Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Once Upon A Time In Someplace

Bimabet
Lama ga online jd ketinggalan jauh :bata: makin seru aja nih alur ceritanya ditambah wanita2 milf nya tambah mantab dah :jempol:
 
Update !!!

Chapter XVI : Salsa Time

Satu jam kemudian kami sampai dirumah Mbak Venna, rumahnya berada di kawasan perumahan elit di Jakrta Timur. Saat sampai dirumahnya Mbak Venna menawariku untuk masuk. Pertama kali Mbak Venna menawariku, aku ragu. Merima tawarannya, atau menolaknya. Tapi setelah untuk kedua kalinya dia menawariku, dan mengatakan tidak ada orang lain selain pembantunya. Maka kuputuskan harus menerima tawarannya.

Saat kutanya dimana suami dan anak-anaknya, dia hanya mengatakan tinggal disini sendirian. Suami dan anak-anaknya tinggal dilain tempat. Aku mengikutinya masuk kedalam rumah. Setelah itu dia mempersilahkan aku duduk dirung tamu, sementara dia masuk kedalam. Tidak lama kemudian pembantunya keluar membawakan minuman dan makanan, setelah itu dia masuk kedalam dan kemudian keluar dari pintu garasi.

Walau ruangan itu berpendingin udara, aku masih merasa gerah. Maka kulepas pakaian luarku, kemeja panjangku yang telah sobek lengannya kugulung dan kancing atasnya kubuka untuk mengurangi hawa panas yang menyerangku. Setelah berganti pakaian Mbak Venna menemuiku, kali ini dia sudah berganti pakaian dengan baju santai warna merah muda dengan tali kecil dipundak. Hingga dapat kulihat tali bra nya yang berwarna biru dipundaknya.

Tadi waktu dalam perjalanan belum terasa, kini baru terasa kalau tubuhku agak pegal dan nyeri. Saat kuraba dari luar baju agak sakit juga, sehingga aku mengerenyitkan dahi. Rupanya reaksiku itu dilihat Mbak Venna, diapun bertanya. "Ada apa Vin ?"

Aku hanya menggelengkan kepala. Rupanya Mbak Venna tidak percaya begitu saja. "Coba sini Mbak lihat" katanya mendekatiku. Aku mencoba menolaknya, tapi akhirnya aku mengalah setelah dia memaksaku. Maka diapun membuka kemeja dan juga pakaian dalamku. Kini aku bertelanjang dada dihadapan Mbak Venna. Dilihat dari tatapan matanya, dia tampak kagum melihat bentuk tubuhku. "Badanmu bagus Vin, tapi kenapa pada lebam begini" Katanya.

Aku melihat tubuhku, memang ada beberapa lebam ditubuhku. Mungkin ini akibat pukulan dari Xin, waktu pertarungan tadi.

"Ini sepertinya harus dikompres Vin, Sebentar Mbak ambil kompres dulu" kata Mbak Venna, sambul beranjak pergi kedalam. Tidak lama kemudian Mbak Venna datang dengan alat kompres dan es yang ditaruh diember kecil.

"Tidak usah Mbak, tidak enak merepotkan Mbak. Nanti juga hilang sendiri lebamnya" aku mencoba menolaknya.

"Tidak usah gimana, lebam begini bisa berbahaya. Sudah kamu diam saja. Lagian merepotkan apa, Mbak juga dari pagi tadi sudah merepotkan kamu. Anggap saja kita saling merepotkan" ucapnya, sambil mulai menekan kompres itu pada lebam ditubuhku.

Selain rasa nyeri dari lebam yang di kompres, juga ada rasa lain yang kurasakan. Ya, tangan Mbak Venna yang sebelah kiri. Kurasakan tangan itu tidak sekedar memegang tubuhku, tapi juga seperti mengelus kulit tubuhku. Sehingga selain rasa nyeri juga rasa geli yang nyaman. Saat tubuh bagian atasku sedang merasakan sakit, bagian tubuhku tidak mau kompromi. Karena sentuhan kulit tangan Mbak Venna juga karena dekatnya tubuh kami, sehingga dapat kucium harum tubuhnya. Membuat tubuh bagian bawahku bangkit secara perlahan.

Aku mencoba agar Mbak Venna tidak mengetahui reaksi bagian bawah tubuhku. Tapi dia mengetahuinya juga, saat dia menyuruhku berbalik menghadap tubuhnya. Dan dia melihat tonjolan dicelanaku, ketika mengompres lebam dipinggangku. Apalagi saat itu posisinya sedikit menunduk, hingga aku dapat melihat jelas belahan dadanya yang masih montok diusianya yang sudah 41 tahun. Melihat pemandangan itu otomatis tonjolan di celanaku makin membesar.

Sebenarnya aku malu juga. Tapi karena Mbak Venna tenang saja, maka akupun menjadi cuek saja. "Badanmu bagus Vin. Perut rata dan six pack lagi, biasa nge gym ya ?" Tanya Mbak Venna.

"Kalau pergi ke tempat Gym, sudah jarang Mbak. Tapi aku usahakan untuk berolah raga sendiri tiap hari, walau cuma sit up, push up dan lari-lari kecil." Kataku menjelaskan.

"Melihat badan dan tampangmu, kamu sebenarnya cocok jadi model atau bintang film. Apa kamu tidak tertarik untuk hal itu Vin" tanya Mbak Venna.

"Tidak tertarik sama sekali Mbak. Selain memenuhi permintaan ayahku, aku juga orang yang tidak suka diekspos. Lebih enak jadi orang biasa Mbak, mau kemana-mana bebas. Tapi kadang ada rasa bosan jadi orang kantoran, karena rutinitas yang begitu-begitu saja. Solusinya, ya dinikmati saja Mbak."

Kami kemudian terdiam untuk beberapa saat. Tidak lama kemudian Mbak Venna selesai mengkompres lebam ditubuhku. Saat berjalan kedalam mengembalikan peralatan kompres, aku memperhatikan bulatan kedua pantatnya ynag bergoyang. "Benar-benar seksi wanita yang satu ini, bagaimana ya kalau dia menari salsa dengan telanjang" Pikiran mesumku mulai bekerja diotakku.

Untuk mendinginkan otakku yang mulai panas aku bangkit dari sofa di ruang tamu itu. Kemudian melihat ruang-ruang yang ada dirumah itu.
Aku sampai disuatu ruangan disamping ruang tamu, dilihat dari keadaannya ruang ini mungkin untuk Mbak Venna melakukan latihan salsa. Ada alat musik, juga Kaca besar yang menutupi salah satu sisi dindingnya. Aku masih memandang ruang itu, ketika tiba-tiba Mbak Venna berdiri dibelakangku dan menepuk pundakku. Aku berbalik dan tercium bau yang harum dari tubuhnya, lebih harum dari tadi saat pertama kali tubuh kami berdekatan.

"Kenapa Vin, kok memandang Mbak gitu ?" tanya Mbak Venna, melihatku menatapnya tanpa berkedip.

"Tidak apa-apa Mbak, Mbak harum baunya. Tubuh Mbak juga masih seksi dan montok, apa karena sering menari salsa ya Mbak ?" kataku mengeluarkan jurus rayuan maut, sekalian balik bertanya padanya.

Mbak Venna tersenyum, kemudian menjawab "Mungkin juga, tapi benarkah Mbak masih semok. Mungkin itu hanya kata-katamu untuk menghibur Mbak"

"Mbak wanita yang kesekian kalinya mengatakan hal itu, Mengatakan seolah-olah aku berbohong dan merayunya. Saat aku memuji wanita itu. Padahal yang kukatakan itu bukan kebohongan maupun untuk merayunya. Tapi benar-benar jujur kukatakan dari dalm hatiku."

"Baik Mbak percaya padamu. Jadi kamu jujur saat mengatakan mau belajar salsa" Tanya Mbak Venna.

"Benar, kalau Mbak mau mengajariku"

"Ok, Mbak mau mengajarimu. Kalau begitu sekarang saja kita mulai, mumpung Mbak ada waktu luang"

"Sekarang Mbak, Dimana"

"Ya, sekarang . Disini memang Mbak biasa berlatih"

Dia lalu masuk keruangan itu dan mulai memutar musik khas latin. "Kamu lihat Mbak dulu, nanti setelah itu Mbak akan mengajarimu." Kemudian dia mulai menari mengikuti irama musik. Pertama gerakan perlahan, kemudian semakin cepat. Aku yang melihat benar-benar kagum akan kemampuannya. Selain itu kadang-kadang dia melakukan gerakan erotis dalam tarian salsanya, sehingga membuat juniorku kembali berdiri. Bukan hanya gerakan itu, tapi juga karena roknya yang pendek saat dia melakukan gerakan melompat terlihatlah celana dalamnya.

Gerakan tariannya sungguh membagkitkan nafsu. Hingga aku tidak sadar kalau dia sudah berhenti bergerak. Keringat yang mulai membasahi tubuhnya membuat pakaiannya melekat pada kulitnya, sehingga menampilkan lekuk indah tubuhnya. "Gimana Vin ? siap" Katanya, membuyarkan lamunanku.

"Ya Mbak" jawabku.

"Badanmu santai saja, rileks. tidak usah tegang. ikuti saja gerakan Mbak. Kita berlatih gerakan dasar dulu" katanya memberiku petunjuk.

Dia mendekat kearah tubuhku. Tubuh kamipun saling menempel. Kemudian tangan kirinya memeluk pinggangku, sementara tangan kanannya memegang tanagn kiriku. Setelah itu dia memberi aba-aba dan melakukan gerakan-gerakan yang kucoba ikuti.

Gerakan tubuhnya membuat tubuh kami saling bergesekan. Sehingga menimbulkan reaksi pada kejantananku, yang tadi sudah mulai bangun. Kini bertambah membesar dan mengeras. Hal ini rupanya juga disadari Mbak Venna. sehingga gerakannya sedikit menjadi kacau, nafasnya tampak mulai memburu. akibat beradunya tubuh bawah kami.

Dia sekarang berhenti bergerak, hanya tubuhnya masih menempel erat pada tubuhku. Kini pandangannya sayu menatap diriku. Kaki kami masih bergerak perlahan, diiringi lagu ' I Want To Spend My Lifetime Loving You ' yang syahdu.

Perlahan bibirnya terbuka., seakan mengundang untuk di kecup. Perlahan kutempelkan bibirku ke bibir wanita cantik dihadapanku, kemudian kulumat. Mbak Venna Memejamkan matanya.

"Vin ... " Bisiknya lirih.

"Hmmm ... " Aku haya menggumam.

Mbak Venna berusaha membalas lumatanku, terasa hangat saat bibir kami bertemu. Aku terus melumat bibirnya, kuremas buah dadanya yang montok itu. Mbak Venna sampai terengah-engah merasakan lumatanku, matanya sayu, bibirnya basah oleh air liur kami.

Tanganku masih meremas lembut buah dadanya itu. Aku kembali melumat bibirnya, Mbak Venna kembali larut dalam lumatan demi lumatan kami. Kuelus-elus pahanya yang putih mulus, kunaikan rok itu ke atas. Kuraba selangkangannya ternyata sudah basah. Rambutnya yang panjang sampai ke bahu itu kini acak-acakan seiring pertarungan bibir kami. Dengan nafas memburu dan mata sayu, Mbak Venna menatapku.

"Sudah basah Mbak" bisikku lembut.

Dia tersipu malu. "Sudah lama Mbak tidak bercinta Vin" ucapnya lirih. Aku menatapnya dengan pandangan tidak mengerti. Seakan mengerti arti pandanganku, dia melanjutkan ucapannya "Mbak tidak bisa mengatakan alasannya, Tapi saat melihatmu semalam, Mbak merasa tertarik padamu."

Kutarik tangannya dan kuarahkan ke selakanganku yang telah berdiri dan tegang, Mbak Venna terbelalak kaget merasakan tangannya menyentuh penisku. Aku kemudian mundur beberapa langkah, mata Mbak Venna tidak berkedip ketika aku membuka celanaku. Kutarik serta dengan celana dalamku, Mbak Venna sampai menutup mulutnya

"Oooooooooooh" seru Mbak Venna melihat penisku yang tegak berdiri menjulang keatas. Perlahan Mbak Venna maju dengan ragu ragu, namun kemudian tersenyum padaku. "Penismu besaaaaaaaaar" sahut Mbak Venna dengan memegang penisku. "Lepas bajunya ya Mbak. aku ingin melihat kesintalan tubuh Mbak" bisikku penuh nafsu.

Mbak Venna menjawab permintaanku dengan tindakan nyata. Perlahan Mbak Venna membuka bajunya, kemudian dihempaskan ke lantai. Setelah terlepas kulihat montoknya buah dadanya itu, kulitnya benar benar mulus sekali. Kulihat vaginanya benar-benar sempit dan basah serta rambut pubisnya rapi sekali.

Aku kemudian duduk di matras yang berada diruangan itu. Setelah itu Mbak Venna langsung menaikiku tubuhku. Penismu besar, sayaaaaaaaang" ucap Mbak Venna dengan menggodaku. Mbak Venna kemudian langsung menyerbu bibirku, kami saling melumat bibir dengan penuh nafsu. Hisapan demi hisapan bibir kami semakin membuat kami panas. Tubuh kami semakin penuh dengan keringat. Sementara bibir kami saling melumat, tangan Mbak Venna meremas-remas penisku dengan gemas.

Kami berdua benar-benar mabuk dalam lautan birahi tanpa mengenal tempat, kami terus saling menghisap dan bermain lidah dengan ganasnya. Tanganku nakal meremas pantat Mbak Venna yang sangat sekal itu, kurasakan kekenyalan pantatnya itu. Bukit kembarnya yang masih tertutup bra warna biru, masih kubiarkan bebas dari jamahan tanganku.


"Ssssss...hhh...hhh... kamu ahli dalam memuasakan wanita, sayaaang" ucap Mbak Venna dengan nafas memburu.

Kedua tangan Mbak Venna ke belakang, membuka kaitan bra nya. Mataku tak berkedip memandang buah dada yang besar itu, bongkahan dadanya yang kenyal itu membuatku menelan ludah. Mbak Venna tersenyum dibuatnya. "Ayoo ... hisap punting Mbak, sayaaang ... rasakan kekenyalan susu Mbak" kata Mbak Venna, sambil menyodorkan buah dadanya.

Aku tersenyum padanya, kepalaku ditarik kearahnya. Kuhisap puntingnya. "Oooh sayaaang ... hisaaap aaaaaah ... enaaaaaak ... sedoooooot" erang Mbak Venna merasakan hisapan bibirku pada puntingnya yang sebelah kiri. Kuhisap dengan kuat, sesekali kumainkan dengan lidahku. Mbak Venna sampai meremasi rambutku, memeluk kepalaku agar jangan sampai terlepas dari dadanya.

Tanganku naik, meremas buah dadanya yang sebelah kanan. "Oooh sayaaaaaang teruuuuuus ... enaaaknya...aaaaaauh ... hhhmmm ... uuuh ... kamu nakal sayaaang ... tapi Mbak suka " sahut Mbak Venna dengan nafas memburu. Aku sampai tidak bisa bernafas, Mbak Venna menarik kepalaku yang terengah-engah.

"Gimana rasanya susu Mbak, masih kenyal dan kencang kan" Kata Mbak Venna dengan gemas.

"Mbaaak aaah ... , Mbak juga nakal. Mbak mau ngak mainin punyaku" kataku sambil menunjuk penisku.

"Oh, siapa takut sayaaang. Mbak suka penismu. Punyamu lebih besar dari punya suami Mbak" Sahut Mbak Venna, sambil turun dari pangkuanku. Kemudian berjongkok, memandang penisku yang berada dalam pegangan tangannya. Dikocoknya penisku dengan gemas, Mbak Venna memberikan senyum nakalnya padaku.

"Hhhmmm... pasti nikmat penismu sayaaang" puji Mbak Venna dengan menatap ke arah penisku. Kepalanya kemudian mendekat dan bibirnya membuka, dan penisku pun ditelan bulat-bulat oleh bibirnya. Dengan penuh nafsu Mbak Venna mengulum penisku keluar masuk mulutnya
"Ooh Mbaaak aaaaaah teruuuuuus Mbaaak enaaaaaak aaaaaauh ... ssshhh" Akupun mengerang merasakan kuluman nakal wanita cantik dan seksi dihadapanku ini.

Kami mengabaikan dimana kami berada. Bisa saja tiba-tiba pembantunya masuk, karena ruangan tidak terkunci. Kami berdua sudah mabuk dalam lautan nafsu birahi, dan hanya ingin menuntaskan birahi kami. Masih dengan ganasnya Mbak Venna mengulum penisku, kulepas kepalanya yang kupegang. Mbak Venna kemudian berhenti mengulum dan mengeluarkan penisku, nafasnya memburu luar biasa.

"Penismu benar-benar luar biasa sayaaang ... Mbak bisa ketagihan bercinta sama kamuuu ..." ucap Mbak Venna, kemudian menjilati penisku naik turun dengan lidahnya. Jilatan demi jilatan itu berhenti, Kemudian Mbak Venna mengocok batang penisku dengan gemas. Permainan mulut dan tangan mantan p*tr* Ind*n*s*a ini benar-benar nikmat.
Kubiarkan Mbak Venna memainkan penisku sepuasnya, jilatan demi jilatan, kocokan demi kocokan.

"Aaah Mbaaak ... permainan Mbak sungguh luar biasa, penisku seperti diajak menari salsa oleh lidah Mbak" erangku dengan menyandarkan kepalaku ke belakang, kakiku mengangkang. Mbak Venna dengan bersimpuh bermain dengan penisku, setelah mengocok dengan cepat, penisku kembali dimasukan kemulutnya. Jilatan dan sedotan dilakukan oleh Mbak Venna dengan nafsunya. Suara bunyi jilatan itu membuatku merasakan sensasi yang luar biasa. Kurapikan rambut panjang milik Mbak Venna agar tidak menganggu permainan lidahnya pada penisku.

"Aaah Mbaaak ... sebentar lagi" erangku merasakan sedotan dan jilatannya itu. Penisku kemudian dikocok-kocok dengan gemas dan cepat, sampai gemetar kakiku. Aku merasa sudah tidak tahan.
"Aaaaaah, Mbaaak sekaraaang" erangku tak karuan. Kurasakan perutku panas dan menjalar dengan sangat cepat keseluruh tubuh, Mbak Venna kemudian memasukan kembali penisku dan disedotnya dengan kuat. Aku pun mencapai klimaks "Aaaaaaaaaaaaaah" erangku panjang mendapatkan orgasme. Mataku terpejam erat, aku merasakan seolah terbang melayang. Penisku menyemprotkan isinya masuk ke dalam tenggorokan Mbak Venna.

"Crooooootz ...crooooootz ...crooooootz ...crooooootz"
"Hhhmmm ... nyam nyaaam ... nikmat banget sayaaaaaang ..." ucap Mbak Venna dengan menyedot penisku. Kemudian dia mengeluarkan penisku, sisa-sisa sperma yang berceceran di selakanganku dijilati dengan nikmatnya. Batang penisku kembali di jilatinya.

Bibirnya belepotan lendir putih, kubuka mataku dan kulihat senyum kepuasan pada wajahnya. Kemudian dia meremas penisku yang loyo itu.
"Ayo jagoan, bangun dong. kamu mau masuk ke sarangmu tidak ?" tanya Mbak Venna pada penisku, penisku dikocoknya lagi. Seperti mengerti ucapan Mbak Venna, pelan-pelan penisku bangkit lagi. Mbak Venna menatapku dengan penuh arti.

Puas rasanya saat penisku di blowjob oleh wanita ini, kurasakan gairah birahi Mbak Venna semakin membara. Dengan nakal penisku diremas-remas supaya berdiri lagi. Mbak Venna kemudian beringsut menjauh dari dudukku, kemudian Mbak Venna duduk di matras yang lain dengan memamerkan kemaluannya yang sudah basah. Tangannya mencolek ke dalam memeknya, kemudian jarinya dibawa ke mulutnya kemudian dimasukan dan dihisap. Aku menjadi bernafsu melihat tingkahnya yang menggoda, dengan tubuh molek tanpa busana. Tangan Mbak Venna melambai-lambai padaku dengan muka sangat menggoda, tak tahan akan nafsu birahinya yang meletup-letup. Aku bangkit dari dudukku sambil memegang penisku, membuat Mbak Venna tersenyum gemas.

"Mari sayaaang ... ayoo ... jilati vagina Mbak ... rasakan Vagina Mbak ..." Mbak Venna menggodaku, hingga membuatku tidak tahan. Mbak Venna duduk dengan mengangkang kulihat Vaginanya sudah sangat basah. Dia meremas buah dadanya sendiri, kudorong tubuhnya agar Mbak Venna berbaring. Mbak Venna pun berbaring dengan memegang bukit kembarnya, diremasnya bukit kembar itu dengan kuat.
"Gaviiin sayaaang, apalagi yang kau tunggu. Ayo sayaaang, beri Mbak kenikmatan" ucap Mbak Venna seperti tidak sabar.

Tubuh molek wanita ini sudah tidak tahan lagi, tampaknya gelora nafsu birahinya memuncak sangat tinggi. Mungkin sudah lama tidak dijamah lelaki, Dengan pelan kunikmati elusan tanganku pada pahanya yang mulus itu. "Oooh sayaaang, jilat Vagina Mbak ... Vin. Mbak sudah tidah tahaaaaaan ... jilatin Viiin ..." sahut Mbak Venna tidak tahan ingin segera di blowjob. Kurasakan kehalusan dan kemulusan kulitnya, tanganku naik sampai ke perutnya. Kepalaku menunduk memandang ke arah selangkangannya yang sudah basah.

Elusan lembut pada tubuhnya membuat Mbak Venna terpejam merasakan gairah rangsangan itu. Sampai di perutnya aku naik dan memegang bukit kembarnya yang sebelah kanan, kuremas dengan pelan sehingga Mbak Venna langsung membuka matanya. "Remaaas Viiin ... remas ... ayo jilat vagina Mbak ... ayooo Viiin ... Mbak sudah tidak tahaaan" ajak Mbak Venna yang sudah terbakar birahi itu.

Kuremas buah dadanya dan kunikmati dengan memejamkan mataku, kenyal sekali buah dada Mbak Venna ini, kurasakan telapak tanganku tersentuh puntingnya. Kuremas sedikit keras sampai membuat Mbak Venna menggeliat, aku mendekat ke selangkangannya. Kujilat membuat Mbak Venna kemudian melenguh setelah aku berulang kali naik turun menjilatinya.

"Uuuuuuh aaaaaah sayaaang aaauh nikmaaat" seru Mbak Venna dengan melepaskan tangannya yang sedang meremas tanganku, tangan Mbak Venna kemudian memegang kepalaku. Menekan ke arah vaginanya, aku melakukan jilatan naik turun di lubang vaginanya yang basah. Mbak Venna menggeliat keenakan. "Viiin uuuh ... buat Mbak keenakan sayaaang ... buatlah Mbak penuh dengan kenikmataaan ssshhh hhh ... aaauh sayaaang aaah sedotanmu ..." erang Mbak Venna merasakan bibirku menempel dan menyedot pelan vaginanya. Kuremas buah dadanya dengan sedikit lebih kuat.

Mbak Venna menggeliat ke kanan dan kekiri merasakan jilatanku membuka lubang surganya, kujelajahi vaginanya dengan lidah dan bibirku. Geliat tubuh Mbak Venna semakin tidak terkendali. Saat tubuhnya hendak bangun, kutekan buah dadanya dengan kuat. Kuremas dengan kuat membuat Mbak Venna menggelinjang tidak karuan. Aku terus menjelajahi lubang surganya, lubang vaginanya memerah seiring jilatan dan sedotanku. Kepalanya menggeleng kesana-kemari.

"Teruuus Viiin ... buat Mbak klimaks, terus yaaang" celoteh Mbak Venna dengan kembali merebahan kepalanya, matanya memutih merasakan kenikmatan aku mainkan vaginanya berulang kali.

"Yaa aaaaaah, sentuh klitorisku ... sedot sayaaang ...jilat teruuus" lenguh Mbak Venna dengan tubuh semakin menggeliat tidak karuan. Kepalanya menggeleng-geleng sampai rambut yang panjang itu menutupi wajahnya, tubuhnya penuh dengan keringat, kurasakan kehangatan vaginanya yang masih sempit itu, tidak mudah menerobos masuk keliang vaginanya. Walau dia sudah mempunyai dua anak.
Pelan-pelan aku terus mengorek liang vaginanya agar membesar, kudengarkan setiap rintihan, erangan, lenguhan Mbak Venna yang aku mainkan vaginanya. Lidahku semakin menggila, selain bermain di lubangnya, aku juga menjilati bagian luar baik atas maupun bawah vaginanya.

Tangan kiriku meremas bukit kembarnya yang montok bergantian, sedang tangan kananku mengelus elus paha Mbak Venna. Kaki Mbak Venna gemetar tidak tahan merasakan cumbuanku yang menggila tanpa henti.
Perlahan-lahan Mbak Venna semakin tidak tahan, kepalanya menggeleng-geleng, kedua tangannya terentang memegang tepi matras dengan kuat.

"Teruuus aaah sayaaang enaaak. ssshhh ssshhh aaauh rasanyaaa aaah" erang Mbak Venna tidak karuan, tubuhnya bergerak ke kanan dan ke kiri bak cacing kepanasan. Tubuhnya semakin mengkilap dengan keringat membanjiri tubuhnya. Lubang surganya mulai mengangga lebar, memerah dengan sangat merangsang, klitnya aku sentuh dengan lidahku membuat Mbak Venna menjerit keenakan.

"Viiinsss aaaauh ssshhh ... lagi ... lagi Viiinsss ... enaaak aaah" Mbak Venna terus mengerang merasakan klitorisnya kupermainkan dengan lidahku. Kujilati lagi klitnya lebih kuat sampai Mbak Venna terbangun, tapi kembali berbaring karena tanganku tetap meremas buah dadanya. Kanan kiri kuremas dengan kedua tanganku, Mbak Venna kembali menggeliat. Tubuhnya terus bergoyang kekiri dan kekanan.

"Terus Vin, sebentar lagi Mbak mau sampai. Ayo sayang buat Mbak Venna supaya merasakan puncak, sudah lama Mbak tidak merasakannya." Semakin keras desahan dan lengguhan Mbak Venna, saat kenikmatannya datang.

Kutelan cairannya masuk dalam tenggorokanku, Kulihat mata Mbak Venna terpejam erat. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut, kurasakan lebih panas. Kembali kutempelkan bibirku menikmati vagina basah Mbak Venna, Tangannya memegang erat matras, kemudian bagian pinggangnya naik ke atas. Kini vaginanya menempel erat pada bibirku, kulepas buah dadanya dan tanganku berpindah memegang kedua pantatnya dan kuremas.

"Ouuugh ... hhhmm ... teruuus ... aaauh ssshhh aaah ... Viiin aaahh ... sssh ssshhh hhh" desis Mbak Venna yang menggeliat tak karuan. Tubuhnya semakin menggeliat dengan cepat dan kuat, kurasakan vaginanya semakin berkedut-kedut, kuremas pantatnya dengan kuat. Mbak Venna pun mengejan dengan hebat, tubuhnya melengkung ke atas bagian dadanya, selangkangannya maju merapat ke bibirku.

"Aaaaaaaaaah" Mbak Venna mengerang panjang, kulepas lidahku dan Mbak Venna memuntahkan cairan orgasmenya dengan mengejan beberapa kali. Tubuhnya yang tanpa busana penuh keringat, Mbak Venna berkelonjotan bak disetrum listrik ribuan volt. Tubuhnya ambruk ke bawah dan berkelonjotan tidak karuan, kemudian tubuhnya perlahan terdiam. Hanya bagian dadanya yang bergerak naik turun dengan nafas memburu, matanya terpejam erat. Tangan yang mencengkeram matras dilepaskannya, kemudian mengatur rambutnya yang panjang dan basah oleh keringat.

Kupandang wanita cantik nan seksi didepanku, perlahan kuarahkan penisku ke vaginanya. Saat kutekan penisku, Mbak Venna membuka mata dan mencegahku melakukan penetrasi.
"Gavin sayang tahan sebentar, beri Mbak waktu istirahat sebentar" Ucap Mbak Venna menahan penisku dengan tangannya.

Mendengar permintaannya, maka kutahan penisku yang hampir masuk. Kemudian aku berbaring disampingnya, Mbak Venna membalikan badannya menghadap kearah tubuhku dan diapun memeluk tubuhku. "Sabar ya Vin, Mbak benar-benar capek oleh permainan lidahmu. Beri Mbak waktu sebentar untuk mengembalikan tenaga, nanti Mbak akan memberikan goyang salsa spesial untukmu" ucap Mbak Venna dengan mengelus-elus punggungku.

To Be Conticrooot ...
 
Lanjutt...
Dikasi les salsa brp sesi nih :p
 
:jempol: suhu..
Ceritanya beda dari yg lain.
Tp sepertinya koq gavin agak2 gegabah ya. Dia kan bisa dibilang hanya sendiri, tdk ada background sbg agen rahasia, mata2 atau yg lainnya. Tetapi dia tetep nekat mencari tau sendiri.
Sedangkan yg dihadapi kemungkinan adalah sindikat besar.
Maaf klo pendapat nubie ada yg salah ya suhu.
Hehehehe.
So far so good suhu.
Ditunggu next update nya
Cheers
:beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd