“Ussiy sudah... jangan bicara lagi...”
“Ih kontol suami gue gampang banget ngaceng melulu liat semua cewek!” bentak Ussiy kesal.
Fuad terlihat khawatir dan berniat mendekati istrinya. Namun karena tangan dan kakinya terikat, Fuad Cuma bisa loncat-loncat mendekati cewek yang mulai gemas meremas-remas tokednya sendiri itu.
“mas! Sekarang Cuma boleh liat adek doang! Terus adek hukum, ga boleh pake celana biar aja biar Laili sama Sasa juga liat betapa kontol suami ussiy ternyata gampang banget! ”
Fuad bengong dan mukanya terlihat mupeng mendengarnya. Namun melihat istrinya bisa setengah mabok, Fuad mulai gatal dan mulai ingin melumpuhkan Nina.
Rencana Fuad adalah dengan menindihnya dan segera menusuk kontolnya ke tempik istrinya itu. supaya ngambeknya reda dan akhirnya tidur. Sebuah rencana sempurna untuk istri yang lagi ngambek. Namun Fuad ga sadar kalau dia juga sebenernya lagi mabok juga, namun namanya mabok mana ngerti kan?
“nanti kalau Laili isepin kontol mas kamu rela...”
“Eit, ntar dulu... adek masih marah mas... jadi jangan mikir macem-macem.. cuman boleh di meja itu aja ga boleh deket-deket Ussiy. Trus Ga boleh coli, apalagi ngayalin cewek lain... kalo ga Ussiy potong!” ucap Ussiy dengan muka garang
Lalu Ussiy pun duduk di dekat meja bilyar dan terlihat membelai-belai dadanya lagi. Ia kelihatan banget lagi pengen menaikan birahi Fuad supaya suasana kontol Fuad makin greng. Namun dasar istri pengertian, kontol Fuad kembali tengang bahkan mulai basah dan mengkilat.
“hahaha... payah.... nih liat...”
Ussiy pun tertawa melihat Fuad mulai kembang kempis, Sambil tertawa Ussiy makin nekat, ia mengambil satu tongkat Bilyar dan menari-nari menggunakan tongkat itu sambil terkadang menyodok tempiknya sendiri dengan ujung bola-bola bilyar yang besar-besar..
“uuuh mas.. gimana panas dingin kan?”
“srrt srrt ” Ussiy menekan tongkat itu ke belahan pahanya, dan mengendarainya seperti sapu. Bola-bola bilyar menempel di pantatnya ia putar-putar seakan-akan mencoba memasukkannya ke dalam pantatnya.
Fuad menelan ludah dan terlihat akan menghampiri Ussiy yang sekarang sedang mencoba mendesah-desah. Namun begitu Ussiy melihat Fuad melompat, matanya yang sayu dan teler lagi-lagi berubah garang. Sambil melotot ia menyuruh Fuad berhenti mendekat. Ussiy nyerah aja sih... Fuad mau ngontolin kamu tuh.
“Eit, adek serius, kalo deket-deket, adek ga Cuma begini disini aja mas... kalo perlu... adek striptis di luar. liat aja, biar semua orang bisa liat...”
Fuad mendadak pucat takut juga kalo istrinya diliat banyak orang, rugi dong?
“jangan dong dek... oke adek tetep di dalem aja... nanti mas bisa marah...” ucap Fuad balas mengancam.
Namun semakin ditantang Ussiy mabok malah semakin berani. Ussiy terus mundur sampai kakinya keluar dari pintu samping. Sekarang Ussiy sudah berada di luar vila dengan tongkat bilyar di tangannya.
“Eh kaki adek udah keluar... mas telat...”
“Ussiy! “ bentak Fuad
Namun Ussiy malah semakin binal dan mulai mengelus roknya yang ternyata sudah basah mencetak bentuk tempik.
“uuh mas... liat adek gosok tempik adek... uhh.. diluar mas...”
“Usssiy!. “
“ahhh kalo orang liat adek pasti ditelanjangin mas... uhhh... uhhh...”
“terus pasti di... ahhhh”
“ussiy! oke mas salah...”
“apa mas? Ga kedengeran... uhhh “ kali ini Ussiy menurunkan celananya sebuah celana berbentuk panties bikini dengan tali nongol membalut tempik Ussiy membuat Fuad pucat sekaligus marah.
“mas salah.. maafin mas...”
“mas maen berapa ronde sama Nina?” ucap Ussiy sambil mencolokkan tangannya kedalam pantiesnya itu.
“mas ga ngapa-ngapain, kamu ngerti mas kan? ”
“apaan... mas ga ngaca? liat idung mas mekar ngeliat semua cewek...shhh”
“syuuut...”
Ussiy pun lagi-lagi membuka pakaiannya, kali ini giliran gamis Ussiy yang melayang. Sekarang Ussiy hanya berbikini didepan suaminya itu.
“Ussiy! Jangan begitu! ” teriak Fuad lagi
“mas ga jujur... ayo mas ...jujur mas... lendir mbak Nina di rambut mas, itu apa?”
“Apa? Lendir? Pe-peju? ”
“ga usah pura-pura bego mas... maen berapa ronde sama Nina...” tanya Ussiy serius, tangannya mengait tali bikininya bersiap menariknya lepas.
Fuad kembali menggeleng-geleng kali ini wajahnya pucat tidak tahu harus ngomong apa. Akhirnya dibawah pengaruh alkohol, Fuad tahu-tahu malah birahi lagi. Ia malah semakin terangsang dan malah mengikuti permainan istrinya membuatnya panas seperti yang Fuad rasakan.
“ayo kita main api cemburu dek... hiks..”
“du-dua... ” jawab Fuad bohong.
“Cuma Dua?” ussiy terlihat berniat benar-benar menarik BHnya...
“Empat! Oke empat! Sama kaya waktu main sama kamu ! bahkan lebih! Kamu puas?“
Namun Fuad salah soal main api. Karena mendengar ucapan Fuad, Ussiy benar-benar terpukul. Meski mabuk, Ussiy masih bisa mengerti setengah kata-kata suaminya. Mata Ussiy mendadak berlinang air mata dan nafasnya sesak karena sibuk berpikir macam-macam.
“E...empat... empat?” ucap Ussiy terbata-bata...
Fuad tidak ngomong lagi dan langsung berjalan mendekati istrinya begitu melihat Ussiy tiba-tiba diam. Melihat Fuad mendekat, Ussiy tidak terima dan malah berlari kabur. Sambil menjinjing bajunya ia keluar dari vila menuju kebun teh yang terbentang luas di depan vila.
“jahaat... mas jahaat! Jangan deket-deket ussiy....”
“Ussiiy! Tunggu! Mas bohong! Semua cerita itu bohong! Ini karena kamu yang minta...”
“Usiiiyyy”
“Udah Ussiy gak mau denger! Sana main sama Nina ! jangan peduliin Ussiy..”
Ussiy pun berlari sangat cepat meninggalkan Fuad yang terikat tangan dan kakinya. Sementara Fuad hanya bisa mengejarnya sambil melompat. Sebelum kehilangan Ussiy di depan pagar. Fuad pun berbalik untuk membuka ikatannya. Namun saat ia kembali, Nina ternyata sudah menunggu di depan meja bar itu dengan hanya memakai kerudung dan wajah yang memerah. Sementara seluruh tubuhnya telanjang mempertontonkan dada bulat melon yang semalam menggodanya. Sepertinya Nina juga mabok dan sekarang setengah teler.
Fuad tadinya ragu-ragu tapi karena hanya Nina yang bisa membantunya, Fuad pun terpaksa memohon,
“mbak.. tolong bukain iketan... saya mbak...”
Nina lalu berjalan dan menekan tubuh Fuad rebah. Membuat Fuad menahan nafas merasakan aroma harum tubuh Nina yang bercampur dengan bau peju dan sirup. Fuad pun melengguh dan erniat mencumbu Nina. Namun Nina kini sudah berjongkok di kakinya, lalu mulai membungkuk, untuk membuka ikatan kaki Fuad.
Dengan erotis, Nina yang hanya terbalut kerudung memainkan tokednya sehingga puting-puting susu Nina menggelitik jari-jari kaki Fuad membuat Fuad geli da blingsatan. Kemudian, setelah kaki Fuad terbuka, Nina lalu merayap naik sambil menggesek-gesekkan tubuhnya ke seluruh tubuh Fuad. Tokednya menempel dengna kaki Fuad lalu berjalan menuju paha dan berhenti di pertengahan paha karena terhalang palang kontol yang berdiri kokoh..
“slurrppp”
Melihat palang kontol itu, sepertinya meminta bayaran sebagai biaya terusan, Nina tiba-tiba saja menghisap kontol Fuad selama beberapa detik sebelum di muntahkannya lagi. Di hisapnya lagi... lalu di keluarkan lagi. Meski hanya satu-dua hisapan, namun gerakan Nina sangat lengkap. teknik jilatan, gerakan garukan serta teknik-teknik mesum Nina itu langsung membuat Fuad muncrat. Semburan peju menyemprot hebat membuat Fuad mengerang dan blingsatan pasrah .
Nina pun cekikikan dengan muka, rambut dan toked berlumuran peju. Biaya perjalanan tubuhnya telah Nina bayar Karena penghalang jalannya sudah kalah, Nina lalu kembali melanjutkan perjalanan toked dan tubuhnya. Seluruh tubuh Nina telah berada di atas badan Fuad. ke badan Fuad sampai puting susunya yang sudah berlumuran peju Fuad masuk ke mulut cowok yang sekarang takluk itu.
Seakan menyuruh Fuad menghisapnya, Nina mengoyang-goyangkan tokednya sambil membuka ikatan dasi pada tangan Fuad yang terikat di belakang. Tentu saja pinggang Fuad teangkat sehingga kedua selangkangan mereka bertemu. Fuad mulai gelap mata, Mulutnya bergerak menjilat puting susu nina tidak memperdulikan pejunya sendiri dan menghisap kedua puting yang mengacung tegak diatask kepalanya keras-keras. Nina pun mengejang tubuhnya mulai jatuh menindih Fuad. Fuad pun tersenyum mulai mengepaskan rudalnya yang kini bersiap memasuki sarang baru yang ga sampe di mimpiinnya semala.
“mbak nina.. mbak ... adalah mimpi yang sempurna..”
“Muach... slurrrrrp”
"lho bukan bibir mbak, Fuad?"