Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ningrat

Ningrat Part 3

.....sebuah kisah di masa lalu …



Pagi pun menjelang, Narin terbangun dari tidurnya.

“Rin, kamu tidur di sofa lagi?” kata sang Kakek, saat keluar dari kamarnya

“emang semalam kamu pulang jam berapa?” Kata sang kakek lagi

“jam satu kek” kata Narin berbohong

“karena semalam kakek tidurnya pules, Narin ngak berani ganggu” kata Narin lagi

Sang kakek hanya mengangguk sambil tersenyum

“Bik Darsih mana kek?” Kata Narin spontan

“oh di rumah sakit tadi pagi ibunya kembali harus masuk rumah sakit, ini kakek mau jenguk. Kamu mau ikut?” katanya sang kakek tersenyum.

Narin mengangguk.

Sesampainya di rumah sakit, Darsih dengan ceria menyambut sang Ndoro Bagus menyalaminya dan mencium tangannya, pagi ini wajah dan senyuman Bik Darsih Terlihat berbeda, aura wajahnya memancarkan aura kebahagian. Ia pun kemudian mempersilahkan Narin dan Sang Ndoro masuk ke ruang perawatan.

Diatas ranjang berkasur putih itu, terbaring seorang perempuan dengan usia sekitaran setengah abad namun Narin terkagum-kagum dengan perempuan tersebut, karena perempuan tersebut masih sangat cantik hanya sedkit kerutan kecil di sudut matanya, lekuk tubuhnya pun masih sangat bagus, kedua payudara besar yang besar juga masih terlihat kencang membulat meski agak sedikit turun. Narin bisa melihat itu semua, karena saat itu dada perempuan tersebut hanya tertutupi sebagain saja oleh selimut.

“kata Dokter mungkin 5 atau 10 menit lagi biusnya akan hilang Ndoro?” kata Darsih pelan kepada Sang Majikan.

“iya ngak papa, aku akan menunggu sampai ibumu sadar?” kata sang majikan sambil duduk di tepian ranjang dan memegang tangan perempuan tersebut.

“Narin, ini adalah Rahmi ibunya Darsih. Rahmi adalah abdi kesayagan nenek kamu, sejak ia masih muda?” kata Sang kakek dengan mata berkaca-kaca.

Narin hanya menunduk, dan ingin menanyakan tentang penyakit apa yang menyerangnya. Hingga masih harus bertelanjang meski sudah dalam keadaan stabil. Namun Narin mengurungkan niatnya, karena pengaruh bius pada tubuh bu rahmi sudah hilang.

“Ndoro Danu,….” kata Bu Rahmi tersenyum, berusaha bangkit. namun karena sisa bius masih berpengruh, membuatnya kembali terbaring.

“rahmi, sudah....kamu berbaring saya?” kata kakek dengan lembut.

“maafkan saya ndoro…?,” kata Bu Rahmi.

Sang Majikan hanya mengaangguk dan tersenyum. Kemudian mereka pun terlibat dalam sebuah obrolan hangat

“Bik …. boleh kita Ngobrol sebentar?” kata Narin mengandeng Darsih Keluar kamar perawatan dan duduk di sebuah kursi di sudut Lorong yang kebetulan sepi.

“iya Den Ayu…?” sambut Darsih sambil tersenyum

“Bik..aku langsung saja ya, ada hubungan apa Bibik dengan Kakek?” kata Narin tegas.

Darsih diam mukanya datar tak menunjukan expresi apapun.

“maksud Den Ayu!” katanya datar

“semalem aku lihat sendiri, bibik dan kakek bercinta…,” kata Narin tanpa basa basi.

“kenapa bik, kenapa bibik selingkuh dengan kakek?” kata Narin terisak.

“maaf kan saya Den!” kata Darsih datar tanpa expresi apapun

“hanya….maaf...Bik?,” kata Narin emosi.

“sebelum Den Ayu salah mengerti, biarlah ibu saya yang menjelaskan?” katanya lagi bangkit dari kursi.

“mengapa tidak bibik saja yang menjelaskannya?” kata Narin sambil menatap darsih

“karena banyak hal yang perlu di jelasakan bukan hanya dariku, tapi dari ibuku juga!” kata Darsih dengan suara tajam.

Baru kali ini Narin melihat perubahan raut muka Darsih, sorot dan suaranya, tak seperti Darsih yang biasanyan selalu menerima apapun perintah sang majikan.

“mari Den..?, kita kembali ke kamar?” kata Darsih kembali dengan sikap sopan sambil pempersilahkan Narin jalan duluan.

Ketika Darsih yang sudah membuka pintu kamar, tiba-tiba menutup kembali pintunya, dan secara reflek Narin pun melongok ke dalam kamar ingin mengetahui apa yang tejadi. Dalam sepersekian detik Narin melihat dengan jelas sang kakek sedang mencium lembut bibir Bu Rahmi. Sementara tangannya dengan lembut meremas salah satu bulatan besar di dada Bu Rahmi, disusul kemudian dengan ciuman lembut di kedua Payudara Bu Rahmi yang besar, dan melumat kedua putingnya yang bulat dan kehitaman dengan gemas.

cepat – cepat sang kakek menyingkirkan tangannya dari dada Bu Rahmi dan kembali duduk tenang di tepian ranjang, sementara bu Rahmi buru-buru menutup dadanya dengan selimut.

“cepat sembuh ya mi?” katanya sambil tersenyum

Rahmi mengangguk dengan senyum bahagia.

“eh kalian..., kakek kira kalian pulang atau pergi jalan-jalan?” kata Kakek Danu saat melihat Darsih dan Narin masuk ke kamar.

“kek, Narin ngak ikut pulang...yah…, Narin mau nemenin Bik Darsih Jagain Bu Rahmi” pita Narin pada kakeknya.

Sang kakek hanya mengagngguk sambil tersenyum

“oh ya sih…., urusan rumah untuk sementara ini ngak usah kamu pikirin dulu, tunggu sampai ibumu sembuh dulu ?” kata kakek sambil tersenyum dan melangkah keluar kamar. Darsih pun ikut keluar mengatar sang Majikan.

Narin kemudian duduk di tepian ranjang tempat bu Rahmi terbaring, gurat-gurat kecantikan diwajahnya masih terlihat meski kini usia sudah hampir setengah abad.

Dari guratan wajahnya, Narin pun bisa membayangkan bertapa cantikya Bu rahmi saat muda dulu.

“Den Ayu…?, Den Ayu Narin Cantik sekali…?, sama persis dengan Ndoro Ajeng Dyah Ayu Dewi Mailasari Putri Mangku Aryakusumo…, Nenek Den Ayu” katanya lirih sambil mengusap pipi Narin. Kemudian dengan bantuan Narin bu rahmi bangkit dan duduk berdasar pada sebuah bantal.

“makasih bu, ibu juga cantik kok” puji Narin kepada bu rahmi,

“ah Den Ayu ini.., bisa aja,” balas Bu rahmi sambil tersenyum.

“makanya untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan beliau, namanya dipakai sebagai nama Ibu Den Ayu” katanya lagi lirih

“dan.., namanya juga disematkan pada nama Den Ayu?” katanya lagi kemudian.

Narin termangu sambil memikirkan nama buat anaknya kelak.

“apakah itu juga berlaku pada keturunanku juga….” Kata Narin kemudian.

Rahmi mengangguk sambil tersenyum.

“bu, apakah saya bolehkan bertanya pada ibu” kata Narin lirih.

“Tentu saja boleh, memang Den Ayu mau bertanya Apa…?” katany lirih, sambil membelai rambut panjang Narin.

“soal sejarah keluarga saya, apakah saya memang ada trah kraton, sebagaimana dengan keturunan trah mangku Kartokusumo dan mangku Aryakusumo lainya, karena selama ini kakek dan mama tidak pernah mau cerita” kata Narin dengan mata menerawang

“dan.., tadi, saya juga sekilas melihat kakek mencium dan memegang kedua payudara ibu, apakah itu benar? Atau hanya penghilatan aku aja yang kabur” katanya lagi

Rahmi hanya tersenyum, sambil mengangguk pelan.

“ceritanya Panjang Den Ayu, dan mungkin Ndoro Danu tak akan sanggup menceritakannya karena akan membuka kenangan lama, namun memang sudah saatnya Den Ayu Narin tahu, supaya tidak salah paham kepada Saya, Darsih dan pada keluarga Den Ayu” kata Bu Rahmi sambil memandang Narin.

Narin mengangguk,

“dan., apa yang Den Ayu lihat tadi memang benar? kata Rahmi

“Ndoro Danu memang sangat suka menciumi dan meremas payudara perempuan-perempuan yang ia sayangi..?” kata Bu Rahmi lagi sambil tersenyum.

Narin terdiam Kaget, apalagi ini.?, semalam Darsih sekarang Bu Rahmi.

“Den Ayu…, Dan Ayu tak perlu kaget. Karena pada dasarnya Saya dan Darsih masih merupakan Abdi sekaligus Dayang Trah Mangku Kusumo, meski zaman telah berubah, namun prinsip kami tetap tak berubah, karena leluhur kami saya sudah berjanji setia, menyerahkan jiwa dan raga kami untuk Trah Mangku kusumo beserta keturunannya. selama Ndoro Danu masih menginginkan kami apapun perintahnya akan kami lakukan” kata Bu Rahmi dengan bibir bergetar.

Narin terdiam dengan muka bingung

“Ter…masuk…..?” kata Narin dengan Muka bingung.

“iya…., apapun itu kan kami laksanakan dengan sepenuh hati?” Kata Rahmi mengangguk pelan.

“Den Ayu…, mungkin ini membuat Den Ayu bingung, tapi itulah kenyataannya” katanya lagi, sambil memegang lengan Narin

“Baiklah, sebelum saya ceritakan semuanya. Saya mohon Den Ayu untuk tidak bertanya apapun sebelum cerita saya selesai” Katanya lagi.

“saya mohon, Den Ayu tidak memberitahu Ndoro Danu, bahwa saya yang menceritakan kisah ini?” katanya lagi sambil memohon.

“kisah kelam ini dialami oleh kedua trah yang memang masih bersaudara jauh, namun saya akan menceritakan kisah kelam ini dari keluarga trah Mangku Aryakusumo karena saya yang mengalaminya sendiri. sedangkan kisah dari keluarga trah Mangku Kartokusumo saya tidak begitu mengetahui tapi kurang lebih sama, penghianatan, penganiyaan dan pemerkosaan.

Dan Bu Rahmi pun menceritakan semuanya kejadian yang pernah ia alami.

“Sebenarnya Saat itu penguasa kraton sudah tidak mempermasalahkan lagi soal trah Mangku Kartokusumo maupun trah Mangku Aryakusumo yang memang masih satu leluhur. Semua keturunan yang tersisa diajak kembali ke kraton untuk berdialog. namun dialog berjalan searah, karena penguasa masih dipengaruhi oleh orang-orang yang menganggap dirinya sebagai keturunan murni kraton. Akhirnya Trah Mangku Aryakusumo dan Trah Mangku Kartokusumo memilih menanggalkan gelar kebangsawanannya dan membuat gelarnya sendiri. kedua trah pun sepakat untuk menyatukan kedua trah dalam satu ikatan kekeluargaan lewat perkawinan.

Mendengar hal itu sang penguasa kraton marah dan menganggap ini sebagai permufakatan jahat mengulingkan kewibawaan kraton, akhirnya lewat berbagai cara, sang penguasa berhasil menyingkirkan keturunan kedua trah satu persatu. Mulai dari yang halus sampai dengan yang kasar dan kejam, dengan ikut membonceng pergolakan politik saat itu. kraton berhasil menyingkirkan sisa-sisa keturunan kedua trah dan mencegahnya untuk kedua trah bersatu

Malam itu di rumah Ndoro Joyo, Ayah Ndoro Ajeng Nenek Den Ayu kedatangan sekitar 27 lelaki berbadan besar dengan wajah separo tertutup kain, saya dan Ndoro Ajeng waktu itu masih berumur 10tahunan. Saya dan Doro Ayu bisa selamat karena waktu itu saya dan Ndoro Ajeng sedang bermain petak umpet bersama para putri, abdi dalem dan dayang, Waktu itu Saya dan Ndoro Ajeng bersembunyi di bawah ranjang di ruang tengah. Saat para lelaki berbadan besar tersebut mengumpulkan semua perempuan ke ruang tempat kami bersembunyi, mereka tak sempat memeriksa semua kolong ranjang yang ada, karena sudah tergiur oleh kemolekan tubuh indah para dayang, abdi dalem dan juga para putri yang sebagian masih setengah telanjang, hanya selembar kain jarik tipis membalut tubuh meraka. Para lelaki besar tersebut juga berhasil menangkap Ndoro Joyo, waktu itu belaiau tidak sempat melawan, Ndoro Joyo tertangkap saat sedang menyetubuhi salah satu Dayangnya. Saya bisa memastikan itu, karena saat itu mereka membawa Ndoro Joyo dalam keadaan telanjang, begitu juga dengan Dayangnya yang telanjang hanya terbalut selembar kain jarik tipis yang tak mampu menutupi kedua payudara besarnya, dan secara beramai-ramai para pria bertubuh besar itu menyetubuhi tubuh sang Dayang secara bergantian sementara yang lain mengikat tubuh Ndoro Joyo pada sebuah tiang, menyumpal mulutnya dengan kain dan membiarkannya tetep bertelanjang, sementara itu para pembantai lainnya juga berhasil mengangkap Ndoro Ayu Nilasari Ibu Ndoro Ayu Ajeng, mereka saling berebutan untuk dapat menikmati tubuh indah Ndoro Nilamsari, Sampai salah satu dari mereka mempersilahkan salah satu dari perampok berbadan paling besar dan kekar untuk mendapat giliran pertama, yang tak lain adalah pimpinan meraka.

Ndoro Ayu Nilamsari meronta-ronta sambil berteriak, namun apalah daya, ia dipengangi dan digerayangi oleh sepuluh orang lelaki berbadan besar, kemudian salah satu lelaki berbandan paling besar itu pun segera membuka celanannya dan memperlihatkan batang kemaluannya yang tidak hanya besar tapi juga Panjang hingga melebihi pusarnya dengan bulu yang lebat disekitar selangkangannya, Ndoro Ayu Nilamsari pun kembali menjerit dan para gerombolan itu tertawa terbahak-bahak sambil merebahkan tubuh Ndoro Nilasari kelantai, Lelaki bertubuh besar itupun segara berjongkok dan mengelus paha, perut dan meremas kedua payudara Noro Nilam dengan kasar.

“hmmmm, Ndoro tubuhmu benar-benar indah” kata lelaki itu terkekeh.

Kemudian lelaki berandalan itu memainkan bibir kemaluan Ndoro Nilamsari yang dipenuhi bulu-bulu lebat hingga sampai kepusarnya, dengan ujung kemaluannya yang besar.

“hmmm….jembutmu lebat sekali Ndoro seperti hutan rimba…?” katanya lagi sambil tertawa terbahak-bahak.

Kemudian dia Menaikan kedua kaki Ndoro Nilam keatas punggungnya dan menusukan batang kemaluan besarnya kedalam lubang selangkangan Ndoro Nilamsari.

Ndoro Nilamsari menjerit, namun jeritan itu seketika berubah menjadi rintihan pasrah saat pimpinan gerombolan itu sempat menatap tempat persembuyian kami, saat itu Ndoro Nilamsari merangkul leher sang pimpinan dan mengalihkan wajahnya ke samping Leher Ndoro Nilamsari, dan sang pimpinan perampok itu langsung mencumbui lehernya, kemudian Ndoro Nilamsari menatap kami dan memberi isyarat agar tetap diam

“…sssst…..“ katanya tanpa suara sambil meletakan jarinya di bibirnya, kemudian Ndoro Nilamsari menampar lembut pantat sang pimpinan dan kembali merintih.

“ha…ha….Ha, hmmmm ternyata Ndoro Ayu nakal juga ya….ha ha ha....! ” kata sang pimpinan, sambil mulai mengerakan pinggangnya maju mundur. Ndoro Nilamsari hanya bisa merintih dan mengerang tanpa perlawanan.

“ohhh….kakang,…ohhh. Sebentar kakang?” kata Ndoro Nilamsari kemudian.

“hmm ada apa Ndoro Ayu,” kata pimpinan gerombolan itu sambil memainkan puting payudara Ndoro Nilamsari dengan Gemas.

Ndoro Nilamsari, kemudian membisikan sesuatu ke telinga sang pimpinan rampok sambil mengigitnya dengan gemas.

“baiklah, tapi aku tidak bisa janji. Karena anak buahku juga sangat menginginkan tubuh-tubuh indah ini sejak lama?” katanya dengan tersenyum

Ndoro Nilamsari hanya mengangguk.

Semakin lama kemaluan Ndoro Nilamsari semakin basah, rintihannya pun semakin keras, membuat lelaki itu semakin bersemangat.

“ah..ah, kakang ..ah…ah..ouh..enak..kakang.” rintih Ndoro Nilasari

“ha..ha.., lihat Joyo,..ha..ha..” seru pimpinan rampok itu kegirangan. Sambil mengacungkan kemaluannya yang basah kepada Ndoro Joyo. Dan kembali memasukannya kedalam kemaluan Ndoro Nilamsari dan mengenjotnya dengan cepat dan kuat.

“ohh….ohhh…..ohhh….ah…ahhh” jerit Ndoro Nilasari.

beberapa lama kemudian, pimpinan perampok itu menghentakan pantatnya beberapa kali ke dalam selangkangan Ndoro Nilamsari dengan kuat sambil mengerang parau, dan terdiam untuk beberap saat. Kemudian bangkit, berjongkok di depan selangkangan Ndoro Nilamsari dan memangil anak buahnya.

“hey kalian ini tubuh indah Ndoro Ayumu, nikmatilah sepuas kalian, Ndoromu sudah mengijinkanya!” katanya sambil mengesek-ngesekan batang kemaluan yang basah pada paha Ndoro Nilasari, setelah bersih ia pun bangkit dan mendekati para Putri, Dayang dan Abdi perempuan yang ketakutan.

“tapi ingat, sisakan tenaga kalian untuk para putri dan dayang-dayang cantik ini ya….ha…ha…..!” katanya sambil tertawa puas.

Secara beramai-ramai ke 26 lelaki berbadan besar tersebut menusukan batang kemaluanya secara bergantian, silih berganti kedalam lubang kemaluan Ndoro Ayu Nilamsari, sambil menciumi, meremas dan menghisap kedua payudaranya dan tentu saja beserta putingnya yang kehitaman dengan kuat, hingga kedua payudara itu nampak kemerahan.

Puas dengan tubuh Ndoro Ayu Nilasari, ke26 lelaki tersebut melanjutkan aksinya menyetubuhi para Dayang, abdi perempuan dan juga para putri Ndoro Joyo, sementara itu para putra dan Abdi lelakinya yang tertangkap oleh mereka dimasukan kedalam tanah dan menimbunnya hidup-hidup.

Saat itu Ndoro Joyo yang tubuhnya terikat tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa berteriak marah, sambil membentur-benturkan kepalanya ketiang.

“heh diam kau, belum saatnya kau mati. Istrimu masih akan menunjukan sesuatu untukmu!” kata sang pimpinan sambil menampar pipi Ndoro Joyo.

Kemudian salah satu dari mereka membalikan tubuh Ndoro Nilamsari sampai tertelungkup, mengangkat kedua pinggangnya hingga posisi menungging, menjilati kedua lubang di selangkangan Ndoro Nilamsari. Kemudian menusukan batang kemaluan pada lubang anusnya, Ndoro Nilamsari yang sudah lemas dan tak berdaya kembali menjerit kesakitan. Sementara perampok lainya memasukan kemaluannya kemulut Ndoro Nilasari

“haha…haa…ha.ha…..” tawa para pembantai terbahak-bahak.

Kedua lelaki besar itu pun akhirnya menghentakan kedua pinggangnya, ke dalam anus dan mulut Ndoro Nilasari, cairan putih kental memenuhi mulut dan Anus Ndoro Nilamsari, kemudian yang lain pun mengikuti aksi kedua temannya sehingga mulut dan anus Ndoro Nilamsari dipenuhi cairan putih kental, sampai menetes kelantai. Setelah itu meraka langsung mendorong tubuh Ndoro Nilamsari kelantai bagaikan seonggok daging busuk tak berguna.

Kemudian dengan tubuh telanjang dan kemaluan masih mengacung, pimpinan perampok itu mendekati Ndor Joyo. Mengelus batang kemaluan yang besar, dan mengoleskannya ke perut Ndoro Joyo.

“tugas saya sudah selesai Ndoro, terima kasih untuk tubuh-tubuh indah nan nikmat ini, sekali lagi saya haturkan terima kasih....!” katanya sambil tertawa terbahak-bahak.

Ndoro Joyo semakin membenturkan kepalanya ketiang sambil berteriak, darah mengucur di kepalanya dan ia pun pingsan.

“anak-anak, kumpulkan semua tubuh indah ini, kecuali Ndoro yang satu ini” katanya sambil menjambak rambut panjang Ndoro Nilasari.

“kau membohongiku, apa salah kami….” Kata Ndoro Nilasari lirih.

“yah aku memang membohongimu dan kau memang tidak salah..?, yang salah adalah suamimu. aku hanya menjalan perintah, aku diijinkan untuk menikmati semua tubuh indah ini sebagai hadiah. Kalau saja dulu kau mau melayaniku dan mau menjadi dayangku, semua ini tak akan terjadi!” katanya sambil mencium bibir Ndoro Nilamsari,.

“Aku dan Anak buahku sangat berterimakasih atas tubuh-tubuh indah ini, termasuk tubuhmu, dan juga tubuh anak-anak perawanmu, rasanya sungguh sangat luar biasa!” katanya lagi sambil meletakan kembali kepala Ndoro Nilamsari ke lantai.

“mau kau bawa kemana anak-anaku?” kata Ndoro Nilasari lirih sambil memegang pergelangan kaki perampok itu.

“kau tenang saja, mereka akan kutempatkan ditempat dimana mereka akan mendapatkan semua kenikmatan ini sepanjang hari” katanya sambil mengibaskan kakinya.

“jangan kau ambil anaku, kau ambil saja aku dan semua hartaku” kata Ndoro Nilasari Parau, berusaha bangkit namun tenaganya sudah habis, ia pun kembali terkulai dan diam tak bergerak.

“aku tak butuh hartamu, hartaku sudah berlimpah. cukuplah aku menikmati tubuhmu malam ini, dan kini giliran anak-anakmu yang akan kunikmati kembali” katanya lagi sambil tersenyum puas

“anak-anak, ayo kita berpesta lagi,” katanya sambil melangkah keluar rumah

Setelah semua perampok pergi, Ndoro Ajeng yang menyaksikan semua itu menangis sejadi-jadinya. Kemudian kami pun Keluar dari bawah ranjang, bau amis menyeruak hidung, berkali-kali kami hampir muntah, hampir seluruh lantai dipenuh cairan putih kental yang di keluarkan oleh para pembantai itu. Ndoro Ajeng perlahan mendekati tubuh ibunya, duduk menangis disamping ibunya yang terkapar tak berdaya, tubuhnya berlumuran keringat bercampur cairan putih lengket berbau amis.

Tiba-tiba dua tangan besar mengapit kedua pinggang kami dan dengan cepat membawa kami keluar rumah, namun baru sampai di depan pintu, perampok itu kembali masuk. Pria besar yang membawa kami pergi itu langsung menempelkan tubuhnya dan tubuh kami pada tembok dan menutup kedua mulut kami. para perampok itu berteriak-triak sambil mengobrak-abrik kembli seisi rumah. Kemudian salah satu perampok itu membalikan tubuh Ndoro Nilamsari secara kasar dengan Kakinya.

“he….jalang…dimana putri bungsumu…?” bentak lelaki itu.

Saat itu Ndoro Nilamsari yang sudah tersadar dari pingsannya hanya diam, begitu juga dengan Ndoro Joyo yang tersadar dengan kepala penuh darah.

“Gusti, kenapa aku belum mati juga” lirihnya.

“heh … bangsat…dimana …anak bungsumu” bentak salah satu pembatai sambil memukuli perut Ndoro Joyo.

“heh, sudah, biarkan dia mati dengan sendirinya” bentak sang pimpinan.

“ndoro ayu yang nikmat, dimana putri bungsumu...?” kata sang pimpinan, sambil memainkan payudara Ndoro Nilasari dan putingnya dengan kakinya. Namun Ndoro Nilamsari hanya tersenyum, sambil membuka kedua pahanya keatas.

“aku sudah menipumu, dan mengacak-acak kemaluanmu namun kau masih saja bergairah” kata sang pimpinan rampok, berjongkok dan membelai paha Ndoro Nilamsari, kemudian mengusap selangkangan Ndoro Nilamsari dengan kain ikat kepalanya.

“entahlah, setelah kau gilir aku bersama anak buahmu, aku malah semakin bergairah?” kata Ndoro Nilamsari sambil memainkan jarinya dilubang kemaluannya, yang mulai kembali basah. Segera sang pimpinan rampok memasukan kemaluan besarnya kembali kedalam lubang kemaluan Ndoro Nilamsari, dan mengenjotnya berlahan.

“ah…ah….ah…ohh…oh..” rintih Ndoro Nilasari Sambil mengoyangkan pinggulnya naik turun sambil sesekali memutar, mengimbagi goyangan sang pimpinan rampok.

“Oh…Nila…Ohhh…Nila,…ah..ah…uh...” erang sang pimpinan perampok.

Pagi menjelang, para perampok yang tak berhasil menemukan anak bungsu Ndoro Joyo, mereka segera bergegas meninggalkan rumah. sementara sang pemimpin mempercepat goyangannya, saking nikmatnya ia tak sadar bahwa Ndoro Nilamsari telah membuka penutup wajahnya..

“oh..oh..kakang…ternyata…kakang,...kakang suro…oh…ach.” kata Ndoro Nilasari sambil merintih. Kemudian tubuh Ndoro Nilasari mengelepar dan kemudian lunglai, diam tak bergerak

Sementara itu Lelaki yang membawa kami, tetap diam. Saat itu sepertinya ia akan menolong Ndoro Joyo dan Ndoro Nilamsari, namun ia tetap terdiam saat tubuh Ndoro Nilamsari mulai bergerak, menghampiri tubuh Ndoro Joyo sambil mencari selembar kain untuk menutupi tubuhnya.

“kang mas tidak apa-apa?” katanya lirih, sambil melepaskan ikatan tubuh Ndoro Joyo,

kami meronta ingin lepas, namun lelaki itu tetap tidak mendekap tubuh kami

Setelah terbebas Ndoro Joyo langsung menampar Ndoro Ayu Nilamsari.

“maafkan saya kang mas, semua kulakukan agar Maila luput dari perhatian mereka agar kang mas tetap selamat,” kata Ndoro Nilasari.

“lebih baik aku mati, dari pada harus melihat kau bergumul dengan para pegundal itu.”

“kau adalah istri priyagung trah mangku kusomo, kau juga seorang putri bangsawan. Bagaimana bisa kau melenguh layaknya pelacur kepada para pegundal itu....!” kata Ndoro Joyo dengan mata memerah.

“mohon ampun kang mas, sekali lagi saya katakan, saya melakukanya agar Maila selamat, dan kang mas juga?” katanya terisak, wajahnya tertunduk.

“bohong kamu...!, kamu menikmatinya kan..!, jawab aku..!,” Bentak Ndoro Joyo bertubi-tubi.

“saya memang menikmatinya kang mas, jujur saya belum pernah saya merasakan yang senikmat ini, para perampok itu bukan perampok biasa, meraka mampu memberi saya kenikmtan yang luar biasa, saya sudah merusaha menolak kenikmatan itu namun saya tak kuasa menolaknya, maafkan saya?” kata Ndoro Nilasari pasrah.

“apa katamu, kau memang bajingan sari, kau benar-benar seorang pelacur, kau bukan istriku lagi?” kata Ndoro Joyo dengan Muka merah.

“Kang mas, biarkan saya menanggung semua ini. Suro...., dia lah yang melakukan semua ini atas perintah kraton, tolong balaskan semua perbuatan suro dan kraton” kata Ndoro Nilamsari sambil menatap wajah suaminya.

dengan cepat Ndoro Nilamsari menghujamkan keris para pembantai yang tertinggal dilantai langsung ke lehernya, Ndoro Nilamsari ambruk kelantai dengan tubuh bersimbah darah. Kemudian lelaki besar yang mendekap kami, langsung membawa kami pergi dengan cepat menuju sebuah pondok sederhana dekat hutan.

Saat itu saya dan Ndoro Ajeng Maila tinggal bersama lelaki penyelamat kami yang ternyata adalah salah satu abdi setia trah Mangku kusomo yang kebetulan ingin menghadap Ndoro Joyo.

Dendam Ndoro Ajeng begitu besar, ia bertekad akan membalasnya dengan cara yang sama, yaitu melenyapkan semua orang yang terlibat dalam upaya menghancurkan keluarganya. namun zaman sudah berubah pemerintahan telah berganti, pusat kekuasaan bukan lagi kraton. perlawanan secara terbuka tak mungkin dilakukan.

Segala daya dan upaya terus Ndoro Ajeng lakukan untuk membalas dendam, hingga akhirnya ia tahu bahwa leluhurnya mewariskan sebuah ilmu rahasia. Rasuksukmo sebuah ilmu yang sebenarnya bukanlah ilmu kanuragan, hanya sebuah teknik yang sebenarnya dikhusukan untuk lelaki, dengan persyaratan sang penguna harus sering bersetubuh dengan perempuan sebagai media penyerap energi alam. Dimana sang penguna ilmu tidak diperbolehkan untuk mengeluarkan spermanya selama bersetubuh, atau sang penguna ilmu Rasuksukmo tidak bisa mengunakan semua ilmu kesaktiannya sementara waktu.

Namun sang lelaki penyelamat itupun mengatakan bahwa ilmu tersebut bisa dikuasai oleh perempuan, dengan syarat yang sama namun kebalikan dari syarat untuk lelaki, dimana lelaki harus menahan keluarnya sperma selama berorgasme. namun untuk Perempuan selama bersetubuh diharuskan untuk berorgasme sampai keluar cairan secara terus menerus selama 47 malam tanpa henti.

berbeda dengan lelaki, enargi alam yang diserapnya bisa digunakan untuk menambah tenaga dalam guna memperkuat ilmu kanuragannya ataupun untuk memperkuat stamina saat bersetubuh, berapapun usia sang penguasa ilmu Rasuksukmo tetap mampu menyetubuhi setidaknya 7 perempuan dalam sehari tanpa kehilangan kebugarannya, hanya saja ia tak bisa mengunakan ilmunya untuk sementara waktu jika saat bersetubuh ia sampai mengeluarkan spermanya. sedangkan bagi perempuan energi yang diserap adalah energi dari sang lelaki yang disetubuhinya, lebih-lebih jika sang lelaki yang disetubuhinya berejakulasi. Maka sehebat apapun ilmu sang lelaki pada saat itu juga semua ilmu kesaktiannya akan rontok dan perlu 47 hari untuk memulihkannya,. Dan jika sang lelaki itu rutin bersetubuh dengan perempuan penguasa ilmu Rasuksukmo, tanpa menguasai ilmu Rasuksukmo juga. Maka lama kelamaan Sang lelaki tersebut akan mati secara perlahan”.

“lantas apa yang terjadi dengan kakek” seru Narin, “kenapa kakek kehilangan kelelakiannya?” kata Narin lagi, sambil menceritakan kejadian semalam kepada Rahmi.

Rahmi hanya tersenyum dan kembali bercerita,

“Hal itu terjadi saat Ndoro Danu berlatih ilmu Rasuksukmo. Ndoro Danu sempat sedikit berejakulasi?” jawab Bu Rahmi.

“tiga bulan sebelum pernikahan, Ndoro Ajeng menyuruh saya dan beberapa dayang untuk membantu Ndoro Danu berlatih ilmu rasuksukmo supaya Ndoro Danu dapat bersetubuh dengan Ndoro Ajeng secara penuh?” kata Bu rahmi Lagi.

“saat itu aku mendapat giliran pada 7 malam terakir dari 47 malam yang harus di jalani oleh Ndoro Danu?” kata Bu Rahmi.

“namun di malam-malam terakir, saya benar-benar tidak bisa menguasai diri, kenikmatan yang kurasakan begitu sempurna, sehingga membuat Ndoro Danu berejakulasi?” kata Bu Rahmi sambil terisak sedih.

“padahal saya sudah di wanti-wanti Ndoro Ajeng, agar kenikmatan yang akan kurasakan, tidak melenakan saya dalam menjaga sperma Ndoro Danu agar tidak keluar selama menjalani ritual ilmu rasuksukmo” kata Rahmi sambil terisak.

“waktu itu kenikmatan yang kurasakan bersama Ndoro Danu memang sangat luar biasa sangat berbeda dibandingkan dengan para keturunan trah mangku Kartokusumo dan mangku Aryakusumo lainya dan juga para priyagung-priyagung lain yang pernah saya layani ?” kata bu rahmi lirih.

Narin pun kembali menanyakan bagaimana sang kakek bisa berhubungan dengan Darsih, dan apakah Darsih anak dari kakeknya.

Dengan tersenyum Rahmi mengeleng.

“bukan Den Ayu....?, sehabis bersetubuh dengan Ndoro Danu. Saya memang Hamil, dan sesuai peraturan maka saya harus dinikahkan dengan lelaki diluar Trah Mangku Kusumo, karena seorang Ndoro Trah Mangku Kusumo tidak diperbolehkan untuk menikahi Dayangnya sendiri.?” Jawab Rahmi.

“Darsih pun lahir dan saat berusia 16 tahun, secara otomatis ia pun menjadi dayang, saat itulah Darsih mulai melayani Ndoro Danu dan juga para Ndoro-Ndoro lainya?” jawab Rahmi kembali.

Belum sempat Narin mau bertanya kembali, pintu kamar perawatan kembali terbuka.

“mohon maaf, pengunjung mohon untuk keluar karena jam besuk untuk siang hari sudah habis, mohon pengertiannya agar pasien dapat beristirahat?” kata perawat.

Akhirnya Narin pun mohon diri dan keluar dari dalam kamar, sementara itu Darsih sudah menunggunya diluar.

“Den Ayu, silakan kalau Den Ayu mau pergi jalan-jalan?, mobil sudah tersedia?” sahut Darsih dengan Sopan.

“ngak bik, aku pulang saja?” jawab Narin singkat.

Sesampainya di rumah, Narin masih mencecar Darsih dengan pertanyaan-pertanyaan seputar sang kakek.

“Apa penjelesan dari Ibu saya tadi belum cukup Den Ayu?” Jawab Darsih.

“belum bik, aku masih merasa kalau ada sesuatu yang disembuyikan olehnya?” kata Narin.

“aku tak habis pikir, kenapa kakek tidak bisa menikahi Bik Darsih maupun Bu Rahmi?” kata Narin Lagi.

“Den Ayu, memang seperti itulah peraturannya?, Kami memang hanya boleh disetubuhi Trah Mangku Kausumo, namun tidak boleh dinikahi?” jawab Darsih lembut.

“dan kami sudah menerima itu semua dengan iklas, itulah takdir dan jalan hidup kami sebagai seorang Abdi yang harus memenuhi janji kami hingga anak cucu kami?” jawab Darsih kembali.

“apakah nanti kalau bik Darsih punya anak perempuan, bibik juga akan menyerahkanya kepada kakek, kepada suamiku atau anak lelakiku” kata Narin kembali.

“tentu Den Ayu?, selama pewaris trah mangku kusumo masih ada, maka wajib bagi kami untuk melayaninya. Begitu juga yang berhubungan erat dengan trah Mangku Kusumo kami akan tetap melayaninya dengan baik, termasuk Papanya Den Ayu?” jawab Darsih.

“apa....Bik...!?” seru Narin tak percaya.

“iya Den....?”, sahut Darsih sambil mengangguk.

“saya dan ibu memang sering diminta oleh Ndoro Ayu Kumaila untuk melayani papanya Den Ayu di ranjang?” jawab Darsih.

“namun semenjak Ndoro Ayu Kumaila dan Papanya Den Ayu pindah ke kota, kami hanya melayani papanya Den Ayu saat ia berkunjung kemari saja?” kata Darsih tanpa expresi.

“Apakah kakek tahu itu bik” sahut Narin.

“tahu Den, karena itu memang sudah tugas dan kewajiban kami sebagai seorang Dayang” jawab Darsih.

“Namun, semenjak papanya Den Ayu tahu tentang musibah ini, papahnya Den Ayu suadah jarang meminta kami untuk melayaninya?” kata Darsih

“kenapa memangnya bik?”, dan Darsih pun hanya tersenyum.

“papahnya Den Ayu beranggapan bahwa Sayalah pembawa musibah tersebut, dan khawatir musibah itu lambat laun akan menimpanya juga, namun nyatanya musibah itu datang karena dampak dari ilmunya Ndoro Danu yang tidak sempurna?.”

“yang aku dengar, kakek tertimpa musibah ini saat bibik melayaninya?” seru Narin.

“betul Den Ayu?” jawab Darsih

“awal musibah ini, berawal dari kejadian saat saya melayani Ndoro Danu, 19 tahun yang lalu?. Pada suatu malam tepat saat Den Ayu Narin lahir?” lanjut Darsih dengan muka datar.

“malam itu...?” kata Darsih lagi

“Ndoro Ajeng meminta saya untuk melayani Ndoro Danu, karena Ndoro Ajeng sedang sakit?, saat itu saya dan Ndoro Danu bersetubuh di lantai kamar Ndoro Ajeng disamping ranjangnya. Ndoro Ajeng masih belum percaya Saya mampu melayani Ndoro Danu dengan Baik?, dan ingin melihat sendiri bagimana saya melayani Ndoro Danu” kata Darsih kemudian.

“dengan penuh kepasarahan, Saya pun melayani Ndoro Danu dengan baik, Bukan hanya dengan Nafsu namun juga dengan segenap jiwa dan raga saya?.” Kata Darsih dengan sambil memejamkan mata, dengan bibir terbuka.

“sebelum saya dan Ndoro Danu mulai bersetubuh, Ndoro Ajeng sempat berpesan agar Ndoro Danu untuk tidak menahan spermanya” kata Darsih lagi dengan mata masih terpejam.

“Dengan maksud agar saya dapat ikut merasakan kenikmatan yang sama seperti yang dirasakan Ndoro Ajeng, bersetubuh dengan di lambari tenaga dari ilmu Rasuksukmi” kata Darsih dengan raut muka menerawang.

“dan, memang saat itu kenikmatan yang saya rasakan sungguh sangat luar biasa?, beda dengan semua priyagung trah mangku kusumo maupun para priyagung lainnya yang pernah saya layani?” kata Darsih sambil sedikit mengelus bagian bawah perutnya.

“tepat disaat saya dan Ndoro Danu tengah mencapai puncak kenikmatan?, dan saat Ndoro Danu hendak menyemburkan spermanya kedalam rahim saya?”. Tiba-tiba Ndoro Ajeng berteriak dengan tubuh bergetar, ia mengatakan bahwa kutukan itu akan segera datang dan hanya dapat disembuhkan oleh sentuhan tangan seorang gadis hasil keturunan asli trah mangku kartokusumo dan trah mangku aryakusumo 19 tahun lagi?” kata Darsih dengan mata nanar.

“saat itu, Saya tidak bisa segera menolong Ndoro Ajeng karena posisi saya tertindih tubuh Ndoro Danu, dan tengah berada di puncak kenikmatan?. butuh beberapa menit bagi saya untuk kembali kedalam kondisi normal dan beberapa kali semburan bagi Ndoro Danu untuk menyelesaikan semburan spermanya yang memang cukup banyak dan kuat.” Kata Darsih masih dengan aksinya mengelus bagian bawah perutnya.

“setelah semua puncak kenikmatan kami mereda, dan kondisi saya dan Ndoro Danu kembali normal, barulah saya bisa mengahampiri Tubuh Ndoro Ajeng yang melemah, tak lama kemudian Ndoro Ajeng pun tak sadarkan diri dan mengalami koma selama hampir 3 bulan, dan akhirnya wafat?” kata Darsih lirih sambil terisak.

Narin terdiam, sambil mencerna semua hal yang terjadi. Dia lahir disaat Neneknya meninggal dan disaat sang kakek tengah mengapai puncak kenikmatan bersama sang Dayang cantiknya.

“Bik, bukannya mama maila asli keturunan trah mangku kusumo?” kata Narin kemudian.

Darsih pun tersenyum penuh meisteri.

“betul sekali Den Ayu, beberapa kali Ndoro Ayu Maila mencobanya dan terakir enam bulan yang lalu dan berhasil?, namun hanya bertahan sampai tiga bulan saja?” sahut Darsih kemudian. saya dan ibu pun ikut berbahagia dan rutin melayaninya, dan berharap semuanya kembali normal”

“namun musibah itupun kembali lagi sampai sekarang?” kata Darsih sambil tersenyum penuh arti kepada Narin.

“dan Apakah gadis penyembuh yang dimaksud nenek sudah diketemukan bik,?” kata Narin sambil memahami artis senyuman Darsih.

“hampir 19 tahun ini, saya maupun Ndoro Danu belum menemukan titik terang tentang keberadaan gadis tersebut Den Ayu?” jawab Darsih.

“dan minggu ini bertepatan dengan 19 tahun kejadian itu, dan jika sampai kutukan ini tidak segera diangkat maka semua lelaki yang pernah berhubungan dengan Trah Mangku Kusumo akan menerima akibatnya, dan tidak bisa tersembuhkan?” kata Darsih kemudian

“maksud bibik, apakah akan seperti kakek?” seru Narin. Darsih pun mengangguk.​
 
Jadi sebenernya musibah itu terjadi saat ndoro Danu ngewe dengan bu Rahmi atau bi Darsih? Saya kok masih bingung dengan timelinenya suhu...
Bu rahmi itu ibunya bi darsih, usia memdekati 50thn, sementara bi Darsih anaknya bu Rahmi.
Di akhir penjelasan Darsih, kejadian itu terjadi 19 tahun yg lalu, dan Darsih mulai melayani usia 16 tahun, artinya usia Darsih saat ini minimal 35 tahun... jadi dia dilahirkan oleh bi Rahmi saat usia berapa hu?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd