Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Okta,Pacar Dari Masa Depan?

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Lho yang ribut2 dah Ilang ya? Yuk, TS lanjutin nulisnya...
 
Update 3

----------------------------------------


Setelah kembali ke atas gua membuka pintu dan ternyata Okta sudah menurunkan setengah minisetnya sambil duduk di pinggir kasur, terlihat sedikit payudaranya terlihat jelas, mata gua yang terfokus dengan payudara milik okta langsung bergegas ke arah Okta. Sebelum sampai kesana Okta berdiri dan menghapiri gua sambil membenarkan minisetnya lalu memeluk gua dengan erat.

“krek” suara pintu

Gua kaget terlihat Okta sudah menurunkan minisetnya

“kamu kenapa dah, ga sabaran gitu kayanya”

Okta pun menghapiri gua sambil membenarkan minisetnya lalu memeluk gua

“ya ga apa, emang kamu ga mau lebih dari aku? Tanya Okta

“ya gimana? Besok minggu juga ga ada kerjaan”


Sex Scene ----------------------------------------------------

--------------



Okta dan gua semakin erat memeluk satu sama lain, hangat dunia kembali terjadi dimalam ini. Malam semakin gelap dan bintang semakin banyak, telah diciptakan raga ini untuk tempat kau merebah pada pundak kala sedih bertamu, kau peluk pada pinggang kala senang menerpamu. Dikecupan dahi kamu yang lembut sambil membayangkan indahnya dunia bersamamu dan kekasih yang menyambut, benar memang kata orang bersama itu lebih indah untuk menemani gelapnya dunia. Lalu gua kecup manis bibir manis seperti manisnya indahnya dunia, kita berdua saling berdaru lidah secara pelan dan romantis menikmati malam yang hangat.

“eemmmph” suara Okta sedikit mendesah

Gua gigit bibir atas Okta secara lembut membuat Okta sedikit mendesah

“eempphhh”

Tangan gua tak hanya diam, yang tadinya di pinggang Okta lalu gua beranjak ke minisetnya Okta, tak langsung gua remas payudaranya tapi langsung gua buka miniset milik Okta, terlepas dari minisetnya gua nikmatin kembali bibir manis milik Okta lalu gua remas payudaranya dan gua cubit putingnya hingga membuat Okta mendesah. Lalu gua melepas bibir manis Okta dan menghirup wangi badannya, gua hirup dari leher hingga dada tak lupa gua lepaskan nafas sedikit membuat Okta semakin bernafsu, dari leher gua hirup dan menghembuskan nafas sedikit, kepala Okta menjadi ke atas semakin kebawah kepala gua semakin di tahan kepala gua oleh Okta. Wangi yang khas dari Okta membuat libido gua semakin tinggi, gua emut pelan puting milik Okta lalu gua mainkan dengan lidah gua, gua gigit pelan puting Okta membuat mendesah semakin keras.

“mmmphh” suara ciuman kita berdua


Lalu gua buka miniset Okta

“jangan cepat – cepat, nikmatin malam yang masih panjang ini selagi belom sibuk”

Gua menghiraukan perkataan Okta

Setelah gua melepas miniset milik Okta gua kembali menikmati bibir manis Okta

“mmphhh” kembali terdengar suara ciuman

Tak lama menikmati bibir manisnya gua melepasnya dan menghirup aroma badan miliknya, Okta sedikit mendesah saat gua hirup dan gua hembuskan nafas di leher Okta. Semakin turun semakin gua hirup aroma payudara milik Okta, terasa wangi badan yang khas membuat gua semakin lama untuk bermain di payudaranya

“sayangg hhmpp hembusan nafas kamu aahhh” desah Okta

Masih gua cuekin perkataan Okta kerana gua serius menikmati aroma badanya, lalu gua emut puting milik Okta dan gua gigit pelan putingnya.

“ahhh sayang aaahhh mmp aahh” desah okta

Gua gigit puting milik Okta dan gua emut

“eehhmmpppp” suara emutan

“ahhh sayang aaah pelan-pelan aku lemah disitu” suara Okta mendesah

Tangan Okta pun menahan kepala gua yang sedang bermain di payudaranya.

Disaat gua dan Okta sedang bermain ada suara notifikasi di HP gua terdengar 3 kali tapi gua hiraukan itu karena gua masih menikmati badannya Okta. Setelah cukup lama bermain dengan payudara milik Okta gua mencium bibir Okta kembali sambil berjalan ke arah tempat tidur, lalu gua tindih Okta sambil mencium bibir milik sambil gua remas pelan payudaranya. Terasa lebih nikmat permainan ini karena memang kita berdua saling menikmati permainan detik demi detik.



Gua cium kembali bibir okta yang kecil itu, gua emut bibir atas Okta dan gua nikmatin emutan itu detik demi detik, sambil gua elus-elus rambutnya Okta tanda gua semakin sayang ke dia. Kenikmatan itu lumayan lama hingga nafas kita berdua sudah mau habis. Gua lepas bibir Okta dan gua bilang “love you” lalu Okta membalasnya “love you too”. Kembali gua kecup kening Okta

Sehabis ciuman itu gua langsung duduk melingkari kaki Okta, lalu gua buka celana pendek Okta dan gua buka sekalian celana dalamnya. Gua pegang kemaluan Okta yang belom terlalu basah lalu Okta sedikit mendesah,.

“aaahh sayang aaaah” desahan pelan

Tak mau lama-lama gua membuka celana gua dan otong gua yang sudah membesar. Gua mulai rebahin tubuhnya dan mulai menjilat kemaluan Okta dan wangi aroma memek Okta yang wangi membuat gua semakin semangat bermain di memeknya, gua jilat pelan-pelan seluruh memeknya, Okta yang menahan rasa geli keenakan dan memegang keras kasur gua.

“eeemmhpp ahhh sayangggahr geli ahhh”

Lalu gua jilat klitoris milik Okta yang kecil itu, desahan Okta semakin kencang.

“sayang sshh ahh, disitu terus aahh mainin disitu teruss eemmmpph”

Tangan kanan gua pun tak hanya diam begitu saja, gua masukin dua jari gua ke liang vagina milik Okta yang sudah mulai terasa basah. Gua jilat klitorisnya dan gua colok – colok vagina Okta,

“ahh sayang ahh ahh aaahhh pelan pelan” semakin kenceng desahan Okta

Dua jari gua yang sudah masuk di liang vagina milik Okta gua arahkan ke atas, ada jendolan kecil disitu lalu gua mainnya secara kencang. Okta semakin menikmati permainnya hingga kedua tangan Okta menahan tangan dan kepala gua yang sedang bermain di memeknya. Gua lirik ke wajah Okta sudah merem melek dan nafas yang tak beraturan.

“aahhhh aaahhh teruss emmmph ahh kencengin lagi eeemmmph” dengan nada yang tak beraturan

Semakin kencang gua memainkan memeknya semakin kencang Okta mendesah, tak lama Okta menaikan perutnya lalu keluar cairkan dari memeknya yang mengenai wajah gua

“aaaahhhh aaahh jangannaaahhhrr berenti ahhh” racau Okta

“aku mau aaaahhhhhhhh”

Cairan itu mengenai wajah gua

Cairan Okta yang mengenai wajah gua lalu gua bersihkan pakai bantal, gua biarkan Okta untuk beristirahat sejenak karena nafasnya yang belom teratur. Gua tiduran di samping Okta lalu Okta menghadap ke arah gua, posisi kita berdua saling bertatapan.

“kamu istirahat dulu aja” seru gua


Okta hanya tersenyum saja lalu dia mencium bibir gua lembut, selagi beristirahat gua mengelus – elus pipi Okta sambil bertatapan dia hanya tersenyum dan gua berkata :

“sepertinya aku udah mulai bahagia bersama kamu, bukan karena sex tapi karena tulusnya kamu”

“kenapa kamu bisa ngomong seperti itu?” tanya Okta

“ntah lah, bingung juga aku mendefinisikannya” jawab gua

Kami pun tetap saling bertatapan lalu wajah kita semakin dekat dan kembali kita berdua saling bercumbu sebentar, setelah bercumbu gua kembali menghirup aroma badan Okta di dadanya tak lupa gua sedikit mengemut payudara milik Okta. Gua merasakan payudara Okta yang sudah mengeras dan putingnya pun juga, gua mainkan jari gua di aerola miliknya, Okta mulai merasa kegelian, sedikit suara tawa dari Okta

“aaahh ahahahaaaaahhh sayang, ih kamu mah nakal” suara manja Okta

Gua hiraukan dia lalu gua emut kembali puting milik Okta sekali saja. Setelah itu gua duduk di atas badan Okta lalu gua mengarahkan otong gua ke mulut Okta yang sudah mengeras.

“kamu mau ngapain?” tanya Okta

“emutin” jawab gua

“aku ga mau ahh” Okta sedikit kesal

Gua ga memaksa Okta untuk melakukannya, gua langsung tiduran di atas Okta lalu mencium bibirnya Okta dan mengarahnya otong gua ke memeknya Okta.

“eehhmmp” desah Okta

Pelan – pelan mulai masukin otong gua ke memeknya, terasa hangat dan sempit

“aaahhhh” suara desah bersama

Pelan tapi pasti otong gua masuk semua di memeknya, gua biarkan sejenak dan terasa pijitan di sela yang sempit. Gua tarik dan dorong secara perlahan dengan tempo yang pelan.

“aww ahh iya pelan dulu aja ahh” desah Okta

Gua nikmati kembalibibir Okta, gua emut secara kasar dan Okta membalasanya secara kasar juga, aduh lidah dan goyangan gua yang pelan.

“eemmmhh emhh ah”

Selepas ciuman itu gua memainkan dengan cepat payudara Okta yang kemudian bergoyang mengikuti irama. Puting Okta yang tegang membuat gua menjadi kasar, gua gigit dan Okta sedikit teriak.

“ihh jangan aaaahh sayang jangan hhhm aahh”

Gua gigit sambil gua tarik puting Okta sehingga membuat merah putingnya. Permainan semakin cepat tapi gua belom keluar.

“aahhh ahh sayang hhhm” desah Okta

Gua berhenti sejenak dan membalikan badannya sehingga gua berada di bawah. Okta langsung menggoyangkan badannya dan semakin jelas payudara Okta bergetar di atas kepala gua. Terasa sangat dalam otong gua memasuki memeknya dan goyangan Okta yang pelan saja membuat gua semakin cepat keluar.

“aahh ahh ahh”

Suara desahan dikamar terasa sangat jelas. Okta mempercepat goyangnya

“sayang ahh jangan cepet cepet nanti aku keluar duluan”

Sepertinya Okta tau kelemahan gua, gua tarik badan Okta dan langsung gua peluk hingga payudara Okta mendekap wajah gua. Gua gigit langsung puting Okta yang sudah memerah.

“sayangg aaahh kasar kamu hhmpp ahh”

Lama gua melakukan gaya seperti itu hingga pada akhirnya gua pun goyah.

“sayang aku mau keluar aaahh” desah gua

“didalem aja ahh ga apa eehhmmpp ahhhhh”

“aku juga mau keluar hhmmmm” desah Okta

Tak lama gua dan Okta keluar barengan hingga cairan hangat kita berdua membasahi paha gua. Okta yang lemah langsung menindih badan gua dan langsung mencium gua.

Permainan hari ini selesai,tak terasa waktu menunjukan jam 3 malam, Okta gua suruh memakai pakaiannya dan langsung gua suruh ke kamarnya. Tak lupa gua peluk dan cium bibir Okta. Setelah kejadian itu hampir tiap malam gua melakukan itu dengan Okta

Setelah beberapa bulan sudah mengenal Okta gua semakin dekat dan produksian film gua berlanjut hingga gua ke Jogja.

---------------------------------


Pagi itu hari kamis gua bangun pagi untuk pergi shotingan di daerah kuningan, Jakarta Selatan. Gua terbangun dari tidur gua yang nyenyak, embun pagi yang sejuk terasa mager untuk terbangun dari tempat tidur.

“di tempat jam 9 pagi sekarang masih jam 7 kurang” keluh gua

Gua keluar dari kamar dan menuju ke arah kamar mandi, kamar bawah yang biasa di terbiasa buat nginep Okta kini kosong kareng Okta sendiri tidur di kostannya, sebelumnya gua udah janjian sama Okta untuk menjemput Okta pas break shotingan.

Sehabis mandi gua menuju ke meja makan untuk sarapan.

“Harris, itu nasi uduknya udah di meja makan” Ibu gua bertriak

“iyeh mak”

Nasi uduk dengan lauk bihun goreng, tempe orek dan telor dadar adalah kesukaan gua dan tak lupa kopi hitam untuk melengkapi pagi ini. Setelah sarapan gua berjalan ke kamar dan memperiapkan peralatan yang harus gua bawa.

“script ready, laptop ready tinggal lezgo aja nih nikmatin macetnya jakarta” ngomong sendiri di kamar

Sebelum gua berangkat gua chat Okta dahalu

Sayang aku mau berangkat dulu ya, nanti kalo udah sampai aku kabarin lagi 8:10am

Oh iya ntar abis shootinga kita ke kedai kopi pertama kali kita ketemu yuk 8:10am

Aku lagi pengen ngopi disana 8:10am

Okta pun tak membalas, mungkin lagi mandi atau mencari makanan diluar ntah lah tapi gua udah ngabarin dia. Setelah ngechat Okta gua berjalan ke arah garasi dan membawa mobil kesayangan gua BMW M5.

Di tengah perjalanan dengan kemacetan gua mendengarkan lagu agar mood gua baik saat menjalankan aktifitas, gua memutar lagunya depapepe dan 2Cellos. Alunan nada yang khas dan enak di telinga gua membuat gua semakin semangat.

Jam 9 lewat gua sampai tempat shotingan, agak telat dikit tapi tak apa karena team art masih mempersiapkannya.

“mas, itu mobil udah diisiin bensin kan? Ga enak mobil sewaan kaga diisiin bensin” tanya gua

“udah mas pertamax tadi full” jawab team art

Setelah melihat team art gua berjalan ke arah cameramen gua untuk mengecek alat yang ada.

“mas ini moving, settinganya gimana ya?” tanya cameraman gua

“moving ya? Bentar gua liat scriptnya dulu, aga lupa gua” jawab gua

Gua melihat scene 30 dan ada percakapan di mobil.

“oh ini, coba ambilin rig yang itu buat ambil POV, lensa 14mm sama 35mm. Ntar kita ambil yang di dalem mobil dulu dengan settingan yang udah disediakan. Kalo ada kesusahan bilang saya aja mas disana, saya mau ngopi dulu” jawab gua

Cameraman gua yang satu ini masih kurang paham karena magang jadi gua manfaatin biar minim budget. Shootingan pun berjalan lancar tak ada gangguan sama sekali, disaat break gua membuka hp dan membuka chat si Okta

Yaudah aku tunggu kamu sampe break ya 8:20am

Oh ternyata Okta tak lama untuk membalas chat gua tadi pagi. Gua pun menelfon Okta

“tutt tutt tutt” suara menunggu telfon

“hallo sayang” sapa Okta

“iya sayang, kamu prepare buat ke Jogja besok? Aku udah break jam makan siang nih” tanya gua

“udah nih tinggal nunggu jemput kamu aja”

“yaudah aku jemput ya, 15-20 menitan lah aku otw, nanti makan di pinggir jalan aja ya takut ga keburu” tanya gua

“yaudah kamu jemput aku dulu aja, udah bosen nih di kostan”

“oke aku otw”

Setelah menutup telpon gua berjalan ke arah crew gua untuk meminjam motor dan dua helm untuk menjemput Okta.

“mas gua pinjem motor dong, mau jemput cewek gua males nih naik mobil takut baliknya ga keburu” berbicara ke crew

“nih mas pake aja”

“oke makasih ya mas” jawab gua sambil senyum

Diperjalanan gua hanya diem ga ngomong sama sekali, yaiyalah ngomong sama siapa gua kan sendiri, sesampainya di depan kostan Okta gua ngabarin Okta kalo gua udah di depan kostan, ga lama Okta turun menggunakan dress putih dan kacamata




Okta menaiki motor dan langsung mencari makanan di pinggir jalan, disaat mencari makanan Okta menanyakan keberakatan besok ke Jogja.

“besok kereta jam berapa?” tanya Okta

“jam 8an tapi pagi, maybe besok kita berangkat jam 6an takut macet jalanan”

“mamah kamu tau kita sekalian liburan bareng temen kamu Indra?” tanya Okta

“iya mamah aku tau, pra produksi udah aku bilangin ke mamah” jawab gua

“biasanya kamu kan kaga bilang, iya kan?” tanya Okta ngeledek sambil memeluk gua dari belakang

“yaa gitu deh, ga usah di ungkit lagi heheh” jawab gua kikuk

Akhirnya gua menemukan mie ayam, sebelum sampai ke kang mie ayam nyeletuk kalau dia sudah makan siang, akhirnya gua memutuskan langsung ke tempat shootingan dan memesan makanan lewat ojek online. Sesampainya disana gua memarkirkan motor temen crew gua di tempat yang sama dan mencari si pemilik motor tersebut, Okta hanya mengintili gua dari belakang dan gua membawa tas milik Okta

“mas udah nih motornya, makasih banyak ya mas” senyum gua ke pemilik motor

“iya mas, btw ini pacarnya mas? Cantik juga mas” tanya crew

“cantik relatif mas alias ga usah gombal lu mas ahahaha” jawab gua sambil bercanda

“oh iya mas tadi pak produser dateng nyariin mas, baru dateng si dia”

“oh dimana dia sekarang?” tanya gua

“itu mas lagi di cafe sama crew yang lainnya” jawab crew sambil menunjuk ke arah cafe

“oke mas” jawab gua santai

Sebelum melengkah ke cafe gua membalikan badan gua kebelakang menujur ke Okta

“ikut aku dulu yu, mau ke produser” sambil menjulurkan tangan gua

“iya sayang” jawab Okta

Gua berjalan ke arah cafe bersama Okta sambil mengandeng erat tangan gua. Gua membuka pintu cafe dan terdengar suara lonceng, semua pengunjung pun melihat ke arah pintu masuk dan pak produser langsung menaikan tangan gua, bergegas gua langsung ke tempat dimana produser gua duduk dan berjabat tangan ke produser.

Ohiya sebelumnya Produser ini bernama Pak Bowo, dia produser yang cukup senior didunia perfilaman indonesia. Banyak penghargaan yang di dapat pak Bowo ini.

“gua ada projectan baru lagi nih, kita omongin berdua di meja baru” tanya produser langsung ke intinya

“wih apa tuh pak? Yaudah pas saya suruh pacar saya dulu untuk duduk di meja kosong ya”

Gua menyuruh Okta untuk duduk di meja kosong menunggu gua berbicara dengan produser, setelah Okta dan Produser gua mendapatkan meja kosong gua berjalan ke arah meja yang sudah di pesan oleh produser.

“boleh duduk saya pak?” tanya gua

“kamu lesehan aja ris hahaha” jawab produser sambil tertawa

“yeh si bapa jadi gembel saya”

“yaudah duduk duduk ris, jadi gini bapak punya projectan baru” sambil memainkan hp

“bikin film lagi pak?” tanya gua serius

“iya ris, ini bocoran castnya. Cantik bukan?” sambil tertawa



“ini mah cantik banget pak, emang mau bikin film apa pak?” tanya gua semakin ingin tau

“film porno, mas harris yang jadi sutradaranya” jawab Pak Bowo sambil tertawa

Setelah Pak Bowo ngomong seperti itu gua terdiam sejenak untuk memikirkan projectan itu.

“gimana mas harris, saya tunggu sampai akhir produksian mas harris selesai ya” Pak Bowo meninggalkan meja

Gua pun masih terdiam di meja yang masih gua dudukin memikirkan projectan yang akan diberi Pak Bowo, cukup lama gua memikirkan itu lalu Okta datang ke arah gua dan memeluk gua dari belakang

“kamu kenapa? Kok bengong begitu?” tanya Okta

“hhhm ga apa apa kok, yaudah yuk kita keluar aku mau produksian lagi” jawab gua

Gua, Okta dan beberapa pun keluar dari cafe dan berjalan ke arah tempat shotingan, gua menyuruh crew untuk menyediakan satu bangku untuk duduk Okta. Okta yang duduk di samping gua hanya melihat gua bekerja saja, karena kerjaan gua hanya melihat acting cast saja di monitor yang sudah disediakan. Waktu pun sudah sore produksian hari ini kelar dan semua crew berkempul untuk rapat sebentar kareng besok shotingan di jogja untuk beberapa scene saja.

Seselesainya rapat gua melangka ke tempat Okta duduk

“kita ke kedai kopi tempat kita pertama kali ketemu yuk” tanya gua

“ga terlalu malem baliknya?” tanya balik dari Okta

“ga kok, aku lagi pengen kopi disana sama makan malam disana” jawab gua

“yaudah kalo gitu, sekarang aja berangkatnya takut macet sayang soalnya kamu naik mobil kan”

“yaudah yuk, aku bawain tas tas kamu ya”

Okta hanya tersenyum manis ke arah gua saat gua membawa tas milik Okta, dan tak lupa gua berpamitan dengan para crew. Di perjalanan dari kuningan ke kemang gua hanya menyetir dan menyanyikan lagu yang gua play, oh iya lagu yang gua play saat perjalanan ke kemang lagunya morfem berjudul senjala cerita.

“sayang ini lagu apa?” tanya Okta sambil melihat ke arah jendela

“morfem judul senjakala cerita, pas buat lagi pulang kerja terus sore gini” jawab gua santai

Okta hanya menganggut saja, gua bernyanyi sambil berteriak dengan suara fals.

Sesampainya di depan kedai kopi gua langsung disapa oleh 2 barista yang lagi santai sambil ngerokok di depan kedai.

“woii mas, kaya biasanya kan?” tanya salah satu barista

Gua menurunkan kaca mobil.

“iya mas kopi biasa lah, sama 2 nasi goreng ya” jawab gua sambil teriak di dalam mobil

“eh aku ga pedes ya sayang minumnya teh anget aja aku, kamu juga teh anget jangan nakal abis makan boleh kopi” sambil mencubit tangan gua

“eh iya iya maaf” jawab gua

“mas mas” teriak gua dari mobil

“apa lagi mas?” jawab barista

“satu ga pedes, 1 kopi kaya biasa 2 teh anget” teriak sambil memarkir mobil

“wah siyap tumbenan teh anget biasanya selimut anget hahahah” jawab barista sambil memasuki kedai

Setelah memarkirkan mobil gua dan Okta pun turun keluar dari mobil, tak biasanya gua membawa tas untuk mengerjakan tugas gua disana kareng planning gua disana hanya makan dan ngopi sebentar saja. Gua pun berjalan ke arah pintu masuk dan memasuki kedai tersebut dengan Okta.

“dah lama ga kesini jadi berdua mas, baru nih ceritanya” sambil meracik kopi

“ah elah lo bang, biasanya lah resiko orang ganteng kaya gini”

“ah bisa aja lo biji kopi papua” jawab barista

“yaelah sempet – sempetnya ya lo bikin kopi sambil cengin gua hahha, biasa lantai 3 ya tempat duduk yang biasa”

“weh siyap mas, ditunggu aja pesanananya” jawab barista

Gua dan Okta menaiki tangga menuju lantai 3 kedai kopi tersebut, gua dan Okta duduk di tempat biasa gua duduk.

“kayanya kamu seneng banget kalo kesini” tanya Okta

“Gimana ya, kalo aku ga ada pikiran pasti kesini, tempat dimana aku mencari imajinasi dan ide ya pasti disini ditempat lain biasanya harus adaptasi dulu”

“Kamu kaya kukang aja harus adaptasi heheh” Okta sambil tertawa kecil

“Yah disamain sama hewan hutan aku”

Gua dan Okta disana saling bercanda dan mengingat beberapa bulan lalu pertama kali bertemu. Tiba – tiba hujan pun turun.

“Momennya pas ya disaat hujan pula lagi” tanya gua

Okta hanya tersenyum melihat ke arah gua, gua merapihkan poni Okta yang menutupin sebagian matanya. Disaat gua lagi merapihkan poninya Okta barista pun datang dan membawa pesanan gua dan Okta. Langsung saja gua dan Okta makan malam dan hujan semakin deras. Seselesainya makan malam gua pun mencari repot AC karena suhu ruangan cukup dingin.

“sslurrpp” serupun kopi

“oh iya kamu kenapa suka kopi” tanya Okta bingung

“Kopi ya? Kopi itu pahit tapi kalo dinikmati pahitnya akan membawa suasana baru, menurut aku si itu”

“suasana seperti apa?” tanya Okta semakin bingung

“apa ya? Ntah lah, namanya ngasal aku ngasih tau kamu hahahaha” jawab gua sambil tertawa

“ih kamu mah” sambil mencubit tangan gua

“demen bener nyubit tangan aku, ntar kalo terus – terusan jadi biru gimana?”

“ga apa” sambil menjulurkan lidah

Setelah Okta berbicara seperti itu gua memegang tangan Okta dan menatap wajah Okta.

“kenapa kamu datang untuk aku?” tanya gue

“karena memang kita ditakdirkan untung saling melengkapi” senyum Okta

Tak lama suara jejak kaki dianak tangga terdengar semakin keras, pelayan pun datang membawa pesanan gue dan Okta.

“mas harris ini pesanannya, tumbenan nih bawa cewek kemari biasanya Cuma bawa laptop doang” canda pelayanan

“seharusnya lo bersyukur mas gue udah punya cewek dari pada cewek gue laptop” balas canda gue

“yaudah mas nikmatin hidangannya, kalo mau nambah tinggal lambaikan tangan ke cctv aja ya” cetuk pelayan

“lah cara baru tuh?” tanya gue serius

“iya mas hahaha, dari pada turun kebawah kan cape” jawab pelayan

“oke mas gue kebawah dulu ya”

Pelayan pun kebawah meninggalkan gue dan Okta yang hanya berdua di lantai 3 kedai kopi. Tak lama gue mencicipi hidangan yang gue pesan, sedikit bercanda dengan Okta saat makan malam. Disaat baru selesai makan hp gue berbunyi notif line dari astrada (asisten sutradara)

mas harris, besok pagi kita janjian lebih awal ya 8:17 PM

soalnya tiketnya ada di gue, mau ngasih lupa tadi 8:17 PM

balas gue

oh, yaudah ga apa, mungkin gue sampai jam setengah 7 atau jam 7 8:17 PM

yaudah sampai ketemu besok mas 8:17 PM

tak lama gua untuk membalas chat dari astrada karena gua mau menikmati makan malam bersama Okta.

“besok teman kamu yang dijogja itu bawa siapa?” tanya Okta

“belom aku tanya si, tapi waktu itu si Indra mau ngajak Shani”

“Shani Indira Natio” jawab Okta

“maksudnya?” tanya gue bingung

“nanti kamu bakal paham sayang” jawab Okta ssambil senyum

“jangan bilang dia dari masa depan?”

“nanti kamu paham disaat aku ga ada”

“baiklah, udah out of topic lupakan aja hal itu sayang”

Setelah pembicaraan seperti itu gua dan Okta hanya berbicara sambil bercanda agar pembicaraan gue dengan Okta ga terlalu bosen dan tak lupa menyeruput kopi. Jam sudah menunjukan 10 malam gue dan Okta bersiap – siap untuk pulang kerumah. Di perjalanan Okta tertidur karena arah perjalanan gue pulang jalur macet, ya mau bagaimana lagi gue hanya menikmati macetnya jakarta di atas jam 10 malam dengan memutar lagu yang ada. Sesampainya dirumah gue tak biasanya ngelakson kearah rumah untuk menyuruh pembantu gue membuka pintu, gua membuka pagar rumah dan memasukan mobil gue kegarasi, setelah gue parkirkan mobil gua digarasi tak kunjung bangun mungkin dia terlalu lelah, akhirnya gue menggendong Okta ke kamar yang udah disediakan oleh pembantu gue.

Gue buka pintu depan mobil gue dan gue gendong Okta, cukup berat menggendong Okta dan tanpa gue sadar gue menatap wajah Okta lama.

“kamu cantik ya sayang”

Setelah gue ngomong seperti itu Okta membalas omongan gue sambil merem.

“tumben kamu ngomong seperti itu ke aku?” jawab Okta sambil merem

Ternyata dia sudah bangun, mungkin dia sudah sadar disaat gua menggendong dia.

“kamu udah bangun? Haduh kan berat” keluh gue

“tapi mau kan gendong aku?” tanya Okta menggonda

“iya si” sedikit nyegir gue

Gue menggendong Okta ke kamarnnya, didepan pintu kamar tak sengaja kepala Okta kejedot

“dukk” suara jedotan

“aduh sakiiitttt” Okta mengeluh


“kamu ga apa kan?” tanya gue serius

“sakit tau, kamu ga pernah hati – hati nih kebiasaan”

“yaudah maap sayang, udah malem juga udah cape kan” celetuk gue

“yaudah ga apa” jawab Okta

Gue meletakan Okta tepat di kasurnya

“yaudah tidur ya, nanti jam 5an udah bangun jam setengah 6 kita berangkat”

Setelah pembicaraan itu gue kecup kening Okta

“night sayang”

Okta hanya tersenyum ke arah gua, setelah itu gue beranjak ke kamar lalu mengganti pakaian dan langsung tidur.

-------------------------------------------

Jam 5 kurang suara adzan terdengar, gue langsung bergegas bangun dan menuju kebawah kearah kamar mandi untuk mandi, melewati kamar terlihat pintunya sudah terbuka tanda sudah bangun, langsung saja gue ke arah kamar mandi dan ternyata ada orang

“mungkin Okta” pikir gue

Sambil menunggu Okta mandi gue duduk didepan ruang TV sambil mengumpulkan nyawa. 5 menit gue duduk Okta melintas didepan gue.

“kamu udah bangun” tanya Okta

Gue masih bengong karena nyawa belom terkumpul

“yeh stupid kamu” lalu jalan kearah kamar

Gua masih terbengong

“tadi Okta ngomong apaan ya? Ah bodo gue mandi dulu deh”

Akhirnya gue mandi membuka pakaian yang gunakan tadi malam, suara gemeritik air jatuh dari shower dan badan gue, harum sabun menempel dibadan gue. Tak lama gue mandi karena gue telat bangun. Seselainya mandi gua langsung bergegas ke arah kamar gue lalu gue berpakaian untuk pergi nanti. Baju gue sudah disiapkan oleh pembantu gue jadi gue tinggal siap berangkat, koper sudah diletakan didepan meja belajar gue mengambil koper tersebut dan mengecek lagi ada yang ketinggalan atau tidak. Setelah gue cek tak ada yang tertinggal, tinggal gue merapihkan laptop dan kamera gue. Setelah semuanya siap gue membawa 1 koper dan 1 tas besar yang isinya kamera dan laptop sampai dibawah terlihat Okta lagi menonton TV.

“yuk berangkat, makannya disana aja nanti gampang” tanya gue ke Okta

“ayo deh, aku udah siap nih”

Gue berteriak ke Ibu gue.

“mah, harris berangkat dulu ya”

Tak lama Ibu gue keluar

“oh yaudah, hati-hati disana ya jaga kesehatan”

“iya mah” jawab gue

Gue dan Okta berpamitan dengan Ibu gue, sesampainya didepan gue lupa memesan taksi online, ga perlu lama gua menunggu langsung dapat dan gua lihat di map drivernya berada didepan gang. Taksi online pun datang, gue dan Okta pun memasuki mobil tersebut dan berjalan menuju kearah stasiun gambir.

Sambil menunggu perjalanan gue ngechat indra:

Ndra, gua udah otw dari rumah nih paling sampai jam 3an 5:30am

Gua syutingan disana Cuma 3 hari doang, kita liburan Cuma 2 hari doang 5:30am

Sepertinya Indra masih tertidur, diperjalanan gue menyuruh drivernya untuk berhenti di minimarket karena gua tau makanan di kereta mahal jadi gue berbekal makanan dan minuman diminimarket dan Okta pun ikut turun.

“mas sebentar ya, mau beli makanan dulu” tanya gue

“oke mas” jawab supirnya

Gue dan Okta membeli beberapa roti, snack dan minuman untuk dikereta nanti.

“aku beliin supirnya roti sama air mineral 1 liter aja kali ya, anggap aja bonus dari kita” tanya gue

“yaudah kasih aja, kasian juga udah tua. Lagian ga salah juga kan berbagi kepada yang lain” jawab Okta bijak

Setelah itu gue beranjak kekasir dan membayar semuanya dan kembali lagi mobil. Perjalanan dari minimarket tadi berhenti ke stasiun gambir sudah mulai dekat, gua mengambil hp di saku celana kanan untuk menghubungi astrada dan Indra.

Mas diaman? Gue udah mau sampai gambar nih, udah sampai belom? 6:11 AM

“belom dibales juga nih, yaudah gue kabarin Indra dulu deh kalo gue mau on the way” keluh gue

Ndra, gue udah distasiun tapi berangkat jam 8an pagi, mungkin sampai di stasiun tugu aga sore 6:12AM

Sepertinya nanti malam gue free nih, ketemuan aja dimalioboro 6:12 AM

Setelah chat itu gue ngecek schedule buat disana yang sudah disusun oleh astadara, belom kelar melihat schedule perjalanan gue sudah sampai di gambir.

“mas udah sampai” sapa sopir

“oh iya mas, ini uangnya kembalinnya ambil aja sama ada bingkisan tadi beli diminimarket tadi lumayan buat ganjel perut pak heheheh” senyum ke sopir

“wah makasih banyak mas”

Akhirnya gue dan Okta turun dari mobil dari beranjak ke depan minimarket untuk menunggu astarada gue

“mana dah astadara gue lama bener” keluh gue sambil memegang hp

“mungkin dia lagi dijalan sayang” jawab Okta

“ya bisa jadi si, tapi kan dia kemana – mana naik taxi online” keluh gue

“mungkin aja dia lagi tidur dimobilnya” jawab Okta ragu

Gue taro tas dilantai dan mengambil hp disaku gue, terlihat ada satu misscall dari astadara gue

“lah misscall si kang cucur”

Lalu gue langsung menelpon astradara gue

“eh daki mouse lu dimana? Gue udah sampe nih depan minimarket” tanya gue

“lah ini gue udah didepan tinggal masuk doang, yaudah tunggu aja ya” jawab astada dan langsung mematikan telfonnya

Tak lama Okta menanyakan ke gue

“udah dimana dia?”

“udah di depan katanya, ya paling sebentar lagi sampai” jawab gue santai

Sembari menunggu gua membuka air mineral yang gue beli tadi dimimarket, sambil menunggu gue duduk melihat schedule yang belom gua sepenuhnya tadi gue baca, Okta hanya melihat kedepan mencari astadara gue. Tak lama gua duduk dan membuka schedule Okta menyeletuk.

“tuh kang cucurnya udah dateng”

“hah siapa?” tanya gue bingung

“lah tadi kamu cengin astrada kamu kang cucur kan?” jawab Okta

“emang ya, lupa dah aku?”

“sorry mas, udah lama ya?” tanya astrada

“ya baru 5 menitan disini gue, yaudah mana tiketnya kita masuk duluan aja ada resto didalem soalnya”

“ini mas 2 tiketnya, yaudah ayo kita masuk”

Akhirnya gue bertiga masuk kestasiun, melewati pemeriksaan tiket tiba – tiba hp gue terdengar suara notifikasi chat.

Eh gue baru bangun nih, yaudah malam kita ketemuan aja dimalioboro 6:20 AM

Gue aja sepupu gua ya, dia lagi liburan soalnya cakep kok 6:20AM

Sent photo 6:21



“cakep juga nih” pikir gue

Cakep juga tuh 6:21AM

See you malioboro ndra 6:21AM


Setelah membalas chat indra dan pemeriksaan tiket gua bertiga beranjak ke arah restauran, ada beberapa restauran yang masih buka, ada restauran bertema jepang dan kita bertiga masuk kesana. Okta yang duduk disamping gue dan astrada gue duduk didepan gue. Astrada gue mengabari yang lainnya kalo kita bertiga sudah berada distasiun gambir dan menunggu direstauran, pelayan pun datang dan kita bertiga memesan makanan dan minuman sambil menunggu crew yang lain. Sembari menunggu makanan gue berbicara schedule, alat, dan talent. Okta hanya memaikan hpya tapi tampaknya lebih serius, gue hanya menghiraukan dan melanjutkan pembicaraan gue dengan astrada.

Lagi enak berbicara dengan astrada beberapa crew gue datang dan pelayan pun datang membawa hidangan yang sudah dipesan tadi, sembari memakan gue berbicara dengan beberapa crew untuk dijogja nanti. Pengerah suara stasiun memberi tau kereta tujuan jogja sudah ada di peronnya dan semua crew yang sudah ngumpul bergegas kekereta, sesampainya didalam kereta Okta duduk disamping jendela, kereta pun berjalan dan gue mengeluarkan laptop untuk menulis cerita lagi untuk film yang akan datang, disaat gue menulis Okta menyenderkan kepalanya di bahu kanan gue.

“kamu ngantuk?” tanya gue sambil menulis

“iya ngantuk” sambil melihat video dari hpnya

“itu video apa sayang?” tanya gue ke Okta sambil melihat videonya

“hikaeme i love you AKB48 sayang”

“lagunya enak juga dan videonya pun bagus, jadi tertarik bikin video clip jadinya” seru gue sambil semangat

“nanti kalo aku pergi coba kamu bikin video clip pasti ada aku nantinya” jawab Okta sambil bercanda

“emang kamu pergi kemana, katanya kamu ada buat aku” tanya gue

“kan aku pacar dari masa depan, masa ga paham juga”

“iya deh iya ngelantur terus nih kamu” jawab gue jutek

“makanya jangan nakal”

Ya gue masa bodo dengan itu, Okta tetap menyenderkan kepala di bahu kanan gue dan gue tetep menulis. Waktu demi waktu sudah melewati beberapa kota, yang tadinya pemandangannya bangunan sekarang menjadi persawahan, hijau segar mewarnai mata dan pikiran. Lelah memandang laptop gue bersenderan dibangku dan mencoba untuk tidur.

Tidur gue cukup pulas termaksud Okta, terbangun oleh teman yang mentap tangan gue kalau sudah mau sampai stasiun tujuan. Gue terbangun dan langsung membangunkan Okta.

“heh heh bangun, udah mau sampe nih” membangunkan Okta

“udah mau sampai? Pules bener berarti kita tidur ya” jawab Okta

Setelah Okta terbangun gue membuka airmineral yang gue bawa tadi lalu gue minum. Setelah sampai distasiun Jogja kita semua dijemput oleh sopir yang sudah disewa sebelumnya dan lanjut berjalan ke hotel yang berada kawasan malioboro.

Sesampainya disana kita semua dibagikan kunci kamar masing – masing.

“ris, ini kamar lo ada di lantai dasar” sapa teman

“oke, ntar kalo ada meeting hubungin gue ya” celetuk gue

Akhirnya gue, Okta dan bellboy menuju ke kamar yang sudah dipesan.

“mas, ini tipsnya” sambil menyerahkan duit ke bellboy

“oh iya mas, terimakasih” sebut bellboy

Gue dan Okta sudah sampai dikamar dan langsung beristirahat dikasur, sambil menyalakan tv gue dan Okta hanya tiduran sambil melihat tontonan tv. Sambil melihat tontnan tv dan tiduran gue mencuri kesempatan, gue cium kening Okta dan gue elus – elus rambutnya.

“aku mau mandi dulu ya” sapa Okta

“aku ikut ya” celetuk Gue

“yaudah ayo mandi bareng”

Setelah Okta berbicara seperti itu Hp gue berdering dan ada telfon dari astrada, gue angkat telfonnya dan ternyata ada meeting untuk besok.

“sayang ga jadi deh, aku ada meeting sama crew buat besok, kamu duluan aja ya” dengan nada kecewa

“yaudah aku kunci aja ya pintunya”

Sebelum berjalan kearah luar kamar gue mencium bibir Okta dengan hangat, setelah itu gue keluar dengan menggunakan celana pendek dan kaos. Gue berjalan ke arah restauran sendiri sambil memegang Hp ditangan kanan gue. Setelah sampai direstauran gue bersama crew meeting untuk shooting beberapa hari kedepan di Jogja nanti. Kumadang adzan magbrib pun terdengar dan meeting pun selesai, gue berjalan ke arah kamar yang tak jauh dari restauan, sesampainya didepan kamar gue memencet bel yang ada di depan pintu, akhirnya pintu pun terbuka dan Okta hanya menggunakan daster aja.



“kamu udah kelar meetingnya?” tanya Okta

Tanpa gue jawab gue pun langsung mencium kasar bibirnya, Okta pun langsung meresnpon dengan kasar juga, tangan gue langsung menutup pintu kamar. Ciuman terlepas dan langsung menggendong Okta kekasur dan langsung gue tiduri Okta.

“aku kan udah mandi masa keringetan lagi” tanya Okta

“ga apa lah ntar mandi bareng aja”

Gue mencium kembali bibir Okta, hembusan nafas Okta terasa disetiadetiknya membuat suasana dingin ruangan menjadi hangat.

“mmppphhh”

Hanya suara itu saja yang hanya dikamar, tangan gue tak Cuma diam gue meremas payudara Okta yang tidak lapisi bra. Ciuman beserta remasan payudara Okta membuat libido gue menjadi tinggi.

Gue akhiri ciumannya dan gue buka daster Okta yang hanya menyisakan celana dalamnya saja, gue tarik badan Okta yang tadinya tiduran, gue cium kembali bibirnya pelan. Lidah kami berdua saling beradu, tangan kanan gue kini meremas payudara Okta yang sudah mengeras.

“sayang pelan – pelan” Okta mengeluh dan melespaskan ciumannya

Gue yang udah kebelet akhirnya membuka celana dalemnya, gue lempar ntah kemana celana dalam itu, lalu gue pegang pelan memeknya dan sepertinya sudah basah.

Kini Okta sudah telanjang tanpa sehelai benang pun, badannya terasa lebih putih dan ada sedikit rambut halus di tangannya, rambut halus yang ada dimemeknya sudah dicukur.



“kamu keliatan lebih rapih kaya gini” tanya gue

“ih kamu mah bisa aja”

Gue membuka semua pakaian gue, hingga gue menindih badan Okta kembali sambil mencium dan memainkan jari gue dimemeknya Okta.

“mmmhhhhhhppppp” rintihan suara Okta terdengar jelas di kamar

Gue percepat tangan gue, tak lama terasa hangat dan keluar air suci membasahi tangan kanan gue. Kini gue dan Okta bersitrahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga Okta, beberapa menit istirahat kini gue sudah duduk tepat di depan selangkangan Okta, gue melebarkan kaki Okta lalu dengan pelan gue masukin penis gue ke memek Okta.

Terasa masih sempit tapi nikmat di penis gue, hangat jepitan itu dan terasa ada yang memijit penis gue. Gue masukin lagi penis gue hingga dalam.

”aaaawwww, eeemmhh” jerit pelan Okta sambil memejamkan matanya

Terasa sudah cukup dalam gue menggenjot secara pelan dan melihat wajah Okta yang memeremkan matanya, sekejap Okta melek dan matanya sayu sambil mengigit bibir bawahnya. Lalu gue menindih badan Okta dan memciumnya kembali

Kini kita berdua saling berciuman kembali, tapi terasa lebih nikmat. Didada gue terasa puting Okta yang mengeras terasa geli didada gue. Lepas dari ciuman gue memainkan puting dengan mulut gue.

“sayang ..... awwhhh” hanya rintihan Okta terdengar

Gue mainkan putingnya dengan lidah gue, Okta hanya mentahan kepala gue dengan tangannya.

Kini genjotan gue semakin kencang sambil mengulum puting Okta, terasa semakin licin diliang memeknya Okta. Kini jepitan dimemeknya Okta terasa semakin kencang, gue merasakan itu. Gue melepas kuluman puting Okta dan gue melihat payudaranya Okta bergetar kencang mengikuti irama genjotan gua.

“ahhh. Ahhh ... ahhh”

Puting yang mengeras, payudara yang bergetar mengikuti irama genjotan dan wajah Okta yang merem melek dengan mata yang sayu dengan suara rintihian Okta, semakin kencang genjotan gue membuat rintihan Okta semakin kencang.


“sayangg... aahhh”

Semakin kencang irama genjotan gue membuat gue ingin cepat – cepat keluar, belom sempat gue keluar Okta sudah keluar duluan, matanya sayu sambil menatap wajah gue lalu seketika gue cium sebentar, keliatan Okta sudah kecapean dan gue mengakhiri dengan 6 kali semprotan dimemeknya Okta.

Setelah itu gue menindih Okta sambil gue peluk dan gue cium, makin terasa hangat malam ini. Setelah beberapa menit gue mengajak Okta mandi, kami berdua berdua berjalan kearah kamar mandi dengan keadaan tanpa sehelai benang pun.

Kucuran air yang keluar dari shower membuat badan gue dan Okta kembali dingin, gue ambil sabun cair lalu gue sabunin badan Okta, gue sabunin badan Okta sambil gue mainin payudara Okta yang masih mengeras, sedikit ciuman dan pelukan gue dan Okta, terasa licin badan gue dan Okta karena sabun.

Setelah mandi gue dan Okta memakai pakaian, setelah itu gua ambil hp yang gua taro didepan tv lalu ngechat Indra untuk ketemuan dimalioboro.

--------------------------------

Jam 8 malam dijogja, gue dan Okta sudah dijalan malioboro karena hotel kami deket dengan jalan malioboro keluar gang sudah jalan malioboro, gue berjalan pelan sambil memegang tangan Okta menikmat suasana malam kota jogja, nuansa jawa yang masih kental. 10 menitan gue berjalan dimalioboro tiba-tiba ada yang memanggil gue.

“harris” dengan nada sedikit ragu

Lalu gue memutar balikan badan dan ternyata Indra dan wanita yang ayu.

“eh bangsad ketemu juga akhirnya” sapa gue senang

“hahahaha, gimana kabar” tanya gue sambil menjabat tangan gue

“ya baik lah, lo gimana disini? Ga ada niatan ke jakarta?” tanya balik gue

“sehat aja gue, nunggu panggilan lamar gue hahaha, eh iya kenalin ini sepupu gue”

Gue melihat kearah wanita yang dibawa Indra lalu menjulurkan tangan gue ke arah dia.

“hai, aku syahnii (shani)” dengan suara yang lebut dan sedikit manja



“hai, gue harris” gue teridam sejenak menatap wajah yang ayu itu

-------------------------------------------------

segitu suhu updatenya, maaf nih updatenya aga lama sama belom dapet permasalahnnya masih bingung cari plotnya, ceritanya kalo ga nyambung maap aja ya maklumin sibuk produksian jadi ada waktu luang ya nulis hhhhh.

mohon bimbingannya suhu suhu dimari
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd