingga kepalanya sejajar dengan wajahku. Wajah yang sangat cantik, wajah inilah yang akan aku ingat selamanya, yang akan mengisi kehidupanku selama-lamanya.

Hana-chan dan aku pun berciuman untuk kesekian kalinya. Kami saling memagut, Hana-chan....Inilah untuk pertama kalinya Hana-chan membiarkan dirinya untuk dicium, membiarkan tanganku erat memeluknya. Dan untuk pertama kalinya lidah kami bergerak, saling menghisap, benar-benar frenchkiss terdahsyat yang pernah kami lakukan.

Satu menit, dua menit kami berciuman membuat birahi kami naik. Aku agak ragu awalnya--dan aku memang pasif--untuk melanjutkan ini ke arah yang lebih jauh. Mengingat Hana-chan masih sangat polos. Aku tak mau merusaknya. Aku tak mau merusak dirinya, ia terlalu indah, terlalu lembut. Tapi ciuman demi ciuman yang kami lakukan pun lambat laun membuat Hana-chan makin sadar, aku benar-benar mencintainya. Aku sendiri tak kuasa menahan gejolak jiwa. Tanganku memegang bahunya, kemudian perlahan-lahan aku menyentuh dan mengusap dadanya.

Seketika itu ia melepaskan ciumannya. Matanya menatap sayu ke arahku.

"Ryu-kun...," desahnya.

"Maaf...aku...," aku tak melanjutkan kata-kataku. Segera aku singkirkan tanganku.

Hana-chan menggeleng. "Kamu ingin?"

Aku menggeleng, "Tidak Hana-chan, aku mencintaimu bukan untuk hal seperti ini."

"Aku belum pernah melakukannya."

"Aku juga."

Lama kami terdiam. Hanya debar-debar jantung yang terdengar. Perlahan-lahan tangan Hana-chan memegang tanganku dan diarahkan ke dadanya. Hana-chan memejamkan matanya.

"Tak apa-apa, pegang saja," katanya.

"Nanti Rina-chan akan menghajarku lagi."

"Kamu mencintaiku?"

Aku mengangguk.

"Ryu-kun, aku tak pernah jatuh cinta sebelumnya. Berciuman seperti tadi pun adalah hal pertama yang aku lakukan. Aku tak tahu apakah ini cinta, apakah ini rasa yang sesungguhnya. Melihat kesungguhanmu, aku jadi tersentuh Ryu-kun. Aku melihat bagaimana dirimu benar-benar menjagaku. Jangan salahkan aku ya, aku tak pernah jatuh cinta sebelumnya, baru kali ini aku menerima cowok dalam kehidupanku. Aku takut kalau Ryu-kun nanti berubah. Apalagi Rina-chan sangat mencintai Ryu-kun. Tubuhku tak seindah Rina-chan. Apa kamu yakin? Tertarik dengan cewek nerd, manja, polos dan lugu seperti aku?"

"Aku yakin, Hana-chan."

"Ryu-kun...sungguh?"

"Apapun yang Hana-chan inginkan aku akan melakukannya."

"Ryu-kun....cium aku lagi!"

Bibirku pun kembali menciumnya. Kali ini Hana-chan menuntun tanganku untuk meremas buah dadanya. Aku makin berdebar-debar saja. Aku meremasnya dari balik bajunya. Rasanya lembut, kenyal, dan aku yakin bentuknya sangat indah. Aku hanya berbuat sebatas yang Hana-chan inginkan saja. Aku tak mau berbuat lebih lagi. Cukup lama kami berciuman sambil tanganku meremas-remas boobsnya. Akhirnya kami pun berhenti.

"Sakit Ryu-kun," bisiknya.

"Hah? Yang mana?" tanyaku.

"Dadaku," jawabnya. Aku pun melepaskan remasanku. Ia menggeleng-geleng. "Lepasin kancing bajuku dong."

Saa itu Hana-chan memakai kemeja. Agak gemetar aku melakukannya, tapi akhirnya aku lakukan juga. Satu kancing, dua, tiga, empat, lima, Hana-chan sendiri yang membuka kemejanya. Terpampanglah di hadapanku sebuah bra berwarna krem yang membalut dua bukit yang tak terlalu besar. Hana-chan memejamkan matanya.

"Kecil kan punyaku?" tanyanya. "Aku nggak percaya diri."

"Aku suka Hana-chan."

"Bahkan tubuhmu sangat indah buatku."

"Sungguh?"

Aku mengangguk. "Tutup saja ya Hana-chan, aku tak tega menyentuhnya."

"Tidak Ryu-kun, sentuhlah!" Hana-chan lalu membuka sendiri kaitan branya, ia lalu menaikkan branya, sehingga aku bisa melihat sebuah merah puting kecoklatan, kecil mengacung dan keras.

"Hana-chan, aku...."

"Aku hanya bisa memberikanmu sebatas ini Ryu-kun. Tak bisa lebih. Untukmu. Aku juga tak tahu bagaimana orang berpacaran, tapi...kuharap caranya tidak salah."

Aku menutupkan kemejanya. Sehingga kedua payudaranya tertutup lagi.

"Tidak seperti ini Hana-chan," aku lalu memeluknya. "Aku tak akan melakukannya sampai aku menikah denganmu."

"Tapi Ryu-kun...."

"Tidak Hana-chan. Jangan paksa aku. Keindahan dirimu harus aku jaga. Aku tak ingin merusak dirimu. Aku tahu kebanyakan laki-laki akan melakukannya dalam posisiku sekarang, tapi aku terlalu mencintaimu Hana-chan. Aku sangat mencintaimu. Dan karena itu aku tak ingin melakukannya sekarang."

Mataku terpejam. Entah Hana-chan memikirkan apa. Aku memeluknya lagi. Hana-chan kembali meringkuk di dadaku. Hening. Itulah yang terjadi selanjutnya.

"Ryu-kun, kamu keras," katanya.

Oh tidak, punyaku sudah mengeras saja di bawah sana dan bersinggungan dengan perut Hana-chan. Aku malu, "Maaf, aku tak sengaja."

"Tak apa-apa Ryu-kun, setidaknya aku tahu menolak melakukan ini bukan karena gay."

Aku tertawa kecil. Hana-chan juga.

"Kamu memang samurai sejati Ryu-kun. Jangan pernah mengecewakan aku ya."

"Tak akan Hana-chan, tak akan."

Kami terdiam lagi. Kini aku sambil membelai rambut Hana-chan yang panjang. Kuusap-usap.

"Ryu-kun...," bisiknya.

"Apa?"

"Punyaku basah sekali."

"Maksudnya?"

"Aku sepertinya horni, aku malu..."

"Sama kan?"

Tangan Hana-chan menuntun tanganku untuk menyentuh kemaluannya dari luar celana. Tanganku gemetar.

"Hana-chan..."

"Tak apa-apa Ryu-kun, Ohh...Ryu-kun kenapa ketika kamu sentuh rasanya nikmat ya?"

"Hana-chan, rasanya lembab, basah."

Tanganku terus dituntun hingga benar-benar aku bisa merasakan kemaluannya yang lembab. Hana-chan kemudian membuka kancing celananya dan menurunkan celananya. Aku berdebar-debar melihatnya. Kini aku bisa melihat celana dalam warna putih, dan tanganku ditarik lagi hingga menyentuh permukaan kemaluannya. Tidaaakk....penisku makin mengeras. Ini terlalu jauh. Aku ingin menariknya tapi tangan Hana-chan begitu kuat dan memaksaku untuk menggesek-gesek belahan vaginanya. Wajah Hana-chan bersemu merah dan ia mendesah.

"Enak Ryu-kun," kata Hana-chan.

Tanganku pun digunakan Hana-chan untuk menggesek-gesek kemaluannya. Aku bisa merasakan basah sekali celana dalamnya itu, makin lama gesekannya makin dipercepat, hingga kemudian tanganku dijepit dengan kedua paha Hana-chan yang sangat mulus dan hangat itu.

"Ryu-kuuuunn...aahhhhhkkkkk!" pekiknya. Dia orgasmekah?

"Hana-chan, kamu tak apa-apa?"

Dia menggeleng. Nafasnya memburu. Dia menatapku sayu. Dan kami berciuman lagi.

"Ryu-kun....enak banget..."

"Kimochi deshou?" tanyaku.

Hana-chan mengangguk. "Ini orgasme pertamaku seumur hidup."

Aku bisa merasakannya, celana dalam Hana-chan basah sekali. Dia melihat ke bawah, kakinya di renggangkan lagi, tanganku pun terlepas dan aku tarik. Tampak jariku basah oleh lendir yang merembes dari celana dalamnya.

"Ryu-kun, boleh aku sentuh?" tanya Hana-chan.

"Sentuh apa?"

"Ryu-kun belum orgasme kan? Aku bantu?" tanyanya.

"Jangan Hana-chan! Aku...juga malu."

"Hihihihi," dia tertawa geli. "Ayolah, curang masa' cuma aku yang kamu sentuh?"

Akhirnya aku mengangguk. Hana-chan lalu membuka resleting celanaku dan aku melepaskan gesper tangannya pun mengusap-usap batang yang mengeras dari balik celana dalamku.

"Ryu-kun besar ya, aku heran. Bagaimana benda seperti ini bisa masuk ke milik cewek ya?"

Aku tak menjawab. Aku malah berfikir aneh-aneh sekarang. Tapi aku sudah berjanji aku tak mau merusak Hana-chan.

"Ryu-kun, makin keras," katanya. Dia mengusap-usap batang itu. Lebih tepatnya mengocok dari luar celana dalam. Dia memekik ketika melihat ke bawah, "Ryu-kun, ada yang nongol!"

Aku melihat ke bawah, kepala penisku yang keras sudah muncul ke permukaan celana dalam. Hana-chan lalu menurunkan celana dalamku. Dan terpampanglah kemaluanku, tegang sempurna mengacung keras.

"Aahh...seperti itu ya bentuk lelaki," perlahan-lahan Hana-chan menyentuhnya. Aaahhhh....rasanya ada listrik ribuan watt menyetrum diriku. Kemaluanku pun berkedut-kedut. Nikmat sekali, lembut sekali tangan Hana-chan.

"Hana-chan, jangan...ahhhhhkkk!" keluhku.

"Enakkah Ryu-kun?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Aku kocok ya?" tanyanya.

"Kamu tahu caranya?"

"Tahulah, sejak SD aku sudah berhasil menjebol situs-situs porno koq untuk dapetin video-video mereka. Yah, ini semua gara-gara temen-temenku yang nantangin sih. Jadi aku penasaran saja bagaimana mereka melakukannya."

Aku diam. Hana-chan ternyata sedikit banyak tahu tentang ini. Jadi aku tak perlu mengajarinya. Ia memang cukup pintar. Kepala penisku digesek-gesek dan diremas-remas. Mengakibatkan aku makin melayang. Tangannya hangat, membuat penisku nyaman di dalam genggamannya. Makin lama, kocokannya makin cepat, elusan-elusannya pun makin intens. Kini Hana-chan memakai dua tangan. Tangan kirinya diarahkan ke bola-bolanya. Aaaahhhkkk....tidak aku melayang.

"Hana-chan, jangaannnnnn!" pekikku.

Kocokannya makin cepat dan rasanya aku hampir klimaks. Pantatku naik turun, menggeliat. Hana-chan tega sekali ia mengocokku makin cepat sambil meremas-remas telurku. Dan, akhirnya keluarlah sperma perjakaku untuk pertama kali.

CROOOOOTTT! CROOOOOTTT! CROOOOOTTT! CROOOOOTTT! CROOOOOTTT! CROOOOOTTT!

Entah dari mana, tapi Hana-chan sudah menyiapkan tissue. Dia langsung menahan lubang penisku dengan tissuenya. Cairannya banyak sekali, aku bahkan tak mengira bisa sebanyak itu. Dengan telaten Hana-chan membersihkannya. Kemudian ia lempar ke tempat sampah yang ada di sudut ruangan. Ia beringsut kembali ke atas. Kami berpandangan. Kening kami bersentuhan.

"Ryu-kun, kalau kamu berbuat curang. Aku akan potong kepunyaanmu!" ancamnya.

"Iya iya, nggak. Nggak bakal," kataku.

Kami berciuman lagi. Aku sudah komitmen kepada Hana-chan tak ingin berbuat yang lebih jauh lagi hingga kami menikah nanti. Yang penting, Hana-chan mencintaiku sekarang. Setelah mandi, sarapan, kami pun melanjutkan perjalanan.


************~o~************​


Kami sudah sampai di sebuah tempat di kaki Gunung. Hana-chan kemudian turun dan menghampiri sebuah rumah yang terlihat paling besar daripada yang lain. Aku tak tahu tempat ini, tapi Hana-chan sepertinya kenal. Seorang wanita keluar dari dalam rumah itu. Ah, itukan...ibunya Yuda.

"Eh, Hana. Sama siapa?" sapanya.

"Sama Ryu," jawabnya. "Han Jeong mana ya tante?"

"Di sana," tunjuk ibunya Yuda ke atas gunung. Wah? Ke atas?

"Kapan mereka turun? Ada yang penting nih, tante. Kita sudah menemukan Yuda."

"Oh ya? Bagaimana dia? Sekarang di mana?" sang ibu senang, tentu saja. "Ibu khawatir dia kenapa-napa. Anak itu memang bandel sekali, selalu bikin khawatir orang tuanya."

"Ibu tak usah khawatir. Dia baik-baik saja koq. Aku justru ingin dia bisa bertemu dengan Han Jeong secepatnya."

"Han Jeong masih lama turunnya, latihan mereka tak bisa diganggu."

"Apa aku bisa naik saja ke sana ya, tan?"

"Jangan, nanti malah bapak marah."

"Ohh...berapa lama lagi?"

"Semua tergantung Han Jeong."

(bersambung......)

Mumpung ada koneksi, nyicil posting. :Peace:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah ketinggalan banyak padahal cuma 3 hari ga mampir hehehe
 
Kisah cinta Hana dan Ryu juga menarik.

Tapi apa si Ryu bakal kuat nahan keperjakaannya itu sampai nikah nanti ?
 
Feel kemesraan Ryu am Hana kena bgt tuh, mempertahankan prinsip, sy suka :jempol:
 
Asekkkkkkk
Ternyata masih ciciclan postingnya
Bakal ada lagi nie
Mudah2an secepatnya,
Bedewe.... thanks yak om arci udah nyempatin update pdhl masih sibuk tuh
:ampun: :ampun: :ampun:
 
udah lama gak ke trit ini, eh... udah ketinggalan jauh aja :hua: ijin :baca: suhu.
 
Bimabet
Makadih suhu updatenya...ternyata suhu menepati janji walau mungkin di selah kesibukan :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd