ExWota
Semprot Kecil
- Daftar
- 22 Sep 2017
- Post
- 65
- Like diterima
- 19
NatStory
Ojek Cinta
Part I
Ojek Cinta
Part I
Terik cahaya matahari begitu menyengat. Banyak orang berjalan menampakkan keletihan di wajah mereka. Seorang wanita berjilbab tengah memeluk tas kresek berisi map dan buku berlari kecil sambil mengernyitkan dahi menahan teriknya matahari. Seorang Kakek tua dgn otot yg kering, kulit hitam yg terbakar, berdiri tegap menjajakan dagangan kepada pengendara yg terjebak kemacetan.
Sementara itu, Rizal yang biasa disapa Riri, seorang driver gojek termenung di atas motornya yg terparkir di halaman minimarket sambil memperhatikan aktifitas di sekitarnya. Dia hanya terdiam sambil menunggu orderan. Matanya begitu tajam melihat seorang kakek yg sedari tadi tetap berdiri tegap walaupun dagangannya tak laku. DIa tetap menawarkan dagangannya dengan ramah walaupun selalu ditolak. Tatapan iba darinya yg juga merasakan hal yg sama, yaitu berjuang keras di ibu kota demi masa depan yg lebih baik, namun bedanya, Riri berjuang untuk masa depan, sementara kakek itu berjuang untuk hidup.
Sebuah perbedaan yg kontras begitu tampak di setiap sisi kehidupan ibu kota. "Ngelamun aja dik", kata sapaan dari Kakek Tua tadi memecahkan keheningan dan penghayatan dalam melamun Riri, "Eh Pak, hehehe, iya nih, lagi nunggu orderan", jawab Riri sambil tersenyum dan dibalas oleh senyuman yg tulus dari Kakek tua tadi. "Pocarinya satu donk", kata Riri.
"Glek Glek Glek", tegukan yg cukup menghilangkan dahaga di siang yg terik, "Huffffttt, hidup emang gak adil ya Pak", kata Riri, "Hidup ini adil kok, hanya kitanya aja yg selalu merasa kekurangan", jawab Kakek tua tersebut. Pembicaraan makin panjang, seperti seorang kakek yg sedang menasehati cucunya. Usia mereka terpaut sangat jauh, namun semangat mereka hampir sama. Riri begitu heran setelah mengetahui kakek tersebut memiliki 3 orang anak dan 5 orang cucu. Yang membuatnya heran ketiga anaknya tersebut adalah orang yg sukses, ada yg menjadi anggota dewan, ada yg menjadi pejabat ada yg menjadi dosen, namun kenapa orang tuanya berjualan seperti itu.
Tatapan penuh keheranan muncul dari mata Riri menatap tajam ke arah kakek tua. Hatinya mengecam kelakuan anaknya yg membiarkan orang tuanya berjualan di siang hari untuk bertahan hidup seorang diri. "Bahagia itu, ketika kita tau orang yg kita cintai hidup bahagia. Udah cukup, itu aja", kata Kakek itu, membuat Riri tertegun kemudian mengangguk2, memaknai kata2 yg bermakna tersebut. Tidak selamanya impian yg kita capai akan membuat kita bahagia, namun bagi kakek tua tersebut, mengetahui anak2nya hidup bahagia sudah menjadi kebahagiaan bagi dirinya.
Tak terasa obrolan panjang mengaburkan teriknya matahari yg makin lama makin condong ke Barat. "Ting", sebuah notifikasi berbunyi di HP Riri, ada sebuah orderan masuk. Dengan sigap Riri menerima orderan tersebut kemudian kembali memasang jaket dan helm berwarna hijau kemudian mengetik pesan singkat kepada calon penumpangnya. Setelah berpamitan dgn kakek tadi, Riri naik ke atas motor, menekan starter kemudian berbalik arah lalu menancap gas menjemput penumpangnya.
Kriiiingg, sebuah telpon masuk, "Iya halo", jawab Riri, dia mengangkat telpon sambil mengendarai motor, "Dimana bang? Masih lama gak? aku buru2 nih", jawab seorang cewek yg memesan Gojek tadi, "Dikit lagi mbak, 3 menit lagi ya", jawab Riri. Tepat 3 menit lebih sedikit, tibalah Riri di depan kampus Universitas Tarumanegara, kemudian dia membuka HPnya lalu mencoba menghubungi kembali nomor yg memesan Gojeknya tadi. "Riri ya?", tanya seorang gadis, belum sempat Riri menelpon tiba2 gadis itu mendatanginya terlebih dahulu. "Eh iya, Natalia? Ke Fx?", tanya Riri kembali. Gadis bernama Natalia itu hanya mengangguk lalu naik ke atas motor. Tidak lupa Riri menawarkan masker, penutup kepala dan helm kepada Natalia.
Sore ini jalanan agak macet, namun karena permintaan Natalia, maka mau gak mau Riri harus menancap gas lebih dalam. Motornya meliuk2 melewati setiap kendaraan yg menghalanginya, berusaha secepat mungkin karena dia tidak ingin mengecewakan customer demi rate bintang 5. Mau tak mau Natalia harus berpegangan dan sedikit memeluk. Polusi yg dihasilkan dari kendaraan lainnya membuat cuaca agak sedikit panas. Semua tampak sibuk, entah sedang bekerja atau karena pulang kerja.
Tepat 15 menit Riri mengendarai motornya hingga tibalah di Jl. Pintu 1 Senayan, kemudian berhenti. Natalia yg sudah benar2 terburu2 menyerahkan helm dan selembar uang 50 ribuan kemudian berlari masuk ke dalam mall tersebut. "Ehh mbak, ini kembaliannya", teriak Riri, namun tak dihiraukan oleh oleh Natalia yg benar2 terburu2. Riri turun dari motornya berusaha mengejar, namun seorang security Mall menegurnya karena motornya menghalangi jalan masuk kendaraan lainnya.
Karena merasa tak enak hati, Riri mencoba menghubungi Natalia melalui HPnya, namun tak diangkat. Berkali2, hingga akhirnya Riri harus meninggalkan pesan singkat memberitau bahwa dirinya masih memegang kembalian Natalia. Kemudian Riri melanjutkan pekerjaannya menjadi seorang driver gojek. Sebuah pekerjaan yg dilakukannya untuk membiayai kuliahnya di Jakarta ini.
Notifikasi kembali masuk ke HPnya, sebuah orderan dari Senayan City membuatnya kembali menancap gas menjemput orderan. Sinar matahari yg tadinya begitu terik kini mulai berdamai. Memancarkan cahaya jingga di ufuk Barat, menghadirkan sinar yg begitu indah dan damai seraya angin sejuk bertiup sebagai pertanda pergantian hari. Malam mulai tiba. Kota Jakarta, sebuah Kota tak pernah tidur. Sama seperti Riri yg tak kenal lelah menjemput orderan, mengumpulkan rezeki yg telah dijanjikan oleh Sang Pencipta.
Sebuah order mengharuskannya menjemput penumpang di Jakarta Utara dan mengantarkannya ke Ratu Plaza di Jakarta Selatan. Sebuah perjalanan yang cukup jauh dan menguras tenaga, namun terus dilaluinya dengan tulus dan tak kenal lelah. Senyum terus terkembang manakala penumpangnya memberikan bayaran kepada dirinya, hingga akhirnya rasa capek pun menyerang. Riri Hanya terdiam di atas motornya, menghela nafas dan meneguk sebotol Kratingdaeng yg sempat dibelinya tadi, kemudian melanjutkan perjalanan.
Malam makin larut, HP Riri menunjukkan pukul 11 malam dan dia memutuskan untuk kembali ke kostnya. Sudah cukup dia bekerja hari ini, sudah waktunya untuk mengistirahatkan badan. "Ting", kembali sebuah notifikasi order masuk ke HP Riri, rupanya dia lupa mematikan Aplikasi Ojek Onlinenya. "Wah ini cewek yg tadi", kata Riri dalam hatinya, melihat orderan dari seorang gadis yg tadi sempat diantarnya. Tanpa pikir panjang Riri menerima orderan tersebut kemudian menjemput penumpang yg sudah standby di Shelter Fx Sudirman.
Tak butuh waktu lama bagi Riri hingga akhirnya tiba dan tak butuh waktu lama pula baginya untuk menemukan penumpangnya karena dia sudah mengenali wajahnya. "Mbak Natalia ya", tanya Riri, "Eh iya bang", jawab Natalia kemudian mengambil helm dan masker, kemudian naik ke atas motor. "Mbak, ini aku yg tadi jemput di UnTar, tadi mbak tiba2 lari ke dalam mall, kembaliannya masih aku pegang nih mbak", kata Riri, "Oh iya bang, sorry tadi buru2 bgt, makasi ya", jawab Nat yg sudah Standby di atas motor.
Kala itu Nat memesan ojek online menuju ke daerah Benhil. Cukup dekat dengan Fx Sudirman, hanya butuh beberapa menit bagi Riri hingga akhirnya tiba. Natalia membuka helmnya, kemudian kembali membayar, "Eh Mbak, jangan, nih masih ada kembalian yg tadi", kata Riri seraya memberikan sisa kembalian yg sudah dipotong oleh biaya ojeknya kali ini. "Waduh, lupa lagi aku, makasi yaa", jawab Natalia sambil mengambil kembaliannya, kemudian membalikkan badan dan berlalu pergi membuka pintu gerbang kostan dan masuk ke dalam.
Selesai sudah tugas Riri hari ini, berlalu begitu sempurna, rasa lelah, letih namun puas menjadi satu. Tak ada halangan dan hambatan, Riri mematikan aplikasi Ojek Online, kemudian kembali memegang stang motor, menarik pedal gas dan berlalu pergi menuju kostnya yg juga masih di kawasan Benhil. Hanya butuh beberapa menit hingga akhirnya Riri tiba di depan pintu gerbang kost yg selalu terbuka lebar. Sebelum masuk dia memesan Lalapan Ayam di warung tenda yg ada di samping kostnya. Setelah itu Riri memarkirkan motornya kemudian masuk ke kamarnya.
Riri masuk ke kamar mandi, mencuci tangannya, kemudian melahap habis Lalapan Ayam pesanannya tadi. Rupanya Riri benar2 lapar, karena dia menghabiskan makanan tersebut dgn waktu yg cukup singkat. Kemudian kembali mencuci tangannya dan menyalakan Laptop. Riri mencolokkan kabel jack dari laptop ke speaker yg ada di samping laptopnya kemudian memutar lagu.
Not sure if you know this
But when we first met
I got so nervous
I couldn't speak
In that very moment I found the one and
My life had found its missing piece
So as long as I live I'll love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
But when we first met
I got so nervous
I couldn't speak
In that very moment I found the one and
My life had found its missing piece
So as long as I live I'll love you
Will have and hold you
You look so beautiful in white
And from now to my very last breath
This day I'll cherish
You look so beautiful in white
Tonight
Sebuah lagu yg menyentuh hati berjudul Beautiful in White, yg menceritakan tentang kekaguman seorang pria terhadap seorang wanita yg telah mengenakan gaun pengantin berwarna putih. Lagu yg membuat haru sekaligus bahagia. Lagu yg menceritakan tentang sebuah pesta pernikahan yg begitu sederhana namun penuh makna. Usia Riri saat ini 24 tahun dan bulan depan akan menginjak 25 tahun, sudah cukup waktu untuk memikirkan tentang masa depannya.
Riri masih sibuk mengetik tugas kampusnya sambil mendengarkan alunan lagu Nothing's Gonna Change My Love For You yg dibawakan oleh Westlife. Tampak semangat begitu menggebu dari dirinya yg tak kenal lelah mengejar cita2nya demi masa depan yg lebih baik dan demi membahagiakan kedua orangtuanya di Kampung. Semangat yang tak kenal lelah namun harus takluk juga oleh rasa capek yg begitu dalam. Beberapa kali kepalanya terhuyung menahan beban dan berkali2 hampir terjatuh. Rasa kantuk yg sudah sangat menyerang memuatnya tidak berdaya hingga akhirnya Riri pun tertidur pulas dgn kondisi laptop masih menyala.
Kriiiiingggg, Suara alarm memecah keheningan di pagi buta, Riri terbangun dan segera membereskan laptopnya kemudian masuk ke kamar mandi, melakukan ritual yg seperti org lain lakukan pada umumnya. Suasana pagi yg begitu cerah dan menyegarkan, membuat Riri kembali bersemangat mencari rezeki. Setelah mandi, Riri menyalakan aplikasi ojek online miliknya, kemudian menuju warteg di dekat kostnya untuk sarapan.
Ting, sebuah notifikasi orderan ojek online masuk ke HP Riri. Wah, ternyata lagi-lagi dari Natalia, seorang gadis manis yang 2 kali diantarnya kemarin. 3 kali berturut-turut dia mendapatkan orderan darinya. Segera Riri menerima orderan tersebut kemudian menelponnya, "Halo mbak, mohon ditunggu ya, ini di kost kemarin kan?", tanya Riri, "Iya bang, hehehe kebetulan ya, dapetnya abang lagi", jawab Natalia yg ternyata mengingat Riri.
Sarapan dihabiskan, Riri memakai jaket serta helm berwarna hijau kemudian menancap gas menuju kost di daerah Benhil. Kurang dari 5 menit Riri tiba di depan kost Natalia yg sudah menunggu di depan pintu gerbangnya sambil menikmati makanan dari dalam bungkusan kertas. "Eh abang, maneh arek hakan teu?", tanya Natalia, "Waduh, maaf neng, aku gk bisa Bahasa Sunda, artinya apa ya?", tanya Riri kembali, "Artinya lupakan aja", jawab Natalia sambil tertawa, kemudian membuang bungkusan tadi ke tempat sampah lalu mengambil helm dan masker. "Neng, kok bisa kebetulan ya, 3 kali dapet neng terus", tanya Riri, "Kebetulan yg terus berulang, itu pasti pertanda takdir", jawab Natalia sambil tertawa lagi, kemudian naik ke atas motor, "Haaah? maksudnya? itu puisi ya?", tanya Riri, "Iya, itu puisi terindah, hehehe, eh abang namanya siapa?", tanya Natalia, "Aku Riri neng Natalia", jawab Riri, "Ihhh, cowok kok namanya Riri sih?", tanya Natalia kembali. "Hmmm, sebenarnya namaku Rizal, tapi tmn2ku sejak SMA panggil aku Riri, keterusan deh smpe skrg", jawab Riri, "Klo begitu aku panggilnya Kak Rizal aja deh, klo Riri kyk bencong", kata Natalia protes kepada Riri, "Ya udah, gk apa2 neng Natalia", kata Rizal, "Panggil aku Nat aja", sahut Natalia kembali.
Cukup dgn 3 kali pertemuan, mereka sudah menjadi akrab. Candaan demi candaan muncul dari keduanya, mencairkan suasana, hingga akhirnya mereka tiba di depan kampus UnTar. Nat segera turun dari motornya kemudian menyerahkan helm. "Eh inget ya, namanya skrg Kak Rizal, awas klo Riri lagi, aku cubit", kata Nat dgn nada mengancam, "Iya neng Nat, eh ntar aku jemput mau gak?", tanya Rizal. "Hmmm boleh deh, jam 4 sore ya, jgn sampe telat", jawab Nat kembali.
Akhirnya mereka berdua berpisah, senyum terkembang di keduanya, lambaian tangan seakan2 mereka sudah saling kenal lama dan sudah begitu dekat. Rizal, kembali menjelajahi ibu kota, mencari Rezeki hingga pukul 11 siang, kemudian ke kampus untuk melanjutkan kuliah. Sebuah rutinitas yg dilakukannya dgn sungguh2, demi masa depannya, entah dgn siapa, hehehe.
BERSAMBUNG