Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT My HEROINE [by Arczre]

Siapakah Tokoh yang Paling disuka?

  • Jung Han Jeong

  • Yuda Zulkarnain

  • Hana Fadeva Hendrajaya

  • Ryu Matsumoto

  • Azkiya a.k.a Brooke

  • Rina Takeda

  • Jung Ji Moon

  • Ray

  • Astarot

  • Putra Nagarawan


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
BAB X: MELACAK SI ANAK HILANG II

1fd9a1382649111.jpg


6d00be383835959.jpg


#PoV Hana#

Kami bertiga berada di sebuah taman yang di dalamnya masih asri, pepohonannya rimbun, tanamannya segar dan rumputnya menghijau. Tampak sebuah danau buatan yang berisi berbagai flora dan fauna mini ada di hadapan kami. Baru kali ini aku merasakan hidup yang benar-benar dalam pelarian.

Hari sudah mulai senja. Dan kami semua belum makan apapun.

Aku yakin Yuda tidak jadi jahat. Dan peristiwa di Hotel The Continental ternyata sangat mengejutkan aku. Hotel yang besar ini ternyata adalah sarang pembunuh bayaran. Dan horee, Yuda menghancurkan mereka semua. Keren. Han Jeong pasti bangga punya pacar yang jiwa keadilannya tinggi. Aku tak tahu sekarang harus kemana. Hari sudah mulai larut. Kembali ke M-Tech, itu tidak mungkin. Akhirnya yang aku lakukan adalah pergi ke rumah Nenek Vira. Semoga saja rumah beliau tidak disatroni oleh pihak yang berwajib, kalau sampai disatroni oleh pihak yang berwajib. Kacau deh.

Rumahnya berada di pinggiran kota. Nenek Vira ini istri kakek yang kedua. Memang sengaja aku tak menghubungi beliau, bisa jadi kan telepon mereka disadap. Setelah naik angkutan umum kami turun di sebuah jalanan yang sepi. Jalanan ini yang menghubungkan rumah Nenek Vira dengan jalan raya.

"Ryu-kun, coba kamu lihat apakah ada polisi ataukah tidak!" kataku.

"Serahkan kepadaku!" kata Rina-chan. Dia langsung melangkah pergi dengan cepat. Dasar ninja.

Eh, tapi koq tinggal aku ama Ryu saja ya? Aku dan Ryu diam. Kami canggung mau ngobrol apa-apa. Tentu saja. Dia cukup keren juga tadi menghajar para pembunuh bayaran. Yah, walaupun sedikit hentai.

"Hana-chan, maaf ya tadi," kata Ryu.

"Kenapa?"

"Aku tadi tak bisa merindungimu dengan sempurna, membuatmu khawatir," katanya.

"Apaan, nggak apa-apa koq. Udahlah nggak usah dipikirkan," kataku.

"Kamu yakin ke tempat ini?"

"Iya, walaupun kemungkinan besar aparat sudah mengendus tempat ini."

"Yang aku khawatirkan bukan itu Hana-chan. Aku khawatir kalau-kalau tempat ini juga jadi tempat perang nantinya."

"Semoga saja nggak terjadi Ryu-kun."

"Hana-chan, aku akan tetap melindungimu. Apapun yang terjadi," kataku.

"Kamu tumben bisa bilang L," aku mengalihkan pembicaraan. Aku tahu dia mau merayuku, tapi aku nggak mau. Enak aja dirayu oleh cowok hentai.

"Oh ya? Kemajuan yah, aku masih terus berusaha."

"Ngomong-ngomong, sejak kapan kalian dijodohkan?"

"Entahrah, aku juga tak tahu. Ketika otou-san merihatku purang dari rumah, dia rangsung memberitahukannya. Rina-chan juga tahu aku tak suka perjodohan ini."

"Tapi apa kamu sudah tahu bagaimana perasaan Rina-chan?"

"Maksudnya?"

"Siapa tahu ia benar-benar suka ama kamu?"

"Aku tak pernah menanyakannya."

"Kalau dia suka sama kamu kan bagus."

"Bagus bagaimana?"

"Bagus dalam arti perjodohan kalian kan bisa terlaksana sesuai rencana."

"Hana-chan, aku tak menyukainya. Aku tak mau menikah dengan anak transgender seperti itu."

"Transgender?"

"Iyalah, tingkahnya seperti cowok. Ngeri, kejam. Kamu sendiri lihat tadi bagaimana dia memaksa orang itu untuk bicara? Mana mungkin aku mau punya istri yang suka potong kemaluan laki-laki?"

"Hahahahahaha, ya enak kan kamu nggak bakal selingkuh seumur hidup."

"Hana-chan, aku tahu kamu bukan Sakura-chan. Hanya saja, mungkin pada awalnya aku menganggapmu adalah sebagai Sakura-chan. Tapi kamu beda. Ada sisi lain di dalam dirimu yang berbeda dari Sakura-chan."

Aduuuhhh, kenapa aku jadi berdebar-debar gini ya? Entah sejak kapan kami sudah berhadap-hadapan, Ryu-kun memegang bahuku.

"Kamu adalah wanita yang pantas untuk dilindungi. Aku tak pernah bisa melindungi Sakura-chan. Mungkin tuhan mempertemukanku denganmu agar aku bisa melindungimu untuk yang kedua kalinya. Dan aku tak mau gagal. Aku tak mau melihat seorang wanita tergeletak di atas ranjang rumah sakit tanpa aku bisa berbuat apa-apa untuknya. Aku tak mau itu terulang lagi. Hana-chan, aku menyukaimu."

DEG! DEG! No no no ini tidak benar. Aku kira dia akan mencuri cium dariku lagi, tapi kali ini tidak. Dia memelukku dengan erat. Pelukannya kali ini beda, ia seperti tak ingin aku pergi darinya. Entah deh, apa yang akan dikatakan Han Jeong kalau melihatku dalam kondisi seperti ini.

"Ryu-kun, lepasin dong. Nanti dilihat Rina-chan!" kataku.

"Biarin, aku tak akan melepaskannya. Aku benar-benar menyukaimu dan aku akan terus melindungimu Hana-chan, ini adalah janji samuraiku."

Aduuhh....udah deh lumer aku, rayuannya maut. Mungkin sekarang Han Jeong akan bilang, "terima terima terima!" Tapi kalau mengingat bagaimana dia mencuri ciumku di lift, kesadaranku pun kembali.

"Dasar toloonng ada cowok hentaaaiii!" teriakku.

"Heh? Apa yang aku lakukan??"

PLETAK!

Ryu-kun dipukul kepalanya oleh sarung pedang Rina-chan. Ia langsung melepaskan pelukannya. Aku tersenyum kecil melihat dia mengaduh sambil memegangi kepalanya.

"Kamu tak apa-apa Hana-chan?" tanya Rina-chan.

"Nggak apa-apa koq," jawabku.

"Ryu-kun, sudah kubilang kamu jangan jadi cowok hentai!" kata Rina-chan.

"Tapi aku tak berbuat apa-apa," katanya.

Aku menjulurkan lidahku.

"Hana-chan, kamu tega."

"Bagaimana Rina-chan? Aman?" tanyaku.

"Aman, tak ada apa-apa, mungkin ada kamera cctv. Tapi kamu tak masalahkan?" tanyanya.

"Oh, soal itu aku bisa atur, yuk!" ajakku.

Ada seorang petugas keamanan. Wah, ada yang jaga nih. Masa bodoh ah. Aku segera pasang badan di sana. Aku tak begitu kenal sama petugas keamanan yang ada di rumah kakekku ini. Tapi sok akrabkan bisa harusnya.

"Malem pak," sapaku.

"Hmm? Cari siapa non?" tanyanya.

"Lho, ini saya. Hana Fadeva Hendrajaya, anaknya Faiz Hendrajaya Junior," jawabku. "Nenek Vira ada?"

"Ohh...Non Hana. Ya, ya ya, ibu pernah cerita punya cucu namanya Hana. Sebentar yang bapak panggilkan ibu dulu," katanya. Beliau lalu mengambil telepon dan menekan nomor 1. "Halo, Bu. Ini ada Hana Fadeva Hendrajaya di luar. Boleh diijinkan masuk? Iya bu, iya."

"Bagaimana pak?" tanyaku.

"Masuk aja non, sebentar ya bapak bukain pintunya," katanya. Beliau pun langsung membuka pagar dan mengijinkan kami masuk.

Kami bertiga tak lama kemudian sudah berada di depan pintu. Tak lama kemdian pintu pun terbuka. Muncullah wajah seorang wanita yang sudah tua. Beliau tersenyum ramah.

"Hana ya?" sapanya.

"Nenek Vira?" sapaku. Kami pun langsung berpelukan. Kangen juga ama Nenek Vira. Sudah lama kami tak bertemu.

"Masuk aja! Yuk!" ajaknya.

Kami bertiga kemudian masuk.

"Kakek sudah cerita tentang kondisi kalian. Nenek turut prihatin. Ini siapa?" tanya beliau.

"Ini Ryu samurai hentai, ini ninja cantik Rina-chan," jawabku.

"Bokuwa? Samurai Hentai??" Ryu-kun bingung sambil menunjuk dirinya sendiri.

Aku, Rina-chan dan nenek Vira tertawa mendengarnya.

Malam itu aku bermalam di rumah Nenek Vira. Semoga keadaannya lebih baik esok hari. Rumah beliau cukup besar, Ryu-kun berada di kamar tamu, Rina-chan dan aku tidur di kamar yang sama.

Rina-chan dan aku tentu saja ingin mandi. Terutama Rina-chan. Dia katanya belum mandi sejak dari gedung konsulat.

"Eh, Rina-chan mandi bareng yuk!" ajakku.

"Hmm? Baiklah," katanya.

Aku membuka baju, Rina-chan juga. Hanya saja, ternyata bajunya Rina-chan lebih ribet. Mulai dia melepaskan pelindung lengannya. Lalu dia lepas juga senjata-senjata yang ada di tubuhnya satu per satu. Butuh waktu sekitar lima belas menit untuk tubuhnya benar-benar polos. Aku sendiri melongo melihat senjata sebanyak itu berada di balik pakaiannya. Dasar ninja.

Kami berdua pun masuk ke kamar mandi. Aku mengisi bak mandi dengan air hangat. Setelah terisi penuh kami pun melepaskan handuk kami. Dan tidaaaakk....

"Nggak mungkin," gumamku.

"Kenapa Hana-chan?" tanya Rina-chan ketika melihatku terkejut.

"Dadamu besar juga ya Rina-chan," kataku. Iya, boobsnya gedhe.

"Masa' sih?" Rina-chan memegang dadanya sendiri.

"Iya," aku melepas handukku. Boobsku tidak terlalu besar. Mungkin ukurannya cuma 34A. Rina-chan cantik juga ya. Masa' Ryu-kun nggak tertarik sama sekali kepada Rina-chan? Sepertinya si Ryu ini lebih terobsesi kepadaku.

Kami cukup lama berendam. Bercerita satu sama lain. Ngobrolin semua hal, mulai dari tempat asal hingga tentang pengalaman hidup. Dari obrolan ini aku pun tahu kalau Rina-chan ini dididik dengan sangat keras oleh keluarganya, sudah menjadi Kunoichi dalam usia yang sangat muda. Rina-chan juga bercerita tentang perjodohannya dengan Ryu-kun. Ternyata memang sudah sejak awal Ryu-kun tidak suka dengan perjodohan ini.

Lalu ketika aku tanya, "Bagaimana dengan perasaanmu Rina-chan?"

Rina-chan tidak menjawab langsung, "Rasanya aku sudah terlambat untuk menempati hati Ryu-kun."

"Kenapa?"

"Kamu tak lihat ya?"

"Hm?

"Ryu-kun itu suka sama kamu Hana-chan."

"Tapi aku tak suka Rina-chan. Aku tak mau dengan cowok hentai macam dia."

"Tapi, Ryu-kun itu baik lho sebenarnya. Dan kalau ia sungguh-sungguh kepada sesuatu ia akan memperjuangkannya. Kamu nggak akan dikecewakan olehnya. Aku bisa pastikan itu."

"Tapi aku nggak mau Rina-chan."

Rina-chan tertawa kecil,

"Kenapa tertawa?" tanyaku.

"Kamu itu lugu ya?"

"Lugu gimana?"

"Masih polos dalam urusan cinta."

"Emangnya kamu nggak?"

"Dalam mencintai seseorang itu dibutuhkan ketulusan. Apabila ada seorang lelaki yang dengan tulus mencintaimu dan rela mati untukmu, kamu jangan pernah melepaskan dia. Karena akan sangat langka kamu bertemu lelaki seperti dia."

Aku terdiam, berfikir keras. Memang sih aku tak pernah mengerti urusan cinta. Dari ucapannya Rina-chan sendiri aku tahu kalau dia suka sama Ryu. Tapi ucapannya Ryu tadi mengatakan bahwa ia suka kepadaku. Aduuuhhh....aku bingung, belum pernah disukai cowok sebelumnya.

"Hana-chan," kata Rina-chan sambil memegang tanganku.

"Tak pernah aku melihat Ryu-kun sehidup ini sebelumnya. Setelah ia kehilangan Sakura, ia seperti orang mati. Tapi ketika hari ini aku melihat dia, sorot matanya hidup. Sepertinya engkau telah memberikan dia kehidupan kepadanya lagi. Jangan kecewakan dia ya?"

"Tapi, aku kan tidak suka kepadanya."

"Yakiin?"

"Iya yakin."

"Trus, kenapa tadi ketika setelah pertarungan Ryu dan ninja tadi kamu memegang tangannya?"

"Itu...ah masa' sih? Aku....aku kan nggak sengaja."

"Kamu takut kehilangan Ryu-kun ya?"

"Enggak. Beneran."

"Bohong kamu."

"Rina-chaan...beneran aku nggak suka ama Ryu-kun. Dia itu bego, hentai, suka tersesat."

"Hihihihi, ya kita lihat saja nanti. Udahan yuk!" Rina-chan mengajakku keluar dari bathup. Aku iri kepada tubuhnya itu, seksi, bahenol, boobsnya gedhe. Duh dibandingin aku. Hiks.


******~o~*****​


Paginya aku bangun lebih dulu. Tidurku nyenyak sekali. Aku sudah mengutak-atik komputer yang ada di rumah nenek Vira. Aku pinjam laptopnya untuk berkomunikasi dengan papa dan profesor Andy. Aku ceritakan semua yang terjadi kemarin dan aku ada di mana sekarang.

"Oh, kamu berada di rumah Nenek Vira sekarang?" kata papa. "Baiklah tetap kabari kami. Ada perlu bantuan lagi?"

"Itu saja deh pa, kami sekarang sedang melacak tentang The Continental. Sepertinya mereka sedang memburu Yuda. Kalau dugaanku benar, maka kita akan bertemu dengan mereka nanti. Mungkin akan terjadi sedikit rumble. Aku harus bisa masuk ke dalam sistem mereka. Papa bisa bantu?"

"Bisa, nanti akan papa hubungi lagi. Semua informasinya akan kamu dapatkan nanti. Oh ya, nanti papa akan coba teknologi face recognizer. Papa akan scan seluruh CCTV di kota."

"Wah? Pa, itu kan ilegal. Cuma dipunyai BIN kan?"

"Nggak percuma kan papa punya istri mantan agen rahasia?"

"Heheheh. Papa keren. Oke deh, minta tolong yah pah."

"Ok," papa lalu mematikan video chatnya.

"Hana, ayo sarapan dulu! Teman-temanmu sudah siap tuh!" kata Nenek Vira.

Aku segera mematikan komputer dan menuju ke meja makan. Kulihat Ryu dan Rina sudah ada di sana. Kami akhirnya makan bersama pagi itu. Suasana cukup akrab. Nenek Vira sekarang hidup sendirian setelah semua anaknya menikah dan berkeluarga. Beliau hidup sendiri di rumah, terkadang kakek datang ke rumah ini. Terkadang juga kakek mengajak beliau ke gedung M-Tech.

Sarapan pagi itu Ryu-kun lebih banyak bicara mengenai dirinya. Nenek Vira-lah yang mengorek keterangan dari Ryu-kun. Ternyata Ryu-kun itu miriplah sama Yuda, sama-sama anak orang yang punya padepokan. Bedanya kalau Yuda adalah padepokan silat, sedangkan Ryu-kun adalah padepokan pedang. Ryu-kun bercerita kalau dia hanya ingin mengembalikan Gnome-X ke pemerintahan Jepang, setelah itu ia ingin berhenti dari tugasnya menjadi agen rahasia CCC. Nenek Vira kagum kepada Ryu-kun, masih muda tapi sudah dipercaya oleh pemerintahan Jepang.

Makan pagi pun selesai, aku membantu Nenek Vira mencuci piring. Saat itulah beliau menyeletuk.

"Kamu deket ya sama Ryu?" tanya Nenek Vira.

"Nggak koq nek, nggak," jawabku.

"Dari cara dia memandang kamu, beda sekali," kata beliau.

"Masa' sih?"

"Halah, nggak usah disembunyikan, itu anak suka ama kamu."

"Ah nenek, koq malah goda aku sih?"

"Tatapan matanya itu jadi mengingatkan nenek ama tatapan mata kakekmu. Mata yang ingin melindungi orang yang dicintainya."

"Aduh, nek. Rina-chan itu tunangannya lho."

"Oh, begitu ya? Tapi kaya'-nya mereka nggak ada tanda-tanda suka tuh."

"Udah deh nek, biarin deh. Aku juga nggak suka cowok hentai macam dia."

"Kenapa emangnya?"

"Masa' dia nyium aku tiba-tiba. Aduh neek, itu kan harusnya ciuman pertamaku. Eh, malah dia nyium aku tiba-tiba. Aduuuhh...nah, makanya aku sebut dia cowok hentai."

"Hahahahaha," tiba-tiba Nenek Vira tertawa.

"Kenapa, nek? Ada yang lucu."

"Ya samalah ama kakekmu. Dia dulu langsung nyosor nenek, padahal jadian aja belum."

"Hah? Yang bener? Kakek berbuat begitu? Faiz Hendrajaya pemilik M-Tech Industries masa mudanya seperti itu?"

"Heh, jangan salah. Sekalipun begitu kakekmu itu gentlemen lho. Dia nggak pernah menyakiti hati nenek. Coba lihat, sampai sekarang Kakekmu sama nenek, juga sama nenek Iskha hidup rukun. Beliau benar-benar lelaki sejati."

"Sebentar, jadi nenek ini cinta pertamanya kakek yah?"

"Begitulah."

"OOhh..begitu, hihihi. Jadi ternyata begitu ya kakek. Trus ceritain lagi dong tentang kakek."

"Hmm...kakekmu itu waktu muda juga suka tantangan yang memacu adrenalin. Nenek pernah diajakin balap liar. Sampai jantung nenek nih hampir copot. Masa' melaju kecepatan 200km per jam??"

"Waaahh? Hebat dong."

"Hebat apanya? Jantung hampir copot iya."

"Hahahaha, kalau aku sih biasa nek ngebut-ngebut gitu."

"Ya pastilah, wong kamu cucunya. Nggak heran."

"Hihihi. Trus?"

"Nah, kakekmu itu orang yang cukup romantis, tanggung jawab dan bisa dibilang orangnya itu sangat penyayang."

"Hmm? Tapi kenapa sama nenek bisa pisah?"

"Kalau sama nenekmu, ada kisah yang sebenarnya cukup memilukan. Beliau dulu nggak memaafkan nenekmu karena suatu hal. Tapi nggak usahlah nenek cerita. Cukup kami aja yang tahu. Yang penting sekarang beliau sudah memaafkan nenekmu dan yah mereka kan seperti kakak adik, kan?"

"Kalau dibandingkan istri-istri kakek, siapa sih yang paling dicintai kakek?"

"Wah koq pertanyaannya kesitu?"

"Yah, kepengen tahu ajalah nek. Kan jarang juga lihat keluarga yang kakeknya poligami."

"Kakekmu yang nenek tahu lebih mencintai nenek Iskha."

"Oh ya?"

"Iya"

"Tahu dari mana, nek?"

"Nenek kan sudah hidup lama bersama kakekmu. Sejak beliau sekolah, kuliah, sampai kami menikah. Tahulah siapa yang paling dicintainya."

"Tahu nggak nek? Aku pernah lho tanyakan ini ke nenek Iskha, tahu nggak jawaban beliau apa?"

"Apa?"

"Beliau menjawab yang dicintai kakek itu ya nenek Vira ini."

"Ah, masa'?"

"Iya"

Nenek Vira tersenyum. Kami sudahi mencuci piringnya. Beliau kemudian mengajakku untuk pergi ke halaman belakang rumah. Di sana ada tanaman-tanaman yang dipelihara oleh beliau. Kami pun melanjutkan percakapan.

"Ngomong-ngomong, seberapa banyak sih anggota keluarga Hendrajaya itu?" tanyaku.

"Banyak sih. Bahkan mungkin kalau disilsilahkan nggak bakal muat. Tapi kalau kita reuni pasti bakal penuh satu hall. Hehehehe."

"Segitu banyaknya kah??"

"Iyalah, kakekmu sendiri saja ada empat bersaudara. Belum juga saudara-saudara tirinya. Dan semuanya sudah menyebar kemana-mana. Ada yang diluar negeri ada yang masih di sini. Semuanya mendapatkan warisan dari Hendrajaya dan sekarang sudah punya usaha sendiri-sendiri. Ada yang jadi tentara, jadi polisi, ada yang jadi akuntan juga. Banyak deh."

KRIIING! Terdengar suara telepon.

Nenek pun buru-buru masuk ke rumah. Kemudian beliau mengangkat telepon rumahnya. Aku mengikuti beliau.

"Ya, dengan kediaman keluarga Hendrajaya di sini?" kata nenek Vira. Setelah beberapa saat lamanya beliau kemudian menutup teleponnya. "Hana, kamu disuruh online sama papamu."

"Oh, dari papa?" tanyaku.

"Iya. Tapi bukan papamu yang nelpon. Orang lain. Mungkin biar nggak terlacak polisi kali ya?"

Aku segera beringsut ke depan komputer lagi. Aku pun menghidupkan video chat lagi. Papa sudah ada di depan komputernya.

"Ada apa pa?" tanyaku.

"Ketemu. Sensorku menemukan Yuda. Seluruh CCTV aku scan dengan wajah Yuda. Alhasil, ada data 80 persen cocok. Di pusat perbelanjaan Sri Wedari mall," jelas papa.

"Sri Wedari? Ahh..ada di sana!?"

"Tapi cukup jauh pa dari sini," kataku.

"Paling tidak dia masih ada di sana sekarang. Sepertinya dia berputar-putar mencari sesuatu. Kamu mau lihat? Aku kirim alamat streamingnya," kata papa. Beliau kemudian mengetikkan alamat di layar chat. Aku langsung mengklik alamat itu dan aku melihat beberapa layar cctv di browserku.

"Yang mana pa?" tanyaku.

"Lihat kamera nomor tujuh! Dia masih ada di sana!" kataku.

Aku melihat seorang memakai jaket hoodie, celana jeans sedang berjalan bersama dengan seorang wanita. Eh, aku tahu siapa wanita itu. Brooke. Kenapa mereka ada di sana? Aku lihat Yuda menoleh kiri dan kanan, sepertinya ia menghindari dari sesuatu.

"Papa, ada rekaman beberapa menit lalu kira-kira apakah Yuda membawa kendaraan atau tidak?" tanyaku.

"Hmm...bisa, sebentar!"

Aku menunggu beberapa saat. Yuda dan Brooke kemudian berjalan dan menghilang dari CCTV. Wow, face recognizernya benar-benar canggih bisa mengenali Yuda. Papa kemudian memperlihatkan sesuatu di kamera nomor 01. Di sana beliau memundurkan rekamannya.

"Coba lihat! Ada sebuah mobil bukan? Sepertinya itu miliknya," kata papa.

"Oh benar. Apa bisa dilacak signal GPS-nya?"

"Bisa. Kamu bawa ponsel?"

"Iya, pa. Bawa."

"Papa akan kirim kode signalnya, kamu pecahkan sendiri."

"Beres!"

Kemudian papa mengirimkan kode signalnya di layar chat. Aku kemudian mengunduh aplikasi yang aku buat sendiri untuk mendekripsi sinyal GPS itu. Kemudian aku pasangkan di GPS tracker yang ada di ponselku. Terlihat. Mobil yang dikendarai Yuda sekarang berada dalam pengawasanku. Aku suka sekali keluarga Hendrajaya ini, resource teknologinya tak terbatas.

"Dapat pa! Kita akan segera bertemu dengan Yuda. Semoga," kataku.

"Hati-hati! Jangan lupa jaga kondisi Hana!"

"Iya pa, iya."

Setelah itu kami mengakhiri video chat. Komputer aku matikan lagi. Aku segera menemui Ryu-kun.

"Ryu-kun, aku sudah dapatkan keberadaan Yuda," kataku.

"Berangkat sekarang?" tanyanya.

"Ayo!" kataku.


*************~o~***************​


Setelah pamit kepada Nenek Vira, kami pun berangkat lagi. Dan iya, kami naik angkutan umum. Perjalanan kami cukup lama. Sepertinya Yuda sudah pergi dari mall itu. Aku lihat mobilnya sudah bergerak.

"Wah, dia bergerak," kataku sambil memperlihatkan ponselku ke Ryu.

Tapi pergerakannya tak begitu jauh. Kami pun dengan sabar menanti hingga bus yang kami kendarai berhenti di dekat signal GPS mobil itu berada. Hmm?? Rumah sakit? Kami pun turun dari bus.

"Coba tebak, kenapa Yuda ada di rumah sakit?" tanyaku.

"Menjenguk orang sakit?" tebak Ryu.

"Periksa kehamilan Brooke?" gurau Rina-chan sambil tertawa kecil.

"Nggak lucu Rina-chan. Kalau tahu Brooke dihamili oleh Yuda, Han Jeong bakal membunuh dia."

"Kamu lihat sendiri bagaimana dia meluk Yuda kan? Seperti sepasang kekasih."

"Kita harus tahu apa sebabnya. Ayo!"

Aku kemudian masuk ke rumah sakit bersama Ryu-kun dan Rina-chan. Tapi kemudian aku mencegah mereka. Ryu-kun kebingungan.

"Kenapa?" tanyanya.

"Gila apa? Kalian bawa katana begitu? Ntar petugas keamanannya curiga. Sebaiknya aku saja yang masuk," kataku.

"Oh iya, kamu benar," jawab Ryu.

Aku segera masuk ke dalam rumah sakit. Pertanyaannya adalah aku harus kemana, rumah sakit ini ada lima lantai. Dan kamarnya juga banyak. Mana mungkin aku memeriksa satu per satu. Bego juga aku ya? Masa' tadi dengan pedenya aku langsung masuk begitu saja?

Mungkin kebetulan atau apa tiba-tiba terlihat rombongan orang-orang memakai jas hitam, kemeja hitam dan dasi masuk ke dalam rumah sakit. Seseorang memakai mantel abu-abu tampak memimpin mereka. Heh? Siapa mereka? Para Assasin kemarin kah? Mereka langsung masuk ke rumah sakit, naik ke tangga. Jumlah mereka cukup banyak sih. Ada sekitar dua puluhan orang lebih. Aku diam-diam mengikuti mereka. Sungguh mengejutkan ketika mereka sampai di lantai dua, tampak ada dua orang yang aku kenal sedang berdiri di kejauhan. Itu Yuda dan Brooke!

"Akhirnya kita ketemu lagi. Bukankah sudah aku bilang. Kalian pergi ke manapun tak akan bisa lolos dariku," kata sang pemimpin yang memakai mantel abu-abu.

Yuda dan Brooke tampak saling berbisik. Setelah itu Brooke mencium pipinya Yuda lalu pergi. Whooaaaa! Kenapa dia sampai mencium pipinya Yuda segala? Waduh waduh waduh, gawat nih. Yuda main belakang nih. Bisa-bisa Han Jeong bakal membunuh dia nih.

"Jaga ibumu, aku akan menghadapi mereka," kata Yuda.

"Kamu mau berubah di sini? Ngancurin gedung rumah sakit?" tanya sang pemimpin.

"Nggak perlulah Bram. Aku bisa koq menghadapi kalian semua seorang diri," kata Yuda dengan percaya diri.

"Dengan pistolnya?" tanya sang pemimpin sambil anak buahnya mengeluarkan senjata api mereka.

"Kamu tak akan melakukannya di tempat ini bukan?" tanya Yuda.

"Kalau diperlukan, aku tak peduli," kata sang pemimpin.

Mereka berdua terdiam agak lama, kemudian sang pemimpin tertawa keras, "Tentu saja aku tak akan memakai senjata api, bego apa? Menghajarmu lebih cadas daripada menembaki dirimu. Kamu pasti akan berubah menjadi monster itu, aku tak akan ambil resiko. Baguslah kalau kamu nggak mau berubah. Berarti kita fair. Hajar dia!"

Huwaaaa ada keributan. Aku harus panggil Ryu-kun nih. Nggak ada cara lain. Aku segera berbalik dan berlari menuju ke sebuah jendela yang ada di ujung lorong. Saat itulah aku melongok keluar. Ini lantai tiga. Moga aja Ryu-kun dengar.

"Ryuuuuuu-kuuun!" panggilku. Eh sebentar. Jendela ini tidak pas mengarah ke depan rumah sakit tempat di mana Ryu-kun tadi menunggu. Aaarrrggghhhh! Dan dengan terpaksa aku masuk ke dalam salah satu kamar pasien yang mana kaca jendelanya tepat ke arah di mana Ryu-kun berada di bawahnya.

"Permisi ya pak, maaf. Ada yang darurat!" kataku langsung masuk ke kamar pasien itu.

Sang pasien kebingungan. "Lho, lho, lho Mbak? Ada apa?"

Aku melongok ke jendela. Kelihatan Ryu-kun dan Rina-chan. "Ryuuu-kuuuuuunnn! Riiinnnaaaa-chaaaaan!"

Mereka berdua mendongak ke atas. Aku melambai-lambai. Mereka kebingungan sambil mengangkat bahu.

Aku pun berteriak lantang, "Ada Yuda dan Brooke di sini. Naik ke sini! Cepetan!"

Ryu-kun dan Rina-chan saling berpandangan. Mereka lalu masuk ke rumah sakit. Aku segera keluar dari kamar itu.

"Lho, lho, lho, neng?" sang pasien kebingungan aku keluar lagi dan berlari meninggalkan kamarnya.

Begitu aku kembali ke tempat Yuda tadi, whoaaa terjadi rumble di sana. Yuda menghajar satu per satu orang yang ingin membunuhnya tadi. Dia memukul dengan cepat, gerakannya benar-benar gerakan membunuh, mematikan, tapi dia bisa melakukannya tanpa membunuh lawannya.

Gerakan-gerakannya cukup lincah. Dia gesit seperti harimau, menangkap lengan lawan, lalu memutarnya. Memukul paha lawan, kemudian beberapa kali memukul dada dan leher lawan, begitu gesit hingga aku sendiri seperti terbawa suasana. Baru saja aku melihat Yuda melumpuhkan hampir semua orang Ryu-kun dan Rina-chan pun datang. Kagetlah Ryu melihat pertarungan itu.

Sang pemimpin tadi kini bergerak dia mengeluarkan sebuah pena dari dalam bajunya. Dan pena itu pun tiba-tiba melayang ke arah Yuda, Yuda secara reflek menghindar. Apa itu? Pena itu sepertinya bisa bergerak sesuai dengan kehendak sang pemimpin itu. Penanya meliuk ke kanan dan ke kiri berusaha menusuk ke tubuh Yuda. Yuda hanya berkelit, berguling, hingga kemudian dia mengambil kursi lipat dan menghantam pena melayang itu dengannya.

Pena itu pun jatuh. Yuda memukul-mukul pena itu dengan kursi lipat. Sang pemimpin sepertinya tak puas. Dia makin frustasi. Dia pun akhirnya mengeluarkan pistolnya.

"Persetanlah, aku tak peduli kalau peluru ini nyasar kemana, kutembak kamu!" kata sang pemimpin.

Tiba-tiba Ryu dan Rina sudah berada di samping orang itu dengan menghunuskan katananya ke leher sang pemimpin.

Ryu berkata, "Seberum kamu tarik peratuknya, keparamu sudah menggerinding di bawah kakiku."

Dia terkejut.

"Siapa kalian?" tanya sang pemimpin.

"Boleh dibirang teman sekelas pemuda itu," jawab Ryu.

Yuda tampak kebingungan.

"Sekarang kamu pergi, atau aku akan potong-potong dirimu," kata Rina-chan.

"Ok, ok, fine! Aku pergi," kata sang pemimpin.

Dia bergeser lalu balik badan. Setelah itu diikuti oleh orang-orang lainnya. Aku yang sedari tadi menyaksikan beringsut mendekat ke arah Yuda. Yuda makin seperti orang linglung.

"Yud, Yuda! Kamu kemana aja? Koq nggak menghubungi kami?" tanyaku.

Dan agaknya kata-katanya setelah itu mengejutkanku. "Kalian siapa?"

"Ya ampun, ini aku Hana. Itu Ryu, itu tunangannya," jawabku. "Kenapa kamu di sini? Ada apa dengan Brooke?"

"Kamu kenal aku?" tanya Yuda.

"Eh, sebentar. Kamu hilang ingatan ya?" tanyaku.

Yuda mengangguk. "Aku tak ingat apa-apa."

Aku dan Ryu berpandangan. Yah, paling tidak perjuangan kami tidak sia-sia untuk sampai bertemu dengan Yuda. Walaupun dengan hasil Yuda amnesia. Moga hal ini bukan mimpi buruk.

(bersambung..........)

One step closer. Yuda akan bertemu dengan Han Jeong sebentar lagi. Tapi masih ada kisah Ryu & Hana, sedikit lagi. :D
stay tuned.

:kopi: dulu.....
 
Keteemu Yudanya hehehehe
BTW koq Rina ga kenal yuda yah kan mereka pernah bertemu ?
Rina-chankan tanya namanya yuda pas itu
Hehehhehe cuma tanya

Kurang tuh updatenya kalau tau Azkiya cium pipinya si Yuda kira-kira apa reaksi han-jeong hehehehheeh
:semangat: buat selanjutnya
 
Lagi nyusun cerita Yuda ditamparin oleh Hana. :pandaketawa:
 
@Opo yo pantes:
Lah, Yuda kan pake cadar waktu itu. Nggak tahu wajahnya kan?
 
Keteemu Yudanya hehehehe
BTW koq Rina ga kenal yuda yah kan mereka pernah bertemu ?
Rina-chankan tanya namanya yuda pas itu
Hehehhehe cuma tanya

Kurang tuh updatenya kalau tau Azkiya cium pipinya si Yuda kira-kira apa reaksi han-jeong hehehehheeh
:semangat: buat selanjutnya

Perang Dunia III bakal pecah gan :v
 
wuaaaaaaaa udh ketemu jangan sampe jeong tauuu kalo si yudaaa ada maen sama si broooke

umpetin hanjeong
 
han jeong bakal potong titit yuda nggak suhu? kan dia udah selingkuh?
 
Weh itu sriwedari kok di bawa2
Jd kangen jaman sekolah, cari buku pasti kesana
:kangen:


Weh om arci mau nampilin adegan hana nampar yuda
Ini buat ngingetin si yuda dr amnesia ato gr2 mesumnya
Jambak2annya azkiya ama han jeong masih lama ya om
:ngupil:
 
@Ijo:
jambak-2an gimana, wong bunuh-2-an koq. :p
 
hmm ..... kepada pembaca setia semprot.

Saya sepertinya ada urusan jadi belum bisa update dalam waktu dekat. Padahal lagi seru-serunya.

:ampun: :ampun:

Ada urusan yang mengharuskan saya harus ke luar kota jauh dari peralatan elektronik. Harap dimaklum.

:ampun: :ampun:
 
hmm ..... kepada pembaca setia semprot.

Saya sepertinya ada urusan jadi belum bisa update dalam waktu dekat. Padahal lagi seru-serunya.

:ampun: :ampun:

Ada urusan yang mengharuskan saya harus ke luar kota jauh dari peralatan elektronik. Harap dimaklum.

:ampun: :ampun:

Kira - kira berapaa lama gan ? Pasti lama banget yahh ??
:(
 
:jempol: updetnya suhu.Kmaren om obot,skrang suhu arci jga yg mo iktan berhibernasi..nasib2
 
nggak lama koq. Kalau ada kesempatan ane coba update deh, tapi nggak janji. Sementara file ceritanya ane simpen di Cloud. Jadi biar bisa dibuka dari mana-mana, nggak melulu di kompie. :)
 
Bimabet
nggak lama koq. Kalau ada kesempatan ane coba update deh, tapi nggak janji. Sementara file ceritanya ane simpen di Cloud. Jadi biar bisa dibuka dari mana-mana, nggak melulu di kompie. :)

:jempol: suhu,brarti pas comeback bisa bnyak updet dong hehehe :p
ane bntu up deh smpai suhu arci kmbli,biar tetep d pejone nie cerita favorite.
:hore: :sayonara: suhu n have fun @your trip
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd