Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG OUT OF THE BLUE

bisakah Arna jadi cewek normal atau setidaknya biseks karena jatuh cinta sama Frans....
 
Thanks updatenya suhu...
Aruna nya mulai baper nih. Wkwkwkwkwk
 
Karena ane gak sabaran nunggu ntar malem, jadi ane update sekarang aja lah..
so.. hope u enjoy it.. and salam crot selalu..!!


CHAPTER VI BAG. 5

Sepulangnya dari Jam G***ng malam itu kami sampai di rumah kira – kira pukul 22.30, sesuai dengan janjiku kepada Tiara, malam ini aku akan menelfonya, tentu saja tanpa sepengetahuan Arna. Tapi lama aku menunggu Arna tak jua kunjung tidur, dia malah terus - terusan mengajakku berbicara, padahal saat itu sudah jam 23.30, wah, bisa keburu tidur nih Tiara, ucapku dalam hati, akupun langsung memutar otak mencari cara, kucoba untuk pura – pura tertidur dengan tujuan agar Arna juga tertidur. dan benar saja, tak lama kemudian Arna pun terlihat tertidur, tapi aku tak langsung menelfon Tiara, ku tunggu lagi kira – kira 20 menit dan setelah yakin Arna sudah tertidur pulas aku langsung keluar dari kamar dan menelfon Tiara di dapur, tepatnya di meja makan karena dari sini aku bisa melihat langsung ke arah kamar, berjaga – jaga seandainya Arna terbangun aku akan berpura – pura buang air kecil ke kamar mandi.

Beruntung malam itu ternyata Tiara masih mengangkat telfonku, cukup lama aku mengobrol dengannya. dia banyak bercerita tentang kehidupannya, keluarganya dan tentu saja masalah asmaranya. Tiara ternyata orangnya sangat terbuka, malah terlalu terbuka kalau menurutku, ia tak segan – segan untuk bercerita mengenai masalah pribadinya, bahkan ia blak – blakan memberitahuku bahwa sebenarnya ia sudah tidak perawan lagi, keperawanannya sudah direnggut oleh mantan kekasihnya ketika SMA namun itu terjadi hanya satu kali dan hingga kini ia belum pernah lagi melakukan hubungan seks dengan siapa pun, mendengar hal itu sontak membuat batang kejantananku berdiri dengan sendirinya, apalagi Tiara menceritakan itu semua dengan sangat detail, birahi pun mulai mengambil alih kemudi akal sehatku.

Frans : Ra.. udah dooong.... pintaku dengan nada sedikit manja.

Tiara : Udah apanya..? tanya Tiara bingung.

Frans : cerita kamu itu loh.. bikin bangun punyaku aja.. jawabku dengan perasaan harap – harap cemas.

Tiara : hah..?! sumpah..?! tanya Tiara seolah terkejut dengan pengakuanku.

Frans : iya beneran...

Tiara : waduh.. kok bisa sih..? hihihi... Tiara tertawa geli

Frans : ya gak tau, dengerin cerita kamu malah buat aku jadi kepengen..

Tiara : iih.. pengen apaan coba..? hihihi..

Frans : ya pengen ML lah..

Tiara : ya maaf.. aku kan gak tau kalo sampe segitunya.. trus sekarang kamu mau ML gitu sama Arna..?

Frans : ya gak mungkinlah.. aku sama dia mana pernah gituan..

Tiara : ah.. bohong.. masa’ iya empat tahun pacaran gak pernah gituan..? tanya Tiara seperti tak percaya.

Frans : Beneran.. kalo untuk hal yang kayak gitu2 susah dia orangnya.. mana mau dia...

Tiara : duh.. kasian ya kamu.. hihihi.. ya udah.. kalo gitu aku gak cerita2 yang begituan lagi deh.. ucap Tiara, “waduh salah langkah nih gue”.., kataku dalam hati.

Frans : ya udah telat dong ra.. aku udah terlanjur kepengen gini..

Tiara : yah.. terus gimana...? inilah pertanyaan yang aku tunggu – tunggu.

Frans : kamu harus tanggung jawab dong..kan kamu yang udah bikin bangun punya aku..

Tiara : terus..?

Frans : ya tidurin lagi..

Tiara : ............... (hanya diam)

Frans : hallo..? kok malah diem..?

Tiara : Hmm... kamu beneran..? yakin mau aku tanggung jawab..? tanyanya agak serius..

Frans : yakinlah.. emang kenapa..?

Tiara : ya udah kesini aja kalo kamu berani..

Frans : serius..? aku ke rumah kamu..?

Tiara : iya kesini aja..

Frans : sekarang..?

Tiara : ya sekarang.. kan kamu pengennya sekarang kan..

Mataku yang mulai mengantuk saat itu menjadi terang benderang seketika, tapi masih belum yakin apakah Tiara benar – benar serius atau hanya bercanda.

Frans : trus orang tua kamu gimana..?

Tiara : gak ada, lagi nginep di rumah saudara sama adik aku yang paling kecil.

dag.. dig.. dug.. jantungku berdetak sangat kencang saat itu seperti sedang dikerjar warga sekampung karena kepergok mencuri.

Frans : jadi kamu sendirian di rumah..? tanyaku mencoba untuk memastikan situasi dan kondisi.

Tiara : engga sih.. ada adik perempuan aku yang satu lagi, tapi udah tidur dia..

Frans : oke.. aku kesana sekarang. Tegasku dengan penuh keyakinan.

Tiara : tapi cepetan.. ntar keburu ngantuk akunya..

Frans : oke siap.. aku pun langsung mematikan telfon.

Perasaan senang bercampur dengan sedikit rasa takut saat itu membuatku melupakan satu hal.. “Mau ke rumah Tiara naik apaan gue..?” sementara di ruang tamu hanya ada motor matic milik Tante Sarah tapi tidak ada kuncinya disitu, kucari – cari di meja tamu, di meja TV, di atas kulkas tak juga kutemukan. Mustahil rasanya kalau harus membangunkan tante Sarah untuk meminjam motornya, pasti akan membuat dia bertanya - tanya, apalagi saat itu sudah hampir jam 02.00 dini hari. Rumah Tiara memang tak seberapa jauh, namun sangat berat jika harus ditempuh dengan berjalan kaki. Disaat aku sedang kebingungan tiba – tiba aku melihat sebuah benda yang seolah – olah tampak sangat terang di dapur dekat pintu keluar halaman belakang, dan benda itu adalah sebuah sepeda, ini pasti sepeda milik suaminya tante Sarah.. fikirku saat itu, karena tak punya pilihan lain akupun segera mendorong sepeda itu perlahan – lahan melalui pintu belakang. Setelah merapatkan pintu kembali akhirnya dengan bermodalkan sebatang kontol akupun meluncur ke rumah Tiara.

Setibanya di rumah Tiara aku menyandarkan sepeda tersebut di pohon mangga, kutelfon Tiara untuk memberitahu kalau aku sudah di depan rumahnya, tak lama kemudian kulihat pintu rumahnya terbuka, tanpa ba-bi-bu akupun segera masuk.

Tiara : motornya masukin aja ke dalem.. ucap Tiara.

Frans : motor apaan..? aku kesini pake sepeda.

Tiara : hihihi..pantes gak kedengeran suara motor. Tiara pun langsung menutup serta mengunci pintu rumahnya kembali.

Tiara : kok gemetaran gitu kenapa sih..? tanya Tiara karena mendengar bunyi gemeretak di gigiku.

Frans : Dingin tau, buru – buru lupa deh pake jaket.. jawabku sembari menghempaskan pantatku di sofa ruang tamunya.

Tiara : kasian banget sih... aku buatin teh anget mau ya..?

Frans : iya... boleh deh.

Tiara pun menuju ke dapur, dari belakang aku perhatikan dia yang saat itu mengenakan baju tidur tipis model terusan tanpa lengan dengan bawahan yang cukup pendek memamerkan sedikit kemulusan pahanya. Bongkahan pantatnya yang bahenol itupun juga tak luput dari sapuan mataku. Seksi sekali cara ia berjalan membuat ku menyesal telah mengiyakan tawarannya untuk membuatkan teh karena aku sudah tak sabar lagi ingin merasakan jepitan memek seken nya yang baru sekali pakai itu.

Setelah membuatkan teh Tiara pun duduk disampingku dengan menyilangkan kedua kakinya, putih mulus sekali lengan dan paha yang ia miliki, wangi tubuhnya pun dengan mudah menerobos masuk ke dalam indera penciumanku, aroma harum wanita muda yang pasti dapat membuat pria mana saja akan langsung tergugah nafsu birahinya.

Tiara : Arna beneran gak tau kalo kamu kesini..? tanya Tiara.

Frans : enggak.. dia udah tidur kok.. jawabku sembari menyeruput teh panas buatannya.

Awalnya kami hanya saling membisu karena sebenarnya aku juga bungung harus memulai permainan ini darimana. Tapi segera kutanamkan dalam hatiku, aku harus berani, aku harus nekat, aku harus ngotot.. kalo gak ngotot gak ngentot.

Frans : kamu pake parfum apaan sih ra..?

Tiara : Parfum apa..? gak make’ kok.. jawab Tiara sambil mencium pundak kanan dan kirinya.

Frans : tapi kok wangi kamu enak banget ya.. pujiku sambil menyandarkan pundak kiriku ke pundak kanannya. Wajahku kudekatkan ke kulit lehernya yang ternyata memang sangat wangi sekali. Beneran ra.. wangi banget.. bibirku pun mengecup perlahan kulit lehernya yang terasa halus sekali. Tiara hanya diam, wajahnya menengadah keatas sementara telapak tangan kirinya mulai menempel dileherku. Ssshh.. sshh..samar namun pasti suara desahan Tiara mulai terdengar. Sesenti demi senti kecupan bibir ini mulai bergerak mendekati bibirnya melewati lekukan dagu mungli miliknya.. kuhisap perlahan bibir bawahnya yang lembut, dari sini aku dapat melihat matanya yang terpejam. Kujilati bibir merah tiara yang masih tertutup rapat seakan belum mengizinkan lidahku untuk masuk mengobrak – abrik rongga mulutnya. Seperti takut tak kebagian adegan tanganku pun mulai mengelus – elus pahanya yang licin, desahan Tiara pun makin menjadi – jadi, didekapnya wajahku dengan kedua tangannya sambil menatap dalam ke mataku lalu dengan cepat ia menghujamkan bibirnya kearah bibirku, bagaikan dua ekor anak singa yang kelaparan bibir kami saling berpagutan dengan rakusnya.

Jari jemariku mulai bergerak menekan – nekan lembut daging vaginanya yang masih terbalut oleh celana dalam tipisnya nya yang berwarna krem tersebut, terasa lembab dan sedikit hangat ketika jari tengahku menggesek pada belahan vaginanya. Tiara pun tak mau kalah, tanganya mulai meraba – raba selangkanganku mencoba mencari dimana letak batang kejantananku bersemayam.

Setelah berhasil menemukan yang ia cari, ia pun meremas remasnya dengan lembut .

Tiara yang saat itu telah dikuasai oleh nafsu birahi tiba – tiba menghentikan ciumannya.

Tiara : pindah ke kamar aku aja yuk Frans.. ajak Tiara sambil menarik lenganku.

Aku tertegun ketika masuk ke dalam kamarnya, kamar yang cukup luas, bersih, rapi dan sangat wangi sekali, ciri khas kamar seorang wanita muda yg punya selera tinggi terlihat sekali pada design dan furniturenya. Setelah menyadari bahwa kamar yang bersih dan rapi ini sebentar lagi akan ternodai oleh kotornya hasrat seksualku membuat nafsu birahi ini bertambah menjadi – jadi. Kuputar balik tubuh Tiara yang saat itu sedang mengunci perlahan – lahan pintu kamarnya. Kujilati lehernya bertubi – tubi sambil menarik bajunya keatas agar segera terlepas dari tubuh seksinya yang harum ini. Tubuhnya kini hampir telanjang hanya menyisakan bra dan celana dalamnya saja.

Kugiring ia perlahan lalu kujatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Segera kubuka baju dan celanaku, Tiara yang saat itu wajahnya mulai memerah hanya bisa tersenyum kecil melihat bulu di dadaku.

Insting kelakianku langsung tertuju pada dua buah bongkahan bulat daging payudara milik Tiara, kunaikan keatas bra yang dikenakannya lalu kuciumi payudaranya yang lembut itu, aroma hangat yang sangat enak sekali. merasa kurang leluasa Tiara pun mengangkat sedikit punggungnya untuk membuka kaitan bra yang dipakainya dan terpampanglah payudara Tiara yang putingnya berwarna coklat muda agak kemerahan itu dihadapanku. Kubenamkan wajahku kedalam belahan payudaranya.. kukecupi perlahan kulit perutnya yang rata dengan bibirku dan terus bergerak kebawah sampai bibirku menyentuh celana dalamnya, kupelorotkan benda yang menghalangi itu dan akhirnya terlihat lah vagina milik Tiara.. vagina imut yang hanya ditumbuhi bulu jembut halus diatasnya. Aroma khas vaginanya pun membuat mulutku terasas haus dan segera menjilatinya.. Tiara mendesah sejadi – jadinya ketika lidahku mencoba menerobos masuk liang vaginanya, kulebarkan kedua kakinya dengan kedua tanganku agar lidahku bisa menerobos lebih dalam lagi.

Cukup lama lidahku bermain – main dengan vaginanya, kontolku ini pun tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk segera merasakan jepitan vagina Tiara. Kuloloskan celana dalam ku, lalu kugesek – gesekan kepala kontolku yang terlihat mengkilat ini ke belahan vaginanya, melihat hal itu sontak membuat Tiara langsung menarik tubuhku ke pelukannya. “Pelan – pelan ya.. udah lama banget soalnya..” bisik Tiara lalu mengecup lembut bibirku, aku tak menjawabnya, aku hanya memberinya senyuman kecil disertai dengan tatapan lembut agar ia merasa nyaman.

Kudorong batang kontolku perlahan, ternyata sangat sulit sekali untuk membenamkan kontolku kedalam vagina nya sampai – sampai aku harus berulang kali menggesekan kepala kontol ini agar membuat basah dinding liang vaginanya. Disaat batang kontolku baru berhasil masuk separuhnya tiba – tiba Tiara menutup mulut dengan kedua tangannya berusaha untuk meredam teriakannya yang saat itu sedang menahan rasa sakit yang luar biasa. Aku yang telah dikuasi oleh nafsu tak dapat lagi menahannya, kutarik mundur sedikit batang kontolku lalu kutekan sekuatku hingga akhirnya bleeeess.... seluruh batang kontolku terbenam sempurna dalam liang vagina Tiara. Aaaaaarrggg... ehmmm... jeritan kecil Tiara tertahan karena bekapan tangan pada mulutnya. Aku tahan sebentar pada posisi ini sampai sakit yang ia rasakan mulai berkurang, perlahan kumaju – mundurkan kotolku, kulihat ekspresi Tiara saat itu mulai menikmati gesekan kontolku pada dinding liang vaginanya. Kuhisap puting payudara sebelah kanannya yang mengacung membuat tubuhnya semakin menggelinjang, sesaat kurasakan otot – otot ditubuh dan di vaginanya terasa mengencang lalu Tiara mendesah kuat menikmati klimaksnya, aahhh.. aaaaahhh.. hmm.. kemudian ototnya terasa mengendur kembali.

hhmmmm... aahhh... ahh... desahan Tiara seiring dengan keluar masuknya kontolku di dalam vaginanya. Tangan mulusnya yang wangi mulai menjambaki rambutku membuatku lebih mempercepat lagi sodokan kontolku. Terasa sempit sekali, tak jauh beda dengan vagina wanita yang masih perawan, alur – alur daging di dalamnya pun sangat terasa menekan – nekan tiap bagian pada batang kontolku. Cukup lama aku bertahan dengan posisi itu, sekitar 10 menit sementara kenikmatan ini sudah mulai membuat ku tak tahan ingin menumpahkan spermaku. Kubalik lalu kutunggingkan tubuh Tiara, terlhat seksi sekali tubuh polosnya dalam posisi menungging, bongkahan pantat putih mulusnya nya membuatku merasa sangat gemas, lalu Tiara menutup lubang duburnya yang terpampang dihadapanku dengan tangannya..

Tiara : Jangan disini ya.. aku gak pernah.. ucap Tiara cemas mengira aku akan memasukan kontol ku ke duburnya.

Frans : ya enggak.. masukinnya kesini kok.. jawabku sambil mulai menancapkan lagi batang kontolku ke vaginanya.

Tiara : aaaww.. aaahhh.... aduh.. bentar.. bentar.. ucap Tiara tiba – tiba sambil tangannya menahan pinggulku.

Frans : kenapa ra..? tanyaku heran.

Tiara : bentar.. tahan dulu.. sakit banget.. uuuhh..uuhh.. jawab Tiara sambil mengatur ritme nafasnya. Pelan..pelan aja.. sakit banget sumpah..

Tangan Tiara pun menggenggam Batang kontolku mengarahkan lagi pada lubang vaginanya. Kutekan perlahan batang kontolku sambil memperhatikan wajahnya kalau – kalau ia merasa kesakitan. Dan benar saja, baru masuk separuh wajah Tiara mulai meringis menahan sakit.

Tiara : uuhh.. gak bisa.***k bisa.. sakit banget kalo gini Frans.. kamu rebahan aja, biar aku yang diatas..

Dengan sedikit kecewa akupun merebahkan tubuh, sementara Tiara mulai mengambil posisi diatas kontolku, sambil memegang batang kontolku di hadapan lubang vaginanya, perlahan – lahan Tiara menurunkan badannya, terasa sekali ketika kontolku mulai menyeruak masuk kedalam lubang sempit nan licin vagina mungilnya.. hmm.. aahhh... desah Tiara.

Tiara melumat habis bibirku sambil mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun. Daging payudaranya terasa lembut mengganjal di dadaku yang berbulu. Eehmm.. Eehmm... hhmm... hhmm... desahan dari mulut Tiara yang tertahan di bibirku. Sepertinya ia akan klimaks lagi karena goyangan pinggulnya makin dipercepat. Tak lama kemudian ia pun kembali mengejang, tubuhnya terasa kencang lalu aaaahhhhh............... lenguhnya panjang, matanya terpejam, wajahnya mendongak keatas.. beberapa kali kurasakan kedutan di otot vagina dan pinggulnya. Perlahan – lahan tubuhnya pun melemah lalu Tiara menjatuhkan kepalanya di samping kepalaku.. wajahnya menghadap kearahku, kukecup lembut bibirnya yang sedikit terbuka. Enak ya ra..? tanyaku, Tiara tidak menjawab namun hanya tersenyum kecil lalu memalingkan wajahnya.

Kuangkat sedikit pinggul Tiara lalu dengan ganasnya kuhujamkan sedalam mungkin batang kejantananku bertubi – tubi pada lubang vaginanya hingga kurasakan daging – daging kecil mulut rahimnya menggelitik di bagian kepala kontolku, aahh.. aahh.. ahhh.... hhmm.. ahh... desahan Tiara kembali mengalun disela – sela genjotan kasarku. Cairan sperma yang mulai penuh memadati pangkal batang kontolku pun tak dapat kubendung lagi. ra.. gue mau keluar ra... ucapku sambil meremas kuat kedua bongkahan pantatnya. Hah..? jangan..! ucap tiara lalu dengan cepat ia mengangkat pinggulnya melepaskan kontolku dari jepitan vaginanya. Anehnya Tiara hanya diam saja melihatku yang sedang menahan klimaks, segera kuambil tangannya kugenggamkan pada batang kontolku, kocokin ra.. cepet ra.. pintaku, tangan halus Tiara mulai mengocok dengan cepat batang kontolku yang licin akibat cairan bening vaginanya yang masih menempel. Jari jemari lentiknya yang agak mungil itu membuat Kontolku terlihat sangat besar sekali, dan akhirnya crooooot... crooot.. croot..crooot... spermaku tertumpah berserakan di pergelangan tangan Tiara.

Aku yang masih terbaring lemah melihat Tiara berdiri mengambil Tisu di meja samping tempat tidurnya, ia mengelap cairan sperma ditangannya kemudian memegang kontolku yang masih setengah berdiri lalu mengelap sisa – sisa cairan percintaan kami yang masih menempel di batang dan di kulit buah zakarku. Setelah terlihat cukup bersih tiara merebahkan kepalanya ke dadaku.

Tiara : gimana..? punya kamu udah bisa tidur lagi belum..? tanya Tiara sambil tangannya menghelus – helus bulu di dadaku.

Frans : udah ra.. tuh udah tidur lagi dia..hehe.

Tiara : Frans...??

Frans : hm..?...... kenapa ra...?

Tiara : hm............. ga jadi deh.. ucap Tiara seperti ada sesuatu yang malu untuk dikatakannya.

Frans : iih.. kenapa sih.. ngomong aja..

Tiara : gimana ya......

Frans : gimana apanya..?

Tiara : kalau seandainya aku jadi sayang sama kamu.. terus pengen ngerebut kamu dari Arna gimana...??

.

.

.


Bersambung..
 
Sebenarnya ada apakah antara tiara dan arna hehehehe
 
Bimabet
Berasa real banget ini cerita, keren banget suhu.. thanks updatenya suhu, ditunggu yg selanjutnya, ga sabar nunggu exe Arna juga.. 😍
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd