Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Ahahahahah semua pertanyaan pembaca harap ditunggu aja ya di postingan2 selanjutnya jawabannya.

Btw dari sekian banyak pertanyaan, ga ada yang satupun nanyain karina ama kanaya yak hahahahaha


Trauma arya jadi ngawur om :D
 
Parah sih hu, ini kualitas cerita nya kok apik bener, suhu jago banget bikin alur ceritanya, walaupun banyak judul tapi timeline nya nyambung dan keren ahh ngomong naon aing teh wkwk
Balikin ke incest an ai dan arya dong hu hehe
 
Parah sih hu, ini kualitas cerita nya kok apik bener, suhu jago banget bikin alur ceritanya, walaupun banyak judul tapi timeline nya nyambung dan keren ahh ngomong naon aing teh wkwk
Balikin ke incest an ai dan arya dong hu hehe

balikin? sejak kapan arya dan ai jadi incest ahahahahahaha :D
 
balikin? sejak kapan arya dan ai jadi incest ahahahahahaha :D
Kayaknya semuanya yakin kalo udah pernah secelup dua celup mah hu hahahahha
Dan sebenernya ai itu bukan marah karena arya selingkuh sama penyiar radio, tapi ai cemburu kenapa arya bukan selingkuh sama doi hahahahhahahahaha
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 13
(my mom's first love)

7ef03d10.jpg

------------------------------

3076_010.jpg

“Betul kan yang kubilang” bisik Hiroshi, sambil menggandeng tangan Kyoko di pantai.

Kyoko mengangguk setuju. Kini, setelah bagian atas tubuh Kyoko tertutup oleh t-shirt Hiroshi, tidak ada mata-mata nakal lelaki lain yang menyelidik ke arah tubuh Kyoko.

Kaki mereka sesekali dihantam oleh lembutnya ombak. Kyoko menatap wajah pacarnya. Mukanya merah, entah merah oleh terpaan matahari musim panas ke kulitnya yang dilindungi oleh sunblock, atau mungkin karena dia sedang digandeng oleh seseorang lelaki yang melindunginya. Lelaki itu kini bertelanjang dada.

Dan baru pertama kali ini Kyoko digandeng oleh seseorang yang bertelanjang dada. Postur Hiroshi sesuai dengan deskripsinya sebagai anak klub basket saat SMA. Tegap dan bentuk ototnya benar-benar menggambarkan seseorang yang rajin berolahraga. Hati Kyoko berdebar dengan kencang, dan dia juga tidak bisa menahan debaran jantungnya itu. Sudah beberapa kali mereka berjalan berdua dan saling bergandengan tangan, tapi setiap gandengan tangan rasanya benar-benar seperti terbang.

Apalagi dalam situasi seperti ini, siang hari yang panas di pantai. Dan untung mereka ke sana pada saat liburan musim panas hampir selesai, yang artinya pantai sudah mulai tidak begitu ramai.

“Hiroshi” bisik Kyoko.
“Ya?”
“Itu lihat mereka”

Dari kejauhan, tampak Marie dan Kana seperti sedang adu mulut seperti biasa. Memang mereka biasa seperti itu, apalagi sifat dan sikap mereka berdua benar-benar bertolak belakang Marie begitu supel dan aktif, dan pikirannya kadang-kadang loncat-loncat ke sana ke mari. Sedangkan Kana lebih dense, pembawaannya lebih dewasa daripada umurnya, selalu serius dan goal oriented.

“Haha… Biarkan saja, begitu-begitu juga lama-lama mereka makin akrab”
“Walau Mitsugi selalu menolak dipanggil nama depannya”
“Itu masalah kebiasaan saja bukan?”
“Iya” balas Kyoko, sambil menggenggam tangan Hiroshi terus-terusan. Dia seperti tidak ingin melepas tangan Hiroshi.

“Ayo ke sana saja, kita dengarkan apa yang mereka ributkan kali ini”

Tak berapa lama kemudian, pasangan kekasih itu sampai. Kana masih duduk di karpet, di bawah payung yang teduh, dan di tangannya masih ada novel yang dari tadi dia baca.

“Sudah kubilang, aku di sini saja” suara Kana terdengar kesal.
“Tapi kamu harus membuktikan apa yang kamu bilang tadi” Marie pun tidak kalah nge-gas nya.
“Aku malas”

“Kenapa lagi dengan kalian?” tanya Kyoko sambil duduk di karpet yang sama, dan menatap ke arah laut yang berwarna biru cerah itu.

“Ternyata Kana itu anak klub voli saat SMA lho!” teriak Marie dengan cerianya ke arah Kyoko.
“Oh ya?” tanya Hiroshi, pura-pura peduli, padahal dia hanya ingin duduk di sebelah Kyoko.
“Mitsugi. Panggil aku Mitsugi” matanya menyipit, seperti ingin menusuk Marie dengan matanya.

“Jadi, kamu harus membuktikan kalau kamu atlet voli” bisik Marie dengan suara keras.

“Begini ya” Kana menarik napasnya panjang-panjang. “Pertama. Aku tidak bawa baju renang, jadi akan sangat merepotkan main voli dengan memakai sundress. Kedua, aku datang ke sini bukan untuk main voli pantai, aku ingin baca buku di pantai dan menikmati anginnya. Ketiga, lapangan voli pantai dan bolanya menyewa, pakai uang. Dan yang terakhir….. Voli pantai berbeda dengan voli biasa!”

“Ah, bilang saja kalau kemampuan main voli kamu menurun, karena kamu masuk ke Senmon Gakkou yang tidak ada klub olahraganya” ledek Marie.
“Tidak menurun sedikitpun!”

“Hei, kenapa tiba-tiba jadi bicara soal olahraga?” tawa Hiroshi. Badannya menempel ke tubuh Kyoko dan Kyoko merasa nyaman karenanya.

“Tadi kami melihat kalian bergandengan dari jauh, dan kamu kan jadi tidak pakai t-shirt, Hiro-Tan, karena kamu kasih ke Kyoko”
“Terus?” bingung Hiroshi atas jawaban Marie.
“Lalu aku bilang, pasti kamu atlet waktu jaman SMA, soalnya bentuk tubuhmu begitu” tawa Marie.

“EH?” Bingung Kyoko.
“Tenang, aku tidak tertarik pada pacarmu” jawab Marie. “Nah, lalu dia bilang, aku juga atlet pas SMA” Marie menunjuk ke arah Kana.
“Aku memotong seperti itu, karena cara kamu membicarakan tubuh pacar orang terdengar aneh di telingaku” potong Kana.

Hiroshi dan Kyoko saling berpandangan, bingung karena pembicaraan yang aneh siang itu.

“Intinya, waktu aku tantang kamu bermain voli pantai, kamu tidak mau…. Itu artinya kemampuan kamu sudah menurun kan?” ledek Marie.

“Kan aku sudah bilang alasannya apa? Lagipula, kamu menantang aku, memangnya kamu juga bisa main voli?”
“Begini-begini, SMA-ku mewakili Chiba lho di Interhigh!” balas Marie.
“Sebentar” Kana bingung.

“Apa?”
“Chiba? Interhigh?”
“Iya”
“Nama SMA-mu apa?”
“Funabashi-Higashi” jawab Marie dengan semangat.

“Yang dibantai wakil Shizuoka di babak awal Interhigh tahun lalu itu???”
“Apa kamu bilang?”
“Hahahahahaha” tawa Kana, aura judesnya makin terasa.
“Memang kamu masuk Interhigh juga?”

“Mizuho Gakuin” senyum Kana dengan sumringah.
“Apa??”

“Kalian bicara apa sih?” bingung Kyoko.
“Sudah, biarkan saja…. Aku tidak mengerti apa yang mereka ributkan” jawab Hiroshi.

“Kalau Hiro-Tan sendiri waktu SMA ikut klub olahraga kan?”
“Iya. Basket”
“Tapi tidak sampai Interhigh, Marie” jawab Kyoko.

“Jadi percuma kamu melibatkan dia dalam pembicaraan kita…. Tapi sudahlah, aku tidak mau bermain lawan kamu….. Aku datang ke sini untuk menikmati liburan saja, bukan untuk bertanding voli pantai……” Kana tersenyum dengan aura kemenangan ke arah Marie, dan berusaha melanjutkan membaca di tengah pantai yang nyaman itu.

“Sudahlah Marie, kan kita datang untuk berlibur” senyum Kyoko ke arah temannya itu. Marie merengut dan menatap ke arah pasir. Kakinya ia goyang-goyangkan, membentuk gundukkan tak jelas di pasir.

“Yasudah” jawab Marie, sambil tetap membentuk gundukan aneh di pasir dengan ujung kakinya. Kana tampak tersenyum puas dan dia melanjutkan kegiatannya. Membaca novel di tengah pantai, ditemani oleh matahari yang dihalangi oleh payung dan angin pantai yang menenangkan. Setidaknya, dia tidak menyesal sudah datang, karena bisa melakukan hal yang dia suka, sambil dikelilingi oleh orang-orang yang dia kenal, walaupun ada orang yang dia anggap aneh macam Marie.

“Kalau begitu aku ngapain lagi ya…. Kegiatan seperti cepat habis di pantai….” lanjut Marie.
“Main air saja sana” jawab Kana dengan sinis.

“Oh ngomong-ngomong, waktu Interhigh aku nonton sampai final”
“Kenapa bicara soal ini lagi sih?” tanya Kana.
“Mizuho Gakuin memang hebat sih, melaju sampai semifinal” lanjutnya dengan nada yang sinis. Yang pasti kalimat-kalimat Marie itu bukan untuk memuji Kana.

“Kamu mau apa sih, Taniguchi…”
“Mizuho Gakuin memang hebat….. Tapi aku kok tidak ingat wajahmu ya, Kana”
“Mitsu…”
“Apa mungkin karena kamu pemain cadangan” ledek Marie dengan muka nakal, memotong pembicaraan Kana.

“Maksudnya?”
“Ya kamu takut bertanding satu lawan satu denganku karena kamu cuma pemain cadangan kan? Jadi tak apa-apa, daripada kamu malu nanti” suara Marie terdengar begitu puas. Kyoko dan Hiroshi hanya bisa diam saja mendengar perang dingin ini.

“Bukan urusanmu” balas Kana.
“Pemain cadangan yang tidak pernah turun pasti, aku benar-benar memperhatikan Mizuho Gakuin kok sewaktu Interhigh” Marie melanjutkan ledekannya.

“BERISIK!!! AYO BERTANDING!!!” dan Kana melempar novelnya ke karpet, dengan penuh emosi.

------------------------------

beach-10.jpg

“Kenapa aku dan Kyoko harus ikut membayar sewa lapangannya?” bingung Hiroshi yang berdiri di pinggir net, sambil bertolak pinggang.

“Karena voli pantai tidak bisa one on one” balas Kana.
“Ano…” Kyoko menggaruk kepalanya sambil menatap ke arah Hiroshi.
“Kenapa?” tanya Hiroshi sambil menatap balik.
“Aku tidak pernah jago olahraga, apalagi yang seperti ini….”

“Sudah, kamu sama aku saja Kyoko, kamu hanya defence saja, seperti libero di permainan voli biasa” Marie sedang pemanasan.
“Aku tidak mengerti istilah voli”
“Aku juga” sambung Hiroshi.

“Lalu kenapa tadi kalian bicara soal bertanding one on one?” teriak Kyoko.
“Maksudnya aku lawan dia” jawab Marie. Ya, karena bahasa Inggris kadang-kadang digunakan serampangan oleh anak muda Jepang, jadi yang dimaksudkan oleh Marie dan Kana adalah mereka saling berhadapan dengan menggunakan Hiroshi dan Kyoko sebagai anggota tim mereka. Tapi, Kyoko dan Hiroshi sama sekali tidak paham dan tidak bisa bermain voli.

“Begini deh, karena kalian sama-sama jago olahraga ini dan kami tidak, mungkin kalian harus ganti gamenya…” senyum Hiroshi.
“Game seperti apa? Kita sudah bayar sewa lapangan dan bolanya nih” jawab Kana. Lucu melihat Kana sedang pemanasan ringan dengan menggunakan sundress. Pakaian yang sama sekali tidak cocok untuk olahraga.

“Kan kita dipinjamkan dua bola… Begini saja, Aku akan berdiri di sisi lapangan yang ini, di pojok, dekat garis batasnya. Kalian ada di sisi lapangan yang lain. Nah, aku akan pegang bolanya di tanganku, seperti ini” Hiroshi terlihat seperti akan menyodorkan bola tersebut ke orang lain.

“Lalu?” bingung Marie dan Kana.
“Kalian lomba serve saja, yang paling banyak bisa mengenai bola di tanganku, menang… Cukup adil kan? Daripada melibatkan aku dan Kyoko yang sama sekali tidak bisa bermain voli… Nanti salah-salah kami malah cedera” Hiroshi tampaknya ingin melindungi pacarnya dari kegiatan yang tak perlu dan implikasinya ke masalah cedera dan sebagainya.

“Hmm….” Kana malah tersenyum licik.
“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” sinis Marie.

“Kamu lihat saja nanti…. Bedanya Funabashi-Higashi dan Mizuho Gakuin….”
“Kamu yang harus lihat”
“Kamu”
“Kamu”
“Kamu”
“Kamu”

“Ano minna…. Jadi tidak bertandingnya?” sela Kyoko, menghindarkan Kana dan Marie dari pertengkaran-pertengkaran konyol yang selalu mereka lakukan.

“JADI!” teriak mereka berdua ke arah Kyoko dan yang diteriaki hanya bisa mundur karena kaget.

“Aku duluan” lanjut Kana sambil menatap ke arah Hiroshi yang sudah berdiri di ujung sisi lapangan yang lain. Dia berdiri, bertelanjang dada sambil memegang bola voli di tangan kanannya, setinggi bahunya. Tangannya merentang ke samping. Mungkin dia khawatir kalau dia tempatkan bola itu di depan dirinya, pantulan dari bola akan mengenai kepalanya.

“Silakan. Tadinya aku pikir mau pakai jan ken pon dulu, tapi yasudahlah, silakan Kana mulai duluan”
“Mitsugi!”

Kana lalu berdiri, dan dia menjatuhkan bola voli itu di kakinya. Dia menginjaknya, lalu dia menarik ikat rambut dari pergelangan tangannya. Dia lalu mengikat rambut panjang hitamnya sambil menginjak bola voli dengan kakinya. Aura atlet SMA mendadak keluar dari dirinya. Dia lalu berjongkok, mengambil bola tersebut dan bersiap-siap. Dia menatap ke arah Hiroshi. Kyoko dan Marie menatap Kana yang bertampang serius.

Kana lalu melempar bola ke atas. Dan dengan gerakan yang sangat-sangat anggun dan lembut, dia loncat ke atas, bersiap-siap memukul bola. Saking anggunnya, dia terlihat seperti bergerak dalam slow motion. Matanya menatap ke arah Hiroshi, tepatnya ke arah bola yang dipegang Hiroshi, mengunci targetnya dengan benar-benar tepat.

“NGGH!!” teriak Kana tertahan saat bolanya terpukul oleh tangannya. Bola tersebut meluncur dengan deras di atas net, dan mengenai bola yang ada di tangan Hiroshi dengan telak.

“Wow” Hiroshi kaget dan dia berusaha mengambil kedua bola yang tercerai berai itu. Kana tersenyum dengan kemenangan, setelah landing yang sempurna. Dia menatap ke arah Marie, dan kemudian berdiri di sebelah Kyoko.

“Giliranmu, Taniguchi”
“Sombong”

Marie masuk ke lapangan voli pantai tersebut, dan dia menerima bola yang dilemparkan oleh Hiroshi. Hiroshi memegang bola lagi, menunggu Marie melakukan serve.

“Jadi begini….” Mendadak Marie bicara. “Sepertinya kurang ramai kalau hanya begini saja. Harus ada taruhannya”

“Boleh”
“Ano… Marie, jangan berlebihan” Kyoko mencoba menengahi.

“Bagaimana kalau yang kalah, mentraktir yang menang, sampai selesai semester ini?” tantang Marie.
“Marie chan… Tidak perlu….” potong Kyoko.
“Boleh” sambut Kana. “Baguslah, uang jajanku nanti akan lebih hemat”

“Uang jajanku yang nanti akan lebih hemat… Soalnya aku tidak perlu serve jump float seperti tadi. Basic overhand saja sudah cukup” balas Marie.
“Sombong”
“Bukan, kamu yang sombong”

Marie lalu melambungkan bola ke atas, dan matanya tertuju kepada bola tersebut. Tak lama kemudian, ketika bola tersebut jatuh ke arahnya pada ketinggian yang tepat, dia melangkah spontan dan langsung menghajar bola tersebut dengan kalem. Bola tersebut meluncur dengan indahnya dan langsung mengenai bola yang ada di tangan Hiroshi.

“Satu sama… Makan itu, pemain cadangan” ledek Marie, mempersilakan Kana mengambil tempat lagi.
“Setidaknya pemain cadangan di Mizuho Gakuin lebih baik daripada pemain inti Funabashi-Higashi” balas Kana.
“Tanabe!! Cepat lempar bolanya sini” teriak Kana.

“Sebentar!!!” Hiroshi tampak tergopoh-gopoh mengejar bola yang tadi di serve oleh Marie.

“Ano… Apakah lombanya mau dibatasi, jadi lima serve saja atau tiga?” tanya Kyoko. Dia tampak kagum dengan gerakan-gerakan indah serve bola dari teman-temannya.
“Kita sewa lapangan ini sejam. Jadi kita habiskan saja” Marie tersenyum sambil melihat ke arah Kana. Dia berharap Kana akan gagal dan dia dapat menikmati makan siang gratis selama beberapa waktu.

“Mitsugi!” Hiroshi melempar bola ke arah Kana. Cara melempar Hiroshi benar-benar seperti seseorang yang sedang bermain basket. Kana menangkap bolanya dan dia menepuk-nepuk bola tersebut. Dia lalu merapikan posisi sundress di badannya.

Hiroshi sudah siap untuk di eksploitasi lagi.

“Tidak cuma kamu yang overhand-nya bagus” Kana melempar bola ke atas, dan dengan mengikuti gerakan yang dilakukan Marie, dia menepuk bola dengan keras di sudutnya dengan agak aneh. Bola tersebut bergerak parabolik, agak menyamping, dan menyapu bola yang dipegang Hiroshi dengan mantapnya. Hiroshi dan Kyoko melongo melihat gerakan bola yang indah tersebut.

“Nah, itu kelasnya Mizuho Gakuin”
“Hebat….” Kyoko masih tertegun melihat kemampuan kedua orang temannya itu.

“Sombong”
“Coba saja kau tiru… Pasti tidak akan bisa…” tawa Kana, sambil mempersilakan Marie mengambil tempat. Tak lama kemudian Hiroshi melempar kembali bola ke sisi lapangan lainnya. Marie menangkapnya.

“Kamu pikir cuma kamu yang bisa buat bola melengkung seperti itu?”
“Coba saja…. Eh jangan dicoba, main aman saja biar kamu menang… toh kamu tidak akan bisa meniru serveku yang tadi” ledek Kana ke Marie.
“Sialan. Akan kutunjukkan kemampuan ace playernya Funabashi-Higashi” kesal Marie.

Hiroshi sudah berdiri lagi di tempatnya dan Kyoko tersenyum ke arahnya. Hiroshi tersenyum balik.

Tanpa aba-aba, Marie langsung melemparkan bola ke atas kepalanya, berkonsentrasi sedikit, dia melambungkan badannya dengan indah. Badan langsingnya yang dibalut pakaian renang tampak begitu keren dengan gerakan ala atlet SMA.

Marie melambung dengan indahnya, menatap bola tersebut, dan dia meniru cara Kana memukul. Dia pukul di sudut yang tak wajar, sambil mengarahkan bolanya ke tangan Hiroshi. Lomba serve mengenai sasaran saja sudah sulit, apalagi dengan menggunakan gerakan memutar seperti ini.

Bola tersebut terpukul dengan baiknya.

Tapi.

“ADUH!!” Bola tersebut dengan keras menghunjam ke muka Hiroshi dan dia terjatuh.
“Hiroshi!” Kyoko lalu berlari kecil ke arah pacaranya, dan dia berusaha memapah Hiroshi yang terjatuh. Marie melongo dan Kana juga melongo.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Kyoko.
“Tidak-tidak… cuma sedikit pusing” Hiroshi memegang kepalanya, di bagian yang terkena bola voli tadi.
“Hahahaha!! Kamu KALAH!!!” Kana menunjuk ke arah Marie.

“Hiro-Tan!!! Kenapa tadi kamu berdirinya agak miring sedikit!!!”

“Kenapa sih mereka…. Kepalaku sakit begini dan mereka lebih peduli sama game ini” Hiroshi meringis dan mengusap-usap kepalanya.
“Setidaknya mereka terlihat bahagia” bisik Kyoko.
“Jadi kamu lebih senang mereka bahagia daripada pacar kamu benjol?”
“Tentu tidak” senyum Kyoko. “Tapi benjolnya Hiroshi bisa bikin mereka berdua terlihat makin dekat” tunjuk Kyoko dengan matanya ke arah Kana dan Marie yang masih ledek-ledekan.

“Haha… Lucu sih mereka”
“Iya… Mereka benar-benar lucu” balas Kyoko, sambil membantuk Hiroshi berdiri, dan merayakan indahnya hari itu.

------------------------------

dscf3310.jpg

“Kepalamu sudah tidak apa-apa?” tanya Kyoko, saat Hiroshi berjalan dengannya ke depan rumah Kyoko dari halte bus.
“Masih agak sakit, tapi harusnya besok sudah tak apa-apa…. Biasa kok ini”
“Biasa bagaimana?”
“Waktu sekolah juga aku sering jatuh atau kepalaku terkena bola” senyum Hiroshi.

“Nah, sudah sampai” Kyoko tersenyum balik dan auranya terlihat begitu ceria sore itu. “Kamu mau masuk dulu? Segelas kopi mungkin dari ibuku?”

“Boleh saja”

Kyoko tersenyum dan meremas tangan Hiroshi yang menggandengnya dari tadi. Dia menatap sambil tersenyum ke arah Hiroshi Tanabe, dan dia benar-benar merasa penuh di tahun pertamanya kuliah ini. Teman-teman yang lucu, pacar yang benar-benar pengertian dan penuh perhatian, juga skill memasaknya yang bertambah.

Ini menyenangkan dan benar-benar menyenangkan. Dia tidak ingin memori ini berakhir, sampai kapanpun. Dan rasanya, dia ingin bersama dengan Hiroshi selamanya.

============
======

==================


haruko10.jpg


“Itu siapa?” bisikku ke Tante Ai. Weekend sore itu aku ada di Mitaka, nungguin Papa yang sedang manggung di sebuah acara pentas seni SMA. Entah SMA mana, aku tidak tertarik untuk tahu, karena memang aku bukan penggemar musik, apalagi musik Papa.

“Itu Tara”

“Ooo” Tante Tara berarti. Umurnya berapa ya? Lucu. Badannya mungil, mukanya cerah dan ceria, keliatannya mungkin sekitar 30-an kali ya? Dia dateng, katanya mau bungkus kopi buat suaminya. Katanya dia punya restoran burger yang enak banget. Mungkin kapan-kapan aku harus makan ke sana sama Papa dan Okasan.

dsc_8810.jpg

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
Dia lagi ngobrol dengan begitu akrabnya ke om Zul dan Okasan. Gesturenya asik banget dan dandanannya enak diliat.

“Yuk ah Ai, sampe ketemu ya…. Sampe ketemu kamu juga ya Haruko…. Lucu kamu sekarang, beda banget pas kamu masih bayi dulu” senyum Tante Tara ke aku dan tante Ai, saat dia berlalu dan keluar dari Mitaka.

“Dia siapa ya….” bingungku. Karena tadi pas masuk dia nyapa aku, bahkan sempet nyubit pipiku. Katanya dulu waktu kecil, pipiku kayak bakpau.
“Dia mantannya om kamu” tawa Tante Ai.
“Eh???”

“Kok mukanya kaget gitu sih?” Tante Ai menyeruput kopinya, sementara mendadak rasa hot chocolate di mulutku hilang. Tadi baru aja ada mantannya Om Zul dateng, beramah tamah dengan segala macam gesture hangatnya ke kita semua.

“Anu… Aku pikir kalo udah putus itu……”
“Itu hubungannya jadi jelek?” tanya Tante Ai.
“Iya”

“Gak semuanya kayak gitu. Makanya aku sama Tara gak pernah cemburu… Dia baik-baik aja ke Zul sama ke aku juga, jadi fine semuanya” tawa Tante Ai.

“Tante Tara itu umur berapa sih? Keliatannya masih muda ya?”
“Sama kok sama aku umurnya”

“HAH? AWET MUDA BANGETTT” aku kaget pas tau umurnya aslinya berapa. Sumpah, masih keliatan muda banget.

“Emang kayak gitu, dulu waktu umurnya masih 30an, malah keliatannya dia kayak anak kuliahan”
“Ih pengen kalo aku udah tua kayak gitu”
“Kamu?”
“Iya”
“Bakal. Kamu lucu banget soalnya”

“Ih apa sih” aku menghindari dari tangan Tante Ai yang ingin menjawil-jawil pipiku. Dia ketawa aja liat aku kayak gitu.

Dan mendadak aku jadi mikir. Tadi mantannya Om Zul, bisa masih seakrab itu sama Om Zul dan Tante Ai. Kalau mantannya Papa atau Okasan gimana ya? Mereka masih bisa berteman sama Papa atau Okasan gak? Jadi penasaran. Haha. Maafin ya Papa… Okasan…. Aku kepo sama kalian.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 13

Haruko's Timeline:


- Haruko Aya Rahmania (15) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Kyoko Kaede (47) Sang Ibu, Istri dari Arya
- Ai / Aisyah Ariadi Gunawan (44) Tantenya Haruko, Adiknya Arya, dan Istrinya Zul
- Zul (47) teman kuliah Arya yang memiliki usaha coffee shop bersama Kyoko, Suaminya Ai
- Tara / Tara Giva Amanda (44) Pemilik Red Comet Burger bersama Suaminya, Gilang. Mantannya Zul

Kyoko's Timeline:

- Kyoko Kaede (18)
- Marie Taniguchi (18)
- Kana Mitsugi (18)
- Hiroshi Tanabe (18)

Glossary :

Minna
: Semuanya
Interhigh : Kompetisi olahraga tahunan antar SMA di Jepang
Higashi : Timur (Funabashi-Higashi : Funabashi Timur)
Gakuin : Perguruan (Mizuho Gakuin : Perguruan Mizuho)
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
selalu muncul tokoh tokoh dari cerita yg laen seru bgt baca nya
 
Ya..ya...Tara dah muncul
Sebelumnya Anggia yg udah tante2
Next apdet sapa lagi yah
Apa kang Bimo & kang Wira?
Atau Dian & Aku
Oh iya mgkn juga Amyra, kan lom pernah skalipun dimunculkan tokoh2 dari "Amyra".:D

Thanks apdetnya om :beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd