Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

PAHA MULUS ITU PUN MERENGGANG - (TAMAT)

Kali ini Mamie main di atas tapi tidak sambil berlutut seperti biasanya. Setelah penisku membenam ke dalam memeknya, Mamie menghempaskan kedua toket indahnya ke atas dadaku. Lalu ia melanjutkannya, liang memeknya mengocok batang kemaluanku, tapi ia melakukannya sambil menelungkupiku.

Aku pun tidak tinggal diam. Ketika mulut memek Mamie sudah mentok di dasar batang kemaluanku, aku pun menggerakkan penisku dalam arah berlawanan. Ketika memek Mamie menurun, aku pun mendorong penisku ke atas. Dan kalau memek Mamie naik ke atas, aku pun menarik penisku. Dengan demikian kami jadi sama - sama aktif. Tidak ada yang cuma diam pasrah.Bahkan dalam posisi seperti ini, aku bisa mengemut pentil toket Mamie dengan leluasa. Bisa mencium dan melumat bibir Mamie yang terkadang kusedot - sedot sampai keliatan seperti memble bibir sensualnya itu. Dalam posisi ini pun aku bisa menjilati dan menggigit - gigit leher Mamie, bisa menjilati ketiaknya yang senantiasa harum dan bahkan bisa menjilati telinganya. Semua ini membuat Mamie terpejam - pejam dalam ekspresi erotisnya.

Dan seperti dugaanku semula, hanya belasan menit Mamie bisa beraksi di atas perutku. Lalu ... klepek - klepek dan ... orgasme ... !

Mamie memang suka main di atas, tapi tak bisa bertahan lama. Lalu ambruk sambil menyedot lidahku ke dalam mulutnya.

Tapi aku tak mau membahas kecepatan Mamie mencapai orgasme dalam posisi WOT itu. Biarlah. Mungkin dia sengaja main di atas agar cepat mencapai orgasme lagi.

Lalu kami menggulingkan badan, jadi miring berhadapan, dengan penis tetap menancap di dalam liang kewanitaan mamie yang sudah semakin basah. Lalu kulanjutkan mengentotnya dalam posisi miring dan berhadapan ini. Dan akhirnya Mamie mengajak dilanjutkan dalam posisi missionary lagi. Mungkin agar dia bisa goyang pinggul lagi, untuk memberikan kepuasan bagiku. Karena aku selalu senang kalau Mamie sudah memamerkan goyang pinggul ala timur tengahnya.

Di dalam posisi konservatif ini, keringatku semakin membanjir. Sehingga aku mengajak Mamie untuk beristirahat dulu.

“Iya ... kalau perlu, kita mandi dulu, supaya sama - sama bersih dan segar. Nanti lanjutkan lagi dalam keadaan sudah fresh lagi, “ kata Mamie.

“Iya deh, mendingan mandi dulu. Sambil bernostalgia waktu pertama kalinya aku merasakan nikmatnya menyetubuhi Mamie di Tangerang dahulu. “

“Iya, sambil mengenang masa ketika Mamie mulai jatuh cinta padamu, “ sahut Mamie sambil menjauhkan memeknya, sehingga batang kemaluanku terlepas dari liang memeknya.

Kemudian kami turun dari bed dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Shower air hangat pun dipancarkan. Membasahi tubuh kami sekaligus mendorong keringat kami ke lantai. Lalu dengan mesra kami saling menyabuni seperti sering kami lakukan pada detik - detik penuh kemesraan seperti ini.

Bahkan aku selalu ketyagihan unrtuk menyabuni memek Mamie, karena biasanya memek Mamie jadi licin oleh sabun cair yang kami gunakan. Lalu tak peduli lagi sedang berada di mana dan dalam posisi seperti apa, kami pun lakukan persetubuhan sambil berdiri.

Seperti sekarang ini. Setelah memek Mamie kulicinkan dengan sabun yang berbusa - busa, kucelupkan jemariku ke dalam liang memeknya. Licin sekali. Dan Mamie tidak menolak ketika moncong penisku dicolek - colekkan ke mulut vaginanya yang sudah licin sekali itu. Bahkan diam - diam kudorong penisku yang belum ejakulasi ini. Langsung melesak masuk ke dalam liang memek Mamie. Yang Mamie sambut dengan dekapan di pinggangku, sambil menyandar ke dinding kamar mandi yang dilapisi batu pualam mengkilap itu.

Bersetubuh sering dijuluki sebagai permainan surgawi. Dalam posisi apa pun tetap saja mendatangkan nikmat tersendiri. Begitu pula ketika aku mengentot Mamie dalam posisi sama - sama berdiri di kamar mandi ini. Sama saja nikmatnya.

Mamie tidak berkomentar sepatah kata pun. Hanya desahan - desahan nafasnya yang terdengar di telingaku.

Tapi aku tak mau berejakulasi di dalam kamar mandi. Hanya beberapa menit saja aku mengentot Mamie sambil berdiri begini. Dan akhirnya kucabut penis ngacengku dari liang kewanitaan Mamie. Lalu melanjutkan mandi sampai benar - benar bersih. Kemudian kami mengeringkan badan kami dengan handuk. Dan keluar dari kamar mandi dengan membelitkan handuk di tubuh kami masing - masing.

Mamie duduk di atas sofa putih. Pandangannya tertuju ke coffee maker yang terletak di salah satu sudut kamar utama ini. “Coffee maker yang harganya puluhan juta malah ditaroh di kamar, “ kata Mamie.

“Iya Mam, “ sahutku, “Soalnya belakangan ini aku jadi males minum kopi tubruk. Makanya beli coffee maker itu, agar kalau mau minum kopi gak usah keluar dari kamar. Mamie mau minum kopi ?”

“Nggak ah, “ sahut Mamie sambil berdiri dan melangkah ke arah kulkas kecil yang berdampingan dengan coffee maker itu. Lalu membuka pintu kulkas itu dan mengeluarkan sebotol soft drink dari dalamnya. “Kalau ini, mamie suka, “ katanya sambil membuka tutup botol soft drink impor itu, lalu meneguknya tanpa sedotan. Dan melangkah ke sofa yang masih kududuki.

Kuraih pinggang Mamie, agar dia duduk di atas pangkuanku. Mamie paling suka kalau aku sudah memperlakukannya seperti ini. Namun kali ini aku memang ingin menyelidiki sesuatu. Karena itu tanganku langsung kuselinapkan ke balik handuk yang membeliti badan Mamie. “Jadi kering memeknya ya Mam, “ ucapku setelah jari tengahku sudah berada di dalam liang memek Mamie.

Mamie menyahut, “Iya Sayang. Tadi kan sudah disabuni dan dibilas lalu dihanduki.

Berarti ... kalau MLnya mau dilanjutkan ... “

“... Harus dijilatin dulu, “ potongku.

“Mmmm ... kekasih mamie memang cerdas sekali. “

“Ayo kita lanjutkan lagi, “ kataku sambil mengangkat tubuh Mamie dan membopongnya ke atas bed kembali.

Di atas bed, Mamie melepaskan handuk yang membelit badannya, lalu menelentang sambil mengusap - usap memeknya.

Aku pun melepaskan handuk yang membeliti badanku, lalu merayap ke antara sepasang paha mulus Mamie yang sudah direnggangkan.

Tanpa basa basi lagi mulutku langsung menyeruduk permukaan memek Mamie. Dan langsung menjilatinya sambil mengelus - elus kelentitnya dengan ujung jemariku.

Seperti biasa, kalau sudah diperlakukan seperti ini, Mamie menggeliat - geliat sambil meremas - remas rambutku.

Sampai akhirnya liang memek Mamie basah kembali. Basah oleh air liurku yang mungkin bercampur dengan lendir libidonya sendiri.

Maka tanpa banyak ngomong lagi kubenamkan batang kemaluanku ke dalam liang memek ibu tiriku yang masih tetap cantik itu.

Mamie pun menyambut kehadiran batang kemaluanku di dalam liang kewanitaannya, dengan dekapan erat di pinggangku.

Ketika aku mulai mengentotnya, Mamie pun merintih - rintih erotis lagi. “Sam Sayaaang ... inilah yang bikin mamie semakin lama semakin cinta padamu. Ooooo ... oooooh ... kamu selalu memuaskan mamie ... kamu selalu membuat mamie berkali - kali orgasme ... hal ini sulit ditemukan pada lelaki lain Saaam .... oooo ... ooooohhhhhhh .... Saaaam ... kamu memang lelaki yang luar biasaaaa .... ooooooohhhhhhhhhhhh .... “

Sebagai jawaban, kugencarkan entotanku, sambil menjilati leher jenjangnya yang selalu harum parfum, terutama leher yang di bawah telinganya. Karena aku sudah hafal, di bagian itulah salah satu titik sensitif Mamie.

Mamie pun semakin merintih dan merengek - rengek manja, yang selalu terdengar erotis di telingaku. “Iya Sam ... entot terus Saaaam ... entot teruuuusssss ... entoooottttttt ... entoooootttttt .... iyaaaaaaa ... iyaaaaaaaaaaa ... iyaaaaaa ... aaaah .... Saaaam ... ini luar biasa enaknya Saaaaam ... entooot teruuuus ... entooot yang kencaaaaaang ... iyaaaaa ... iyaaaaa ... entoooot ... entooooottttttttt ... “

Terkadang aku pun menjilati ketiaknya sambil meremas - remas toketnya yang masih tetap enak buat diremas, meski sudah dua kali melahirkan dan menyusui.

Dan ... lagi - lagi Mamie mencapai orgasme yangentah unuk keberapa kalinya.

Namun beberapa saat kemudian aku pun menancapkan batang kemaluanku sedalam mungkin, sampai mentok di dasar liang memek Mamie.

Dan ... berlompatanlah air mani dari moncong penisku.

Crottttt ... croooottttttttttt ... crooott ... crooooooooooooooootttt ... crot ... croooooooootttt ... crooooooooooooooooottttttttttt ... !

“Akhirnya ... ngecrot juga ya, “ bisik Mamie yang dilanjutkan dengan ciuman mesranya di bibirku.

Aku cuma meringis. Lalu mencabut batang kemaluanku yang sudah terkulai lemas ini.

“Aku cinta dan sayang padamu Mam, “ ucapku yang kuakhiri dengan kecupan hangat di bibir sensualnya.

Mamie menatapku dengan mata berlinang - linang, “Mamie juga sangat mencintaimu Sayang. Sejak lahirnya Satria, mamie merasa tiada orang yang lebih penting di dunia ini selain dirimu. Karena mamie tau, kamu selalu berniat baik pada mamie. Makanya perasaan mamie padamu seolah - olah kamulah yang jadi suami mamie ini. “

Aku tersenyum, dalam bahagia bercampur haru.



Hari demi hari pun berputar terus dengan cepatnya.

Sampai pada suatu pagi ...

Pagi itu aku sedang lari pagi di atas bahu jalan, mengelilingi kantor baruku yang dibiayai oleh dana Mrs. Alana (yang biasa kupanggil Lana itu). Biasanya aku berlari sebanyak 30 putaran. Lalu nongrong di tukang bubur ayam untuk sarapan pagi. Setelah keringatku kering, barulah aku pulang ke kantorku, sekalian mandi di lantai tujuh.

Tapi pagi itu, ketika aku baru berlari kurang dari 10 putaran, tampak seorang wanita muda, yang kira - kira sebaya denganku, yang juga tengah lari pagi dengan arah berlawanan dengan arahku. Ketika berpapasan dengannya, aku cuek saja. Tapi setelah berpapasan kudengar suara perempuan memanggilku, “Saaam ... !”

Aku menoleh dan menghentikan lariku. Siapa ya ? Wanita muda bercelana pendek dan berbaju kaus serba putih itu kok cantik sekali. Dari mana dia mengetahui namaku ?

“Udah lupa ya ?” cetus wanita cantik itu sambil tersenyum, “Aku Oriana, Sam ... “

“Oriana ? Mmm ... Riri ? “

“Iya ... Riri Oriana ... “

“Riri ?! Kok jadi berubah jadi cantik gini sih ?! Dulu kan item ... “ ucapku sambil menjabat tangan wanita muda itu. Teman SMAku dulu. Teman yang suka nraktir makan baso itu ... !

“Item ? Hihihiii ... yang item sih Atiek. Bukan aku. “

“Owh ... iya, iya ... kok aku jadi pikun ya ?”

“Emang dulu aku sering panas - panasan. Makanya agak iteman. Kena sorot matahari mulu. Kamu kerja di mana sekarang ?”

“Di situ, “ sahutku sambil menunjuk ke kantorku.

“Haa ? Itu kan kantor perusahaan besar. Kamu sebagai apa di situ ?”

“Sebagai OB, “ sahutku sengaja ingin mempermainkannya.

“Aaaah ... masa cuma sebagai OB ?”

“Terus maunya apa dong jabatanku di situ ?”

“Yang punya wewenang untuk menempatkanku di perusahaan itu. “

“Emangnya kamu lagi nganggur ?”

“Iya. Ada lowongan gak di perusahaan itu ?”

“Ayo ikut aja sama aku ke sana. “

“Tapi Sam ... aku cuma pake celana pendek dan baju kaus gini ... takut ditegor nanti di kantormu. “

“Siapa yang bderani negor ? Ayolah ikut aku. Nanti di kantor kita rundingkan kalau kamu benar - benar mau kerja. “

“Beneran nih gak apa - apa ?”

“Benar. Masa aku main - main. “

Akhirnya Riri Oriana melangkah di sampingku menuju pintu gerbang kantorku. Begitu pintu kaca otomatis itu membuka ketika aku dan Riri sudah menginjak keset besar di depannya, tampak karyawan berderet di lobby yang akan kulewati.

Secara serempak mereka berucap, “Selamat Pagi Big Boss ... !”

Aku menjawabnya dengan anggukan dan senyum. Lalu langsung melangkah ke pintu lift. Dan memijat angka 7 di samping pintu lift itu.

Hanya aku dan Riri yang berada di dalam lift itu.

Dengan sorot mata heran, Riri berkata, “Mereka semua manggil big boss ... wah ... berarti kamu orang penting di kantor ini. Mungkin kamu direktur utama di sini ya ?”

“Mmm ... lebih tinggi sedikit dari dirut, “ sahutku.

“Haaa ?! Jabatan di atas dirut apa ?” tanyanya seperti bingung.

“Owner, “ sahutku singkat.

“Maaaak ... ! Jadi Sam pemilik perusahaan ini ?”

“Begitulah kira - kira. “

“Wah ... kalau gitu, aku harus mengubah sikap kalau berhadapan dengan owner perusahaan sebesar ini. “

“Di sini hanya kantor pusat. Perusahaannya tersebar di seluruh nusantara. “

“Kalau begitu maafin aku ya ... karena aku terlalu lancang menganggap Big Boss sebagai teman lamaku. “

“Kamu memang teman lamaku kok. Santai aja Ri. “

Lift berhenti di lantai 7. Setelah pintunya terbuka, kutuntun tangan Riri untuk menuju ruang kerjaku.

Setelah dipercaya untuk mengelola dana Alana, kantorku jadi dua. Yang satu, tetap di hotelku. Yang satu lagi di gedung tujuh lantai ini.

Tentu saja ruang kerjaku jauh lebih megah kalau dibandingkan dengan ruang kerja di hotelku. Karena yang berada di belakangku bukan wanita biasa. Wanita yang sangat disegani oleh pebisnis di tempat tinggalnya, Macau.

Setelah berada di ruang kerjaku, Riri kupersilakan duduk di sofa ruang tamu sambil berkata, “Tunggu sebentar ya. Aku mau mandi dulu. Atau mau ikut mandi ?”

“Hihihihiii ... iya, iya Big Boss. Aku mau nunggu di sini aja. Mandi bareng Big Boss sih takut. “

“Takut apa ?” tanyaku.

“Takut kesengsem lalu lupa diri, “ sahutnya.

“Hahahaaa ... bisa aja kamu, “ ucapku sambil melangkah ke dalam kamar mandi yang hanya boleh dipakai olehku sendiri. Kecuali kalau Alana datang ke sini, tentu saja akan kuijinkan mandi di kamar mandi ini.

Aku mandi sampai terasa benar - benar bersih. Lalu mengeringkan tubuhku dengan handuk sambil membuka pintu lemari pakaianku yang terbuat dari kaca tebal dan menempel ke dinding. Kukenakan pakaian formalku, dengan jas dan dasi.

Setelah menyisir rambut, aku keluar dari kamar mandi dan langsung menghampiri Riri Oriana yang masih duduk di atas sofa ruang tamu.

“Sudah punya suami ?” tanyaku waktu duduk di depan Riri terbatasi oleh meja kecil yang 100% terbuat dari kaca tebal,

“Pernah punya, tapi hanya enam bulan, “ sahutnya.

“Terus kenapa ? Cerai ?”

“Meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, “ sahutnya lirih.

“Owh ... maaf aku nanya soal suami, karena status calon karyawati harus jelas kan. Kalau punya suami, harus ada ijin suami dan sebagainya. Terus ... ijazah terakhir dari mana ?”

“Magister managemen. “

“Owh ya ?! Kalah dong aku yang cuma S1. “

“Ah, owner sih tamatan SD juga tetap aja dihormati dan ditakuti. “

“Gak gitu juga kale. Ohya ... berarti statusmu sekarfang ini janda ?”

“Iya. Janda tanpa anak. Kawinnya juga cuma berumur enam bulan. “

“Kapan terjadinya kecelakaan yang menewaskan suamimu itu ?”

“Sekitar tujuh bulan yang lalu. “

“Tapi kamu sudah bisa move on kan ?”

“Bisa. Tapi belum ada yang mau. Makanya mending nyari kerja aja dulu, mumpung masih bebas. “

Aku tercenung sejenak. Lalu tanyaku, “Bersedia kalau ditempatkan di Semarang ?”

“Maaf ... sebagai apa ?”

“Di sini tidak ada istilah direktur cabang. Yang ada hanya manger Surabaya, manager Semarang dan sebagainya. Berarti pucuk pimpinan di Semarang ya manager Semarang. Nantinya bertanggung jawab kepada general manager yang kantornya di sini. “

“Wah ... mau ah ... mau banget. “

“Di Semarang kamu dapat rumah dinas dan mobil inventaris. “

“Wah enak dong. Gak usah nyari rumah kontrakan, gak usah naik turun angkot. “

“Rumah dinasnya ada di dekat pabriknya. “

“Perusahaannya berbentuk pabrik ?”

“Iya. Yang jelas perusahaan itu memproduksi sesuatu untuk dipasarkan di negara kita. Belum terpikir untuk ekspor. “

“Siap Big Boss. “

“Tapi nanti bikin lamaran secara formal berikut lampiran fotocopy ijazah - ijazah sejak SD sampai S2. Fotocopynya harus dilegalisir semua. Oke ?”

“Siap Big Boss, “ sahut Riri sambil tersenyum manis.

“Kamu cantik Ri. Sayang aku sudah punya istri empat orang. “

“Wow ! Big Boss sih bisa tancap gas sampai maksimal gitu ya. “

“Tapi sekadar saling bagi rasa sama kamu, bisa kan ?”

Riri Oriana menatapku sambil tersenyum. Lalu mengangguk, “Bisalah. Mumpung masih janda. Sekalian ingin dekat dengan orang nomor satu di perusahaan ini. “



(Bersambung)


Sex without love is merely healthy exercise.
ROBERT A. HEINLEIN


Seks tanpa cinta hanyalah olahraga yang sehat.
ROBERT A. HEINLEIN
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd