Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Once Upon A Time In Someplace

Bimabet
@mas jay
kabar baik mas. kamu gimana?

@oedipus
apdetnya ketunda sih #sigh
 
^^

iya kang... tusbol ajah si mpus :D
 
Masukin aja di oneshot :D entar di update2 selanjutnya, waktu ketemu tokoh yg ada diside story, gak perlu panjang lebar... skalian nglebarin sayap...
 
Update !!!

Chapter XVIII : Indonesian Super Force

Pukul Delapan aku meninggalkan rumah Mbak Venna, sebenarnya Mbak Venna maih ingin aku tetap dirumahnya. Tapi telepon dari anaknya membuyarkan keinginannya. Sebelum aku meninggalkan rumahnya dia berkata akan menghubungiku kalau ada waktu luang. Aku hanya mengiyakan perkataannya. Kini aku dijalan menuju rumah. Sialnya ponselku tidak bisa menyala waktu kuaktifkan. Entah karena daya powernya yang habis, atau rusak karena terbanting kemarin.

Ketika tiba disuatu jalan tiba-tiba sebuah mobil BMW X5 membarengi laju mobilku. Karena mobil itu terus melakukan hal itu, aku terpaksa memperlambat mobilku dan melihat kearah samping untuk melihat siapa pengemudinya. Orang didalam mobil itu membuka kaca jendelanya, hingga aku dapat mengetahui siapa dia. Orang itu tampak memberi isyarat padaku untuk mengikutinya. Setelah memberi isyarat, mobil itu langsung tancap gas. Aku segera mengikuti mobil itu.

Dia melajukan kendaraannya kearah selatan, terus keselatan kearah Depok. Dan masih terus keselatan kearah Bogor. Sampai disuatu rumah makan mobil itu membelok dan masuk ke tempat parkir. Dua orang turun dari mobil itu, kemudian masuk kedalam rumah makan. Aku mengikuti kedua orang itu sampai ke tempat makan yang bertipe saung. Dengan jarak antar saung yang cukup jauh, membuat orang merasa lebih privasi. "Silahkan duduk Vin" kata orang yang lebih muda, yang tdak lain adalah Om Dans.

Sementara yang satu lelaki berumur sekitar lima puluh tahunan. Dengan rambut dan jengot yang sudah memutih, tapi dengan tubuh yang masih gagah dan tegap. "Perkenalkan dia Mahasura, panggilannya Sora"
Setelah aku duduk, Om dans memperkenalkan orang yang duduk disebelahnya.

"Mungkin kamu bertanya dalam hati, mengapa aku mengajakmu kemari. Saat ini kamu boleh memanggilku Om, tapi setelah dari sini semuanya harus berubah. Tidak perlu Om menjelaskan hal yang tidak perlu dulu, Om hanya akan megatakan yang penting terlebih dulu." Om Dans berhenti sebentar mengambil nafas. Setelah diam sejenak diapun melanjutkan ucapannya.

"Aku percaya Gian tidak akan menceritakan hal ini padamu, tapi mungkin sedikit banyak kamu sudah tahu kami ini siapa. Om Dans lalu bercerita dari awal sampai tujuannya mengajakku kemari. Seperti yang tertulis dalam catatan Om Gian mereka adalah agen-agen rahasia milik Negara, tugas inti mereka adalah keamanan seluruh wilayah negara dan tetap berdirinya Negara ini. Hal apapun yang mengancam Negara ini harus dicegah. Bila perlu hal dimusnahkan, tapi tentu saja dengan rahasia. Badannya disebut 'Indonesian Super Force' disingkat IFS. Badan ini tidak masuk didalam atau dibawah komando Departeman maupun Lembaga negara lainnya. Badan ini lebih berdiri sendiri, walau dibiayai Negara.

"Anggota semuanya tidak lebih dari lima puluh orang. Dengan Agen lapangan yang bergerak hanya Lima orang. Dalam perekrutan agen lapangan benar-benar ketat dan selektif, tidak kalah dengan agen inteljen mossad yang terkenal paling hebat didunia. Sistem perekrutan tidak mengenal waktu, biasanya dalam masa satu dasawarsa hanya akan direkrut Lima orang Agen. Sora merupakan satu-satunya Agen yang masih tersisa dari generasi pertama. Sedang Om Dans adalah yang tersisa dari generasi kedua. Sementara ini Om Dans yang menjadi pimpinan dan dia bertanggung jawab langsung pada Pimpinan tertinggi.

Om Dans berhenti sebentar, kemudian mengeluarkan lima buah foto. Dia menyerahkan padaku, akupun melihat-lihat foto itu. Tiga orang lelaki dan Dua orang wanita. Umur mereka sekitar tiga puluh tahunan.
Aku melihat kearah Om Dans, diapun kemudian melanjutkan ceritanya. Mereka berlima adalah Agen generasi terakhir dalam waktu sepuluh tahun ini. Om Gian adalah salah satu agen terbaik yang pernah ada. Kematiannya jelas menimbulkan kerugian dampak yang tidak sedikit, apalagi kemudian disusul dengan kematian Om Anwar.

Kematian Dua orang Agen handal dalam waktu yang dekat jelas suatu keanehan, keanehan bertambah dengan adanya fakta bahwa kematian mereka bukan dalam tempat dan waktu yang berbahaya. Ditambah fakta-fakta yang menambah keanehan kematian Om Gian adalah kepulangan Om Gian tidak diketahui oleh siapapun kecuali Om Dans, Sora dan kelima agen generasi ketiga. Om Dans dan Sora mempunyai kecurigaan bahwa kematian Om Gian maupun Om Anwar karena adanya penghianatan dari dalam.

Mereka berdua mencurigai diantara Kelima Agen itulah terdapat adanya sang penghianat. Untuk menyelidiki mereka berlima tidak mungkin dilakukan sendiri oleh mereka berdua. Oleh karena itu mereka mencari agen baru untuk menyelidiki mereka. Dan pilihan mereka jatuh padaku. Memang untuk merekrut agen baru tidak lah mudah, ada prosedur panjang yang harus dilalui. Tapi kalau melakukan prosedur formal selain memakan waktu lama, para agen sebelumnya otomatis akan tahu akan adanya agen baru. Dan hal inilah yang ingin dihindari oleh mereka berdua.

Alasan mereka memilihku karena aku dinilai mempunyai dasar dan kemampuan untuk menjadi seorang agen rahasia. Sampai pada penjelasan itu Om Dans bertanya padaku, apakah aku bersedia menjadi agen rahasia generasi keempat. Sampai saat ini Om Dans belum tahu apakah hanya aku yang akan menjadi agen generasi keempat, atau akan mencari orang lagi untuk menjadi agen. Setelah diam beberapa saat untuk berpikir, maka aku memutuskan menyetujui permintaan mereka berdua dengan menanggung bebagai macam resiko yang harus kuhadapi.

Setelah aku menyetujui permintaannya, maka Om Dans bercerita detail tentang mereka berlima yang harus kuselidiki. Mereka masing-masing punya code name : Naga, Leon, Cobra, Merak, Walet. Kebetulan saat ini tidak ada tugas untuk mereka, sehingga bisa dipastikan mereka sering datang ke kantor pusat. Om Dans lalu menyebutkan suatu tempat yang menjadi kantor mereka. Untuk menemui mereka aku bisa menunggu disekitar tempat itu.

Setelah itu Om Dans menjelaskan semua prosedur yang harus kulakukan dan kujalankan. Bagaimana untuk menghubungi Om Dans atau sora, karena datang kekantor adalah hal yang tidak mungkin untuk saat ini. Setelah aku paham, Om Dans kemudian membuka koper kecil yang tadi dibawanya. Isinya ada sebuah pistol dan beberapa peralatan lainnya yang biasa kulihat dalam film detektif.

"Ini adalah senjatamu, Om minta kamu pakai sesuai prosedur yang berlaku. Om tahu kamu sudah punya lisensi untuk memegang senjata" kata Om Dans sambil menyerahkan senjata itu. Kemudian dia menjelaskan peralatan lainnya. Ada semacam kamera yang super mini, juga alat sadap, alat pemecah kode, bank data, dan bermacam lainnya.

"Ini adalah alat-alat dengan teknologi terbaru yang belum dipakai oleh agen terdahulu. Dan semua ini adalah karya anak bangsa yang tidak kalah dengan yang biasa dipakai agen-agen macam CIA, MI6, FSB, MOSSAD, MSS maupun agen negara lainnya." Kata Om Dans.

"Untuk selanjutnya kamu harus memanggilku Dans, karena kini kamu adalah bawahanku. Sementara kamu akan mempunyai Code Name : Puma. Setelah ini kamu harus benar-benar waspada, dan juga hati hati dalam menyimpan data. Tidak seperti ini" Kata Om Dans sambil menyerahkan buku kecil yang tidak lain adalah buku catatan milik Om Gian. Aku kini benar-benar kagum akan kinerja para agen rahasia, dan aku berjanji akan menjadi agen yang baik.

Kemudian Om Dans menyerahka sebuah ponsel, dan memintaku menggunakannya. Karena ponsel yang ini anti sadap dan juga punya sinyal yang langsung terhubung dengan Om Dans. Akhirnya sesudah menjelaskan semuanya Om dans pun berkata padaku "Sebelum kita berpisah, apa ada hal-hal yang ingin kamu tanyakan? " Tanya Om Dans.

Mendengar perkataan Om Dans, aku merasa inilah waktu yang tepat untuk mengetahui hal-hal yang menjadi rasa penasaran dihatiku. Aku segera bertanya padanya "Dari mana Om bisa mengetahui keberadaanku ?"

"Kalau itu karena badge ini, kamu pasti membawa benda seperti ini 'kan" jawab Om dans sambil mengeluarkan badge kecil, badge yang sejenis, seperti yang kutemukan dikamar Om Gian. "Badge ini selain sebagai 'Id' juga bisa untuk mengetahui posisi agent. Mungkin tanpa sengaja kamu mengaktifkannya, sehingga kami bisa tahu dimana posisimu. Apa perlu Om katakan, bahwa semalam kamu tidur dirumah artis VM, kemarin tidur di apartemen artis R, untuk meyakinkanmu atas kerja alat ini."

Mendengar perkataan Om Dans, mukaku jadi memerah. "Seorang agent tidak dilarang untuk bersenang-senang, asal hal itu tidak mengganggu misi dan membahayakan negara. Jadi masalah itu tidak perlu dibahas."

Aku kemudian bertanya lagi pada Om Dans. "Om pasti sudah membaca catatan Om Gian dalam buku ini. Bagaimana menurut Om, tentang tulisan yang dibuat oleh Om Gian ?" tanyaku sambil menunjuk buku yang diatas meja.

"Dulu sebenarnya kami semua sangat dekat. Tapi karena masalah itu, hubungan kami jadi renggang. Aku sudah membacanya, justru keterangan Gian lah yang ingin kuketahui. Aku tahu sebenarnya dia berbohong, tapi pasti ada alasannya. Dengan adanya buku ini, maka jelaslah peristiwa yang sebenarnya terjadi waktu itu. Dan berarti hilang juga ganjalan diantara kau dan Gian. Suatu hari nanti aku akan kepusaranya, untuk meminta maaf padanya. Karena aku pernah berpikir jelek tentangnya."

"Bagaimana dengan Om Anwar ?"

"Aku sudah tahu rencanamu yang ingin merawat jenazahnya. Tapi Om sudah memesan tempat di pekuburan yang baik, demi menghormatinya. Nanti sesudah kamu mengambil jenazahnya, langsung saja bawa kesana. Om akan menunggu disana." kata Om Dans sambil menyebutkan satu nama pekuburan elit.

"Oh, ya ada hal yang ingin kuketahui, mungkin Om bisa memberiku info. Om bisa memberiku info tentang keluarga Om Nard ?" tanyaku.

Om Dans diam sejenak, kemudian diapun berkata "Sebenarnya setiap agent sangat menyembunyikan keberadaan keluarganya. Karena resikonya. Banyak agent memilih untuk tidak mempunyai keluarga, karena alasan itu. Pada saat peristiwa itu terjadi, Nard mempunyai satu adik. Dan dialah satu-satunya keluarga Nard. Saat itu dia sedang kuliah di Australia. Om pernah bertemu dengannya dua kali. Terakhir kali Om bertemu dengannya adalah saat memberikan surat wasiat dan harta peninggalan Nard. "

Om Dans kembali diam untuk sesaat, kemudian diapun melanjutkkan ucapannya. "Tapi yang menyedihkan adalah, satu tahun setelah peristiwa itu terjadi Om mendengar bahwa dia menghilang. Ada yang mengatakan dia mengalami kecelakaan, ada pula yang bilang dia hilang di satu gunung. Saat melakukan pendakian. Saat itu Om dan Gian juga ingin melakukan pencarian. Tapi pada saat itu situasi tidak mendukung kami untuk ikut mencari."

"Jadi tidak diketahui secara pasti kejadiannya Om ? Apakah benar seperti itu atau tidak, dia masih hidup atau sudah mati ?"

"Ya, seperti itulah. Walau memang mencurigakan, tapi karena dia tidak punya keluarga dan tidak ada yang meminta kasusnya untuk diselesaikan. Maka kepolisian pun menghentikan penyelidikannya. Sebenarnya kepolisian pernah menyelidiki hilangnya dia karena masalah harta. Tapi itu tidak bisa dilanjutkan, karena tidak ada data tentang hartanya di Bank manapun."

"Namanya siapa Om ?"

"Nirwan, semua data tentang dirinya ada. Dari lahir sampai terjadi peristiwa menghilangnya dia. Nanti Om akan berikan data-data itu bila kita ketemu lagi. Apa ada hal lain yang ingin kau tanyakan ?" tanya Om Dans.

"Satu pertanyaan terakhir Om. Apakah wanita yang kemarin malam bersama Om Dans, juga seorang agent ?"

"Benar, tapi bukan Agent kita. Dia agent RAW ."

"Agent India, ada apa mereka sampai sini Om ?"

"Dia datang kesini bukan untuk suatu pekerjaan. Tapi untuk menemui keluarganya. Dia keponakan Om."

"Keponakan Om ?"

"Ya, dia anak dari kakak perempuanku. Apa ada sesuatu hingga kamu bertanya tentangnya ?"

Mendengar pertanyaan itu aku merasa tersipu malu, dan hanya bisa tersenyum. "Tidak apa-apa Om, aku hanya ingin tahu saja."

Tapi Om Dans tampaknya faham apa yang ada dipikiranku. Dia kemudian berkata "Nanti suatu saat Om akan memperkenalkanmu padanya. Dia mungkin akan kesini lagi dalam waktu dekat untuk urusan pekerjaan. Kalau kamu sudah tidak ada kepentingan lagi Om harus segera pergi."

Karena untuk sementara ini aku sudah merasa cukup dengan informasi yang diberikannya, maka setelah Om Dans berkata seperti itu. Aku mempersilahkannya untuk meninggalkan tempat. Beberapa menit kemudian Om Dans dan Sora meninggalkan tempat itu, aku menyusul meninggalkan tempat itu lima belas menit kemudian.

-=+=-

Dari tempat itu aku segera mengarahkan mobilku ke Polda Metro Jaya untuk bertemu Mas Bram. Setelah semua prosedur kulalui akupun dapat menbawa jenazah Om Anwar untuk segera kukebumikan. Aku menuju ketempat pemakaman yang telah dipesan oleh Om Dans. Acara pemakaman dapat berlangsung dengan lancar walau cuma dihadiri beberapa orang. Setelah itu Om Dans menyerahkan data tentang Nirwan adik Om Nard, seperti yang telah dijanjikannya pada pagi hari. Setelah berbincang-bincang sejenak dan memberikan beberapa petunjuk tambahan Om Dnas Dan Sora segera meninggalkan tempat itu.

Tadi waktu mengambil jenazah Om Anwar, Mas Bram juga memberikan benda-benda yang dibawa dan menepel pada tubuh Om Anwar waktu dia ditemukan meninggal. Aku mengemudikan mobilku untuk kembali ke apartemenku. Setelah istirahat sejenak kemudian aku mandi supaya badan lebih segar. Dengan memutar musik kitaro kesukaanku dan segelas air mineral dingin ditangan aku mulai membuka file data yang kuterima dari Om Dans.

Nirwan Wijaya, Wonogiri, 23 Maret 1978. Tinggi/Berat : 180cm/78kg. Sejak kecil sudah yatim piatu, hidup hanya berdua dengan kakaknya. Sejak kecil sampai SMP di Wonogiri, setelah itu dia tinggal di Jakarta. Dan kemudian kuliah mengambil S1 di Australia. Setelah lulus dia langsung meneruskan ke jenjang S2. Saat meneruskan S2 itulah dia kabarkan hilang. Sudah dicari dengan jarak waktu satu tahun, tapi tidak ditemukan jejaknya sama sekali. Teman-teman nya juga sudah diperiksa satu-persatu, tapi tidak ada satupun yang bisa dicurigai.

Berhenti sampai disitu, kemudian aku melihat beberapa foto yang juga ada dalam file itu. Tentu saja foto dari Nirwan, tapi ada juga beberapa foto dirinya bersama beberapa temannya. Kulihat wajah nya tidak setampan Om Nard walau ada sedikit kemiripan, tubuhnya juga lebih kurus. Dan kaca mata minus yang menempel pada hidung dan telingnganya seperti menambah kekurangan penampilannya.

Saat aku melihat salah satu foto, aku merasa mengenal beberapa orang diantaranya. Saat aku perhatikan, ternyata itu adalah foto bersama ikatan mahasiswa indonesia yang kuliah di Universitas Melbourne. Yang membuatku cukup kaget adalah adanya wajah Sony Danubrata, juga Wajah Mas Pras yang terpampang didalam foto itu.

Aku jadi berpikir, "Apa Mas Pras kenal dengan Nirwan dan juga Sony. Atau bisa juga mereka hanya satu almamater tanpa saling mengenal. Tapi aku akan mencoba bertanya kepada Mas Pras, siapa tahu dia mengenalnya. Dan juga Sony, kenapa selalu ada dia dalam peristiwa ini. Apakah dia aktor dari semua ini ?" aku kemudian mencatat hal-hal yang kuanggap penting.

-=+=-

Setelah itu aku memejamkan mata sebentar untuk istirahat, sebelum aku berangkat untuk menjemput Mbak Lula untuk acara Charity selebriti. Begitu bangun, aku olah raga sebentar untuk melemaskan otot yang kaku. Setelah itu aku mandi dan segera berangkat menuju tempat Mbak Lula.

Saat dijalan aku teringat beberapa barang peninggalan Om Anwar. Aku teringat seperti ada kunci rumah atau apartement, aku tergerak untuk melihat kondisi apartement yang pernah kudatangi hari minggu kemarin. Mungkin saja kunci yang kubawa cocok dengan salah satu aparteman disana. Saat sampai aku segera menuju salah satu apartemen yang nomernya tertera dikunci. Saat kucoba ternyata berhasil. Aku segera masuk untuk melihat-lihat, mungkin ada suatu petunjuk yang bisa kudapatkan ditempatini.

Tapi ternyata hasilnya tetap nihil walau sudah mencari-cari hampir satu jam lamanya. Hanya ada kunci-kunci, kendaraan dan surat-suratnya. Karena tidak ada petunjuk seperti yang kuharapkan, aku memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Tapi seperti lazimnya anak muda yang lain, aku merasa penasaran dengan mobil milik Om Anwar. Aku segera menuju basement untuk mencari tempat parkir. Seperti saat mencari mobil Om Gian Untuk pertama kalinya, akupun mengulangi hal yang sama. Aku seperti mengalami Dejavu.

Setelah beberapa saat, berhasil juga aku menemukan mobil itu. Sebuah mobil yang tidak kalah mahalnya dari mobil Om Gian yang saat ini kupergunakan. Sebuah Porsche Carrera, kucoba untuk memanaskan mobilnya. Setelah itu aku meninggalkan tempat itu dengan berkata dalam hati "Suatu saat aku akan mempergunakan mobil itu, tapi kini belum saatnya." Kemudian aku pergi dari apartemen itu untuk menemui Mbak Lula.

Merasa waktu masih cukup lama, maka aku mengendarai mobilku dengan cukup santainya. Tapi hanya dalam sepersekian detik aku merasakan benturan pada mobilku dari arah belakang. "Duaaaks" Aku menjadi terlonjak kedepan, untung memakai sabuk pengaman, hingga masih bebas dari benturan dari arah depan. Aku mencoba menengok kebelakang untuk melihat apa yang terjadi. Tapi aku mengurungkan niat untuk menengok kebelakng lebih lama, karena ada sebuah mobil yang tiba-tiba mencoba untuk membenturkan mobilnya kearah mobilku.

Aku mencoba menghindar, tapi masih kena juga dan "Dueeers" kembali mobil itu membentur mobilku. Setelah berulang kali, barulah kusadari bahwa mereka sengaja untuk melakukan hal itu. Aku mencoba menghindar dari benturan-benturannya yang diarahkannya. Ternyata dia tidak melakukan aksi itu sendirian, kini dua kendaraan cukup besar berusaha menggencet mobilku pada kedua sisi.

Kini muncul mobil ketiga dan keempat, berusaha mengambil posisi didepan dan dibelakangku. Tampaknya mereka semua adalah orang yang ahli dalam soal mengemudi dan kendaraan. Maka dengan perlahan akupun mulai terjebak ditengah diantara mereka. Aku berusaha mati-matian untuk keluar dari kepungan mereka. Dan saat ada kesempatan langsung kupergunakan untuk lolos dari kepungan mereka. Tapi aku sedikit terlambat, sehingga bagian belakang mobilku kena seruduk mobil yang cukup besar.

Kini aku kehilanggan kendali, maka mobil itu pun kini berputar dan menuju sisi sebelah yang tidak lain adalah lembah yang cukup curam. Aku mencoba menghentikan mobilku, "Ciiitsss" dan berhentilah mobil itu ditepi lembah. Aku segera melepas sabuk pengaman, untuk menghadapi segala sesuatunya. Walau aku merasa cepat malakukan itu, ternyata kalah cepat dari gerakan orang itu. Dengan cepat salah satu mobil itu mendorong mobilku kearah lembah curam dibelakang mobilku.

Dan duaaar .... terjadi benturan antara mobil itu dan maobilku.


To Be Conticrooot ...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd