Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nikmat di Balik Derita Kawan

absen dulu sebelum jumatan...penasaran sama si jarwo apakah sukses mengeksekusi winda;);)
thanks updatenya suhu @Willem13
 
Aku suka perkentangan hahahaha yg penting ga terlalu lama updatenya, takut malah mati nanti threatnya hehehehe
 
Sekadar Teman

"Mba, lo belum balik?"

"belum"

"Yaudah, gue duluan ya"

"Iya, hati-hati", ujar Mba Winda konsisten memerhatikan pekerjaan di laptopnya.

Mba Winda adalah pegawai yang terbiasa pulang belakangan di kantor ini. Bukan hanya karena dikejar tuntutan pekerjaan, lokasi tempat tinggal atau kosannya yang dekat dengan kantor membuat ia rela mengulur waktu kepulangan. Lagipula tak ada yang menunggunya pulang karena keluarganya di kampung. Sepulang kantor pun ia tak langsung menuju kosannya, kadang kelayapan ke Mall atau cari makan di beberapa food court favoritnya. Aku sebetulnya juga sedang mengundur kepulangan agar bisa keluar kantor bersama Mba Winda. Apalagi aku sudah mengatakan ingin ke kosannya. Namun, Mba Winda sepertinya tidak menghendakki aku berkunjung ke sana lagi.

Rumah kos tempat Mba Winda mukim dihuni kebanyakan oleh pekerja swasta, beberapa di antaranya buruh pabrik perantauan. Sepengetahuanku, hanya Mba Winda yang bekerja di pemerintahan. Bagi Mba Winda, rumah kosnya tergolong mewah kendati hanya fasilitas AC, dapur, dan kamar yang luas. Seingatku rumah kosnya pun tak kalah luas, karena terdiri atas petak-petak kamar layaknya hotel bintang 3, baik bagian atas maupun bawah. Mba Winda sendiri menempati lantai 2.

"Mba, gue beneran gak boleh ke kosan lo, nih?"

"Mau ngapain, lain kali aja"
"Aku juga nanti mau ke tempat budeku"

"Bude lo tinggal di mana? Kirain lo gak punya keluarga sama sekali di sini"

"Di daerah Tangerang"

"Uh jauh juga ya"

"Kalau gak jauh, ya pasti aku tinggal di rumah budeku"

"Oke deh Mba, gue pamit balik"

"Iya, selamat istirahat ya"

"Hahaha Siiipp"

Sampai di parkiran motor, aku mengecek ada balasan chat di instagramku. Si Jarwo Sujarmin menjawab chat sapaanku.

Gue: Selamat Siang, apa betul ini Bapak Jarwo Sujarmin?

Jarwo: Betul, maaf dengan mas siapa ya?

Sekarang Aku kebingungan harus membalas apa. Kuat dugaanku kalau si Jarwo ini mungkin teman lama Mba Winda. Aku sebetulnya hanya ingin tahu ada hubungan apa dia dengan Mba Winda. Namun, kalau aku tembak dengan pertanyaan seperti itu, malah ia akan curiga balik kepadaku. Langit mendung nan gelap mendesakku untuk menunda jawaban atas pertanyaan si Jarwo di instagram. Aku berbenah menghidupkan motor, lalu lekas pulang.

"Pak, duluan ya!"

"Hati-hati di jalan, mas, mau hujan!", sahut sekuriti kantor.

=¥=​

Setelah kepergian Bimo, Winda meyakini seluruh pegawai kantor telah pulang. Ia bukannya takut justru kegirangan karena tak ada yang bisa memantau aktivatasnya. Bukan terkait pekerjaan yang baru saja selesai. Kini ia yang sudah berbenah pulang, sedang berbalas chat dengan Jarwo Sujarmin. Ia senyum-senyum sendiri sampai benar-benar lupa niatnya untuk segera meninggalkan kantor karena mau hujan.

Jarwo Sujarmin adalah lelaki yang menyapa ingin kenalan dengan Winda di Facebook. Winda awalnya sudah menaruh curiga lelaki ini niatnya tak baik, tetapi ia yang kesepian merasa perlu teman tukar pikiran dalam urusan rumah tangga. Kebetulan Jarwo Sujarmin yang berusia 45 tahun ini sudah berkeluarga. Mengakunya, ia adalah seorang pengusaha perkebunan yang tinggal di Jawa Tengah. Winda jelas tak percaya. Karena kebutuhannya hanya untuk tukar pikiran, Winda mengabaikan hal itu. Dibuka dengan penuh kecurigaan. Upaya tak menyerah Jarwo berbuah canda tawa kemudian. Sapaan Jarwo lambat laun disambut baik oleh Winda yang krisis sentuhan suaminya.

"Kenapa enggak mau ketemu Abang, kamu?"

"Enggak mau aja", Winda menjawab dengan judes telepon Jarwo.

"Tega kamu sayang, aku sudah sampai Jakarta, niatnya untuk ketemu kamu padahal"

"Kan Winda dah bilang gak akan mau nemuin apalagi ditemuin"

"Terus bagaimana?"

"Enggak ada bagaimana, intinya Winda enggak mau ketemu"

"Abang balik lagi nih ke Semarang?"

"Iya"

"Benar-benar tega kamu, abang udah sewa hotel 5 hari di Jakarta"
"Parah kamu sayang!", Jarwo amat kesal dengan Winda. Uangnya sia-sia, sedangkan ia baru menginap 1 malam.

"Aku dah ingetin, enggak perlu ke Jakarta, percuma. Aku enggak mau ditemuin"
"Kamu sendiri yang berangkat, tahu-tahu sudah di Jakarta"

"Ayo sayang, tolonglah, kita ketemu yah"

"Enggak"

"Hayolah, kali ini aja", Jarwo memelas, berharap Winda berubah pikiran.

"Enggak!" Winda lekas mengakhiri percakapan telepon dengan Jarwo. Perasaan gundah mengusiknya untuk bergegas keluar kantor.

=¥=​

Selesai mandi, aku tak tahu bagaimana menghabiskan malam akhir pekan ini. Mau keluar rumah, di luar hujan, orang tua sedang asyik dengan dunianya menonton televisi. Pada akhirnya aku memutuskan untuk rebahan di kamar. Aku memeriksa pesan WA yang masuk, membalas yang sekiranya perlu dibalas. Ketika kembali mengecek pesan si Jarwo, aku terdorong ingin terjadi percakapan panjang dengannya tanpa ia harus bertanya-tanya siapa diriku. Alhasil aku membuat akun WA palsu dengan nama samaran, berharap ia bisa dikelabui.

Setelah jadi, aku mengirimkan pesan kepada Jarwo tanpa harus khawatir. Menunggu sejenak, tak lama kami berbalas pesan.

Winardi (Gue): Maaf dengan Pak Jarwo Sujarmin ya? Salam kenal, saya Winardi, temannya Winda.

Jarwo: Iya betul. Oh temannya Winda. Kok bisa tahu kontak saya, dapat dari mana?

Winardi (Gue): Saya kebetulan habis mengintip percakapan mesra antara bapak di WA nya Winda. Hehe. Tenang aja pak, saya gak akan kasih tahu Winda soal ini, hanya saja saya sekedar ingin tahu bapak siapa? Kok bisa kenal sedekat itu dengan Winda.

Jarwo: iya saya kenal Winda di FB. kamu betul teman kantornya?

Winardi (Gue): oh kenal di FB. Iya betul saya teman kantornya. Ada apa ya?

Jarwo: boleh tanya sesuatu?

Winardi (gue): silakan.

Jarwo: alamat kantornya Winda di mana? Atau kamu tahu dia tinggal di mana?

Sampai pertanyaan ini aku berhenti sejenak. Apakah harus memberi tahunya apakah tidak. Jelas harus hati-hati di sini.

Winardi (Gue): keperluannya kalau boleh tahu apa?

Jarwo: iya, saya ngajak Winda ketemu, tetapi ia tak mau. Padahal saya sudah jauh-jauh datang demi bertemu dia.

Winardi (gue): oh gitu.

Jarwo: tolong beritahu ya, saya mohon.

Winardi (gue): baik, ini pak alamat kantor dan kosnya, jalan........

Jarwo: Akhirnya hehehe. Terima kasih banyak ya.

Winardi (Gue): siap pak. Oh ya, boleh saya melanjutkan pertanyaan saya?

Jarwo: boleh, silakan ditanyakan saja.

Dari percakapan yang berlangsung setengah jam aku mendapatkan kesimpulan kalau si Jarwo dan Mba Winda telah berselingkuh dari pasangannya masing-masing. Hanya saja, Jarwo tak berterus terang hal-hal apa saja yang dibicarakan dengan Mba Winda. Singkatnya, ia mengatakan sekadar teman bertukar cerita. Rasa penasaranku sudah terjawab. Aku tak mengira bisa-bisanya Mba Winda seperti itu.

=¥=​

Winda baru saja tiba di kosannya. Ia mengamati jam di ruang tempat menerima tamu rumah kosnya yang menunjukkan pukul 22.00. Ketika berjalan menelusuri lorong, ia bertemu pemilik kosnya, ibu Dedah (60 tahun). Perempuan itu mengatakan kepada Winda bahwa besok ada penghuni baru di sebelah kamarnya. Winda yang sudah kelelahan hanya mengiyakan saja apa kata Ibu Dedah. Sampai di kamar, seperti biasa, Winda punya rutinitas menghubungi putra kecilnya di kampung. Sayangnya kali ini terlampau malam, biasanya ia video call jam 7 malam. Terpaksa ia hanya menelepon suaminya.

"Ilham dah tidur ya, Mas?"

"Iya, kamu tumben baru telepon jam segini"
"Disibukkin sama kerjaan lagi?"

"Begitulah, aku mau pindah ke kantor yang lebih deket, belum juga disetujui"

"Sabar aja, kalau rezekinya nanti pasti pindah"

"Iya..."
"Mas, kamu bener enggak mau ikut aku tinggal di Jakarta?"

"Ah di Jakarta apa apa mahal, yang ada aku malah nambah beban kamu"
"Kalau di sini kan murah"

"Betul sih""
"Oh ya, enghh... kamu belum juga dapat kerjaan?"

"Win, aku kan dah bilang jangan kamu tanya soal itu"

"Iya, tapi seandai kamu kerja, aku mungkin bisa resign dari sini atau punya alasan untuk ikut kamu"

"Agh, kamu cuman ulang-ulang bahasan ini, aku gak suka kalau kamu sudah bahas ini"
"Lebih baik aku tutup teleponnya"

"Aku ngerti, tapi aku mau tidak mau harus selalu ingetin kamu, kalau kamu itu punya kewajiban cari nafkah, mas"

"Tanpa kamu kasih tahu pun, aku tahu!"
"Sudah kamu diam aja, aku tidak mau berdebat malam-malam"
"Lebih baik kamu istirahat"

"Mas, dengerin aku dulu..."

Terputuslah percakapan antara Winda dan suaminya. Hal ini yang sering menjengkelkan Winda. Suaminya sulit diajak bicara. Diberi solusi pun ngeyel. Winda pasrah dengan keadaan yang telah bisa dimaklumi semenjak diterima sebagai pegawai pemerintahan di Jakarta. Ia mau membeli rumah agar bisa tinggal bersama-sama anak dan suaminya daripada harus membayar kos tiap bulan. Namun, suaminya sulit dibujuk kompromi. Ia keras kepala betah di kampung dengan teman-temannya. Winda geram, tetapi ia menyadari sang suami masih mau menjaga dan menyayangi putra mereka berdua. Ditambah, kerap membantu ibunya yang berjualan di kampung halaman.

Di sisi lain, kondisi begini amat menggelisahkan, Winda jauh dari keluarga berbulan-bulan karena jatah cuti pun tidak seberapa, belum juga penuh pertimbangan dari atasan untuk menyetujui cuti yang diajukan Winda. Sebaliknya lebih banyak Winda pula yang menghubungi keluarga di desa. Suaminya nyaris tidak sama sekali seolah-olah punya dunia sendiri. Beruntungnya, sampai saat ini tidak ada indikasi wanita idaman lain di sekeliling sang suami.

"Bang Jarwo lagi apa?", tanya Winda sedang sedang karut. Ia terbiasa menghubungi Jarwo yang boleh dibilang adalah Teman Tapi Mesra-nya.
Sedihnya, chat Winda di Whatsapp sekedar dibaca, tak ditanggapi. Winda menyadari Jarwo sedang kesal padanya. Winda hanya bisa menitikkan air mata. Ia merasa dirinya adalah perempuan lemah. Tak lama kemudian, ada telepon masuk. Jarwo mengontak.

"Halo, Bang Jarwo?"

"Iya, Winda, jadi apa kamu berubah pikiran?"

"Enggak"

"Kamu ini, bisa-bisanya ya"

"Maaf, aku gak bermaksud"

"Tidak bermaksud apa? Aku sudah bela-bela datang ke Jakarta untuk kamu,"

"Iya, Winda ngerti bang, winda mohon abang mau ngerti"

"Kemudian apa? Aku balik kampung saja? Itu mau kamu?"

Winda dilanda kegalauan. Dua sisi yang berbeda antara Jarwo dan suaminya. Jika suaminya susah sekali dibujuk datang ke Jakarta. Jarwo rela jauh datang ke Jakarta untuk Winda. Namun, Winda tak mau menemuinya. Winda benar-benar berada dalam posisi yang rumit.

"Jadi bagaimana? Aku balik saja?"

"Jangan bang, jangan"
"Besok aku kan libur, kita ketemu besok bagaimana?"

"Nah gitu dong sayang"
"Hehe"

Disambung Episode berikutnya ya gansss .
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd