CoitusInteruptus
Semprot Addict
- Daftar
- 6 Aug 2017
- Post
- 466
- Like diterima
- 359
Mumpung lagi pengen ngetik mari kita lanjut gan
Cekidot, cekidot, cekidot!
[HIDE]
"Udah nyampe rumah nih, La. Bangun hei.", tanganku menggoyang-goyangkan badan Lala yang tertidur di kursi sebelah kiri mobilku.
"Hmmmm, gendong dong ke dalem. Badan aku lemes banget, kunci rumah di tas aku nih.", jawabnya seraya menyodorkan tas kecilnya ke arahku.
Akhirnya aku pun turun dari mobil kemudian menuju pintu kiri mobil, membukanya perlahan, dan menggendong tubuh Lala ke dalam rumah.
Kubuka pintu dengan pelan. Lalu kugendong masuk Lala ke dalam. Dan kukunci lagi pintu depan rumah ini.
Perlahan kugendong Lala menuju kamarnya. Sesampai di kamarnya yang berdinding warna kuning langsung kurebahkan dia di kasur.
Lala pun menggeliat, "Makasih ya udah dianterin, sampe kamar lagi.".
Aku cuma mengangguk pelan dan kemudian duduk di pinggiran ranjang Lala sambil mengingat kejadian panas di dancefloor tadi.
=============CoitusInteruptus============
Andai Agung ga nyamperin kita berdua tadi, mungkin kejadiannya bisa lebih hot daripada itu ya.
Ditambah lagi Agung memesan 3 botol minuman baru yang disambut teman-teman kantornya dengan sukacita, terutama Lala. Padahal sudah kubisiki dia biar ga minum banyak. Eh kebablasan juga. Setengah botol dia minum sendiri. Aku pun jadi korban sharing paksa minumnya itu. 3 gelas alkohol pun meluncur ke tenggorokanku.
Yang reaksinya membuat badanku tak karuan.
Akhirnya aku pun cuma bisa duduk di sofa dan memperhatikan gerak-gerik yang lain.
Dan kulihat di sudut lain sofa, Tamara dengan muka memerah asik menggoyangkan badannya mengikuti beat bersebelahan dengan Rinto. Tapi setelah kuamati lebih lama, ternyata tangan Rinto sebelah kanan sedang meremas-remas dada kanan Tamara yang duduk di sebelah kanannya.
Tapi Tamara nampak tak keberatan dan malah cenderung menyukainya jika kuamati dari raut mukanya.
Di dancefloor yang tak jauh dari sofa tempat kami duduk, kulihat Iga yang sedang berjoget ria bersama dengan Vino dibelakangnya. Goyangan lekuk pantat Iga tepat menyenggol selangkangan Vino yang dari mukanya sudah bisa kupastikan terangsang. Dia mengelus pantat sekal Iga dari belakang dan kemudian memeluknya seraya mencumbu leher Iga.
"Buset dah temen-temennya si Lala. Ini yang maksudnya tadi liar kali ya." Gumamku dalam hati.
Tapi tunggu dulu. Dimana Lala?
Mataku menjelajah ke tiap sudut club malam itu. Dan kutemukan Lala duduk di kursi bartender dengan kepala menempel ke meja bartender dialasi oleh kedua tangannya.
Mabok abis nih kayaknya. Dengan berat aku pun mencoba menghimpun kekuatanku untuk bangkit dan menuju meja bartender.
Kuhampiri Lala dan melihat kondisi yang sudah mabok berat itu aku pun mengajaknya pulang.
Setelah berpamitan dengan Agung yang berdiri tak jauh dari meja bartender, kami pun pulang.
=============CoitusInteruptus============
"Hebat kamu ga mabok.", bisik Lala yang entah kapan sudah menempel di lengan kiriku. Dada jumbonya pun menekan kencang lengan kiriku. Aku pun merasakan ada gairah kecil yang kembali tersulut di bawah sana.
"Eh, iya. Aku mabok sih sebenernya tadi, tapi ga separah kamu." , balasku seraya mencubit pipinya yang selalu sukses bikin aku gemas itu.
"Ihhh cubit-cubit! Tadi ngelamunin apa? Pasti nginget-nginget yang di dancefloor tadi yaaa?", selidiknya dengan muka yang semakin didekatkan ke arahku dan juga dadanya yang semakin menekan lenganku. Dengan dress hitam berbelahan rendah itu, mataku selalu auto focus ke belahan dadanya yang malam ini sukses mengusik kejantananku.
"Enggak ah. Ngarep ya kamuuu.", elakku.
"Bohong.", balasnya singkat.
"Kok bohong?", jawabku dengan bingung.
"Nih buktinya keras lagi yang tadi di dancefloor.", balas Lala dengan senyum genit seraya mengelus gundukan di celanaku yang tak bisa kusembunyikan lagi.
"Ughhh... Hmmm....", desahku tertahan seraya mataku ikut terpejam menikmati sensasi ini.
"Tuh kan keenakan. Sini.", bisik Lala ke telinga kiriku dan tangan kanannya memegang pipi kiriku.
Kami pun berciuman di tepian ranjang tidurnya. Elusan tangan Lala pun berubah menjadi genggaman yang menggenggam penisku dengan nikmat.
"Aku baru tau kalo punya kamu segede gini.", akunya di tengah ciuman kami yang sekarang sudah berubah posisi dengan aku yang menindihnya di ranjang.
Pujiannya tak kubalas, aku pun aktif mencumbu lehernya yang sangat harum parfum yang merangsang.
Kedua tanganku sudah bergerak otomatis meremasi dada indahnya itu.
"Ughhhh... Hffftttt.... Ahhhh. Iyaaa, remeess terusss gituu.", desah Lala penuh nafsu dengan kepala yang mendongak ke atas dan mata terpejam seraya mengigit bibir bawahnya.
"Bukain dress aku dong, resletingnya di belakang nih, susah.", bisiknya mesra setelah menciumku dengan ganas.
Tanganku yang tadi tengah meremas dengan gemas kedua dada montoknya itu dengan sigap langsung memiringkan badan Lala dan membuka resleting belakang dress nya.
Tangan Lala pun membantuku melolosi dress hitamnya yang kurang cukup bahan untuk menutupi keseksiannya itu.
Ketika aku sedang menarik turun dress hitamnya, Lala rupanya melepaskan kaitan branya.
Setelah dress hitamnya terlepas, Lala melemparkan bra hitamnya ke mukaku sambil tertawa.
" Tuh yang dari tadi ngalangin udah dilepas semua. Remes lagi dong.", ajaknya sambil menarik kedua tanganku ke dada indahnya yang tak bisa aku tolak itu.
Dengan nafsu bercampur gemas kugenggam kedua dada Lala yang membusung itu, payudara putih nan masif indah dengan puting lebar berwarna coklat muda.
Tangan Lala menarik kepalaku ke arah payudara jumbonya itu. Kuemut putingnya yang sebelah kanan dan sebelah kiri bergantian. Kuselingin dengan gigitan-gigitan kecil di puting dan payudaranya.
"Aaaaaahhhhh, ahhhhhhh, iyaaaa digituin, terussss beb.", teriakan kenikmatan Lala memenuhi kamar tidurnya di dini hari itu.
Tangan Lala sekarang sedang berusaha melucuti pakaianku. Terutama celanaku yang daritadi sudah semakin sempit dan kutempelkan terus ke selangkangan Lala yang mengangkang indah di tepian kasur.
Akhirnya terlepas juga celana panjangku dan dengan cekatan Lala menarik keluar penisku yang sudah menegang keras dari sarangnya.
"Sini naik ke kasur, gantian aku yang emutin kamu, sayang.", ucapnya seraya mencoba bangkit ke posisi duduk dan menarikku naik ke kasurnya.
Aku pun naik seraya melucuti kemejaku dan celana dalamku. Telanjang bulat di kamar Lala untuk pertama kalinya.
Lala pun menunduk mengarahkan penisku ke mulutnya. Dan seketika kenikmatan itu kurasakan menjalar keseluruh badanku.
Emutan bibir penuh Lala membuatku melayang jauh ke atas seolah mengacungkan jari tengah kepada gravitasi.
Kulihat di bawah sana pipi tembemnya pun mengempot ketika mengemut penisku. Tirus sekali.
"Tumben tirus pipinya.", candaku sambil mengelus kemudian mencubit pipinya.
"Ploppp.", penisku terlepas.
"Iiihhhh, ngejekin mulu. Gigit nih ntar.", balasnya dengan muka jutek yang kemudian kembali mengemut penisku dan dengan usilnya menggigit kecil kepala penisku.
"Aaaauuuuwwww! Aduhhhh, ampunnn Laaa. Ga lagi deh.", aku meringis seketika.
Lala pun tertawa, "Hahahaha rasain, emang enak. Eh masukin dong sayang, udah banjir nih."
Langsung kuelus selangakangannya yang masih menyisakan celana dalam hitamnya itu yang memang sudah basah kuyup.
Kutarik ke bawah dan kulempar sembarangan ke arah pakaian-pakaian kami yang berserakan di lantai kamar Lala ini.
Lala pun mengatur posisi dengan membaringkan tubuhnya di bawah dan kemudian melebarkan kakinya, menyuguhkanku pemandangan terindah di tubuhnya.
Aku pun maju kuarahkan penis tegangku mendekati vaginanya. Kugesek-gesek pelan ke belahan indahnya itu yang berwarna merah jambu. Kulihat Lala terpejam dan kembali mendesah.
Tapi kemudian keraguan melanda batinku. Ragu apakah ini akan berakhir baik-baik aja atau malah mengacaukan semuanya, hubungan pertemananku dengan Lala yang kupertaruhkan saat ini.
Di tengah kebimbanganku dengan penis yang masih menggesek nikmat vagina temanku ini, Lala pun seolah mengerti keraguan di dalan batinku.
Kakinya yang tadi mengangkang lebar, ditekuknya ke belakang pantatku dan kemudian berkata, "Masukin aja, gapapa kok. It's ok.".
Setelah kebimbanganku terjawab, aku pun langsung mengarahkan kepala penisku yang membengkak itu ke dalam vagina Lala yang ternyata masih cukup sempit.
Vaginanya sukses menggenggam erat penisku di bawah sana. Setelah masuk seluruhnya aku pun menundukkan kepalaku dan menciumi bibir Lala dengan mesra.
"Duhhh, enak bangettt. Penuh ih. Coba dari dulu kalo tau enak gini.", bisiknya di telinga kananku.
Kugenjot dia dengan posisi itu dengan tempo sedang, tanganku tak kuasa meninggalkan dada indah Lala menganggur. Kuremas dan kuemut bergantian dua bukit kembar termasif yang pernah kulihat itu.
Erangan Lala dan desahan kenikmatan kembali menenuhi ruangan ini lagi.
Setelah 10 menit di posisi itu, "Doggy style yuk!", Lala pun meminta berganti posisi sambil bangkit dan menungging di kasur dengan dengkul sebagai tumpuannya.
Aku pun memasukkan penisku ke vaginanya dari belakang sambil mengelus pantat putih sekal Lala. Terasa lebih penuh dan menggigit di posisi ini ketika kumulai genjotanku. Dada Lala yang menggantung berayun-ayun mengikuti goyangan tubuh kami, kupeluk badannya dan kemudian kuremas lagi kedua dada indah Lala sambil kucumbu tengkuk dan leher indahnya.
Lala hanya terpejam dengan mulut menganga menikmati kenikmatan yang tengah kami pacu dikesunyian malam ini.
Karena pegal akhirnya kami berganti posisi lagi, aku berbaring di kasur dan Lala menaikiku dengan posisi menghadap ke arahku.
Dengan tersenyum manis dia memasukkan lagi penisku ke dalam vaginanya.
"Tusuk Lala lagi dong sayang. Lala ketagihan nih sama ini.", ucapnya genit sambil menggoyang memutar penisku di vaginanya.
" oohhhh, enak bangeeetttt.", desahku.
"Bisa keluar duluan nih gara-gara Lala kalo gini terus.", batinku sambil mencoba mengalihkan fokus ke buah dadanya yang jadi bulan-bulananku terus itu.
" Mau nyusu lagi ya? Nihhhh.", Lala pun menjatuhkan tubuhnya ke arahku yang tentu saja kuterima dengan senang hati sambil mengemuti dadanya.
Ketika muncul rasa-rasa sudah mau keluar, aku pun mengajak Lala berganti posisi lagi.
Dengan dia tiduran telungkup di kasur dan aku mendekapnya dari belakang.
Dan posisi ini bertahan sampai kita mencapai puncak kenikmatan dan berbagi lendir di bawah sana.
=============CoitusInteruptus============
"Woi ngelamun muluuu!", seru Lala mengagetkanku.
"Udah dua kali kamu ngelamun di kamar aku hari ini. Ngebayangin yang barusan yaa?", tanyanya mesra sambil memelukku dari belakang.
"Eh, iya nih. Masih bingung aja kita berdua tadi abis gituan.", jawabku malu-malu.
"Bingung kenapa? Ya mungkin emang gara-gara kita berdua yang lagi ga punya pasangan trus ditambah efek alkohol semalem, jadinya gitu deh. Nafsunya pengen dilampiasin. Tapi aku happy kok. Daripada aku digarap cowo ga jelas di club, mending sama kamu.", jawab Lala ditutup kecupan kecil di pipi kiriku.
"Iya sih, yaudah ya mau diapain. Kamu sih semalem minum di club kek minum air putih, ga kira-kira lagi.", sindirku.
" Hahaha gimana dong, enak sih. Sekalian aku mau ngelepasin galau aku seminggu kemaren itu loh yang gara-gara putusan itu. Eh kebablasan sampe tepar. Untung perginya sama kamu ya semalem. Kalo naik taksi online kali aku udah diabisin sama sopirnya semalem. Makasih yaaaa udah nemenin.", ucapnya seraya memelukku erat.
"Iyaa iyaaa baweeel, makasih juga udah nenenin semalem. Upssss.", candaku sambil mencubit pipi Lala.
"Hahahaha dasar. Udah ah aku mau mandi mau ke kantor nih pagi ini, ada berkas penting yang harus aku selesain.", Lala melepaskan pelukannya.
"Hari sabtu kok ke kantor sih?", tanyaku bingung sambil membalik badan ke arahnya.
"Iya, itu berkas dari minggu kemaren, deadlinenya senin besok. Gara-gara seminggu kemaren aku galau mulu jadi ga konsen mikir, kelupaan deh. Makanya harus kekantor."
"Emang ada orang gitu di kantor kamu?", tanyaku lagi.
" Ya ada lah, ada satpam yang jaga kali kalo weekend, trus juga ada pegawai yang lembur buat ngelarin berkas juga biasanya di kantor, tapi paling sampe setengah hari doang.
Kamu di rumah doang kan? Ntar liatin rumah aku ya, mama papa 3 hari lagi baru balik nih dari luar kota.", pinta Lala.
"Oh gituu. Ok lah kalo gitu.", jawabku singkat.
"Yeay! Maacih cayangnya akoooh! Mwah!", ucapnya sok imut sambil mencium bibirku.
Lala pun bangkit dan menuju pintu kamar mandi di dalam kamarnya.
"Mau mandi bareng ga?", tanya Lala dengan tatapan nakal sambil menggenggam kedua dadanya.
=============CoitusInteruptus============
To be continued....
[/HIDE]
Cekidot, cekidot, cekidot!
[HIDE]
"Udah nyampe rumah nih, La. Bangun hei.", tanganku menggoyang-goyangkan badan Lala yang tertidur di kursi sebelah kiri mobilku.
"Hmmmm, gendong dong ke dalem. Badan aku lemes banget, kunci rumah di tas aku nih.", jawabnya seraya menyodorkan tas kecilnya ke arahku.
Akhirnya aku pun turun dari mobil kemudian menuju pintu kiri mobil, membukanya perlahan, dan menggendong tubuh Lala ke dalam rumah.
Kubuka pintu dengan pelan. Lalu kugendong masuk Lala ke dalam. Dan kukunci lagi pintu depan rumah ini.
Perlahan kugendong Lala menuju kamarnya. Sesampai di kamarnya yang berdinding warna kuning langsung kurebahkan dia di kasur.
Lala pun menggeliat, "Makasih ya udah dianterin, sampe kamar lagi.".
Aku cuma mengangguk pelan dan kemudian duduk di pinggiran ranjang Lala sambil mengingat kejadian panas di dancefloor tadi.
=============CoitusInteruptus============
Andai Agung ga nyamperin kita berdua tadi, mungkin kejadiannya bisa lebih hot daripada itu ya.
Ditambah lagi Agung memesan 3 botol minuman baru yang disambut teman-teman kantornya dengan sukacita, terutama Lala. Padahal sudah kubisiki dia biar ga minum banyak. Eh kebablasan juga. Setengah botol dia minum sendiri. Aku pun jadi korban sharing paksa minumnya itu. 3 gelas alkohol pun meluncur ke tenggorokanku.
Yang reaksinya membuat badanku tak karuan.
Akhirnya aku pun cuma bisa duduk di sofa dan memperhatikan gerak-gerik yang lain.
Dan kulihat di sudut lain sofa, Tamara dengan muka memerah asik menggoyangkan badannya mengikuti beat bersebelahan dengan Rinto. Tapi setelah kuamati lebih lama, ternyata tangan Rinto sebelah kanan sedang meremas-remas dada kanan Tamara yang duduk di sebelah kanannya.
Tapi Tamara nampak tak keberatan dan malah cenderung menyukainya jika kuamati dari raut mukanya.
Di dancefloor yang tak jauh dari sofa tempat kami duduk, kulihat Iga yang sedang berjoget ria bersama dengan Vino dibelakangnya. Goyangan lekuk pantat Iga tepat menyenggol selangkangan Vino yang dari mukanya sudah bisa kupastikan terangsang. Dia mengelus pantat sekal Iga dari belakang dan kemudian memeluknya seraya mencumbu leher Iga.
"Buset dah temen-temennya si Lala. Ini yang maksudnya tadi liar kali ya." Gumamku dalam hati.
Tapi tunggu dulu. Dimana Lala?
Mataku menjelajah ke tiap sudut club malam itu. Dan kutemukan Lala duduk di kursi bartender dengan kepala menempel ke meja bartender dialasi oleh kedua tangannya.
Mabok abis nih kayaknya. Dengan berat aku pun mencoba menghimpun kekuatanku untuk bangkit dan menuju meja bartender.
Kuhampiri Lala dan melihat kondisi yang sudah mabok berat itu aku pun mengajaknya pulang.
Setelah berpamitan dengan Agung yang berdiri tak jauh dari meja bartender, kami pun pulang.
=============CoitusInteruptus============
"Hebat kamu ga mabok.", bisik Lala yang entah kapan sudah menempel di lengan kiriku. Dada jumbonya pun menekan kencang lengan kiriku. Aku pun merasakan ada gairah kecil yang kembali tersulut di bawah sana.
"Eh, iya. Aku mabok sih sebenernya tadi, tapi ga separah kamu." , balasku seraya mencubit pipinya yang selalu sukses bikin aku gemas itu.
"Ihhh cubit-cubit! Tadi ngelamunin apa? Pasti nginget-nginget yang di dancefloor tadi yaaa?", selidiknya dengan muka yang semakin didekatkan ke arahku dan juga dadanya yang semakin menekan lenganku. Dengan dress hitam berbelahan rendah itu, mataku selalu auto focus ke belahan dadanya yang malam ini sukses mengusik kejantananku.
"Enggak ah. Ngarep ya kamuuu.", elakku.
"Bohong.", balasnya singkat.
"Kok bohong?", jawabku dengan bingung.
"Nih buktinya keras lagi yang tadi di dancefloor.", balas Lala dengan senyum genit seraya mengelus gundukan di celanaku yang tak bisa kusembunyikan lagi.
"Ughhh... Hmmm....", desahku tertahan seraya mataku ikut terpejam menikmati sensasi ini.
"Tuh kan keenakan. Sini.", bisik Lala ke telinga kiriku dan tangan kanannya memegang pipi kiriku.
Kami pun berciuman di tepian ranjang tidurnya. Elusan tangan Lala pun berubah menjadi genggaman yang menggenggam penisku dengan nikmat.
"Aku baru tau kalo punya kamu segede gini.", akunya di tengah ciuman kami yang sekarang sudah berubah posisi dengan aku yang menindihnya di ranjang.
Pujiannya tak kubalas, aku pun aktif mencumbu lehernya yang sangat harum parfum yang merangsang.
Kedua tanganku sudah bergerak otomatis meremasi dada indahnya itu.
"Ughhhh... Hffftttt.... Ahhhh. Iyaaa, remeess terusss gituu.", desah Lala penuh nafsu dengan kepala yang mendongak ke atas dan mata terpejam seraya mengigit bibir bawahnya.
"Bukain dress aku dong, resletingnya di belakang nih, susah.", bisiknya mesra setelah menciumku dengan ganas.
Tanganku yang tadi tengah meremas dengan gemas kedua dada montoknya itu dengan sigap langsung memiringkan badan Lala dan membuka resleting belakang dress nya.
Tangan Lala pun membantuku melolosi dress hitamnya yang kurang cukup bahan untuk menutupi keseksiannya itu.
Ketika aku sedang menarik turun dress hitamnya, Lala rupanya melepaskan kaitan branya.
Setelah dress hitamnya terlepas, Lala melemparkan bra hitamnya ke mukaku sambil tertawa.
" Tuh yang dari tadi ngalangin udah dilepas semua. Remes lagi dong.", ajaknya sambil menarik kedua tanganku ke dada indahnya yang tak bisa aku tolak itu.
Dengan nafsu bercampur gemas kugenggam kedua dada Lala yang membusung itu, payudara putih nan masif indah dengan puting lebar berwarna coklat muda.
Tangan Lala menarik kepalaku ke arah payudara jumbonya itu. Kuemut putingnya yang sebelah kanan dan sebelah kiri bergantian. Kuselingin dengan gigitan-gigitan kecil di puting dan payudaranya.
"Aaaaaahhhhh, ahhhhhhh, iyaaaa digituin, terussss beb.", teriakan kenikmatan Lala memenuhi kamar tidurnya di dini hari itu.
Tangan Lala sekarang sedang berusaha melucuti pakaianku. Terutama celanaku yang daritadi sudah semakin sempit dan kutempelkan terus ke selangkangan Lala yang mengangkang indah di tepian kasur.
Akhirnya terlepas juga celana panjangku dan dengan cekatan Lala menarik keluar penisku yang sudah menegang keras dari sarangnya.
"Sini naik ke kasur, gantian aku yang emutin kamu, sayang.", ucapnya seraya mencoba bangkit ke posisi duduk dan menarikku naik ke kasurnya.
Aku pun naik seraya melucuti kemejaku dan celana dalamku. Telanjang bulat di kamar Lala untuk pertama kalinya.
Lala pun menunduk mengarahkan penisku ke mulutnya. Dan seketika kenikmatan itu kurasakan menjalar keseluruh badanku.
Emutan bibir penuh Lala membuatku melayang jauh ke atas seolah mengacungkan jari tengah kepada gravitasi.
Kulihat di bawah sana pipi tembemnya pun mengempot ketika mengemut penisku. Tirus sekali.
"Tumben tirus pipinya.", candaku sambil mengelus kemudian mencubit pipinya.
"Ploppp.", penisku terlepas.
"Iiihhhh, ngejekin mulu. Gigit nih ntar.", balasnya dengan muka jutek yang kemudian kembali mengemut penisku dan dengan usilnya menggigit kecil kepala penisku.
"Aaaauuuuwwww! Aduhhhh, ampunnn Laaa. Ga lagi deh.", aku meringis seketika.
Lala pun tertawa, "Hahahaha rasain, emang enak. Eh masukin dong sayang, udah banjir nih."
Langsung kuelus selangakangannya yang masih menyisakan celana dalam hitamnya itu yang memang sudah basah kuyup.
Kutarik ke bawah dan kulempar sembarangan ke arah pakaian-pakaian kami yang berserakan di lantai kamar Lala ini.
Lala pun mengatur posisi dengan membaringkan tubuhnya di bawah dan kemudian melebarkan kakinya, menyuguhkanku pemandangan terindah di tubuhnya.
Aku pun maju kuarahkan penis tegangku mendekati vaginanya. Kugesek-gesek pelan ke belahan indahnya itu yang berwarna merah jambu. Kulihat Lala terpejam dan kembali mendesah.
Tapi kemudian keraguan melanda batinku. Ragu apakah ini akan berakhir baik-baik aja atau malah mengacaukan semuanya, hubungan pertemananku dengan Lala yang kupertaruhkan saat ini.
Di tengah kebimbanganku dengan penis yang masih menggesek nikmat vagina temanku ini, Lala pun seolah mengerti keraguan di dalan batinku.
Kakinya yang tadi mengangkang lebar, ditekuknya ke belakang pantatku dan kemudian berkata, "Masukin aja, gapapa kok. It's ok.".
Setelah kebimbanganku terjawab, aku pun langsung mengarahkan kepala penisku yang membengkak itu ke dalam vagina Lala yang ternyata masih cukup sempit.
Vaginanya sukses menggenggam erat penisku di bawah sana. Setelah masuk seluruhnya aku pun menundukkan kepalaku dan menciumi bibir Lala dengan mesra.
"Duhhh, enak bangettt. Penuh ih. Coba dari dulu kalo tau enak gini.", bisiknya di telinga kananku.
Kugenjot dia dengan posisi itu dengan tempo sedang, tanganku tak kuasa meninggalkan dada indah Lala menganggur. Kuremas dan kuemut bergantian dua bukit kembar termasif yang pernah kulihat itu.
Erangan Lala dan desahan kenikmatan kembali menenuhi ruangan ini lagi.
Setelah 10 menit di posisi itu, "Doggy style yuk!", Lala pun meminta berganti posisi sambil bangkit dan menungging di kasur dengan dengkul sebagai tumpuannya.
Aku pun memasukkan penisku ke vaginanya dari belakang sambil mengelus pantat putih sekal Lala. Terasa lebih penuh dan menggigit di posisi ini ketika kumulai genjotanku. Dada Lala yang menggantung berayun-ayun mengikuti goyangan tubuh kami, kupeluk badannya dan kemudian kuremas lagi kedua dada indah Lala sambil kucumbu tengkuk dan leher indahnya.
Lala hanya terpejam dengan mulut menganga menikmati kenikmatan yang tengah kami pacu dikesunyian malam ini.
Karena pegal akhirnya kami berganti posisi lagi, aku berbaring di kasur dan Lala menaikiku dengan posisi menghadap ke arahku.
Dengan tersenyum manis dia memasukkan lagi penisku ke dalam vaginanya.
"Tusuk Lala lagi dong sayang. Lala ketagihan nih sama ini.", ucapnya genit sambil menggoyang memutar penisku di vaginanya.
" oohhhh, enak bangeeetttt.", desahku.
"Bisa keluar duluan nih gara-gara Lala kalo gini terus.", batinku sambil mencoba mengalihkan fokus ke buah dadanya yang jadi bulan-bulananku terus itu.
" Mau nyusu lagi ya? Nihhhh.", Lala pun menjatuhkan tubuhnya ke arahku yang tentu saja kuterima dengan senang hati sambil mengemuti dadanya.
Ketika muncul rasa-rasa sudah mau keluar, aku pun mengajak Lala berganti posisi lagi.
Dengan dia tiduran telungkup di kasur dan aku mendekapnya dari belakang.
Dan posisi ini bertahan sampai kita mencapai puncak kenikmatan dan berbagi lendir di bawah sana.
=============CoitusInteruptus============
"Woi ngelamun muluuu!", seru Lala mengagetkanku.
"Udah dua kali kamu ngelamun di kamar aku hari ini. Ngebayangin yang barusan yaa?", tanyanya mesra sambil memelukku dari belakang.
"Eh, iya nih. Masih bingung aja kita berdua tadi abis gituan.", jawabku malu-malu.
"Bingung kenapa? Ya mungkin emang gara-gara kita berdua yang lagi ga punya pasangan trus ditambah efek alkohol semalem, jadinya gitu deh. Nafsunya pengen dilampiasin. Tapi aku happy kok. Daripada aku digarap cowo ga jelas di club, mending sama kamu.", jawab Lala ditutup kecupan kecil di pipi kiriku.
"Iya sih, yaudah ya mau diapain. Kamu sih semalem minum di club kek minum air putih, ga kira-kira lagi.", sindirku.
" Hahaha gimana dong, enak sih. Sekalian aku mau ngelepasin galau aku seminggu kemaren itu loh yang gara-gara putusan itu. Eh kebablasan sampe tepar. Untung perginya sama kamu ya semalem. Kalo naik taksi online kali aku udah diabisin sama sopirnya semalem. Makasih yaaaa udah nemenin.", ucapnya seraya memelukku erat.
"Iyaa iyaaa baweeel, makasih juga udah nenenin semalem. Upssss.", candaku sambil mencubit pipi Lala.
"Hahahaha dasar. Udah ah aku mau mandi mau ke kantor nih pagi ini, ada berkas penting yang harus aku selesain.", Lala melepaskan pelukannya.
"Hari sabtu kok ke kantor sih?", tanyaku bingung sambil membalik badan ke arahnya.
"Iya, itu berkas dari minggu kemaren, deadlinenya senin besok. Gara-gara seminggu kemaren aku galau mulu jadi ga konsen mikir, kelupaan deh. Makanya harus kekantor."
"Emang ada orang gitu di kantor kamu?", tanyaku lagi.
" Ya ada lah, ada satpam yang jaga kali kalo weekend, trus juga ada pegawai yang lembur buat ngelarin berkas juga biasanya di kantor, tapi paling sampe setengah hari doang.
Kamu di rumah doang kan? Ntar liatin rumah aku ya, mama papa 3 hari lagi baru balik nih dari luar kota.", pinta Lala.
"Oh gituu. Ok lah kalo gitu.", jawabku singkat.
"Yeay! Maacih cayangnya akoooh! Mwah!", ucapnya sok imut sambil mencium bibirku.
Lala pun bangkit dan menuju pintu kamar mandi di dalam kamarnya.
"Mau mandi bareng ga?", tanya Lala dengan tatapan nakal sambil menggenggam kedua dadanya.
=============CoitusInteruptus============
To be continued....
[/HIDE]
Terakhir diubah: