Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nothing's Wrong When It Feels Right

CoitusInteruptus

Semprot Addict
Daftar
6 Aug 2017
Post
456
Like diterima
348
Bimabet
Hola! Salam kenal para warga semprot.
Izinkan saya selaku newbie dan silent reader bertahun-tahun buat ngshare cerita karangan saya.
Ini cerita pertama yang saya bikin, jadi kalo masih banyak yang kurang pas atau kurang detil harap diberi kritik dan masukan yang konstruktif ya suhu dan mastah!

Check this out!



[HIDE]

"Ugh... Ugh...", desahku seraya memaju-mundurkan pinggangku ke pantat indah cewek di dekapanku sekarang.
"Ahhh... ahhh..., kerasin beb...", ucap wanita ini ketika dia memalingkan wajahnya menghadapku.
"Boleh, tapi aku keluar di dalem ya?", jawabku dengan kuiringi kecupan kecupan kecil di lehernya.
Aku yang sedang mendekap badannya dari belakang dan dalam posisi menyamping menghadap kiri ini mulai mempercepat genjotanku setelah dia menganggukkan kepalanya. Remasan kedua tanganku di payudaranya pun semakin erat, mengimbangi desahan-desahan erotis yang mulai keluar lagi dari mulut manisnya itu, "Ahhh, ahhh, ampun sayang. Ampuunnn ahhh."


Kulirik jam di dinding, "Damn. Ga kerasa udah hampir sejam aja...". Wajar jika di bawah sana terasa sudah sangat panas dan siap meledak. Dan akhirnya tiba di titik dimana semuanya harus aku keluarkan. Kuberi wanita ini sodokan paling dalam yang bisa aku lakukan.
"Ehmmm, ughhh, aku keluar beb", kubisikan di telinga kanannya. Dan seketika spermaku muncrat membanjiri vagina cewek cantik ini, "Crotttt crroottt croottt".
"Oohhhh, anjir dalem banget sayang, uuggghhh angettt ih. Enakkk!" Balasnya sambil berusaha menciumku yang mendekapnya erat di subuh yang amat indah itu. Ketika dua sahabat telah melewati batas seksualitas dalam hubungan mereka.

Yang namanya cinta emang absurd ya? Kadang kita ga bisa nebak kapan kita bakal jatuh cinta, sama siapa kita bakal jatuh cinta, dan juga bakal gimana perjalanan kisah cinta kita.
Ada yang jatuh cintanya sama orang yang belum lama kenal, sama temen kerja, sama senior di kampus, atau mungkin sama temen yang udah lama deket. Sounds familiar?
Well, mengutip salah satu kutipan dari film yang cukup memorable di milenia ini,
"This is not a love story, but this is a story about love.".

===========CoitusInteruptus==========


"Love?" Gumamku dalam hati seraya memandangi langit langit kamar wanita yang baru saja menjadi partner bercintaku semalam suntuk.
Lala, gadis cantik yang sudah menemani perjalanan hidupku selama 17 tahun ke belakang.
Ya, kita berdua berteman sejak sekolah dasar sampe lulus kuliah.

Kulirik ke arahnya di samping kiriku. Dengan rambutnya yang agak kusut sepanjang bahu, menutupi leher indahnya yang ada bekas bekas merah hasil karya nafsuku semalam dan muka ayunya nampak letih terkena cahaya remang remang dari lampu tidur di sudut kamar ini.

Well, last night was so fun. We fuck so hard as i could remember.
Dan partnerku bercinta ini pun masih tenggelam di dunia mimpinya sampai pagi ini.

Aku pun beranjak dari ranjang. Mencoba duduk ditepinya. Tepat di sebelah Lala yang masih tertidur pulas. Terlihat berserakan di lantai, pakaian kami sehabis party semalam. Dan di dekat kakiku tergeletak bra Lala semalam. Dengan iseng, kuambil dan kuamati bra berwarna hitam pekat itu. "34 D? Pantes gede banget, enak banget digenggam.", gumamku. Postur badan Lala sekarang emang ideal, lebih mengarah ke kurus malah. Berat badannya sekarang ga pernah lebih dari 50kg. Dan tinggi badannya sekitar 160cm. Dengan berat dan tinggi segitu, wajar saja jika payudaranya terlihat masif. Apalagi ketika tanpa bungkus. Undeniable.

"Ngapain ngelihatin bra aku?"
Aku terkejut dan langsung menoleh ke arahnya.
"Eh, enggak. Dasar aja tadi kegeletak trus aku ambil.", Jawabku cepat. " Udah bangun?", tanyaku.
"Oohh, hmm, udah sih tapi masih pegel-pegel nih. Semalem kamu nakal banget. Aku ga nyangka kamu bisa gitu. Hihihi." jawab Lala seraya berguling ke arahku.
Spontan bibirku langsung membentuk senyum simpul mengingat kejadian semalam. Kejadian yang membuat hubungan persahabatan kami akan menjadi beda setelahnya. Persahabatan dua sahabat dari kecil yang kemudian menjadi sebuah mutualisme seksual yang epic.

Alcohol. Yes. Fuck that shit.
Efek alkohol emang bisa merubah banyak hal. Dan kami menjadi korban keganasannya juga, meskipun kami berdua menikmatinya semalam.


===========CoitusInteruptus==========

Beberapa jam sebelumnya.

"Yuk kita cabs!", seru cewek yang baru saja masuk ke mobilku ini.
"Semangat banget sih La?", tanyaku pendek.
"Semangat donggg. Tumben-tumbennya kamu mau diajakin ke party. Biasanya nolak mulu." Balasnya dengan raut muka yang masih tetap semangat.

Ya, aku memang bukan termasuk orang yang suka ke party. Intensitasku datang ke night club saja bisa dihitung jari. Tapi kali ini aku tak bisa menolak ajakan temanku untuk datang ke farewell party nya karena dia mau pindah kerja keluar kota untuk waktu yang cukup lama.

"Aku ga enak sama si Agung soalnya kalo ga dateng. Dia kan dulu pernah nolongin aku pas mobil aku pecah ban malem-malem waktu itu loh, yang dia bareng kamu juga.", jelasku kepada Lala.

" Yang mana ya?" Tanyanya singkat seraya berpikir. "Oohh iya iya aku inget. Iya pas banget waktu itu aku balik bareng dia ya. Eh lihat mobil kamu mogok di pinggir jalan.", sambungnya lagi.

"Iya, makanya aku ga bisa nolak waktu dia ngajakin aku ke farewell party nya kemarin. Eh ini parkirnya di sebelah mana sih?", tanyaku yang bingung dengan area parkir night club ini.

"Di belakang parkirnya, underground parking gitu kalo di sini mah. Emang agak beda.", jawab Lala.

"Oh, ok deh", balasku seraya memacu mobilku ke area parkirnya.

============CoitusInteruptus==========

"La jangan jauh-jauh ya, aku males soalnya kalo duduk sendirian. Mana temen kantormu aku ga ada yang begitu akrab.", pesanku ke Lala seraya kami berjalan masuk ke dalam night club itu.

"Iya baweeel. Kamu ikutin aku aja deh ntar di dalem. Sekalian jagain aku pas lagi di dancefloor. Kangen nih udah lama ga joget." bisik Lala di telingaku setelah kami melewati pintu masuk night club itu.

"Waaahhh dateng juga akhir ya lo, bro!" terdengar teriakan dari seseorang yang familiar menyambut kami memasuki night club itu di tengah hingar bingar musik yang menggema dengan keras.

"Yoi gung, ga enak gue sama lo kalo ga dateng. Gue udah utang budi sama lo waktu itu.", jawabku seraya menyambut tangan Agung yang mengajaku bro hug.

" Ah elah santai aja kali, man. Kebetulan aja waktu itu gue lewat sama Lala. Wiiih La, seksi banget dress lu. Thank you ya udah dateng." katanya seraya cipika cipiki dengan Lala.

"Iya dateng dooonnggg, masa temen kantor mau pindah dinas keluar kota gue ga dateng ke farewell party nya. Sekalian gue juga lagi pengen joget nih.", jawab Lala dengan semangat.

Setelah kuamati dengan seksama, emang betul kata Agung tadi. Dress party Lala emang cukup menantang, berwarna hitam pekat sebatas pertengahan pahanya plus belahan di bagian dadanya cukup rendah, memamerkan bagian atas payudara nya yang cukup masif itu. Ditambah lagi dengan rambut bob sebahunya dan wangi parfumnya yang dari mobil tadi sudah merasuk ke hidungku.

"Damn, kok aku baru sadar sekarang ya. Kelewat fokus nyetir sama gara-gara males ke party nih kayaknya.", gumamku dalem hati.

"Ke tengah yuk, udah rame tuh anak-anak kantor pada nungguin.", ajak Agung.

"Yuk!" jawab Lala dengan semangat seraya menarik lenganku.

Terlihat ada 7 orang yang berkumpul di satu meja besar tak jauh dari dancefloor. Ada 3 cewek dan 4 cowok yang tengah duduk di sana sambil menikmati musik dan minuman mereka.

"Haiiiiii!", teriak Lala spontan ketika kita sampai di meja itu. Dan kemudian langsung cipika cipiki dengan teman-teman satu kantornya itu.

"Eh sama siapa lu, La? Tanya teman-teman Lala yang cewek yang juga memakai dress berwarna hitam, tak kalah seksi dengan Lala.

"Oh ini temen gue dari kecil, kenalin dong. Jadi bodyguard gue dulu dia malem ini.", jawab Lala.

Aku pun langsung berkenalan dengan mereka satu persatu.
Ada Tamara, Iga, Dea, Niko, Nando, Vino, dan Rinto.

"Oh temen kecil apa temen kecil sih La?", celetuk Iga, teman cewek Lala yang badannya paling atletis.
"Iya temen kecil gue.", jawab Lala.
"Ah lu punya temen cowok kece gini kenapa ga dari kemarin-kemarin dikenalin ke kita", potong Tamara yang mukanya paling cute tapi badannya cukup padat berisi.
"Soalnya bahaya! Ntar temen gue ini kalian apa-apain. Hahahaha", balas Lala yang kemudian disambut tawa para cewek-cewek muda itu.
Aku hanya tersenyum simpul mendengarnya.

"Eh mumpung udah pada lengkap, cheers dulu nih kita. Ye ga, brooo?"
, potong Agung seraya menuangkan minum dari botol ke gelas-gelas kecil yang dari tadi ada di meja.
"Eh, emmm, gue enggak...", jawabku kebingungan mencari kata yang halus untuk menolaknya.
" Udah gapapa gue yang traktir kok bro. Minum aja. Atau kalo mau pesen yang lain juga boleh.", balas Agung.
"Minum dikit aja, ga enak sama Agung. Kalo dikit aja ga mabok kok.", bisik Lala ke telingaku.

"Hehehe iya iya. Tapi dikit aja ya, gue ga begitu kuat minum soalnya.", jawabku sekenanya.
"Sama kayak Lala dong. Tapi dia suka sok-sokan nih, kita-kita juga yang sering direpotin. Hahaha", celetuk Dea.
"Hus, diem ah lu bawel.", balas Lala dengan ketus.


" Hahahaha udah-udah, nih. Yuk cheers biar kita inget selalu malem ini.", ajak Agung.
"Cheers! Triiing", teriak kami bersama seraya bersulang di udara.
"Gleeek gleek gleeek. Damn! Panas banget di tenggorokan, mana pahit lagi." Gumamku dalam hati.
Belum kelar aku bertarung dengan reaksi minuman di tenggorokanku, tiba-tiba Lala langsung menarik lenganku.
"Temenin jogeeettt.", pintanya dengan muka memelas dan sok lucu nan manja.
"Eh eh iya iyaaa.", jawabku yang masih merasakan panas di tenggorokan ku ini.
"Duuuh manjanya sama temen. Curiga deh gue.", teriak Tamara ketika kami berjalan sambil pegangan tangan menuju dancefloor.
Dan teriakan Tamara cuma dibalas acungan jari tengah oleh Lala yang kemudian diiringi gelak tawa teman-teman Lala yang lain.

"Aku ngeri ninggalin kamu sama mereka. Liar semua mereka itu.", bisik Lala di telinga kananku.
"Liar?", balasku pendek dengan penuh tanya.
"Iyaaaa, udah ah. Yuk joget.", balas Lala tanpa menjawab rasa penasaranku dengan tuntas.


"Dum dum dum dum", dentuman bunyi bass dari sound di pinggiran dancefloor.
Suasana club yang remang ditambah musik yang menggelegar tanpa henti di seantero ruangan membuat para penikmat dancefloor terbawa dengan sendirinya.
Aku sendiri yang ga begitu suka dengan atmosfir club malam cuma mengangguk-anggukan kepalaku saja dengan pelan, mengikuti tempo dari musik yang dimainkan DJ.
Ditambah lagi aku mulai merasakan reaksi alkohol yang mulai bekerja di badanku. Panas ditenggorokan tadi berganti dengan hangat di seluruh tubuh. Tubuhku jadi terasa lebih enteng dari sebelumnya. Cukup rileks untuk mulai mengikuti goyangan Lala yang dari tadi sudah sangat semangat menggoyang badannya.
Dengan mata sayu dan senyum tipis di bibir penuhnya itu, Lala membalik badannya menghadapku.
"Rileks aja, ikutin beatnya. Ntar juga kebiasa sendiri kok", bisiknya seraya memelukku dengan kedua tangannya dilingkarkan di leherku.
Aku cuma diam menikmati vibe yang sedang terjadi.
Dan tiba-tiba, musik yang berdentum dengan tempo kencang tadi langsung diubah dengan begitu smooth nya menjadi slow tapi masih tetap bisa bikin badan goyang.
"Canggih nih DJ nya, La.", bisikku ke Lala yang masih memelukku.
"Iya emang, makanya aku doyan kesini.", balas Lala dengan mata yang mulai terpejam dan badannya semakin menempel ke arahku.
Menekan erat dadanya ke dadaku.

Lembut. Bisa kurasakan dengan sangat jelas kelembutan payudara masif Lala di dadaku sekarang.
"Jagain aku ya malem ini.", bisik Lala di telingaku. Hembusan nafasnya mengenai leherku.
Perlahan tapi pasti penisku mulai bangkit di bawah sana.
Siapa yang bisa menahan gejolak seperti ini?

"Iya.", jawabku pendek seraya menenggelamkan kepalaku ke leher mulus Lala. Tercium aroma parfum yang semakin memperburuk situasi. Sangat menggoda cocok sekali dengan karakter kepribadian Lala.
Tapi godaan kali ini benar-benar tak kuasa kulawan. Ntah karena suasananya yang begitu mendukung, Lala yang begitu menggoda malam ini, atau karena reaksi alkohol di badanku yang membuatku semakin pasrah meneruskan tanganku yang meluncur ke pantat Lala yang bentuknya padat menggemaskan dan meremas lembut daerah itu.
Dan kemudian Lala berbisik, "Tangannya nakal ya.", masih dengan mata yang terpejam namun kulihat dia menggigit bibir bawahnya di bawah keremangan cahaya club malam ini.
"Cup!", Lala tiba-tiba mengecup bibirku yang terbuka.
Awalnya aku kaget dan tak merespon, tapi Lala emang ga gampang menyerah. Kecupan kecil demi kecupan kecil dia lakukan sampai akhirnya aku semakin terpancing birahi dan membalasnya.
Lidah kami berpautan dan kami pun saling bertukar liur di dancefloor malam itu. Dan tiba tiba kurasakan tangan kanan Lala turun dari leherku menuju perut dan berakhir di selangkanganku yang sudah mengeras sempurna.
"Eh, ada yang horny nih.", canda Lala setelah ciuman kami terlepas.
Aku cuma bisa tersenyum simpul mendengarnya.
Dan kemudian dia berbisik dengan sangat mesra ke telinga kananku.
"Aku juga."

OH MY DOG!

============CoitusInteruptus==========

To be continued....

[/HIDE]
 
Terakhir diubah:
Asik nih kyk friend with benefit.bookmark dulu.ditunggu lanjutanya:adek:
 
Nongkrong di pejwan dulu sapa tau dapat mulustrasinya Tamara :tegang:
 
Nongkrong dlu ah...
Bagus nih kyknya...
Sahabat jd cinta...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd