Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pendekar Cinta ~ Dendam Kesumat (1)

Frantines

Kakak Semprot
Daftar
27 Nov 2012
Post
162
Like diterima
285
Lokasi
Jakarta Barat
Bimabet
Karya : Tabib Gila

1. Puncak Gunung Thai-San

Pemandangan gunung Thai San di musim semi sangat indah, dimana-mana akan tercium harum bunga dan rerumputan dalam tiupan angin sepoi-sepoi. Juga tidak ketinggalan gemericik air terjun dan sejuknya belaian angin gunung.
Di lereng-lereng gunung dan jurang bermekaran bunga-bunga liar seolah menyambut kedatangan tamu dari jauh. Bunga-bunga di Gunung Thai San kebanyakan tumbuh tebing-tebing terjal, maka hanya dapat dipandang dari jauh. Hanya mereka yang memiliki ginkang yang tinggi dapat memetik dan merasakan harum semerbaknya bunga gunung Thai San.

Setiap musim semi, gunung-gunung di sini menjadi lautan bunga persik, ada yang warna putih, ada pula yang merah. Lembah-lembah di sini penuh ditumbuhi pohon persik. Setiap musim semi, dilihat dari jauh, bunga-bunga persik warna merah jambu menghias seluruh pemandangan."

Udara cerah dan jarang kabut membuat pelancong jarang melewatkan kesempatan untuk melihat matahari terbit dari lautan awan di puncak gunung.

Di gunung Thai San ini terdapat lebih 300 puncak, 260 sungai. Dan untuk mencapai puncak- puncak gunung itu tidaklah mudah, hanya ahli silat kelas satu yang dapat mendaki puncak gunung Thai San. Para pemburu umumnya hanya berburu sampai di sekitar kaki gunung, jarang yang mampu sampai ke puncak gunung.

Pagi hari, awan dan kabut tipis membubung perlahan-lahan menyelimuti seluruh Gunung Thai San. Dilihat dari bawah gunung, puncak gunung tampak samar-samar, kadang-kadang tertutup oleh awan, dan dilihat dari puncak gunung, tampak lautan awan. Kadang-kadang di atas gunung kabut tebal menutup pemandangan, sedang di bawah gunung hujan rintik-rintik; setelah kabut buyar, terhampar di depan mata pemandangan yang indah menawan.

Jauh di atas puncak tertinggi gunung Thai San terdengar sayup-sayup suara beradu denting logam. Ternyata suara itu berasal dari dua pasang pedang yang berkilauan di timpa sinar matahari pagi.

Terlihat seorang pemuda tujuh belasan tahun dengan tubuh yang kekar dan kuat sedang berlatih sejenis ilmu pedang sedang menyerang dengan sepenuh hati lawan tandingnya – seorang tua berkisar 75 tahunan dengan rambut dan jenggot yang sudah putih semua – melayani
serangan si pemuda dengan sungguh hati. Yang mengherankan untuk orang setua itu masih memiliki daya tahan yang kuat untuk menahan dan membalas serangan pedang si pemuda dengan ilmu pedang yang sama.

Teknik pedang yang dipergunakan jelas merupakan salah satu ilmu pedang terhebat. Gerakan ilmu pedang tersebut seolah-olah awan-awan yang menutupi matahari. Sepintas ilmu pedang ini terlihat sangat dasar dan biasa-biasa saja. Namun bagi mereka yang pernah merasakan langsung gerakan ilmu pedang ini terasa timbul medan energi pelindung yang dapat menahan semua serangan lawan dan bahkan dapat menjadi serangan senjata makan tuan bagi siapa saja yang berada dalam lingkupan cahaya pedang.

Si pemuda memiliki kecepatan yang mengagumkan sedangkan si orang tua memiliki pertahanan yang sangat kokoh bak gunung Thai San yang tak tergoyahkan.

Makin lama gerakan pedang yang mereka mainkan semakin lambat, namun hawa chi yang dipergunakan semakin besar. Kelihatannya jurus-jurus terakhir dari ilmu pedang itu akan segera dilontarkan terbukti terkumpulnya hawa chi di ujung pedang mereka sehingga gerakan pedang terlihat melambat. Dapat dipastikan gabungan jurus-jurus pedang dengan chi dari tubuh mereka masing-masing menghasilkan perpaduan jurus pedang sakti yang tak terkalahkan.

Tiba-tiba mereka saling melontarkan pedang dan mundur menjauh dengan cepat – aneh namun nyata, pedang mereka tetap saling menyerang, ternyata dalam gerakan terakhir ilmu pedang ini, pedang dikendalikan dengan lwekang (tenaga dalam) yang tinggi sehingga pedang dapat mereka kendalikan sesuka hati. Kehebatan jurus pedang yang mereka mainkan sangat mengiriskan hati.

Namun lama kelamaan jelas kelihatan si pemuda mulai keteteran mengendalikan pedangnya dan tertekan oleh pedang si orang tua.
Trak… akhirnya pedang si pemuda patah dalam bentrokan terakhir dan terlempar keluar dari lingkaran pedang.

“Cukup A Liong” kata si orang tua. Engkau sudah mencapai tingkat tertinggi dari ilmu pedang kita, cuma lwekangmu perlu engkau latih lebih mendalam untuk menyakinkan jurus terakhir dari pedang terbang supaya engkau dapat menjalankan semua jurus pedang terbang. Rahasia ilmu pedang perguruan kita ini adalah dengan memadukannya chi (hawa sakti) yang kau miliki dan akan menghasilkan perpaduan yang tak terkalahkan. Lohu perkirakan asal engkau rajin bersemedi melatih lwekangmu, tidak sampai 10 tahun ke depan, lwekang yang kau miliki sudah cukup untuk menguasai ilmu pedang terbang perguruan kita.

“Terima kasih Suhu” kata si pemuda yang bernama Lie Kun Liong sambil berlutut. Budi baik suhu tidak akan pernah murid lupakan. Sambil menghela nafas si orang tua berkata “Lohu tahu engkau sudah tidak sabar lagi mencari musuh besarmu dan membalas dendam kematian ayah bundamu yang sangat misterius”. Dengan bekal kepandaian yang sekarang engkau miliki, lohu boleh berlega hati membiarkanmu turun gunung dan berkecimpung di dunia kang-ouw. Tidak banyak ahli silat kosen yang dapat mengalahkanmu saat ini.

“Petuah Suhu akan selalu teecu patuhi” kata si pemuda. Memang benar teecu sudah tidak sabar lagi mencari tahu siapa sebenarnya pembunuh yang membuat keluarga teecu hancur.
Setahu teecu waktu kejadian 12 tahun yang lalu itu, sedikitnya ada 5 orang yang berpakaian hitam dengan berkedok menutupi wajah yang menyerang dan mengeroyok ayah dan ibu. “Lohu tahu” kata si orang tua. Kalau tidak kebetulan lohu lewat di depan rumahmu dan mendengar suara pertempuran, mungkin saat itu engkaupun akan mereka bunuh untuk membabat rumput sampai ke akarnya.

Namun sayang saat itu lohu sedang terluka dalam yang parah sehingga lohu tidak yakin dapat mengalahkan mereka. Lagipula saat lohu tiba kedua orangtuamu baru saja menghembuskan nafasnya di tangan mereka. Yang lohu perhatikan saat itu adalah menyelamatkan dan menyembuyikanmu terlebih dahulu dari tangan kejam mereka.

“Oh ya suhu, kalau teecu boleh tahu siapa yang mampu membuat suhu terluka parah saat itu” kata A Liong dengan rasa ingin tahu.

“Sebenarnya kau punya seorang susiok tapi susiokmu itu sejak dari dulu mempunyai tabiat yang kurang baik sehingga sering melakukan perbuatan-perbuatan sesat dan di benci oleh kaum persilatan. Lohu sudah berupaya agar susiokmu itu sadar atas segala perbuatannya namun tak pernah dihiraukan, bahkan terakhir kali ia bertemu lohu, susiokmu itu bekerjasama dengan kawan- kawannya mengeroyok lohu dan membokong lohu secara pengecut dengan racun hingga lohu terluka parah. Untungnya lohu berhasil meloloskan diri dari kerubutan mereka.

Sebenarnya sejak kecil lohu yang mewakili Insu mendidik dan mengajari ilmu silat susiokmu itu, untungnya Insu sudah sejak awal melihat tabiatnya kurang baik sehingga ia berpesan pada lohu untuk tidak mengajarinya 8 jurus terakhir ilmu pedang terbang. Saat ini mungkin umur susiokmu berkisar 40 tahunan”.

Boleh di bilang salah satu yang membuat lohu kecewa dalam hidup ini adalah tidak mampu mengendalikan sepak terjang sute sendiri. Lohu harap jika engkau bertemu dengan susiokmu itu, sampaikan kata-kata lohu supaya ia segera sadar atas perbuatan jahatnya. Kalau dia tetap tidak berubah, engkau boleh melawan dan membasminya – syukur bila engkau dapat memunahkan ilmu silatnya saja tapi kalau keadaan terpaksa engaku boleh membasminya, demi ketenangan dunia kang-ouw.

Susiokmu bernama Tan Kin Hong, julukannya Tok-tang-lang (si belalang berbisa) dan memiliki ilmu silat yang tinggi. Lohu rasa dengan ilmumu sekarang ini engkau sudah mampu menandingi susiokmu, tapi satu perlu diperhatikan adalah ilmu racunnya. Entah dari mana ia mempelajarinya, ia mempunyai keahlian meracuni orang tanpa disadari yang bersangkutan, baik melalui makanan, minuman maupun dari hembusan nafasnya. Semua senjatanya baik pedang, senjata rahasianya dilumuri racun keji yang dapat membunuh secara seketika. Jadi berhati-hatilah jika ketemu susiokmu.

“Teecu akan berhati-hati suhu” kata si pemuda.

“Sebelum engkau turun gunung sebaiknya perlu lohu beritahukan sekilas keadaan dunia persilatan sekarang ini biar engkau tidak buta akan keadaan dunia kang-ouw.

Saat ini Hong-tiang (ketua) biara Shaolin - Tiang Pek Hosiang, ketua partai Bu-Tong – Kiang Ti Tojin , dan ketua partai Thai-San – Master The Kok Liang, serta ketua perkumpulan Kay-Pang – Sun Lo-Kai merupakan tokoh yang paling berpengaruh di dunia persilatan, boleh di bilang mereka adalah tokoh paling kosen dan dimalui semua orang. Namun seperti yang engkau ketahui di antara ke empat tokoh tersebut hanya Master The Kok Liang yang berkeluarga dan mempunyai seorang putri yaitu teman mainmu Cin-Cin. Selain Master The Kok Liang, lohu juga berteman baik dengan Sun Lo-Kai – Ketua Kay-Pang tapi sudah sudah belasan tahun ini lohu tidak bertemu dengannya, disamping lohu sibuk mengajarimu ilmu, juga Sun Lo-Kai senang berkelana ke seluruh penjuru sehingga bahkan murid-murid Kay-Pang pun sulit menemukannya.

Apabila kau mujur berjumpa dengannya, sampaikan salam dan pesan lohu supaya dia tidak pelit ilmu. Mudah-mudahan ia mau mengajarimu sejurus dua jurus ilmu saktinya”. Sedangkan dengan Tiang Pek Hosiang dan Kiang Ti Tojin, lohu cukup kenal dan pernah bertemu mereka tukar pikiran.

“Bagaimana dengan suhu ?” kata Lie Kun Liong, teecu yakin ilmu suhu tidak kalah lihai dari mereka.

“Huss.. jangan mengumpak suhu sendiri. Dalam dunia persilatan masih banyak tokoh-tokoh kenamaan, hanya mereka tidak mau menonjolkan diri. Ingat pepatah diatas langit masih ada langit”.

“Baiklah besok engkau boleh pergi turun gunung, sekarang engkau boleh siap-siap”.

“Baik suhu” kata Lie Kun Liong. Ia segera pergi kembali ke kamarnya dan menyiapkan buntalan pakaian serta bekal yang dibutuhkan. Setelah itu ia pergi ke puncak gunung Thai-San di sebelah timur dari pondok kediaman mereka untuk menemui Cin-Cin. Mereka sudah semenjak lama berteman mulai di waktu ia baru tiba di gunung Thai-San. Ia ingat waktu pertama kali suhu mengajaknya ke Thai-San-Pay untuk menyambangi sahabat suhunya – ketua Thian-San-Pay Master The Kok Liang, disana ia diajak oleh Cin Cin untuk berkenalan dengan saudara seperguruannya.

Tapi ia paling akrab dengan Cin Cin dan Tang Bun An, suheng Cin Cin - murid pertama dari master The Kok Liang.
Mereka bertiga sering bermain, bercengkrama, berburu dan menjelajahi hutang di gunung Thai San bersama-sama, bahkan kadangkala mereka bermalam di hutan sambil membakar hewan hasil buruan, tidur beratapkan langit seolah-olah mereka sedang berkelana di dunia kangouw.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Sesampainya di Thai San Pay, segera ia mencari Cin Cin dan Tang Bun An memberitahu mereka akan kepergiannya esok hari.
"Kenapa mendadak sekali, aku mau minta ijin ke ayah agar diperbolehkan turun gunung juga" kata Cin Cin sambil berlari masuk kedalam rumah mencari ayahnya.

Sambil tersenyum menatap kepergian Cin Cin, Tang Bun An berkata, "Engkau beruntung Liong- heng boleh terjun ke dunia kangouw sekarang" Sedangkan menurut suhu masih perlu waktu 1-2 tahun lagi bagi kami untuk menamatkan pelajaran.

"Moga moga kalian juga bisa turun gunung secepatnya, supaya kita bisa bersama-sama berkelana dunia kangouw" kata Lie Kun Liong sambil tersenyum. Suhu sebenarnya berat melepas kepergianku tapi suhu sadar cepat atau lambat aku harus pergi dan mencari tahu siapa pembunuh keluargaku.

"Mudah-mudahan engkau berhasil membalas dendam kematian orangtuamu" kata Tang Bun An. Oh ya, apa rencanamu begitu turun gunung ?
"Aku akan kembali ke kampung halaman dulu, mencari tahu kabar dari tetangga sekitar mengenai kejadian 12 tahun yang lalu, siapa tahu ada petunjuk yang bisa didapatkan"

Tak berapa lama kemudian Cin Cin kembali dengan wajah cemberut diiringi ayahnya – Master The Kok Liang dan ibunya – Nyonya Hui Lan . Penampilan ketua Thian San Pay ini sederhana dan bersahaja, berumur sekitar 50 tahunan namun masih tampak lebih muda dari umurnya. Apabila tidak mengenal asal-usulnya, orang bisa menyangka ia hanya susing (pelajar) pertengahan umur yang lemah. Namun di balik penampilan yang lemah ini tersembunyi kekuatan dahysat dan tidak banyak tokoh silat yang mampu menghadapi ilmu silatnya.

Di usianya sekarang ini ia sudah mampu menempatkan diri sebagai salah satu tokoh terbesar dan berpengaruh di Bu Lim bahkan yang termuda di antara yang lainnya. Tiang Pek Hosiang, Kiang Ti Tojin dan Sun Lo-Kai sudah berumur 70-80 tahunan.

Di bawah kepemimpinannya ilmu pedang perguruan Thai San Pay berkembang dengan pesat dan diakui rimba persilatan sebagai salah satu ilmu pedang yang dahysat sejajar dengan Bu Tong Pay.

Saat ini partai Thai San memiliki kurang lebih 500 murid dengan 7 orang murid utama yang memiliki kungfu tertinggi dan di kepalai oleh Tang Bun sebagai murid pertama dan sudah mewarisi seluruh ilmu partai Thai San. Sedangkan Cin Cin boleh di bilang masih kalah dari toa suhengya Tang Bun An, terutama di tenaga lwekang. Namun apabila mereka berlatih bersama-sama, mereka berdua merupakan jelmaan Master The Kok Liang dan nyonya Cen Hui Lan di masa muda. Sute-sute mereka tidak mampu mengalahkan mereka walaupun di keroyok 6 orang.

Sedangkan istrinya yang bernama Chen Hui Lan merupakan pasangan yang setimpal dengannya, selain sebagai istri, ia juga merupakan pasangan suaminya dalam ilmu silat karena sebenarnya mereka adalah suheng-sumoy. Di waktu masih muda keduanya sudah mengemparkan dunia persilatan dengan ilmu pedang bersatu padunya. Kalau sang suami kelihatan gagah dan bersemangat, Nyonya Cen Hui Lan lemah lembut dan bekas kecantikan di masa muda masih jelas terlihat. Tidak heran kecantikan Cin Cin rupanya menurun dari orang tuanya.

"Hiantit, lohu dengar dari Cin Cin engkau mau turun gunung ?" kata Master The Kok Liang. Apa benar ?
Ya, paman suhu mengijinkan cayhe (saya) untuk menimba pengalaman di dunia kangouw. Mulai besok aku turun gunung sekalian mohon pamit dan doa restunya dari paman dan bibi.
"Engkau harus berhati-hati A Liong" kata nyonya Cen Hui Lan, dunia kangouw sangat kejam dan banyak tipu muslihatnya. "Apakah gurumu sudah memberitahu keadaan dunia persilatan saat ini" kata Master The Kok Liang.
"Sudah paman" kata Lie Kun Liong. Bahkan menurut suhu paman termasuk empat tokoh paling tersohor di dunia kangouw selain ketua Shaolin, ketua Butong dan ketua Kaypang.
"Wah gurumu pintar merendahkan diri rupanya hiantit" kata master The Kok Liang sambil tertawa., siapa yang tidak kenal dengan Sin Kiam Bu Tek (Dewa Pedang Tanpa Tanding) – Gan Khi Coan 30 tahun yang lalu, suhumu itu. Bahkan lohu masih perlu belajar lagi kalau berhadapan dengan suhumu kata Master The Kok Liang dengan serius.
"Benar A Liong, bibi rasa omongan gurumu itu perlu di revisi sedikit. Yang benar adalah 5 tokoh besar bukan empat, suhumu sudah pasti salah satu diantaranya" kata nyonya Cen Hui Lan sambil tersenyum.
"Cin Cin setuju dengan perkataan ibu, aku pernah mencuri lihat latihan silat Gan locianpwe (orang tua gagah) dan Liong-ko, sangat hebat dan mendebarkan hati" kata Cin Cin sambil tertawa-tawa
"Cin Cin! Engkau tidak boleh mencuri lihat orang sedang berlatih kungfu, pantang bagi kaum persilatan melakukannya" kata Master The Kok Liang dengan wajah berkerut marah.
"Tidak apa-apa paman, suhu sebenarnya sudah tahu kalau Cin-moy suka melihat waktu kami berlatih. Suhu cuma berlagak pilon saja dan tidak marah" kata Lie Kun Liong menenangkan keadaan.
"Syukur suhu A Liong tidak marah, sebenarnya mencuri lihat latihan orang merupakan pantangan utama kaum persilatan, bahkan bisa menimbulkan pertempuran mati hidup. Engkau tidak boleh melakukannya lagi Cin Cin" kata master The Kok Liang masih dengan nada marah.
"Ya ayah" kata Cin Cin sambil menundukkan wajahnya. Tapi dengan sembunyi-sembunyi meleletkan lidahnya ke arah Lie Kun Liong begitu ayahnya tidak melihat.

Lie Kun Liong tersenyum melihat kelakuan Cin Cin yang masih kekanak-kanakan itu. Ia tahu Cin Cin memang manja dan suka bertindak sesuka hati. Ia menganggap Cin Cin seperti adik sendiri karena ia tidak punya adik sendiri untuk disayangi.

Mereka bertiga lalu pergi ke belakang lembah di belakang partai Thai San, tempat di mana mereka biasanya mengobrol dan bertukar pikiran.
"Liong-ko apa engkau sudah menguasai ilmu pedang terbang sehingga suhumu memperbolehkanmu turun gunung" kata Cin Cin dengan rasa ingin tahu yang besar.
"Aku tidak heran sumoy, Liong-heng memang berbakat sekali bahkan ilmu suratnya melebihi kita" kata Tang Bun dengan nada kagum. Menurut sunio (ibu guru wanita) Liong-heng memiliki bakat yang sangat jarang sekali yaitu "Sekali melihat tak terlupakan".
"Engkau bergurau twako, dulu kalau bukan engkau dan Cin-moy yang memohon bibi untuk memperbolehkan aku ikut serta belajar ilmu surat dengan kalian, mungkin saat ini aku tidak melek huruf" kata Lie Kun Liong.
"Sekarang Liong-ko sudah menjadi pendekar yang Bun Bu Coan Cay (mahir ilmu silat dan ilmu surat)" kata Cin Cin sambil bergurau.
"Kalian bergurau saja, bagaimana dengan kalian - siapa yang tidak kenal dengan kehebatan gabungan ilmu pedang kalian, mungkin ilmuku tidak ada seujung jari kalian" balas Lie Kun Liong.
"Bagaimana kalau kita coba-coba berlatih bersama" kata Cin Cin dengan semangat. "Jangan sumoy, nanti suhu marah" kata Tang Bun buru-buru.
" Huh.. penakut" cibir Cin Cin.
"Sudahlah jangan bergurau lagi" kata Lie Kun Liong. Mari kita bicara tentang dunia persilatan. Apa saja yang kalian ketahui tolong beritahu untuk bekal nanti.
"Ketika susiok datang berkunjung tahun yang lalu, dia orang tua pernah memberitahu bahwa untuk angkatan muda yang paling menonjol saat ini adalah selain angkatan muda murid-murid utama partai Shaolin, Butong, Thai San, Kaypang, Hoa San Pay, Go Bi Pay masih ada dua orang yang menjulang namanya akhir-akhir ini yaitu Bai Mu An dengan julukan Si Pedang Kilat dan Liok In Hong dengan julukan Dewi Pedang (Sian Li Kiam). Ilmu silat keduanya kabarnya sangat mengejutkan dan tidak ada yang tahu berasal dari aliran mana ilmu pedang mereka" kata Cin Cin.
"Benar susiok memang suka berkelana, dia orang tua tahu benar perkembangan dunia persilatan saat ini. Sayang susiok belum datang lagi ke sini, kalau tidak engkau bisa menimba pengetahuan yang banyak Liong-heng" kata Tang Bun.
"Rupanya kalian masih punya susiok" kata Lie Kun Liong dengan heran. Selama berkunjung di sini, aku tidak pernah tahu bahwa paman dan bibi masih punya saudara seperguruan.
"Engkau benar Liong-ko, waktu susiok datang setahun yang lalu engkau sedang sibuk memperdalam ilmu pedang terbang dan selama kurang lebih 3 bulan engkau jarang berkunjung ke sini" kata Cin Cin. Menurut ayah susiok memang jarang datang ke sini, terakhir kali dia orang tua datang waktu aku masih bayi.

Sebenarnya sudah lama aku tahu masih punya susiok tapi karena jarang bertemu jadi lupa. Ibu bilang ilmu silat susiok susah di ukur tingginya karena susiok gemar sekali ilmu silat dan banyak belajar ilmu silat di luar Thai San Pay kita.

Sebenarnya yang harus menjadi ketua Thai San Pay adalah susiok sebagai murid pertama kakek guru tapi susiok tidak mau pusing dan harus menetap di gunung Thai San ini – dia tidak betah makanya kakek guru menetapkan ayah sebagai penggantinya.
"Waktu berkunjung tahun kemarin susiok mengajarkan aku dan toako ilmu menutuk jari dari negeri Taylie yang di sebut It Ci Sian. Ilmu ini sangat lihai bisa menutuk urat nadi orang dari jarak jauh tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Sampai sekarang aku cuma menguasai kulitnya saja, mungkin toako sudah menguasainya" kata Cin Cin sambil melirik Tang Bun.
"Masih belum sesempurna susiok sumoy, tapi sudah lumayan. Yang penting adalah lwekang harus kuat karena ilmu tutuk jari ini sangat mengandalkan tenaga dalam" kata Tang Bun.
"Selamat kalian bisa mendapatkan ilmu yang langka itu" kata Lie Kun Liong. Aku jadi sedikit iri dengan kalian punya susiok yang maha lihai.
"Kalau engkau mau nanti aku ajari It Ci Sian" kata Cin Cin kepada Lie Kun Liong.
"Jangan-jangan, aku cuma bergurau, nanti susiokmu marah kamu sembarangan mengajari orang ilmu yang dia ajarkan" kata Lie Kun Liong buru-buru. Wah sudah siang, suhu pasti sudah menunggu-nunggu, aku pulang dulu yah – sampai ketemu lagi di dunia kangouw kalau kalian sudah turun gunung.
"Liong-heng besok kami akan berkunjung ke tempatmu untuk mengantar kepergianmu" kata Tang Bun.
"Tidak usah merepotkan, aku pergi pagi-pagi sekali – sampai ketemu lagi yah" tampik Lie Kun Liong sambil berjalan pergi.
Cin Cin memandang kepergian Lie Kun Liong dengan termangu, ia merasa ada sesuatu yang hilang – entah apa tapi yang jelas ia merasa sedih kehilangan teman bermainnya. Untuk gadis usia lima belas tahun, ia tidak tahu perasaan itu adalah benih-benih cinta.

Selagi Cin Cin termenung, Tang Bun pun sedang melirik Cin Cin sembunyi-sembunyi, didalam hatinya ia tahu Cin Cin merasa kehilangan Lie Kun Liong. Diam-diam tanpa sepengetahuan kedua temannya ia sudah lama menaruh hati pada Cin Cin. Diantara mereka dialah umurnya yang paling tinggi – delapan belas tahun sehingga masalah cinta sedikit banyak ia lebih mengerti dari kedua kawannya itu. Timbul beban berat di hatinya karena sadar punya saingan untuk merebut si pujaan hati. Entah apa yang akan terjadi asmara segi tiga di antara mereka.
Di lihat dari penampilan, Tang Bun dan Lie Kun Liong sama-sama memiliki kelebihan. Muka Tang Bun lebih kelaki-lakian dan sedikit kasar sedangkan Lie Kun Liong wajahnya lebih halus sehingga terlihat lebih tampan. Dari bentuk tubuh Tang Bun lebih kokoh dan terkesan gagah sedangkan Lie Kun Liong terkesan lemah seperti siucai (pelajar lemah). Namun dari sorot mata, Lie Kun Liong lebih tajam dan bersinar terang menandakan pemilik mata ini sudah menguasai ilmu lwekang yang dalam.
"Toa suheng! kenapa engkau menatapku terus, ada yang salah dengan penampilanku" kata Cin Cin tiba-tiba sambil melihat ke a rah pakaian yang dipakainya.
"Tidak apa-apa sumoy" kata Tang Bun gelagapan. "Mari kita pulang" ajak Tang Bun buru-buru.

Akhirnya mereka berjalan pulang dengan pikiran masing-masing.
Mereka tidak tahu harapan untuk turun gunung akan tercapai beberapa bulan kemudian setelah Lie Kun Liong turun gunung.

2. Kembali ke Kampung Halaman
 
Kok belum update ya???? Ditunggu updatenya bro-----
 
Cerita baru nih, masig agak bingung bacanya. Karena banyak istilah2 yg blm bisa di mengerti. Ditunggu lanjutannya suhu.

:mantap:
 
mantaab nih ada cerbung silat... :jempol:
 
2. Kembali ke kampung halaman

Bulan tiga seputar Kota Siangyang*,
Ribuan bunga, 'bak gambar sulaman.
Mana tahan, merana di musim semi,
Sudah gini, jadi penginnya minum.
Kaya miskin, panjang pendek usia,
Jengukan takdir, saat pagi buta.
'Bis seguci, tak p'duli hidup mati,
Sulit meramal, yang bakal terjadi.
Sudah mabuk, terus lupa daratan,
Tersentak kaget, cuma ada guling.
Tidak sadar diri, lupa semuanya,
Nikmatnya arak, di atas segala.

*sekitar kota Chang An sekarang

Syair buatan penyair kenamaan Li Pai ini terpampang di dinding kedai arak "Wei An" di salah satu sudut kota Siangyang, terkenal akan ciu (arak)nya yang harum dan memabokkan terutama arak Huangciu buatan kedai ini sangat terkenal. Boleh di bilang pengemar arak yang mampir di kota Siangyang ini tidak akan melewatkan kesempatan mencicipi Huangciu dari kedai ini.

Siang hari itu cerah dimana matahari bersinar lembut dan tiada awan, nampak seorang pemuda berpakaian sederhana namun bersih mendatangi kedai arak "Wei An" dan memilih duduk di pojokan meja dekat jendela menghadap jalanan. Ia memesan seporsi bakmi, beberapa potong bakpau dan tentunya Huangciu buatan kedai ini.

Sambil menikmati Huangciu dan makanan yang dipesan, ia memandang jalanan disekitarnya. Siang hari itu tidak banyak orang yang berlalu lalang begitu pula keadaan kedai ini cuma berisi dua tiga orang tamu saja.
"Cukup sepi hari ini lopek" sapa si pemuda ke pelayan kedai.
"Ya kongcu (tuan muda), biasanya nanti mulai sore hingga malam hari pelanggan kedai ini baru pada datang" sahut pelayan itu.
"Lopek sudah lama bekerja di sini?" tanya si pemuda. "Sudah tigapuluh tahunan kongcu" jawab si pelayan.
"Aku (saya) baru pertama kali datang ke kota ini lopek, mau mengunjungi saudara misan ayah yang tinggal di sebelah ujung jalan ini. Apakah lopek tahu letak kediamanan keluarga Lie, yang menjalankan usaha toko obat ?" tanya si pemuda.
"Oh maksud kongcu adalah pemilik toko obat yang dipanggil Lie sinshe (tabib) ?" jawab si pelayan dengan rasa kaget. Sayang sekali keluarga Lie sinshe 12 tahun yang lalu mengalami musibah. Lie sinshe dan istrinya ditemukan tewas mengenaskan dan anak lelakinya menghilang tak berketentuan. Menurut pelayan keluarga itu yang kebetulan keponakan kenalan lohu – namanya A hwi, ketika kejadian ia kebetulan sedang keluar dan baru saja hendak kembali ketika ia melihat bayangan beberapa orang berpakaian hitam dan berkedok turun dari kereta kuda dan menuju kediaman Lie sinshe.

Melihat gelagat kurang baik ia segera sembunyi di pojokan jalan. Tak berapa lama kemudian ia mendengar suara orang berkelahi. Ia semakin ketakutan dan tidak berani keluar dari tempat sembunyinya. Ia baru berani keluar setelah ia melihat gerombolan berpakaian hitam itu keluar dan menghilang dikegelapan malam.

Dengan memberanikan diri, ia mengendap-endap mendekati kediaman Lie sinshe dan menemukan suami istri itu telah tewas. Namun di dekat mayat Lie sinshe ia menemukan sebaris huruf dari goresan tangan Lie sinshe sebelum meninggal.
"Apa isi tulisan tangan itu" tanya si pemuda dengan muka tegang.
"Tulisan itu cuma berisi kata Bu Tong" sahut si pelayan. Menurut pihak keamanan kota, peristiwa itu merupakan perselisihan dunia kangouw sehingga mereka tidak berani mengusutnya lebih lanjut dan langsung menguburkan mereka di pemakaman di sebelah Timur pinggiran kota ini. "Apa benar mereka yang kongcu cari?" Tanya si pelayan dengan nada menyelidik.
"Kemungkinan besar benar lopek" kata si pemuda dengan nada sedih. Aku mau menyambangi kuburan mereka untuk memberi penghormatan terakhir, mohon tunjukan arah ke pemakaman itu lopek" kata si pemuda.
"Silakan kongcu ambil arah ke kiri dari ujung jalan ini, lalu setelah sampai ke pinggiran kota, belok ke kanan. Tidak jauh dari situ ada bukit dan di puncak bukit itu kuburan mereka berada" jawab si pelayan.
"Terima kasih banyak lopek atas informasi dan petunjuknya" sahut si pemuda sambil membayar makanan dan memberi tip yang lumayan besar buat si pelayan itu.
"Sama-sama kongcu" jawab si pelayan dengan muka berterima kasih.

Mengikuti petunjuk si pelayan tadi, si pemuda yang kita kenal sekarang sebagai Lie Kun Liong tiba di puncak bukit dimana kuburan itu berada. Keadaan kuburan siang hari itu sunyi dengan beberapa deretan kuburan yang masih segar dan merah. Ia berjalan perlahan-lahan membaca tanda nama di setiap kuburan itu yang cukup luas. Di ujung kuburan itu akhirnya ia menemukan papan nama kedua orangtuanya.

Sambil berlutut dan menumpahkan air mata kesedihan yang sudah lama ditahannya di depan kuburan kedua orangtuanya, Lie Kun Liong berdoa bagi ketenangan jiwa mereka dan memohon petunjuk mereka untuk dapat menangkap pembunuh berdarah dingin itu.
Di saat ia masih di landa kesedihan, tiba-tiba ia mendengar suara seruling. Suara itu datang cukup jauh dari kuburan dan dari arah berlawanan dimana ia datang tadi.

Dengan perasaan tertarik, Lie Kun Liong berjalan mendekati suara seruling itu. Ternyata suara seruling itu berasal dari bawah bukit sebelah Barat. Di atas batu besar duduk bersila seorang pemuda berbaju putih sedang meniup seruling. Suara seruling itu lembut dan merdu serta mendayu-dayu. Dengan irama lagu cinta yang lancar, nadanya relatif panjang dan dapat dengan baik mengungkapkan seluruh pikiran dan perasaan si peniup suling. Memberikan rasa indah yang mendalam.

Setelah selesai meniup seruling si pemuda berbaju putih lalu bangkit dan berbalik menghadap arah datangnya Lie Kun Liong. Rupanya ia sudah tahu kedatangan Lie Kun Liong. Wajahnya sangat tampan dan halus. Pakaian yang dikenakannya putih bersih dan terbuat dari bahan kwalitas bagus. Ia kelihatan seperti seorang siucai yang hendak menempuh ujian di kota raja.
"Tiupan seruling saudara sangat merdu, maaf bila aku menganggu ketenangan saudara" kata Lie Kun Liong sambil berjalan mendekat. Aku Lie Kun Liong kebetulan berada di kuburan di sebelah sana dan mendengar tiupan seruling saudara.
"Ah, tidak apa-apa " kata si pemuda baju putih. Aku juga kebetulan lewat dan tertarik dengan suasana pemandangan di sini sehingga timbul keinginan untuk meniup seruling. Nama aku Liok Han Ki. Saudara penduduk di sekitar sini ?
"Di sini kampung halaman aku dan baru hari ini kembali ke sini untuk menyambangi kuburan orang tua aku " kata Lie Kun Liong. Karena Liok-heng baru pertama kali ke sini sebaiknya Liok- heng bermalam di penginapan dekat tengah kota. Penginapan di sana cukup bersih dan ada restorannya sehingga tidak perlu keluar dari penginapan untuk mencari makan.

Kalau Liok-heng suka minum arak, tidak boleh melewatkan arak buatan kedai arak "Wei An" yang terletak di sudut kota ini.
"Terima kasih atas petunjuk Lie-heng, aku sebenarnya tidak biasa minum arak tapi untuk secangkir dua cangkir bolehlah, apalagi kata-kata Lie-heng tentang arak buatan kedai "We An" menarik minat aku untuk mencobanya" kata Liok Han Ki.

Sesampainya di kedai arak mereka langsung memesan dua poci arak Huangciu dan makanan sekedarnya.
"Memang enak dan harum arak ini, sudah lama aku tidak mersakan arak seharum ini" kata Liok Han Ki sambil menuang kembali seloki arak. Maaf, kalau aku lihat Lie-heng pasti memiliki ilmu silat yang tinggi. Kalau boleh tahu siapa guru dan dari aliran mana perguruan Lie-heng ? tanya Liok Han Ki.
"Ah cuma untuk sekedar jaga diri saja Liok-heng, aku belajar dari guru silat biasa dan bukan dari aliran perguruan terkenal" sahut Lie Kun Liong mengelak.

Malah ilmu silat Liok-heng pasti lihai sekali sambil menatap sarung pedang yang di sandang Liok Han Ki.
Sambil tersenyum Liok Han Ki berkata, "Lie-heng terlalu merendahkan diri, melihat sinar mata Lie-heng yang tajam aku rasa tidak sembarang jago silat dapat mengalahkan Li-heng".
"Oh ya, Liok-heng hendak menuju kemana ?" kata Lie Kun Liong mengalihkan perhatian. "Sejak keluar dari perguruan aku ingin sekali berkunjung ke kota raja.

Sudah lama aku dengar kemegahan Nanking yang terkenal dengan masakannya yang enak-enak dari restoran-restoran terkenal, istana raja, serta taman danu kerajaan yang indah" kata Liok Han Ki. Kalau Lie-heng mau kemana ?
"Aku mau mengunjungi Butong-san (gunung Butong), aku dengar Butong-san terkenal akan keindahan pemandangannya, di samping itu juga ingin sekedar melihat kemegahan partai Butong, syukur bila bisa berkenalan dengan para pendekar dari Butong" kata Lie Kun Liong.
"Kalau begitu arah perjalanan kita sama. Kebetulan aku juga belum pernah mengunjungi Butong-san, kalau Lie-heng tidak keberatan, aku ingin mengadakan perjalanan bersama Lie-heng pergi ke Butong-san" Liok Han Ki dengan bersemangat.
"Bagaimana dengan keinginan Liok-heng mengunjungi kota raja" tanya Lie Kun Liong ragu-ragu karena ia sebenarnya ingin pergi sendiri ke Butong untuk menyelidiki kematian orang tuanya yang gelagatnya berkaitan erat dengan Butong. Ia tidak ingin melibatkan kawan barunya ini dalam persoalan pribadinya.
"Kunjungan ke Nanking bisa aku tunda dulu setelah menemani Liok-heng ke Butong-san" kata Liok Han Ki dengan pasti. Lagi pula sebelum ke Nanking harus melewati Butong-san dulu.

3. Suatu perkara aneh
 
3. Suatu perkara aneh

Perjalanan bersama Liok Han Ki cukup menyenangkan, ia rupanya sudah cukup lama berkelana dan sudah berpengalaman sehingga Lie Kun Liong tidak sedikit mendapatkan keuntungan dari kawan barunya ini. Sepanjang perjalanan mereka kadang-kadang mereka terpaksa bermalam di hutan atau kelenteng rusak.

Bila menginap di hotel, Liok Han Ki selalu memesan dua kamar untuk mereka. Lie Kun Liong pernah menyatakan keheranannya kenapa harus memesan dua kamar, bukannya satu kamar lebih dari cukup dan dapat menghemat biaya perjalanan. Namun Liok Han Ki mengatakan bahwa ia dari kecil sudah terbiasa mempunyai kamar sendiri dan tidak biasa berbagi kamar. Lie Kun Liong cukup memakluminya, ia tahu tabiat kawan barunya ini cukup keras dan manja, mungkin ia dibesarkan di keluarga yang cukup berada sehingga suka membawa adatnya sendiri.

Dia tidak berani banyak bertanya mengenai keluarga Liok Han Ki karena ia mempunyai kesulitan-kesulitan sendiri dan tampaknya Liok Han Ki juga merasa bahwa Lie Kun Liong cukup tertutup mengenai latar belakangnya sehingga ia tidak banyak tanya.

Suatu hari mereka tiba di dusun kecil dan mampir di warung makan satu-satunya di dusun itu. Warung itu cukup sederhana, hanya terdapat beberapa meja dan makanan yang tersedia hanya bakmi dan bakpau saja. Saat itu pelanggan yang datang hanya mereka berdua saja.

Selagi mereka menikmati makanan, masuk dua orang pria berusia pertengahan sambil menenteng pedang dan memilih duduk di meja yang menghadap ke pintu masuk warung.
Dilihat dari penampilan mereka sepertinya memiliki ilmu silat yang cukup tangguh terutama pria yang berpakaian abu-abu, sinar matanya cuku tajam menandakan lwekangnya cukup tinggi.

Sambil memesan makanan, mereka memandang Liok Han Ki dan Lie Kun Liong sekejap lalu sambil menyantap makanan mereka bicara satu sama lain dengan suara lirih.
"Ke dua pemuda ini sepertinya berisi, kita harus hati-hati" kata pria berbaju abu-abu.
"Si-heng terlalu khawatir, dua bocah ini aku rasa cuma siucai yang berlagak bawa pedang supaya tidak diganggu penjahat kacangan saja. Aku rasa mereka cuma gentong nasi tidak perlu dipedulikan" sahut pria yang bercambang lebat.

Walaupun mereka bicara berbisik-bisik namun Lie Kun Liong dapat mendengarnya dengan jelas. Ia tidak mau usil dan hanya tersenyum saja. Lain dengan Liok Han Ki, rupanya ia juga dapat mendengar pembicaraan ke dua orang itu. Ia mendengus tanda hatinya merasa tersinggung. Tapi melihat Lie Kun Liong diam saja maka iapun tidak berbuat apa-apa hanya memandang hina ke dua orang itu.

Salama makan kedua orang itu tidak banyak bicara. Setelah puas makan mereka lalu pergi melanjutkan perjalanan.
"Lie-heng kedua orang itu cukup mencurigakan, mari kita ikuti perjalanan mereka" kata Liok Han Ki.
"Sebaiknya kita tidak usah mencari perkara sama mereka Liok-heng. Aku lihat kedua orang itu memiliki ilmu yang lumayan terutama pria yang berbaju abu-abu" kata Lie Kun Liong.
"Justeru itu aku curiga mereka adalah penjahat yang hendak berbuat sesuatu yang jahat. Aku tidak akan membiarkan sesuatu yang kebentur di tanggan aku lolos" jawab Liok Han Ki.

Dengan perasaan apa boleh buat Lie Kun Liong mengerahkan ginkangnya mengikuti kawannya mengejar kedua orang itu.
Untuk pertama kalinya ia dapat mengukur ilmu ginkang kawan barunya itu ternyata tidak berada di bawah kepandaiannya. Entah bagaimana dengan kungfunya. Lie Kun Liong cukup kaget karena menurut suhunya ilmu ginkang mereka teng peng touw sui (menginjak rumput menyeberang sungai) termasuk ilmu kelas wahid, jarang yang bisa menandinginya.

Dengan bekal ginkang yang sama-sama tinggi, dengan cepat mereka mampu mengejar ke dua orang tadi.
Ternyata kedua orang itu memang perampok dan saat ini sedang terlibat pertempuran dengan kawanan piauwsu (pengawal barang). Para piauwsu itu terbagi menjadi dua kelompok, kelompok yang satu maju mengeroyok ke dua orang perampok sedangkan kelompok yang lain mengelilingi dan melindungi peti berisi barang bawaan.

Namun kelihatan jelas bahwa para piauwsu yang mengeroyok kedua orang itu kewalahan, sudah ada sebagian besar piauwsu yang mengeroyok mati terbunuh. Bahkan kelompok yang melindungi barang bawaan sekarang sudah ikut mengeroyok ke dua orang itu mati-matian.

Pemimpin mereka dengan pedang di tangan sudah terluka namun masih gigih melawan ke dua perampok itu. Ilmu silat pemimpin piauwkiok ini sebenarnya cukup tinggi dan penjahat biasa bukanlah tandingannya. Entah sudah berapa ratus pertempuran ia alami tapi pertempuran kali ini yang paling hebat sepanjang hidupnya. Baru kali ini ia menghadapi perampok yang mempunyai ilmu setinggi ini. Anak buahnya merupakan jago-jago pilihan semuanya namun di tangan ke dua perampok ini para piauwsu ini ibarat kunang-kunang dan lilin. Jelas kelihatan ilmu mereka kalah unggul dengan perampok tersebut. Hanya tinggal menunggu waktu sebelum kawanan piauwsu itu terbasmi habis.

Kedatangan Lie Kun Liong dan Liok Han Ki tepat pada waktunya. Sambil menyabut pedang dari sarungnya Liok Han Ki berteriak "Perampok dari mana yang berani mati merampas barang di tengah hari bolong". Lalu ia menyabetkan pedangnya ke arah perampok bercambang lebat. Sambil mengelak si perampok berkata "Rupanya bocah bau tengik tadi yang berlagak mau jadi pahlawan. Lebih baik segera pulang ke pangkuan ibumu sebelum pedang toyamu ini menembus badanmu" Liok Han Ki dengan murka melancarkan serangan secara beruntun. Tanpa belas kasihan ia mencecar si perampok dengan ilmu pedang kebanggaannya.

Dengan susah payah si perampok melayani serangan Liok Han Ki.
"Bocah dari mana asalnya ini, kok ilmu pedangnya sangat lihai" kata si perampok dalam hati. Ia menangkis sekuat tenaga jurus terakhir yang dilancarkan Liok Han Ki. Gagang pedang ditangannya hampir terlepas dari pegangannya, telapak tangannya terasa sakit. Dengan penuh rasa kaget si perampok melawan sekuat tenaga serangan Liok Han Ki.

Kalau si perampok yang melawan Liok Han Ki terkaget-kaget, perampok satunya lagi yang melawan Lie Kun Liong juga tidak kalah terkejutnya. Setiap serangan pedang Lie Kun Liong hanya dengan susah payah dapat ia punahkan. Ia yang sudah berpengalaman puluhan tahun sekarang ketemu batunya, bahkan ilmu pedang yang dimainkan Lie Kun Liong tidak dapat ia raba asalnya. Syukur baginya Lie Kun Liong baru terjun ke dunia kangouw sehingga pengalaman bertempurnya masih sedikit dan ragu-ragu untuk meneruskan serangan yang lebih mematikan, kalau tidak sudah dari tadi si perampok berbaju abu-abu itu kalah.

Suatu saat Lie Kun Liong mengincar dan menusuk ke arah pundak kiri si perampok namun dengan tiba tiba ujung pedangnya membentuk lingkaran dan arah yang di tuju adalah pundak kanan si perampok. Kali ini si perampok tidak dapat berkelit lagi, ia sudah salah mengantisipasi jurus serangan Lie Kun Liong yang awalnya menuju ke pundak sebelah kirinya tapi mendadak di tengah jalan mengincar pundak kanannya. Pedang yang ia pegang di tangan kanannya jatuh ke tanah dan sebelum ia bereaksi lebih lanjut ujung pedang Lie Kun Liong sudah berada di depan tenggorokannya. Dengan rasa jeri dan takjub terlihat jelas di wajah si perampok, Lie Kun Liong menutuk tiam hiat (jalan darah) si perampok sehingga tidak dapat bergerak. Lalu ia memandang pertempuran antara Liok Han Ki dengan perampok yang lainnya juga hampir selesai. Ia kagum dengan kelihaian ilmu pedang Liok Han Ki, kecepatan dan ketepatan jurus yang dilancarkan Liok Han Ki sangat akurat – hanya mereka yang sudah mencapai tingkat tertinggi dari ilmu pedang yang dapat melakukan gerakan seperti yang barusan diperagakan oleh Liok Han Ki. Suatu ketika cukup dengan sontekan ujung pedangnya perut si perampok tertembus pedang Liok Han Ki dan si perampok jatuh ke tanah berlumuran darah, nasibnya jauh lebih buruk dari perampok yang melawan Lie Kun Liong. Ternyata Liok Han Ki masih merasa marah dengan perkataan si perampok di warung makan tadi sehingga ia bertindak cukup kejam dengan membunuh si perampok.

Para piauwsu yang masih hidup dan terluka memandang ke dua penolong mereka dengan rasa kagum dan berterima kasih. Pemimpin piauwkiok (perusahaan pengawal barang) sambil menjura berkata "Terima kasih atas bantuan inkong (tuan penolong) berdua, kami dari perusahaan piauwkiok "Harimau Kemala" sangat berutang budi pada jiwi berdua.
"Oh rupanya dari perusahaan piauwkiok paling terkenal di seluruh dunia persilatan" kata Liok Han Ki dengan keheranan. Setahu aku jarang yang mampu dan berani membegal barang bawaan piauwkiok "Harimau Kemala" makanya aku juga heran dengan kungfu kedua perampok ini sangat lihai dan tidak kelihatan seperti perampok piauwkiok biasa.

Perusahaan piauwkiok "Harimau Kemala" merupakan perusahaan pengawalan barang terbesar dan paling terkenal, pemimpinnya adalah sute dari ketua partai Go Bi pay – In Cinjin. Semua barang kawalan dari piauwkiok "Harimau Kemala" di jamin sampai ke tujuan dengan selamat dan belum pernah gagal dalam melaksanakan tugas. Di samping sute dari ketua Go Bi Pay, pemimpin perusahaan piauwkiok "Harimau Kemala" – Liu Siu Ciang ini pandai bergaul dengan kalangan rimba hijau, ia tidak segan-segan memberi hadiah kepada kalangan liok-lim (rimba hijau) sehingga mereka segan dan menghormatinya. Memang ada beberapa penjahat yang tidak tahu diri berani mencoba membegal barang kawalan piauwkiok "Harimau Kemala" namun semuanya gagal karena para piasu yang diperkerjakan semuanya bukan jago-jago silat biasa. Jarang sekali pemimpin utama mereka, Liu Siu Ciang turun tangan langsung mengawal barang kawalan. Cukup dengan memandang bendera piauwkiok yang bergambar sepasang harimau berwarna kuning keemasan, tidak ada penjahat yang berani mati merampoknya. Anak cabang piauwkuok "Harimau Kemala" ada di seluruh penjuru propinsi dengan jumlah piauwsu ribuan orang. Saat ini operasional piauwkiok "Harimau Kemala" dipegang langsung oleh putera Liu Siu Ciang yang bernama Liu Cin Hok, ia sudah mewarisi seluruh ilmu silat sang ayah bahkan kalau sedang berkunjung ke Go Bi Pay, ia mendapat petunjuk yang berharga dari susioknya In Cinjin sehingga ilmu silatnya maju pesat. Sedangkan "Kalau jiwi berdua heran, kami malah lebih heran lagi karena selama piauwkiok ini berdiri barang kawalan piauwkiok kami tidak ada yang pernah gagal atau dibegal perampok, namun 2 bulan belakangan ini sudah ada 8 barang kawalan dari piauwkiok kami yang dirampas orang. Siau Kongcu (tuan muda) kami sudah turun tangan langsung menangani masalah ini" jawab pemimpin piawsu.
"Memang aneh, tapi jangan lupa sekarang kita sudah menangkap salah satu perampok, mari kita tanyai dengan jelas" kata Liok Han Ki sambil berjalan menghampiri si perampok yang telah tertutuk oleh Lie Kun Liong. Namun ternyata si perampok sudah mati, di sela-sela mulutnya mengalir darah segar.

Dengan heran Lie Kun Liong memeriksa mulut si perampok, ternyata di bagian dalam mulutnya perampok itu membawa racun yang sewaktu-waktu dapat ia gigit, rupanya ia sadar tiada harapan lagi sehingga memutuskan nyawanya sendiri.
"Siapapun yang mendalangi ini pasti memiliki wibawa yang besar sampai anak buahnya lebih rela mati daripada membocorkan rahasia" kata si pemimpin piauwkiok.
"Apakah baru-baru ini piauwkiok kalian mengawal barang yang sangat berharga dan di incar kaum persilatan" tanya Liok Han Ki.
"Tidak, belakangan ini barang-barang kawalan kami kebanyakan adalah perhiasan, emas dan harta benda pejabat pemerintahan. Tentunya tidak menarik jago-jago kosen dunia persilatan" jawab pemimpin piauwkiok sabil berkerut kening. Bahkan barang kawalan kami ini walaupun tidak seperti biasanya namun rasanya belum bisa mengerakkan jago persilatan untuk merampasnya tanpa memandang muka piauwkiok kami.
"Memang apa isi barang kawalan kali ini, kalau boleh aku tahu" tanya Liok Han Ki. "Tentu saja boleh, jiwi adalah penyelamat kami" kata pemimpin piauwkiok. Kali ini kami mengawal persembahan pejabat sementara tihu kota kepada gubernur yang berada di bawah keresidenan propinsi Hulam. Isinya disamping sekotak emas berlian, juga sepasang kuda pualam yang indah dari Tibet.
"Aneh kalau begitu" kata Liok Han Ki. Mungkinkah ada orang yang ingin membalas dendam atau persaingan dagang kepada Liu Siu Ciang ayah beranak dengan cara membegal barang kawalan sehingga piauwkiok "Harimau Kemala" bangkrut untuk mengganti barang-barang yang hilang?
"Kemungkinan itu ada tapi untuk membuat bangkrut piauwkiok kami bukan urusan mudah karena sudah puluhan tahun perusahaan piauwkiok ini berjalan dan tidak sedikit keuntungan yang kami peroleh sehingga untuk mengganti barang-barang yang hilang selama 2 bulan ini bukan perkara yang sangat besar.

Sedangkan masalah persaingan dagang rasanya juga bukan karena selama ini perusahaan piwakok kami tidak serakah mengambil semua barang kawalan. Bahkan sudah menjadi kebijakan pemimpin utama untuk saling berbagi rezeki dengan perusahaan piauwkiok lainnya. Masalahnya adalah nama baik piauwkiok kami bisa hancur" kata pemimpin piauwkiok.
"Di depan beberapa li dari sini kalian bisa sampai di kota terdekat, sekalian kami hendak melewatinya juga, sebaiknya kita berjalan bersama-sama untuk berjaga-jaga ada hadangan lagi di depan" kata Liok Han Ki.
"Terima kasih banyak inkong" jawab pemimpin piauwkiok dengan penuh rasa syukur. Di dalam kota ada cabang perusahaan piauwkiok kami sehingga dapat segera memberi kabar ke kantor utama. Ia segera memerintahkan piauwsu yang masih sehat untuk membantu piauwsu yang terluka dan bersama dengan kedua inkong mereka menuju kota terdekat.

Sepanjang perjalanan tiada aral melintang, pemimpin piauwkiok yang dipanggil Can kawsu oleh anak buahnya mengucapkan teima kasih kepada Liok Han Ki dan Lie Kun Liong serta mengundang mereka untuk menginap di cabang mereka, namun mereka tolak.

Mereka akhirnya menginap di penginapan di kota itu sebelum melanjutkan perjalanan esok harinya.
Pagi-pagi sekali selagi mereka sedang sarapan pagi di restoran hotel tersebut, datang seorang pemuda berusia dua puluh tahunan bersama-sama dengan Can kawsu pemimpin piauwkiok kemarin yang mereka tolong. Wajahnya cukup tampan dan berwibawa.
"Aku Liu Cin Hok mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan jiwi berdua terhadap piauwkiok kami" kata pemuda itu sambil menjura dalam.
"Inkong berdua, kebetulan siau kongcu kami sedang berada di anak cabang kota ini ketika kami tiba. Setelah mendengar musibah yang kami alami siau kongcu segera memerintahkan kami untuk mencari inkong berdua untuk berterima kasih langsung, syukur inkong belum pergi dari kota ini" kata Can kawsu.
"Senang bertemu Liu-heng, kami cuma kebetulan lewat saja dan tidak dapat berpangku tangan melihat perampasan itu" kata Lie Kun Liong.
"Ya, seperti yang jiwi ketahui piauwkiok kami belakangan ini memang sedang mengalami masalah besar. Tapi aku sudah berhasil melacak keberadaan kawanan perampok itu, menurut hasil penyelidikan aku markas mereka ada di sekitar kota ini. Itulah sebabnya aku berada di kota ini dari dua hari yang lalu untuk mencari letak markas mereka" kata Liu Cin Hok. Barusan pagi ini aku mendapat konfirmasi letak markas mereka.

Liok Han Ki rupanya senang ikut campur urusan orang lain, ia menawarkan diri untuk membantu menangkap perampok itu. Dengan senang hati Liu Cin Hok menerima tawaran itu. Rencananya nanti malam ia akan datang lagi ke penginapan ini untuk bersama-sama menuju markas perampok-perampok itu.

4. Pertempuran yang dahsyat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd