Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nikmat di Balik Derita Kawan

PENASARAN

"Aduh kepalaku pusing banget nih"

"Kenapa Mba? Lo sih pagi-pagi makannya nasi uduk?", Aku menyahut.

"Ya kenapa? Suka sukaa aku dong"

"Hehe"

"Eh iya nanti mau makan baren lagi gak?"

"Boleh, di mana? Tapi lo yang traktir yak"

"Ah perasaan aku muluk yang traktir"

"Yah elah mba, kan gue honorer, gajinya gak sebanyak elo"

"Emmh, iya deh"

"Mbak, gue boleh pinjem hape kantor"

"Boleh, nih...", jawab Mba Winda seraya memberikan ponsel kantor.

Setelah mendapatkan ponsel kantor, aku segera mengecek WA dan IG nya berbarengan, berharap menemukan percakapan antara Mba Winda dengan Jarwo Sudarmin. Aku selidik semalam bahwa yang namanya Jarwo Sudarmin itu sudah berkeluarga dan memiliki anak satu dan tinggal di Solo, Jawa Tengah. Aku menduga barangkali laki-laki ini adalah teman lama Mba Winda. Namun, mengapa ia harus menghubungi Mba Winda melalui hape kantor. Sebuah pertanyaan menggantung di kepalaku. Terlebih, aku tak menemukan chat balasan Mba Winda kepada si Jarwo. Malahan, pesan WA si Jarwo kemarin itu sudah dihapus. Ah, jadi kepo sekali diriku ini. Jawaban yang kumau hanya bisa didapat dengan menanyakan ke Mba Winda langsung, tetapi aku sungkan sekali, bisa-bisa dituduh mau tahu urusan orang.

Aku mengambil jalan pintas. Aku memberanikan diri mengirim pesan perkenalan ke akun IG si Jarwo itu demi menghilangkan rasa penasaran yang membekap pikiran. Entah mau dibalas atau tidak, setidaknya aku punya upaya.

"Mba, lo jadi cuti bulan ini?"

"Enggak disetujuin, Bim, karena pekerjaanku masih banyak yang belum selesai", jawab Mba Winda fokus dengan layar laptopnya, menyunting video kegiatan kantor seminggu yang lalu.

"Lo juga sih Mba, kebanyakan cuti"

"Ya mau bagaimana lagi, anak dan suamiku kan di kampung"
"Kamu enak keluarga di Jakarta semua"

"Hahaha, nanti gue mampir kosan lo ya mbak? Boleh ndak?"

"Mau ngapain?", tanya Mba Winda menoleh senyum ke arahku.

"Ya kepengen tahu aja Mba, kalau gak boleh ya gapapa"

"Yaudah nanti aku lihat dulu ya, khawatirnya aku harus lembur hari ini"

"Iya Mba, gak apa apa"

Ketika aku meletakkan ponsel kantor di meja Mba Winda, tiba-tiba menyahut, "oh Iya kayaknya gak bisa, Mba nanti mau mampir ke tempat saudara di daerah Bekasi"

"Oooh ada saudara di Bekasi"

"Iya, kakak iparku. Aku sudah lama gak silaturahmi ke sana"
"Gak apa apa kan ya? Ke kosannya besok aja"

"Siiip, silakan, bagaimana enaknya Mba Winda aja sih, gue enggak mau ngerepotin, lagian kan gue mampir cuman sekadar pengen tahu aja"

"Oke, Bim"

Meski tidak jadi dan memaklumi, ada sedikit rasa kecewa membatin. Rasa sangat keingintahuanku harus tertunda, dijanjikan besok, sedangkan benak kepalaku menuntut hari ini.

"Win, kamu dipanggil Ibu Kepala tuh", seorang kawan perempuan masuk ke ruangan.

"Tapi aku masih sibuk ini"

"Mending kamu temuin dulu deh, daripada cutimu jarang dikasih"

"Iya, Iya, haduh", gerutu Mba Winda, sebelum beranjak meninggalkan ruangan, ia berpesan,
"Bim, tolongin pindahin data yang ada di hardisk eksternal ke laptop Mba ya"

"Siap Mba", jawabku menurut karena status honorer hanya boleh menurut daripada kontrak tidak diperpanjang.

Aku berpindah tempat ke kursi Mba Winda, membantunya memindahkan file data yang asalnya dari komputerku. Usai mencolok sambungan kabel data hardisk eksternal ke port USB laptop Mba Winda, menunggu terkoneksi, aku mencoba membuka google Chrome yang tertaut di taskbar. Sontak arah mata tertuju ke laman Whatsapp desktop yang lupa ditutup oleh Mba Winda. Aku menggeser kursor, ingin mengetahui apakah akun Whatsapp web tersebut milik Mba Winda....

"Nah! Ini Dia!", jawabku giran bukan main, bisa mengakses akun whatsapp web Mba Winda yang jelas terkoneksi langsung dengan akun WA di ponselnya. Kepala chat pertama yang kulihat adalah grup kantor kami, rekan perempuan yang tadi masuk ke ruangan, dan

"Wah ini nomor siapa ya? Kok gak ada namanya", aku bertanya-tanya karena wajah si pemilik nomor tak asing.

"Nah! ini dia si Jarwo itu!"

Sebelum membuka chat tersebut, aku berdiri memastikan pintu sudah tertutup rapat dan Mba Winda tak kembali dalam waktu yang singkat karena aku betul-betul ingin menggali siapa sebenarnya si Jarwo ini. Aku pun menemukan beberapa percakapan menarik dan menohok yang mengubah 180 derajat pandanganku kepada sosok Mba Winda.


Winda: kalau udah ketemu Winda, memang bang Jarwo mau ngapain?

Jarwo: kenalan lebih deket dong. Kan selama ini kita udah cukup kenal lewat video call, telepon, WA. Kali aja ada kesempatan yang lain. Hehe

Winda: ya segitu aja, kalau ketemu juga kan sama aja yang diobrolin. Yang lain itu apa?

Jarwo: kan aku penasaran sama aslinya kamu sayang.

Winda: jadinya, mau ngecek Winda asli cantik atau enggak, gitu ya?

Jarwo: bukan begitu, kamu udah jelas cantik, tapi kan selama ini aku cuman lihat kamu lewat video call.

Winda: ah palingan mau meriksa yang lain.

Jarwo: hehehe bisa jadi. mau ya?

Winda: enggak

Jarwo: Loh kok begitu, padahal aku sudah bela-belain ke Jakarta demi kamu, mau ya sayang? Kamu tinggal di mana?

Winda: enggak, kepo banget sih.

Berawal dari percakapan ini, aku semakin ingin tahu percakapan lainnya antara Mba Winda dan si Jarwo. Pada dasarnya mereka seperti sudah lama berhubungan dekat melalui chat atau telepon, bahkan sudah pernah video call. Dugaanku mengarah bahwa hubungan Mba Winda dan si Jarwo ini mungkin menuju perselingkuhan, tetapi mengapa bisa terjadi ya.

Jarwo: kalau aku emut langsung susu kamu tadi, bakal lebih nikmat sayang.

Winda: punya istrimu gak begitu?

Jarwo: lebih besar dan menggiurkan punya kamu. Hehe

Winda: ah masa sih, bohong banget

Jarwo: dih, gak percaya kamu? kalau punyaku bagaimana tadi? Mana besar dengan punya suamimu?

Winda: rahasia dong, gak akan aku kasih tahu juga

Jarwo: oke gak apa.

Bagian percakapan ini sepertinya terputus, baik sebelum dan sesudahnya. Ada yang dihapus. Akan tetapi, percakapan ini jelas jelas menggambarkan hubungan tidak biasa antara si Jarwo dan Mba Winda. Aku mengirimkan kontak si Jarwo ke hapeku. Lalu kuhapus segera agar tidak meninggalkan jejak. Karena Mba Winda belum kembali, aku telusuri lagi percakapannya dengan Jarwo. Banyak kudapati foto foto Mba Winda dikirim ke Jarwo. Aku buka satu saja dan yang muncul foto Mba Winda dengan pose menggoda memperlihatkan belahan dadanya ketika sedang berolah raga mengenakan tanktop berwarna merah. Membuntuti chat penasaran Jarwo yang kepengen tahu isi tubuh Mba Winda. Laki-laki mata keranjang ini orang, tetapi mengapa Mba Winda mau meladeni ya.

Belum rasa penasaranku tuntas, aku mendengar suara Mba Winda. Cepat-cepat aku mengembalikan tampilan laptopnya seperti sedia kala agar tidak mengundang kecurigaannya.


=¥=

"Kamu mau pesen apa?"

"Gue pecel lele aja mba, yang murah meriah"

"Beneran nih?"

"Bener, takutnya kalau mahal-mahal, lo anggapnya utang lagi"
"Hahaha"

"Enggak dong, kan kamu yang suka nemenin aku makan siang"

"Terserah Mba aja, yang ikhlas dibeliin pokoknya"

"Oke deh, aku pesenin nasi padang ya, minumnya jus mangga?"

"Yap, boleh"

Sembari menemani Mba Winda makan siang, aku hendak mengumpulkan pertanyaan yang bisa kuajukan kepadanya. Yang kuharap dia mampu menjawab dan tidak berpikir curiga terhadapku. Aku mengerti Mba Winda jauh dari keluarga, anak, dan suami. Apakah iya sampai hati berselingkuh dengan orang yang tidak dikenal dekat karena belum pernah bertemu.

"Anak lo kabarnya bagaimana Mba?"

"Sehat, kenapa? Tumben-tumbenan nanyain"

"Iya, kan lo gak boleh cuti, berarti telepon-teleponan lagi deh"

"Ya bagaimana, bim, rumah di Jakarta mahal, aku aja ngekos"

"Suami lo masih belum mau diajak ke Jakarta?"

"Belum", jawab Mba Winda cemberut.

"Aduh, berat amat yak laki lo, kerjaa apa dia di kampung?"

"Nganggur, di rumah ya jagain anak"

"Lebih enak, kalau suami dan anak bareng-bareng sama lo di Jakarta, jadi gak terlalu sering mudik, uangnya bisa ditabung untuk beli rumah"

"Maunya kan begitu, tetapi faktanya suamiku belum siap"

"Ada aja ya alasannya"

Ketika saling tanya jawab dengan Mba Winda, aku melihatnya tersenyum sendiri. Aku menebak-nebak ia sedang balas pesan dengan si Jarwo itu. Sejujurnya aku ingin menanyakan perihal si Jarwo, tetapi tak mendapati celahnya. Pelan-pelan aku memberi pertanyaan pancingan, siapa tahu ada sesuatu yang terungkap, atau bisa jadi celahnya ketemu.

"Ya itulah suamiku, di sana dia asyik sama temen-temennya juga, main basket dsb"

"Lo percaya sama dia?"

"Percaya, kalaupun dia selingkuh tinggal aku tinggal, sederhana kan?"

"Bener sih"

"Aku tuh bingung sama dia, kerja gak mau, nafkah gak ada, tapi syukurnya sampai saat ini mau jaga anak"

"Kalau nafkah batin masih ada kan?"
"Hahahahaha", tanyaku diselingi tertawa terbahak.

"Wah jangan salah, hehehe"
"Ya masih"

"Kalau pulang aja Mba?"

"Yaiya, memang mau bagaimana lagi?"

"Kali aja ada orang lain"
"Hahaha", ceplosku.

"Ih amit-amit, jangan sampai"

"Bener banget, udah jauh-jauh cari nafkah, tega banget diselingkuhin, sebaliknya yang cari nafkah juga ya?"

"Maksudnya?", tanya Mba Winda tak paham.

"Iya, lo nya juga jangan sampai selingkuh, gak hanya suami lo doang"

"Iyaa", angguk Mba Winda sambil merapikan meja karena makanan siang kami telah datang.

Sepintas rasa penasaran yang meluap ruah, memaksakanku untuk bertanya dengan segala keberanian.
"Mba, gue boleh nanya sesuatu gak?"

"tanya aja"

"tetapi, lo jangan mikir macam-macam dulu ya?"

"Iya"

"Hemm gini, kemarin kan gue sempet ngecek IG kantor, gak sengaja ada chat ig masuk ke akun IG lo, dan itu gue baca"

"Terus?"

"Hmmm, chat itu dari cowok yang namanya Jarwo, itu siapa Mba? Kok manggil sayang ke lo?"

Mba Winda sampai tersedak mendengar pertanyaanku, ia terdiam sejenak dan minum segelas air secukupnya.

"Kamu ih ya kepo banget"

"Hehe gak sengaja Mba"

"Ckcck, gak sengaja tapi diinget"

"Kalau gak dijawab, juga gak apa apa"

"Iya itu orang iseng aja, mba kerjain"

"Hah kerjain gimana?"

"Ada deh..."

"Udah yuk, kita bahas yang lain"


Bersambung
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd