Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Gelar lapak sambil nunggu up hu racebannon biar dpt paling depan hehehe
 
Tumben biasanya ganti page langsung update
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 14
(my mom's first love)

------------------------------

haruko10.jpg

“Mama aku pulangggg”
“Selamat malam Haruko” senyum Okasan di dapur. Senyumnya sudah biasa. Tapi ada pemandangan yang tidak biasa.

“Eh, halo” siapa ya orang-orang ini? Mukanya pada familiar.
“Halo Mbaknya…..” sapa salah seorang dari mereka.
“Ah… Halo”

“Ini Speed Demon, Haruko, masih inget gak?” mendadak Papa muncul di balik punggungku dan menepuk-nepuk kepalaku. Aku gak menghindar. Karena itu biasa buatku. Aku mengangguk-angguk sambil menaruh raketku di tempat biasa. Aku baru pulang dari latihan badminton, salah satu kegiatan rutinku di hari-hari tertentu.

Aku jalan ke arah dispenser air dan menuangkan air dingin ke gelasku. Tapi aku merasakan ada empat pasang mata lainnya di sini yang merhatiin gerak-gerikku. Mereka semua diam. Gerakan mata mereka berempat mencurigakan.

“Jadi, gimana materi barunya?” Papa ngebuka omongan, sambil duduk di meja bareng mereka.
“Ini Mas Arya” salah seorang dari mereka, yang logatnya jawa banget, ngasih CD ke papa. Aku menenggak air dari dalam gelas dan naruh itu di bak cuci. Okasan udah gak ada di dapur, kayaknya dia setelah menyuguhkan kopi ke empat orang ini, dia langsung entah ke mana. Mungkin gak ya dia balik lagi ke Mitaka? Atau ngapain dia?

Aku berjalan pelan menjauh dari dapur, dan mendadak ada suara yang mengagetkanku.

“Gak sopan kamu Nang” kata salah seorang dari mereka.
“Kenapa sih?”
“Mosok kamu ngeliatin anaknya Mas Arya gitu banget, itu masih bocah lho…..”
“Ya aku kan ngeliat aja, emangnya aku ngapain sih?”

Mendadak rasanya mukaku merah. Gak nyaman banget…..

“Kalian ngapain sih?” potong Papa dengan cepat.
“Engg.. Enggak mas…”

Aku langsung ngacir ke kamarku, yang tadinya itu kamarnya Tante Ai. Aku langsung ngelempar diriku ke kasur habis nutup pintu.

Anaknya Mas Arya masih bocah katanya, apaan sih. Iya, aku jadi inget, itu Speed Demon, band asal Jogja yang diorbitin Papa. Mereka masih pada bujangan kalo gak salah. Umurnya pada berapa ya? Waktu Papa baru nikah sama Okasan, mereka masih anak kuliahan, jadi bedanya 10 taunan mungkin. Mereka umurnya kira-kira 30-an kali ya.

Ih, mendadak geli sendiri, diliatin sama om-om bujangan umur segitu. Geli. Gimana ya rasanya orang yang beda umur sama pasangannya jauh gitu? Geli gak sih mereka? Aku diliatin kayak gitu aja sama orang yang umurnya segitu rasanya risih.

Risih banget. Geli ah, jadi males keluar kamar lagi, padahal aku pengen mandi, nonton TV, dan segala macem. Terpaksa main sama handphone lagi deh sampe ngantuk.

Huh.

==================
==================


martin10.jpg

Sudah masuk musim gugur, alias semester dua. Kyoko dan teman-teman serta pacarnya melewati semester pertama dengan lancar. Kelas praktik memasak dasar dilewati Kyoko dengan susah payah, dan dia mendapatkan nilai yang cukup, sebagai reward atas usahanya.

Sayangnya, di semester dua ini, kelas praktiknya lebih banyak lagi. Walaupun tipe kelasnya adalah kelas dasar. Kelas lanjutan akan diadakan di tahun kedua, pada saat penjurusan. Kalau di semester ganjil kemarin yang jadi ganjalan untuk Kyoko adalah kelas praktik memasak dasar, sekarang ada empat yang harus dia khawatirkan. Yakni kelas praktik masakan kontinental dasar, praktik masakan asia dasar, praktik masakan Jepang dasar dan praktik pastry dasar.

Untungnya ada Hiroshi. Mereka jadi ada banyak agenda berlatih bersama di rumah Kyoko. Mereka berdua menikmatinya. Dan mereka berdua, sekarang memiliki kelemahan yang sama, yakni di praktik pastry dasar. Mereka berdua tidak berbakat membuat kue, roti, dan semacamnya. Dan memang, pelajarannya sulit.

Dan satu lagi, di susunan kelas, Kyoko akhirnya banyak sekelas dengan Hiroshi di kelas praktik. Jadi kalau ada kesulitan pada saat kelas, dia bisa langsung bertanya kepada Hiroshi, yang menyebabkan beberapa orang terlihat sinis dan cemburu kepada mereka. Tapi mereka tak peduli. Musim gugur ini milik mereka.

Mereka baru saja menyelesaikan kelas praktik pastry dasar dan bersiap-siap untuk pulang. Mungkin kencan singkat sebelum pulang menarik di sore ini.

“Mitsugi hebat ya” puji Hiroshi, sambil berjalan di samping Kyoko. Dia menggandeng pacarnya di dalam gedung kampus, tak peduli dengan keadaan sekitar.
“Dia sepertinya cocok sekali jadi pastry chef. Kau lihat kan tadi caranya mencampur adonan dan membentuk biskuitnya? Hebat” balas Kyoko.

“Hei kalian!” sapa Marie ke mereka.
“Hai” sapa Kyoko balik dan dia memeluk Marie, melepaskan tangan Hiroshi dari tangannya. Marie ada praktik lain dan mereka tak banyak sekelas bareng.

“Kelas Praktik Pastry ya?” tanya Marie.
“Iya”
“Aduh, kelasku besok… Malas sekali… Aku tak pernah bisa mengingat komposisi adonan dengan tepat…. Menyebalkan, seperti praktik kimia saja, salah setetes rusak rasa makanannya……” keluh Marie.
“Iya, menyebalkan”

“Kamu bagaimana Hiro-Tan? Kau kan jago sekali memasak… Pasti lancar kan?” tanya Marie lagi.
“Salah kamu…. Aku sama sekali gak berbakat membuat apapun yang bersifat pastry……”
“Ah masa… Kamu kan…”
“Masak biasa dengan masak pastry beda…. Kalau masak biasa, improvisasi dan feeling diperlukan sekali…. Tapi kalau masak pastry, buat kue, roti, dan sebagainya, salah sedikit, improvisasi sedikit, adonannya bisa hancur, rasa bisa rusak…. Mengerikan pokoknya” keluh Hiroshi dengan suara kesal.

“Itulah karenanya kami stuck di kelas itu” Kyoko tersenyum dan mereka berdua berjalan keluar gedung kampus.

“Kalau begitu kita cari makan saja….. Katanya ada café baru mau dibuka di sekitar sini ya?” sambung Marie.
“Yah, Omotesando makin lama makin jadi distrik yang hip…. Katanya gedung senmon gakkou kita juga mau direlokasi ya?” tanya Kyoko.
“Gosipnya sih begitu, mau dibangun mall yang keren di sini katanya”
“Aku baru dengar malah” bingung Hiroshi.

“Makanya kalian berdua jangan pacaran terus….” ledek Marie. “Eh, itu Kana”

“Mitsugi, sedang apa?” sapa Hiroshi. Mereka berpapasan dengan Kana yang sedang berdiri di dekat halte bus.
“Kamu mau pulang? Ini masih sore, ayo jalan dengan kami…” senyum Marie dengan nada meledek.
“Duluan saja… Ada yang harus kulakukan” jawab Kana dengan aura yang berat.

“Mau ngapain kamu? Di halte bus seperti ini… Kamu tidak naik bus yang tadi….” selidik Marie.
“Mau tahu saja urusan orang lain”
“Kamu sudah bukan orang lain lagi… Sampai semester pertama berakhir, kamu kan selalu kuberi makan setiap makan siang” lanjut Marie, merujuk ke kekalahannya dalam lomba serve di musim panas.

“Kalau begitu, jangan campuri urusan teman kamu….” balas Kana sambil memperhatikan ke gedung senmon gakkou.

Marie melihat ke arah yang Kana lihat. Dia menatap wajah Kana lagi.

“Hmm…. Baiklah… Ayo kita jalan…. Sampai jumpa besok, Kana…”
“Sampai jumpa besok, Taniguchi”

------------------------------

2036_f10.jpg

“Ada yang aneh dengan Kana” Marie memutar matanya. Tangannya menyendok es krim banyak-banyak dari banana split yang ia pesan.

Kyoko dan Hiroshi memperhatikan Marie. Hiroshi memesan kopi dan donat, sedangkan Kyoko memesan cake yang tampangnya lucu, dengan teh hangat sore itu.

“Makan kamu banyak sekali” tegur Hiroshi ke Marie.
“Biarkan saja, Hiroshi… Ini kan musim gugur” Kyoko tersenyum sambil melahap cakenya.
“Kamu juga kalau makan makanan manis suka berlebihan” tawa Hiroshi.
“Biarkan…. Kan enak”

“Pasti masalah cowok!” mendadak Marie berkesimpulan sendiri, tanpa berdiskusi dengan Hiroshi dan Kyoko.

“Marie…. Sudah jelas bukan, tadi dia kamu panggil Kana, dan dia tampak tidak terganggu dengan itu… Biasanya kan dia ngambek kalau dipanggil nama depannya. Jadi tadi dia pasti sedang fokus ke hal lain dan menunggu sesuatu” balas Kyoko.

“Ah, musim gugur memang musim cinta”
“Kamu bilang, musim panas yang musim cinta, Marie…..”
“Setiap musim, musim cinta” senyum Marie.

“Tapi kamu masih sendiri” Hiroshi menyesap kopi yang dia pesan tadi.
“Bicara apa kamu, Hiro-Tan” kesal Marie.
“Lebih enak kopi ibunya Kyoko”Hiroshi menghindar dari kekesalan Marie.
“Hei, bicara apa kamu tadi”

“Haha tidak” Hiroshi bersandar di kursi dan menatap ke arah Marie. “Dulu kamu mengajak Kyoko ke mixer untuk mencari pacar, lalu ke pantai untuk mencari pacar… Waktu festival kembang api juga kamu seperti berharap ada laki-laki mengajak kenalan…… Tapi kok kamu tidak dapat-dapat pacar, sepertinya ada yang salah”

“Kyoko, bilang ke pacar kamu, untuk hati-hati kalau bicara” kesal Marie.

“Kamu juga, hati-hati kalau serve, nanti bolanya kena kepalaku lagi” ledek Hiroshi.

“Hahaha…… Tapi Hiroshi benar juga…. Apa harus gantian kita berdua yang carikan pacar untuk Marie ya?” Kyoko tertawa dan menarik pakaian Hiroshi.

“Bisa saja…” tawa pacarnya Kyoko tersebut.
“Kalian berdua membuatku kesal… Mesra di mana-mana, dan sekarang malah terang-terangan meledekku….”
“Ya, mumpung Mitsugi tidak ada, kan dia yang biasanya kesal karena kamu dan meledek kamu” potong Kyoko.

“Dia menunggu siapa ya?” Marie tampak sedang berpikir.
“Lelaki pasti”
“Iya, tapi yang seperti apa….”

Kana memang terlihat lebih dewasa dari umurnya. Walaupun judes dan dense, dia terlihat sangat anggun. Tapi aura densenya itu yang membuat dia sulit didekati lelaki. Rambutnya panjang, hitam legam, dengan bentuk wajah yang lancip, mata yang tajam dan hidung yang sempurna. Bibirnya kecil dan terlihat elegan. Gaya berpakaiannya selalu rapih dan terlihat berkelas. Dia jarang sekali memakai celana. Tiap hari dia memakai rok atau dress casual yang cocok dengan bentuk tubuhnya yang langsing dan agak tinggi. Maklum, atlet voli SMA.

“Kana pasti suka lelaki yang lebih tua” tebak Marie, melanjutkan kalimatnya yang terpotong tadi.
“Masuk akal” Kyoko menatap ke arah Marie.
“Mungkin kakak kelas kita”
“Bisa jadi”

“Atau jangan-jangan dosen” canda Hiroshi.
“Ada-ada saja kamu” tawa Kyoko.
“Hahaha… Bercanda”

“Pasti dia mengincar Yoshioka” mendadak Marie tersenyum. Senyumnya mengeluarkan aura kemenangan.
“Yoshioka?”
“Iya”

“Siapa itu?” tanya Kyoko dan Hiroshi hampir berbarengan.

“Kakak kelas kita, dia mengambil jurusan restoran di tahun kedua. Dia salah satu murid top, dan dia sudah diincar oleh beberapa restoran yang punya michelin star….. Tampangnya pun cocok jika disandingkan dengan Kana. Tinggi, rambutnya rapi, berkaca mata dan dia terlalu serius. Wah, jodoh sepertinya mereka.”

“Menarik kesimpulannya” komentar Hiroshi.
“Betul kan?”
“Tapi itu masih tebak-tebakan, Marie… Hahaha” tawa Kyoko.
“Tak salah lagi”

“Besok aku tanya langsung ah, siapa tahu tebakanku benar” Marie tampak sumringah dan dia menghabiskan banana split yang ia pesan dengan semangat.

Kana Mitsugi jatuh cinta. Ini pasti lucu.

------------------------------

ph_0510.jpg

“Kuantarkan sampai stasiun Omotesando ya” bisik Hiroshi sambil menggandeng Kyoko, mereka berdua berjalan tanpa Marie. Marie sudah lebih dahulu jalan ke arah apartemen sewaannya.

Kyoko mengangguk, tersenyum ke arah pacarnya, dan menikmati angin musim gugur di hari yang sudah mulai gelap itu.

“Besok kamu ke rumah kan?”
“Tentu saja, aku tidak akan pernah lupa jadwal belajar bersama kita” jawab Hiroshi.
“Hehe…”

“Oh, aku jadi ingat… Ada yang menarik sepertinya nanti di kelas masakan asia dasar”
“Apa itu Hiroshi?”
“Aku dengar-dengar ada beberapa menu Indonesia yang diajarkan”
“Wah, menarik sekali, seperti apa ya makanan Indonesia” Kyoko memutar otaknya, mencoba membayangkan negara yang ada di asia tenggara itu.

“Tidak tahu, tapi pasti unik… Ah, aku tidak tahu apapun dari Indonesia kecuali Bali” tawa Hiroshi.
“Mungkin kapan-kapan kita harus ke sana” balas Kyoko.
“Menarik juga, pasti pantainya lebih indah daripada Tokyo…. Ibaraki saja lebih indah, apalagi Bali”

“Sombong, dasar anak Ibaraki”
“Ah, jadi kangen pantai”
“Hehe”
“Kapan-kapan kita pergi ke Ibaraki yuk?” ajak Hiroshi.

“Boleh”
“Kapan tapi ya?”
“Jangan dalam waktu dekat…. Ibuku pasti sulit memberi izin” tawa Kyoko.

“Haha… Nanti ya, kalau kita sudah agak lama pacarannya?”

“Hehehehe…”

“Eh, itu Mitsugi?” mendadak Hiroshi menghentikan langkahnya, tak jauh dari halte bus yang ada di depan kampus senmon gakkou mereka.

“Eh?” Kyoko dan Hiroshi menatap Kana yang masih menunggu di dekat halte bus tersebut. Dari tadi sore. Sudah berapa lama dia berdiri di sana, di terpa oleh angin musim gugur yang sudah mulai agak dingin. Dia tampak berdiri dengan sabarnya sambil menatap ke arah gedung kampus. Dia mengenakan rok berwarna abu-abu tua, dengan atasan putih, dan coat ringan berwarna krem. Rambutnya ia biarkan tergerai dan dia membawa bungkusan di tangannya.

Ya, dia pasti menunggu seseorang lelaki.

“Aku jadi penasaran” Hiroshi dan Kyoko menepi, berusaha agar mereka berdua tidak terlihat oleh Kana. Kyoko mengeluarkan handphonenya dan mengirim mail kepada Marie. Mitsugi masih berdiri di tempat tadi, begitu isi pesan Kyoko ke Marie.

Dan Marie, tentu saja langsung membalas dengan penuh semangat.

“AKU KE SANA!!!” tulisnya.

“Marie mau ke sini”
“Memangnya bisa?” tanya Hiroshi bingung.
“Kan apartemennya dekat”

“Tapi memangnya anak tahun kedua keluar kampus semalam ini?” bingung Hiroshi.
“Mungkin Yoshioka praktek di café?”
“Bisa jadi”

“Tapi hebat sekali, dia menunggu selama ini….. Mitsugi pasti sangat menyukainya”
“Tapi kan belum tentu Yoshioka juga”
“Yang penting, siapapun dia, Mitsugi rela menunggu selama ini, pasti orang ini sangat penting untuk Mitsugi” bisik Kyoko.

Hiroshi dan Kyoko melihat dari jauh, menyelidik dan menunggu, siapakah laki-laki yang ditunggu oleh Kana Mitsugi.

“Eh, ada yang datang” bisik Kyoko. Mereka berdua memicingkan mata mereka, menanti sang lelaki. Lelaki itu berjalan pelan dengan langkah pasti. Lelaki itu berpakaian rapi. Celananya berwarna hitam, dengan sweater abu-abu melapisi kemeja putihnya. Dia membawa tas selempang yang warnanya senada. Wajahnya teduh, dengan aura kedewasaan yang terpancar dari dirinya.

Rambutnya memang pendek dan rapi, tubuhnya tinggi dan dia berkacamata. Tapi dia bukan Yoshioka. Yoshioka tidak memiliki brewok rapih seperti itu. Dan Yoshioka tidak murah senyum seperti orang itu. Dan memang, tidak ada mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua yang seperti itu.

Kyoko dan Hiroshi melongo sejadi-jadinya.

Kana terlihat tersenyum dan melambai ke lelaki itu. Dia menundukkan kepalanya, memberi salam dan lelaki itu juga melakukan hal yang sama. Kana lalu memberikan bungkusan di tangannya ke lelaki itu. Lelaki itu menerimanya dan terlihat berterima kasih.

Mereka mengobrol sedikit, dan bus pun datang di halte itu. Kana menunduk lagi, dan lelaki itu berjalan menuju bus. Lelaki itu menaikinya dan kemudian menghilang. Kana terlihat tersenyum dengan puas, menatap ke arah bus yang menjauh. Tak lama kemudian, Kana berjalan ke arah yang lain, menghilang dari pandangan Kyoko dan Hiroshi.

Kyoko dan Hiroshi masih terpaku. Mereka tak percaya akan apa yang tadi mereka lihat.

“HEI! MANA KANA?”

Marie datang dengan tergopoh-gopoh, memakai sandal, celana training, kaos belel, dan jaket olahraga bertuliskan Funabashi-Higashi. Rambutnya ia ikat dan make up nya sudah dia hapus.

“Ano.. Sudah pergi…”
“Apa?”
“Tadi… Ada yang mendatangi dia….” sambung Hiroshi.

“Yoshioka kan? Tebakanku benar kan?”
“Bukan”

“Eh? Siapa kalau begitu”

“Ano…” Kyoko menggaruk-garuk kepalanya, sampai rela dia melepaskan tangan Hiroshi untuk menggaruk kepalanya.

“SIAPA???”

“Abe…”
“Abe? Tahun kedua?”
“Bukan….”

“Abe yang mana?”

“Abe Sensei….”
“Maksudnya?”

“Abe Kazuo Sensei….”
“APA!!!!!!!” Marie kaget mendengar nama itu disebut.

Ternyata, yang ditunggu oleh Kana sesorean tadi sampai malam tiba adalah Kazuo Abe, dosen manajemen, dan industri tata boga.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
Dan ketiga orang itu, saling menatap dengan heran, tak percaya apa yang telah mereka lihat tadi. Kana Mitsugi dan Kazuo Abe. Terus terang, ini gila.

Situasi ini sangat gila.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 14

Haruko's Timeline:


- Haruko Aya Rahmania (15) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Kyoko Kaede (47) Sang Ibu, Istri dari Arya
- Arya / Achmad Ariadi Gunawan (47) Sang Ayah, Suami dari Kyoko

- Billy / Aditya Setiawan (34) vokalis Speed Demon
- Nanang / Muhammad Anang Tauhid (35) – gitaris Speed Demon
- Panji Prabowo (33) bassist Speed Demon
- Ibam / Ibrahim Setyo (34) drummer Speed Demon


Kyoko's Timeline:

- Kyoko Kaede (18)
- Marie Taniguchi (18)
- Kana Mitsugi (18)
- Hiroshi Tanabe (18)
- Kazuo Abe (35)

Glossary :

Higashi
: Timur (Funabashi-Higashi : Funabashi Timur)
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Thx updatenya om
Berarti tinggal Marie yang belum dapat pacar, kalah dari Kana lagi... Kasian kamu neng
Masih terbayang-bayang betapa katroknya speed demon waktu ke Jakarta pertama kali...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd